"Bagaimana kakak-ku sayang, kau suka dengan hadiah spesialnya dari aku?" ucap Rania dengan senyum penuh kemenanganNayyara hanya mampu tersenyum menanggapi Rania yang sepertinya memang sengaja mencari masalah dengannya. Bukannya memang selalu seperti itu? Rania akan selalu merasa puas dan juga bahagia jika melihat kehidupan Nayyara penuh dengan kesengsaraanGadis yang tidak pernah mau kebahagiaan itu menghampiri Nayyara selalu saja mencari seribu cara untuk membuat sang kakak menderita. Alasannya hanya karena Nayyara lebih segalanya darinya, berparas cantik, pintar, baik hati dan yang pastinya di sukai banyak orang, bahkan sang nenek sendiri selalu saja memuji dan membandingkan kepribadian Nayyara dengan dirinya dan tentunya hal itu menjadi salah satu pemicu Rania begitu membenci seorang Nayyara"Apa kau tuli? Ah, atau kau mau MENANGISI kehidupanmu yang sangat malang itu? Ini belum seberapa Nayya, ini masih permulaan. Aku akan membuatmu merasakan bagaimana rasanya hidup tapi seperti
Rania memandang Nayyara dengan kilatan amarah yang sudah memenuhi bola matanya. Seharusnya malam ini ia dan juga Faris membicarakan kelanjutan pertunangan yang di gantikan oleh dirinya, namun semuanya gagal, rencana yang sudah ia susun dengan rapi kini hancur berantakanRania memasuki toko milik Nayyara dan menghancurkan segala isinya dengan tidak berperasaan. Sementara Yacob menahan pergelangan tangan Nayyara yang berniat ingin menghentikan perbuatan Rania begitu juga dengan Salwa, Zahira dan juga Keisha, mereka di larang untuk menolong Nayyara dengan sebuah ancaman dari Yacob yang membuat mereka tidak memiliki pilihan lain selain mengikutinya"Ayah lepaskan, aku mohon. Bunda, tolong hentikan Rania, aku mohon" ucap Nayyara mengiba dengan terisak memohon pada kedua orangtuanya"Rania Hentikan! Ayah! Kalian semua tidak berhak merusak yang bukan milik kalian!" teriak Nayyara putus asa, sungguh ia sudah tidak bisa lagi mengalah untuk kali iniPlak"Berani kau meneriaki ku Sialan!"PlakP
Pagi itu, Nayyara kembali kerumah kedua orangtuanya dengan wajah sembab setelah semalaman ia melewati dengan penuh air mata. Nayyara menginap di sebuah hotel setelah beberapa kali menolak ajakan Alzena yang meminta ia untuk menginap di rumahnyaBukan maksudnya untuk menolak niat baik Alzena, hanya saja Nayyara tidak ingin terlalu banyak merepotkan gadis baik hati itu, apalagi mengingat mereka baru dekat beberapa bulan ini. Meskipun dengan berat hati Alzena mengiyakan permintaannya, tapi sepertinya gadis itu juga mengerti jika saat ini Nayyara masih membutuhkan waktu untuk menyendiriDengan rambut yang ia ikat asal, gadis yang memakai baju yang sudah tampak lusuh itu mengetuk pintu beberapa kali. Berharap keadaan hati kedua orangtuanya sedang baik, sehingga mengijinkan dirinya untuk mengambil barang-barang miliknyaCeklekPintu terbuka dan menampilkan sosok laki-laki yang memandang tajam ke arahnya, membuat Nayyara sedikit menunduk merasa takut pada tatapan tak bersahabat dari ayahnya
"Kamu serius Al? Bagaimana bisa kita memenuhi target dalam waktu dua bulan?" ucap Nayyara menghentikan langkah Alzena yang baru saja keluar dari dalam ruangan milik Yazdan"Tenang saja Nay, aku percaya kita bisa memenuhi syarat dari Bang Yazdan. Kan ada kamu" balas Alzena dengan entengnya"Astaga, merintis itu bukan sesuatu yang mudah loh Al, semuanya butuh waktu dan juga proses," kata Nayyara tidak mengerti dengan jalan pikiran gadis di depannya itu. "Makanya aku percayakan sama kamu Nay, kamu kan sudah berpengalaman tuh dalam hal ini. Kamu ingin melanjutkan hobi kamu yang terhenti kan? Jadi, ini kesempatan kamu untuk memulainya kembali" Alzena berusaha menyakinkanNayyara berfikir sejenak, memang Nayyara tidak bisa berpaling dari hobinya membuat kue yang sedari dulu sudah sangat di gemari nya dan bermimpi ingin memiliki sebuah toko sendiri. Beberapa waktu lalu Nayyara sudah berhasil mewujudkannya, namun seperti yang di ketahui toko milik Nayyara kini sudah rata dengan tanah akibat
Kondisi rumah mewah yang hanya diisi oleh beberapa orang itu kini berbeda dari sebelum-sebelumnya. Sunyi, itulah yang menggambarkannya saat ini, tidak ada lagi suara tangis yang terdengar, tidak ada lagi jeritan minta ampun dari seseorang yang mereka siksa tanpa belas kasih itu yang terdengar di telinga mereka, kini gadis itu benar-benar pergi dari kehidupan mereka Fania merasakan ada sesuatu yang hilang bersamaan dengan perginya Nayyara dari rumah itu. Ada sedikit rasa khawatir dan juga rindu yang memenuhi hatinya, namun Fania tetap saja berusaha untuk menepisnyaDulu saat melihat Rania yang selalu merasa iri dengan hidup Nayyara yang sempurna. Fania sangat-sangat ingin melihat Nayyara pergi dari rumah itu, ia tidak tega melihat putrinya terus-menerus membandingkan dirinya dengan Nayyara. Namun kini, entah mengapa wanita berusia lanjut itu seperti menyesali keputusannyaFania terbayang wajah Nayyara yang selalu tersenyum padanya meskipun baru mendapatkan perlakuan kasar darinya. Ia
Siang itu, toko sekaligus kafetaria itu terlihat begitu banyak pengunjung yang memenuhi ruangan. Di iringi Arga yang selalu setia mendampinginya, Yazdan memasuki meja kosong yang terletak di pojok ruangan itu dengan seorang gadis yang memakai jilbab hitam itu melambaikan tangannya seolah sedang memberikan aba-aba bahwasanya ia sudah menunggu di sana"Sepertinya saya datang di waktu yang tidak tepat," ujarnya sembari melihat sekelilingnya"Memang selalu ramai begini setiap hari, jadi tidak ada kata waktu yang tepat bagi kami menerima tamu" ucap gadis berjilbab itu menyombongkan diri sedangkan gadis di sebelahnya hanya mampu tersenyum canggung"Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi" kata Yazdan memandang gadis di depannya itu dengan tatapan tajamnya"Ih, bang Yaz, orang lagi bercanda juga. Begini nih kalau bercanda sama kanebo kering, bawaannya serius mulu" sungut Alzena merasa sedikit kesalMelihat interaksi antara kedua orang di
Malam yang dingin membuat Yazdan melawan lelah serta kantuknya untuk beribadah. Sungguh, sangat berat rasanya untuk mengistiqomahkan diri dalam ibadah yang di sukai Allah, jika saja ia mau, maka Yazdan tidak perlu repot-repot untuk bangun dan juga beribadah. Namun kecintaannya pada ilahi Robbi membuat Yazdan melawan hawa nafsunyaSementara itu, di sebuah kamar yang berwarna coklat muda. Nayyara juga sedang terhanyut dalam sujudnya. Ia merasa begitu dekat dengan Allah di setiap kali mengerjakan shalat malamnya yang baru-baru ini ia kerjakan. Nayyara mendoakan semua orang yang ia kenal dan juga ia sayangi, terlebih kedua orangtuanya, Nayyara juga meminta semoga Allah beri ia kesabaran serta keikhlasan yang lebih luas lagi dan di jaga di setiap langkah dan juga napasnya.Kedua insan yang sama-sama terhanyut dalam sujudnya. Melangitkan harapan serta doa pada penduduk bumi, tiba-tiba semilir angin sejuk membelai lembut wajah keduanya, seolah-olah ikut mengaminkan doa yang mereka panjatkan
Jarum jam terus berputar dengan detik yang kian berlalu, mengejar dari waktu ke waktu. Sudah sebulan Nayyara belajar memperdalam ilmu agamanya, dan sekarang gadis berwajah teduh itu sudah bisa membaca Alquran berkat Umi Syafanah yang mengajarinya tanpa lelah dan juga penuh kesabaranJika biasanya Nayyara akan ikut andil membantu dalam hal mengembangkan usahanya. Kini, ia hanya perlu mengawasi dengan sesekali berkunjung, sepenuhnya ia serahkan pada Salwa dan juga Zahira untuk mengajari pekerja baru yang mereka rekrut. Saat ini, Nayyara sedang menghabiskan waktunya di rumah Alzena atas permintaan Umi Syafanah. Wanita paruh baya itu merasa senang setiap Nayyara berkunjung kerumahnya, ia merasa seperti memiliki anak perempuan lainnya, setelah Alzena"Umi, Nayya bantuin ya" ucap Nayyara menghampiri wanita berusia senja itu yang sedang sibuk menyirami sayur-sayuran hijau yang berada di halaman belakang"Boleh, tapi bukannya tadi lagi belajar fiqih sama Zena? Udah selesai?" tanya umi Syafan
Sebulan telah berlalu, selama itu juga Nayyara dan juga Yazdan tidak pernah bertukar kabar, Yazdan selalu mempertanyakan keadaan istrinya pada Alzena adiknya. Begitu pula dengan Nayyara, ia tahu alasan Yazdan tidak menghubunginya itu sebabnya ia juga melakukan hal yang sama seperti Yazdan. Mereka berdua bertukar kabar melalui Alzena, meskipun sesekali gadis itu mendengus kesal pada keduanya.Namun mengingat Yazdan yang berjanji akan menambahkan uang jajannya selama membantu dirinya. Maka, meskipun di landa sedikit kesal, ia tetap menjalankan apa yang diperintahkan oleh kedua manusia yang di sayangi nya itu.Bagi Yazdan waktu satu bulan yang ia habiskan di negeri orang sangat menguras tenaga serta rindunya. Ia merindukan istri beserta keluarganya, Yazdan dengan semangat menyusun segala barang-barang miliknya tanpa tertinggal.Akhirnya setelah berjuang selama satu bulan ini, ia berhasil merampungkan bisnisnya dengan nyaris sempurna. Dan tentunya semua itu berkat kerja keras, usaha serta
Yazdan masih terduduk di salah satu meja yang berada di sana, entah dimana Fahira pergi. Namun laki-laki itu tidak terlalu memperdulikan nya sebab ia tahu jika Fahira pasti bisa menjaga dirinya.Sesaat kemudian, Yazdan merasakan hawa aneh di tubuhnya. Tiba-tiba saja hawa panas menggerayangi tubuhnya, ia meraih gelas yang berisi air putih tersebut untuk ia minum kembali, seraya mencoba untuk menghilangkan dahaga yang membuat ia merasakan sesuatu sensasi yang aneh."Jangan di minum, nih, aku bawakan yang baru," ucap Arga menghentikan pergerakan Yazdan yang berniat kembali menyeruput air putih yang berisikan obat tersebut. Yazdan merasa terkejut sekaligus bingung, melihat Arga yang sudah di depan matanya, padahal ia pergi sendiri tanpa memberitahu asisten sekaligus sahabat tersebut."Kenapa kamu sangat ceroboh Yazdan? Andai saja aku tidak mengikuti kemana kamu pergi, mungkin saat ini kamu sudah melakukan sesuatu yang akan menghancurkan keluarga yang baru akan kamu bina bersama Nayyara. B
Yazdan tampak bersiap-siap. Ia merapikan setelan jas dan dasinya seorang diri. Dia memang memiliki asisten. Namun, kali ini ia tidak ingin merepotkan orang lain. Terlebih, Yazdan hanya suka jika dirinya dibantu oleh sang istri tercinta. Tadi, dia sudah melihat gambar sang istri yang tengah membuat sarapan. Sangat cantik. Sampai sekarang, Yazdan belum menghubungi Nayyara secara langsung. Ia mengetahui keadaan Nayyara dari sang adik tercinta. Adiknya kali benar-benar sangat membantu. Meski yang dilakukan Alzena tidak gratis, hal itu tidak menjadi masalah."Masya Allah, ternyata aku semakin tampan saja. Tidak malu-maluin bersanding dengan istriku yang cantik," ujar Yazdan mematut dirinya di depan cermin. Tak lama, Yazdan terkekeh geli. Sejak kapan dirinya menjadi sedikit narsis begini? Ah iya, semenjak menikah dengan seorang Nayyara lebih tepatnya. Sebenarnya, sifat narsis itu sudah ada. Namun, semakin terasah saja saat ini.Yazdan berpikir kalau lama-lama sifatnya mulai mirip dengan Alz
Baru lagi sehari tepatnya, Yazdan meninggalkan Nayyara seorang diri, namun gadis cantik tersebut sudah merasa rindu dengan keberadaan sang suami. Lihatlah, niat awal tidur setelah melaksanakan sholat isya, nyatanya tak begitu. Seorang Nayyara sama sekali tidak merasakan kantuk. Nayyara hanya duduk bersandar di tepi ranjang sambil memperhatikan isi kamarnya. Tepatnya, kamar baru dirinya. Kamar dimana dirinya tidak akan pernah lagi kesepian karena ada sosok Yazdan, suaminya.Suaminya yang insyaAllah akan menuntun ke jalan surga-Nya. Sayang, karena ada urusan pekerjaan yang memang mengharuskan sang suami pergi cukup jauh, membuat Nayyara ditinggal seorang diri.Lebih tepatnya, Nayyara sendirilah yang menolak untuk ikut. Padahal, Yazdan sudah membujuknya berulang kali. Sebenarnya, Nayyara ingin ikut. Namun, takut kalau dirinya akan menganggu."Sedang apa Abang Yazdan di sana ya?" lirih Nayyara. Netranya menatap lurus ke depan. Tepatnya ke sebuah foto pernikahan yang terpampang jelas. Sont
"Hmmm, dari subuh sampai matahari terbit Abang masih aja peluk aku kayak gini. Aku juga mau bangun, Bang. Mau nyuci," ucap Nayyara sedikit kesal."Memangnya kamu lebih mentingin cucian daripada Abang?" Yazdan justru mempererat pelukannya pada pinggang Nayya."Bukannya gitu, Bang. Kalau aku di kamar terus pasti Abang nggak berangkat-berangkat ke kantor," timpal sang istri."Tapi Abang pilih di kamar saja sama kamu, daripada harus ke kantor. Capek," balas Yazdan sesuai isi hati.Nayyara jadi tertawa kecil mendengarnya. Walaupun di luar matahari sudah mulai merangkak naik, tapi di dalam kamar mereka berdua masih terasa nyaman seperti malam hati, mengingat gorden jendela yang tebal sehingga tidak tembus cahaya. Akan tetapi—sedikit cahaya matahari bisa menembus celah-celah kamar.Umi dan Alzena bahkan sudah selesai menyiapkan sarapan dan beres-beres rumah. Namun, mereka berdua paham mengapa sampai pukul 07:15 pagi ini sepasang pengantin itu belum juga keluar kamar."Mau sarapan dulu aja, N
Mata Fahira terasa panas menahan bendungan air bening dan sesaknya dada melihat keromantisan Yazdan terhadap Nayyara. Jika saja sudah tidak memiliki kewarasan, wanita itu pasti akan menghabisi Nayyara sekarang. Akan tetapi Fahira tidak ingin membuat Yazdan membencinya karena lagi-lagi berulah.Sementara, sepasang pengantin baru di seberang sana masih saja mengumbar kemesraan. Yazdan terus merangkul sang istri di mana keduanya—sambil menikmati jagung bakar yang masih hangat.Fahira pun menelan kasar salivanya tatkala Yazdan menyuapi jagung bakar miliknya pada Nayyara. "Aaarrg! Aku tidak tahan melihatnya! Kenapa mereka tidak pulang saja?" gumam Fahira seraya menghentakkan kaki.Namun, bagaimanapun Fahira kesal, tidak akan berpengaruh terhadap mereka berdua. Kini Yazdan justru berdiri dan meninggalkan istrinya di bangku panjang itu. Kening Fahira mengernyit, pun kedua alisnya yang saling bertaut."Mau ke mana Yazdan?" tanyanya dalam hati.Seketika bola mata wanita itu membulat sempurna.
Sebulan telah berlalu, selama itu juga Nayyara dan juga Yazdan tidak pernah bertukar kabar, Yazdan selalu mempertanyakan keadaan istrinya pada Alzena adiknya. Begitu pula dengan Nayyara, ia tahu alasan Yazdan tidak menghubunginya itu sebabnya ia juga melakukan hal yang sama seperti Yazdan. Mereka berdua bertukar kabar melalui Alzena, meskipun sesekali gadis itu mendengus kesal pada keduanya.Namun mengingat Yazdan yang berjanji akan menambahkan uang jajannya selama membantu dirinya. Maka, meskipun di landa sedikit kesal, ia tetap menjalankan apa yang diperintahkan oleh kedua manusia yang di sayanginya itu.Bagi Yazdan waktu satu bulan yang ia habiskan di negeri orang sangat menguras tenaga serta rindunya. Ia merindukan istri beserta keluarganya, Yazdan dengan semangat menyusun segala barang-barang miliknya tanpa tertinggal.Akhirnya setelah berjuang selama satu bulan ini, ia berhasil merampungkan bisnisnya dengan nyaris sempurna. Dan tentunya semua itu berkat kerja keras, usaha serta
Suara adzan terdengar sayup-sayup di kamar yang malam itu di penuhi bahagia cinta. Yazdan terbangun lebih dulu, sebelum beranjak ia lebih dulu memandangi wajah Nayyara, istrinya, kekasih halalnya, cintanya serta bidadari surganya, Yazdan memandang lekat wajah cantik alami istrinya itu, ia membangunkan Nayyara dengan cara yang paling lembutYazdan mencium kedua kelopak mata Nayyara dengan cinta, ia ingin melaksanakan shalat subuh pertama berjamaah dengan istri cantiknya itu. Melihat Nayyara yang masih terlelap dengan wajah cantiknya membuat Yazdan ingin berlama-lama menikmatinya"Assalamualaikum sayangku," bisik Yazdan tepat di telinga NayyaraWanita itu menggeliat sebelum benar-benar membuka matanya, ia mengerjapkan mata mencoba mengumpulkan nyawa yang masih di awang-awang. Merasakan ada hembusan nafas yang begitu dekat mengenai pipinya, Nayyara menoleh, segera menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ia malu Yazdan sudah lebih dulu bangun di bandingkan dirinya"Kenapa di tutupi waja
Mendung menggelayut, gerimis perlahan turun, titik-titik hujan membasahi petala bumi. Gerimis itu terus saja turun seiring suara lantang laki-laki menyebut namanya, pagi ini akad nikah di adakan secara sederhana di rumah Yazdan. Bahkan semuanya di adakan dengan begitu tiba-tiba, Nayyara sendiri juga tidak tahu apa penyebabnya, Alzena hanya mengatakan padanya bahwa alasan Abang laki-lakinya itu mempercepat karena ingin menghindari sesuatu yang mungkin bisa saja terjadi.Nayyara menghela nafas dalam-dalam, seharusnya ia merasa senang dan juga bahagia. Tapi entah kenapa ia merasa seperti ada kesedihan yang menyesak di dadanya, sehingga rasa bahagia tidak bisa ia rasakan seutuhnya."Sah!""Sah!" Mendengar suara sah yang menggema di lantai bawah, mampu di dengar oleh Nayyara yang berada di lantai atas. Detik itu juga air matanya mengalir begitu saja, ada bahagia, sedih yang menggelayut di hatinya, Nayyara mengangkat kedua tangannya mengamini setiap doa yang di panjatkan oleh penghulu sert