Seperti yang diperkirakan, Gian menjadi anak buah kesayangan Utomo meski baru bekerja selama satu bulan. Itu karena kinerja Gian sangat efektif dan tidak bertele-tele dalam menangani permasalahan yang berkaitan dengan para preman dan orang menyusahkan lainnya.Cukup dengan kekuatan telekinesisnya, maka semua persoalan bisa cepat diselesaikan.Sama seperti hari ini, ketika truk sembako Utomo hendak mengirim barang ke kota lain, ke toko anak sulung Utomo, truk itu sempat hendak dibajak oleh bajing loncat saat melintasi jalanan hutan antar provinsi.Untung saja Utomo jeli dan meminta Gian ikut truk itu.Benar saja, hanya perlu waktu sekejap ketika Gian membereskan para bajing loncat ganas di daerah tersebut.Bisa dipastikan, kawanan bajing loncat itu akan berani lagi berurusan dengan truk Utomo.“Gian, akan aku beri kamu bonus karena menyelamatkan trukku.” Utomo sangat puas setelah mengetahui truknya selamat, tidak seperti sebelum-sebelumnya.Senyum Gian melebar ketika dia menerima berge
Gian masih tercenung akan ucapan dari Elang. Dia duduk diam di tepi kasurnya dan membiarkan tikus putih si mentor lelap dengan nyaman di atas bantal kecil khusus.Terus saja ucapan Elang berputar di benak Gian hingga kemudian dia sudah memiliki keputusan.Pada esok harinya, ketika dia datang ke Utomo, hendak mengatakan niatnya untuk mengundurkan diri dari sana, Utomo justru berkata penuh antusias pada Gian.“Gian! Ha ha ha! Aku harus katakan bahwa penjualanku meningkat dengan baik semenjak kamu bekerja di sini!” Setelah itu, Utomo langsung memberikan beberapa bundle uang warna merah yang masih baru kepada Gian.Setelah dihitung, jumlahnya sebesar Rp5.000.000. Tidak ingin salah paham, Gian bertanya, “Apakah ini gajiku bulan ini, Pak?”“Oh, itu bonus untukmu, Gian. Gajimu tetap akan aku berikan seperti biasa!” Utomo berkata demikian.Segera, niat Gian mengundurkan diri pun lenyap sembari dia memasukkan uang tadi ke dalam tas kecilnya.Sepertinya, Utomo harus diberikan sedikit perpanjang
Malam jam 7, Gian sudah menggandeng Wina ke sebuah ballroom hotel bintang 5. Penampilan mereka luar biasa serasi dan menakjubkan.Gian memakai setelan jas yang kali ini membuatnya di tempat khusus agar ukurannya benar-benar tepat, tidak seperti setelan jas yang dulu pernah dibelikan Wina yang sedikit kebesaran seperti jas pinjaman saja.Sedangkan Wina memakai gaun selutut yang menampilkan keindahan tubuhnya yang sempurna, memperlihatkan bahu serta lengan mulusnya. Dadanya terlihat menggiurkan dengan model kemben semcam itu.Keduanya mengakibatkan orang-orang di sana menoleh cukup lama untuk mengagumi pesona keduanya. Ada banyak yang berbisik mempertanyakan siapa gerangan pasangan serasi tersebut.Gian yang mendengar bisik-bisik serta pujian orang sekitarnya, hanya cukup menyunggingkan senyum terbaiknya sembari matanya terus tertuju ke depan, bagaikan ‘move like a Jagger’.Di sisi Gian, Wina melangkah anggun. Dia sudah sangat biasa menghadiri pesta kelas atas semacam ini, maka tidak ak
Sebenarnya Gian sudah bisa mengira ini akan dipertanyakan oleh Wina. Maka, harusnya dia bisa menekan kegugupannya ketika itu muncul dari si wanita molek di dekatnya.“Dia mantan pacarku.” Gian berusaha terdengar senormal mungkin ketika menjawab ini.“Oh, mantan. Apakah yang dulu kamu pernah ceritakan itu? Yang satu sekolah denganmu?” Sepertinya Wina belum melupakan informasi itu.“Ya, benar.” Gian menekan kegugupannya. Entah kenapa, ada rasa enggan dan tak suka ketika menyebut Alicia sebagai mantan pacar. Apakah jauh di sudut hati terdalamnya masih mendambakan Alicia?Padahal dia sudah memiliki 6 gadis remaja dan 1 wanita muda di sisinya untuk dia bisa bersenang-senang, tapi kerap kali bayangan Alicia muncul tanpa dia duga dan dia harap.Sepertinya beginilah kebanyakan lelaki di dunia. Ketika dia masih tak merelakan mantan meski sudah memiliki banyak pengganti sekaligus. Apakah ini Gian sudah terjebak pada kerakusan serta keegoisan tipikal lelaki pada umumnya? Bisa jadi.“Ayo, aku ant
Gian tidak siap menghadapi pertanyaan tak terduga dari Utomo. Dia tak tahu apa yang harus diberikan sebagai jawaban. Kenapa bosnya mengetahui ada yang menawarinya pekerjaan di tempat lain? Apakah Gunawan mengatakan itu pada Utomo? Dia bertanya-tanya di hati. “Itu … um … itu ….” Gian mendadak seperti murid bodoh yang gagal menjawab pertanyaan dari gurunya. Utomo menarik napas panjang, berusaha tetap sabar sebanyak mungkin. “Dilihat dari kamu tak bisa menjawabku, sepertinya memang benar dugaanku, ya kan Gian? Ada yang menawarimu bekerja di tempat lain?” Gian tak ingin banyak berkelit dan hanya bisa merundukkan tubuhnya, menekuk punggung sampai hampir 90 derajat sebagai rasa bersalah. “Pak, maafkan aku. Sungguh, maafkan aku.” Dia malu karena ketahuan, tapi sudah tak bisa putar balik lagi. Sudah terlanjur diucapkan. “Haahh … aku pikir gaji dan bonus yang aku berikan padamu sudah merupakan hal baik dan besar untukmu. Tapi, sepertinya kamu belum puas dan menerima tawaran pihak lain yang
Gian tahu kalau dia sudah tidak memiliki hak atas Alicia. Tapi, melihat mantan ternyata pergi dengan pemuda lain, itu menggerus kesabaran dan akal sehat dia.Sayang sekali, kawasan yang dia lalui merupakan area dilarang parkir dan tak bisa berhenti sembarangan.Karena tak bisa berbuat apa-apa dan terpaksa membiarkan saja Alicia dengan Zafer, Gian hanya bisa melampiaskan kemarahannya ke kemudi di depannya. Untung saja bukan menggunakan kekuatan super dia atau benda bundar itu bisa penyok.Dikarenakan cemburu, pikiran Gian menjadi kacau. Sepanjang perjalanan ke rumah, dia membayangkan hal buruk mengenai Alicia dan Zafer. Sudah sejauh mana kedua orang itu berhubungan?Apakah Alicia membiarkan Zafer menyentuhnya? Apakah Zafer sudah mencium Alicia?Kepalanya seperti dibakar tanpa jeda hanya karena membayangkan apa saja yang dilakukan Zafer terhadap Alicia.Sesampainya di rumah, Gian meledakkan amarahnya ke Zohan yang sudah pulang kuliah.“Mana es teh buat aku? Kenapa belum disiapkan?” Gian
Carlen membeku di tempatnya saat Gian memanggil. Dia berdebar-debar, apakah dirinya akan bernasib sama seperti Zohan yang terkapar di lantai?“Cepat buatkan aku es teh! Si pecundang satu itu tak becus melakukan tugasnya!” Gian menatap tajam ke kakak pertamanya.Membuatkan teh? Tapi Carlen baru saja pulang kerja dan sangat lelah. Ingin segera mandi karena risih dengan tubuh lengketnya.Karena tidak mendapatkan respon dari Carlen, Gian membentak, “Kau mau kubuat kejang juga, heh? Dasar banci pesolek! Cepat buat es teh!”Terkesiap dengan bentakan Gian, Carlen tak memiliki opsi lain dan bergegas melangkah sambil menyahut, “I—iya, Gian! Ini aku buatkan! Aku buatkan!”Melinda menangis lirih sambil membantu Zohan yang mulai tersadar bangun dari lantai dan membawa anak keduanya ke sofa.Tak pernah ada dalam bayangan Melinda bahwa Gian akan membalas dendam pada dia dan kedua putranya dengan cara menyakitkan begitu, meski tindakan mereka pada Gian terdahulu pun sama menyakitkannya.Tak berapa
Ketika Carlen dan Zohan mendatangi Gian di kamarnya, remaja itu sedang berbaring di kursi malas panjang yang dibeli beberapa minggu lalu.“Kalian berdua, lekas pijat kakiku.” Gian memberi perintah sambil dia memejamkan mata.Carlen dan Zohan kembali saling pandang. Apakah mereka tidak salah dengar? Mereka berdua diperintahkan untuk memijat adik mereka? Bukankah itu sesuatu yang keterlaluan bila adik menyuruh kakaknya melakukan itu?“Ayo! Tunggu apa lagi? Ingin kusetrum, heh? Ingin jadi daging gosong dan jelek, heh?” ancam Gian sembari membuka matanya.“I—iya, Gian!” Carlen dan Zohan melonjak dan bergegas datang ke kaki kanan dan kiri Gian untuk memulai memberikan pijatan di sana. Kedua pemuda bersimpuh di lantai untuk memudahkan aksinya.“Harus enak atau kalian tak akan kembali ke kamar!” Gian memejamkan mata lagi, menikmati pijatan Carlen dan Zohan.Kedua kakaknya tak bisa berkutik dan melakukan saja apa perintah sang adik yang kini menjadi penguasa di rumah. Mereka kalau jauh dari s
“Ya, misimu sudah selesai. Kau bisa melanjutkan hidupmu seperti dulu atau seperti apapun yang kau inginkan.” Gumpalan itu menyahut Gian. Meski menyenangkan mengetahui bahwa dia sudah menyelesaikan misi, tapi ada keengganan di hatinya. Wajah gembira Gian berganti ke muram dan bertanya, “Apakah aku boleh tetap memiliki kekuatan ini dan meneruskan misi? Aku … jujur saja aku mulai menyukai menolong orang.” Dia sedikit malu saat mengatakannya dan menggaruk belakang kepalanya. Si gumpalan terdiam sesaat, tapi kemudian ada suara lain muncul dan itu barulah suara Dewa Milhesh. Mungkin ucapan Gian segera diteruskan ke sang dewa oleh gumpalan tadi. “Kau ingin tetap melakukan misi kemanusiaan?” tanya Dewa Milhesh ingin memastikan dari Gian sendiri. “Benar, Tuan Dewa.” Gian mengangguk dan meneruskan, “Saya sudah terbiasa melakukan misi ini dan rasanya sedih jika harus menyudahinya. Kalau Tuan Dewa berkenan, bolehkah saya meneruskan misi?” “Hm, ya sudah, kau bisa lanjutkan misimu sampai kau pu
Gian sedang memberikan terapi penting pada seorang bapak untuk mencegah si bapak menderita penyumbatan darah di saluran yang ada pada jantungnya, tapi ternyata ada copet yang sedang dikejar seseorang yang mungkin saja korbannya.Haruskah Gian menghentikan terapi untuk menolong korban copet? Ternyata tidak perlu.Dengan santai, Gian cukup menjulurkan kakinya ke belakang saat dia sedang memberikan terapi di dada si bapak, dan copet yang berlari tadi tersandung dan terjungkal akibat itu sehingga dia bisa diringkus dengan cepat.Sepertinya Gian mulai menyukai misinya yang menyenangkan karena bisa membuat seseorang tersenyum bahagia usai ditolong. Apalagi, misi ini juga tidak memerlukan banyak tantangan. Mudah untuknya.Benarkah akan selalu mudah?***"Jangan kamu kira kamu yang paling hebat hanya karena kamu kuat!" Seorang lelaki menatap penuh dengki ke Gian saat mereka saling berhadapan di sebuah kebun kosong di sebuah desa. "Aku tidak merasa yang paling hebat. Aku hanya meminta kamu be
Ini masih jam 9 malam, belum terlalu larut malam sehingga masih ada banyak orang di jalanan.Ketika Gian baru saja menyembuhkan ibu pemilik warung kecil penjual pecel dan gado-gado, mendadak saja dikejutkan dengan teriakan orang-orang di dekatnya.Ketika Gian menatap apa yang menjadi biang keributan, ternyata ada mobil yang berjalan zig-zag tidak terkendali dengan kecepatan yang cukup tinggi. Meskipun jalanan sudah cukup sepi, namun masih ada banyak pejalan kaki di sana.Mobil itu tiba-tiba saja sudah berpindah ke daerah jalur sepeda dan hendak menyeruduk beberapa pesepeda yang sedang berada di sana.Gian lekas bergerak cepat dan menghilang dari hadapan ibu tadi dan dia sudah ada di depan mobil tadi dan memegangi bumper depan mobil sehingga kuda besi itu pun bisa berhenti secara paksa.Ketika mobil sudah berhasil dihentikan, orang-orang segera saja mengerumuninya dan terlihat pengendaranya ternyata sedang teler karena itu terlihat jelas dari tingkah lakunya.Oleh karena itu, orang-ora
Gian berjalan kaki keluar rumah, dan bahkan dia tidak menggunakan kendaraan apapun untuk perjalanan misinya. Ini memang yang diperintahkan Dewa Milhesh kepadanya sebagai salah satu hukuman.Karena fisik kuat melebihi manusia biasa, Gian tidak mengalami kesulitan ketika dia harus berjalan berkilo-kilometer jauhnya tanpa berhenti.Di tas ransel yang dia bawa hanya ada 3 stel baju dan dalaman. Kostum ajaib dari perusahaan Rusia sudah dihancurkan oleh Dewa Milhesh kala itu di puncak gunung.Saat ini, Gian benar-benar mirip bocah petualang biasa. Hanya saja, dia terlihat berbeda karena penampilan menawannya.***Bruakk!Seorang lelaki terpental hingga menabrak tumpukan peti kayu di belakangnya ketika Gian meninjunya meski hanya mengeluarkan sekian persen kecil dari kekuatannya.“Bukankah sudah aku bilang agar kamu bersikap lebih pantas pada yang tua? Bisa-bisanya kamu merampas uang bapak ini!” tegur Gian pada orang yang baru saja dia tinju.Setelahnya, dia mengambil kembali segepok uang Rp
Gian benar-benar tidak bisa berkata-kata untuk beberapa saat ketika mendengar Alicia yang terdengar cemas dan bertanya pada dia.Meski Gian memiliki sekelumit dugaan bahwa orang yang memiliki perasaan kuat padanya hanyalah Alicia, tapi dia tetap saja terkejut mendapati bahwa itu adalah nyata.Padahal, Dewa Milhesh membuka segel penghapusan memori dimulai tadi malam, tapi ternyata Alicia sudah mencari dia sejak siang.Bergegas, Gian meraih ponselnya dan dia lupa bahwa dia sempat mengatur silent pada ponsel itu. Tentu saja, ada banyak panggilan tak terjawab dan chat yang semuanya adalah dari Alicia.“Cia … em, maaf … aku minta maaf, ponselnya aku silent, he he ….” Gian tersenyum canggung.“Oh, aku pikir kamu kenapa. Aku lega bukan main waktu kamu masuk ke kelas. Kau tahu, kau sudah tidak masuk berminggu-minggu, membuatku cemas saja.” Alicia seperti sedang mengomeli Gian, tapi remaja pria itu justru tersenyum senang.Ya, memang dari dulu hanya Alicia yang memiliki kepedulian lebih terhad
Memang informasi yang didapat Gian dari gumpalan gaib itu bukan suara melainkan pemahaman-pemahaman yang ingin dia ketahui.Gian diam dan mencerna apa yang masuk ke otaknya dari gumpalan kabut petir emas.Akhirnya dia paham, bahwa saat ini, semua anggota keluarganya hanya mengingat Gian di rentang waktu saat dia belum memiliki kekuatan super.Meski begitu, wajah Gian saat ini sudah sesuai dengan wajah terakhir dia, yaitu pemuda tampan yang membawa aura bule menawan padanya.Keluarga dan semua orang tidak akan ada yang ingat mengenai Gian memiliki kekuatan ajaib di luar nalar manusia. Oleh karena itu, Dewa Milhesh tidak memperbolehkan dia menunjukkan kekuatan itu jika bukan untuk kebajikan dalam misi kemanusiaan atau Gian bisa mendapatkan hukuman keras dari sang dewa.Karenanya, Gian pada malam harinya ketika pergi ke ruang makan untuk bersantap bersama ibu dan saudara-saudaranya, masih akan ada sikap usil dari Carlen dan Zohan.Namun, mereka sedikit terkejut dengan perubahan wajah Gia
Setelah Dewa Milhesh menunjukkan raut tegasnya yang mengakibatkan penampilannya makin menyeramkan karena kulit kemerahan dia, sang dewata pun mengendur dan menghela napas. “Haahh … manusia tetaplah manusia.”Mendengar suara Dewa Milhesh mendadak lebih lembut, beban di benak Gian menguap secara perlahan dan dia menjadi lebih tenang.“Kau harus bersyukur bahwa aku bukan orang kejam dan seenaknya meski kekuatanku besar. Nak, kau harus meneladani diriku ini, kau paham?!” Sang dewa melotot meski tidak menyebarkan aura mengerikan seperti sebelumnya.Gian tergagap menjawab, “Ba—baik, Tuan Dewa! Tentu! Tentu saya paham! Saya pasti meneladani Anda!” Memangnya apa lagi yang bisa dia ucapkan selain itu agar sang dewata tidak murka?“Hm, baiklah. Aku akan mengabulkan keinginanmu. Jadikan ini pengingat untuk dirimu agar setelah ini, jangan bertindak berlebihan dan merugikan orang baik di luar sana! Kau paham?” tegas Dewa Milhesh sambil menatap tajam ke Gian.“Paham, Tuan Dewa!” Gian mengangguk teg
Hukuman. Dia akan dihukum. Gian berdebar merenungkan kata itu. Apalagi, ini hukuman dari entitas tinggi seperti dewa, akan separah apa hukuman yang diberikan?Melihat Gian yang mulai pias karena ketakutan, Dewa Milhesh menghela napas dan berkata, “Aku ini bukan orang kejam.” Lagi dan lagi, sang dewata mengulang kalimat itu agar tak ada orang yang salah persepsi padanya hanya karena penampilan bengis dan menakutkannya.Tak juga mendapatkan sahutan dari Gian, maka Dewa Milhesh berkata lagi, “Hukuman untukmu adalah … aku cabut semua kekuatan yang ada di tubuhmu, semua yang diberikan mantan muridku.”Gian membelalakkan matanya lebar-lebar. Kekuatan supernya hendak dicabut? Bukankah itu artinya dia menjadi manusia pecundang lagi? Dia akan kembali ke kehidupan lamanya yang menyedihkan, bahkan mungkin kali ini akan lebih menyedihkan karena semua orang pasti mengutuk dan menginginkan dia membusuk di penjara.Karena memikirkan kemungkinan terburuk itu, Gian menundukkan kepala. Sepertinya sudah
Diperalat?Kepala Gian bagai dihantam godam raksasa meski itu hanya sebuah ucapan dari Dewa Milhesh.Saat Gian sedang sibuk memproses ucapan sang dewata, sosok besar di langit itu melanjutkan bicara, “Kamu harus tahu, bahwa sebenarnya tikus putih yang selalu bersamamu itu aslinya adalah siluman tikus iblis, dan rekannya yang memberimu kekuatan listrik itu merupakan jin yang berubah menjadi siluman kucing iblis. Mereka sudah pernah beberapa kali membuat huru-hara di dunia manusia sejak jaman dulu.”Gian terdiam mendengarkan penuturan sang dewata dengan seksama, tidak berani mengeluarkan kalimat meski satu kata pun. Dia harus mengetahui dengan jelas semua hal mengenai Elang dan kekuatan di dirinya.“Kucing putih itu dulunya adalah jin yang menjadi muridku. Awalnya dia baik dan patuh padaku. Namun, sejak berteman dengan siluman tikus, perangainya berubah dan kerap membangkang, hingga aku mengusir dia dari kahyangan.“Selain itu, yang membuatku marah, jin muridku itu mencuri salah satu ra