Share

107 - Menebalkan Hati

Penulis: Gauche Diablo
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sebenarnya Gian sudah bisa mengira ini akan dipertanyakan oleh Wina. Maka, harusnya dia bisa menekan kegugupannya ketika itu muncul dari si wanita molek di dekatnya.

“Dia mantan pacarku.” Gian berusaha terdengar senormal mungkin ketika menjawab ini.

“Oh, mantan. Apakah yang dulu kamu pernah ceritakan itu? Yang satu sekolah denganmu?” Sepertinya Wina belum melupakan informasi itu.

“Ya, benar.” Gian menekan kegugupannya. Entah kenapa, ada rasa enggan dan tak suka ketika menyebut Alicia sebagai mantan pacar. Apakah jauh di sudut hati terdalamnya masih mendambakan Alicia?

Padahal dia sudah memiliki 6 gadis remaja dan 1 wanita muda di sisinya untuk dia bisa bersenang-senang, tapi kerap kali bayangan Alicia muncul tanpa dia duga dan dia harap.

Sepertinya beginilah kebanyakan lelaki di dunia. Ketika dia masih tak merelakan mantan meski sudah memiliki banyak pengganti sekaligus. Apakah ini Gian sudah terjebak pada kerakusan serta keegoisan tipikal lelaki pada umumnya? Bisa jadi.

“Ayo, aku ant
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   108 - Sungguh Mengecewakan!

    Gian tidak siap menghadapi pertanyaan tak terduga dari Utomo. Dia tak tahu apa yang harus diberikan sebagai jawaban. Kenapa bosnya mengetahui ada yang menawarinya pekerjaan di tempat lain? Apakah Gunawan mengatakan itu pada Utomo? Dia bertanya-tanya di hati. “Itu … um … itu ….” Gian mendadak seperti murid bodoh yang gagal menjawab pertanyaan dari gurunya. Utomo menarik napas panjang, berusaha tetap sabar sebanyak mungkin. “Dilihat dari kamu tak bisa menjawabku, sepertinya memang benar dugaanku, ya kan Gian? Ada yang menawarimu bekerja di tempat lain?” Gian tak ingin banyak berkelit dan hanya bisa merundukkan tubuhnya, menekuk punggung sampai hampir 90 derajat sebagai rasa bersalah. “Pak, maafkan aku. Sungguh, maafkan aku.” Dia malu karena ketahuan, tapi sudah tak bisa putar balik lagi. Sudah terlanjur diucapkan. “Haahh … aku pikir gaji dan bonus yang aku berikan padamu sudah merupakan hal baik dan besar untukmu. Tapi, sepertinya kamu belum puas dan menerima tawaran pihak lain yang

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   109 - Melampiaskan Murka

    Gian tahu kalau dia sudah tidak memiliki hak atas Alicia. Tapi, melihat mantan ternyata pergi dengan pemuda lain, itu menggerus kesabaran dan akal sehat dia.Sayang sekali, kawasan yang dia lalui merupakan area dilarang parkir dan tak bisa berhenti sembarangan.Karena tak bisa berbuat apa-apa dan terpaksa membiarkan saja Alicia dengan Zafer, Gian hanya bisa melampiaskan kemarahannya ke kemudi di depannya. Untung saja bukan menggunakan kekuatan super dia atau benda bundar itu bisa penyok.Dikarenakan cemburu, pikiran Gian menjadi kacau. Sepanjang perjalanan ke rumah, dia membayangkan hal buruk mengenai Alicia dan Zafer. Sudah sejauh mana kedua orang itu berhubungan?Apakah Alicia membiarkan Zafer menyentuhnya? Apakah Zafer sudah mencium Alicia?Kepalanya seperti dibakar tanpa jeda hanya karena membayangkan apa saja yang dilakukan Zafer terhadap Alicia.Sesampainya di rumah, Gian meledakkan amarahnya ke Zohan yang sudah pulang kuliah.“Mana es teh buat aku? Kenapa belum disiapkan?” Gian

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   110 - Sang Penguasa Rumah

    Carlen membeku di tempatnya saat Gian memanggil. Dia berdebar-debar, apakah dirinya akan bernasib sama seperti Zohan yang terkapar di lantai?“Cepat buatkan aku es teh! Si pecundang satu itu tak becus melakukan tugasnya!” Gian menatap tajam ke kakak pertamanya.Membuatkan teh? Tapi Carlen baru saja pulang kerja dan sangat lelah. Ingin segera mandi karena risih dengan tubuh lengketnya.Karena tidak mendapatkan respon dari Carlen, Gian membentak, “Kau mau kubuat kejang juga, heh? Dasar banci pesolek! Cepat buat es teh!”Terkesiap dengan bentakan Gian, Carlen tak memiliki opsi lain dan bergegas melangkah sambil menyahut, “I—iya, Gian! Ini aku buatkan! Aku buatkan!”Melinda menangis lirih sambil membantu Zohan yang mulai tersadar bangun dari lantai dan membawa anak keduanya ke sofa.Tak pernah ada dalam bayangan Melinda bahwa Gian akan membalas dendam pada dia dan kedua putranya dengan cara menyakitkan begitu, meski tindakan mereka pada Gian terdahulu pun sama menyakitkannya.Tak berapa

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   111 - Ingin Memilikinya Lagi

    Ketika Carlen dan Zohan mendatangi Gian di kamarnya, remaja itu sedang berbaring di kursi malas panjang yang dibeli beberapa minggu lalu.“Kalian berdua, lekas pijat kakiku.” Gian memberi perintah sambil dia memejamkan mata.Carlen dan Zohan kembali saling pandang. Apakah mereka tidak salah dengar? Mereka berdua diperintahkan untuk memijat adik mereka? Bukankah itu sesuatu yang keterlaluan bila adik menyuruh kakaknya melakukan itu?“Ayo! Tunggu apa lagi? Ingin kusetrum, heh? Ingin jadi daging gosong dan jelek, heh?” ancam Gian sembari membuka matanya.“I—iya, Gian!” Carlen dan Zohan melonjak dan bergegas datang ke kaki kanan dan kiri Gian untuk memulai memberikan pijatan di sana. Kedua pemuda bersimpuh di lantai untuk memudahkan aksinya.“Harus enak atau kalian tak akan kembali ke kamar!” Gian memejamkan mata lagi, menikmati pijatan Carlen dan Zohan.Kedua kakaknya tak bisa berkutik dan melakukan saja apa perintah sang adik yang kini menjadi penguasa di rumah. Mereka kalau jauh dari s

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   112 - Menjadi Penguntit

    Sore itu, sepulang sekolah, Gian menggunakan mobilnya untuk mengintai Alicia. Dia ingin mengawasi kencan Alicia dengan pacar barunya.Gian sudah mendapatkan jadwal kerjanya dari Gunawan bahwa dia harus ke tempat bos baru nanti malam jam 9. Maka, kini dia memiliki banyak waktu.Mobil sudah dihentikan sedikit lebih jauh dari gerbang rumah Alicia. Dia rela ada di sana sejak jam 5 sore. Dia tak boleh kecolongan! Harus mengawasi secara ketat!Gian sudah bertekad untuk merebut kembali Alicia menjadi miliknya. Dia tak tahan jika mantannya itu dimiliki lelaki lain. Rasa cintanya masih berkobar pada sang cinta pertama.Meski dia memiliki banyak selir dan pelampiasan, tak ada yang bisa menandingi Alicia di lubuk hati terdalam.Saat ini, Gian sudah berdiam di dalam mobilnya—mobil yang dia dapatkan dari hasil memenangkan adu panco dengan Logan—sembari mengunyah camilan. Dia sudah mempersiapkan banyak camilan dan minuman instan dari minimarket sebelumnya.Ketika masih mengawasi gerbang rumah Alici

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   113 - Keahlian Merebut yang Harus Dikuasai

    Terus menunggu di tempatnya, ternyata sosok yang dikhawatirkan Gian tidak juga muncul. Rupanya Alicia hanya makan malam dengan kedua orang tuanya saja.Betapa leganya perasaan Gian melihat itu. Bahkan ketika mobil keluarga Alicia melaju pulang, dia masih terus mengikutinya, hanya untuk benar-benar yakin bahwa setelahnya tidak akan ada pemuda Timur Tengah muncul nantinya.Setelah mobil keluarga Alicia masuk ke rumah mereka, Gian mendadak saja memiliki pemikiran, “Aku akan berjaga dulu sebentar di sini sampai jam kerjaku datang.”Maka, dia tetap bertahan di dekat rumah Alicia hingga jam menunjukkan pukul 9 malam dan waktu bagi dia memulai kerja.Gian lega dan yakin di jam seperti ini, tak mungkin orang tua Alicia membiarkan anak gadis mereka didatangi lelaki mana pun.Sesampainya di tempat Gunawan, lelaki yang menjadi bos baru Gian segera memberikan perintah kerja kepada semua anak buahnya termasuk Gian.Lantas, setelah itu, Gian memarkirkan mobilnya di tempat Gunawan dan pergi dengan r

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   114 - Hanya Sendirian Saja di Rumah

    Pemuda yang berusia sekitar 25 tahun lebih itu menatap Gian yang hendak merebut keranjangnya. Melihat bahwa yang merebut ternyata memiliki penampilan seperti bocah remaja, orang itu mendelik kesal. “Kau ini! Sana pilih punyamu sendiri!”“Ingin melawanku?” Gian menggenggam pergelangan tangan pemuda itu, mengalirkan setruman di sana.“Arghh!” Pemuda itu mau tak mau melepaskan pegangannya di keranjang dan lekas diambil alih oleh Gian. Kemudian, dia menatap heran sekaligus takut usai mendapatkan setruman dari Gian.Gian tersenyum menyeringai, senang bahwa pekerjaannya berhasil dengan cepat. Lalu, dia bayar keranjang itu ke petani sebelum dia bawa itu ke mobil pengangkut milik Gunawan.Masing-masing dari anak buah Gunawan memang sudah dibekali uang yang cukup untuk membeli buah.Salah satu rekan Gian menoleh ke arahnya yang baru saja menaruh keranjang berisi buah naga. “Wah, cepat belajar juga kau, Bocah!” Dia menyeringai kagum ke Gian.Gian membalas dengan senyum kecil meski hatinya dipen

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   115 - Jangan, Gian! Aku Mohon Jangan!

    Mengetahui bahwa Alicia saat ini hanya sendirian saja di rumahnya tanpa orang tua yang sedang pergi, mendadak saja akal sehat Gian menghilang secara cepat.Dia sudah mencoba bersabar dan terus membujuk Alicia untuk kembali menjadi kekasihnya, tapi Alicia menolak dan justru menerima cinta pemuda lain.Mana mungkin Gian tidak berang? Dia yang lebih kuat dan lebih hebat dari pemuda manapun, justru ditolak!Maka dari itu, mengabaikan pengusiran Alicia, dia justru makin melangkah maju dan mendorong pintu sehingga gadis itu terhuyung ke belakang.“Gian … lebih baik kamu pulang saja, yah! Mama dan papa sebentar lagi pulang. Aku mohon, Gian.” Nada suara Alicia bergetar melihat ada kilatan misterius di mata Gian yang sepertinya tidak menandakan sesuatu hal yang baik.“Kenapa buru-buru menyuruhku pulang? Ingin mengundang pacarmu itu? Kau begitu mencintai dia? Lebih memilih dia ketimbang aku, Cia?” Ada denyut sakit di hati Gian ketika mengucapkannya. Padahal ini ucapannya sendiri.“Gian, jangan

Bab terbaru

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   170 - Akhir Sebuah Petualangan

    “Ya, misimu sudah selesai. Kau bisa melanjutkan hidupmu seperti dulu atau seperti apapun yang kau inginkan.” Gumpalan itu menyahut Gian. Meski menyenangkan mengetahui bahwa dia sudah menyelesaikan misi, tapi ada keengganan di hatinya. Wajah gembira Gian berganti ke muram dan bertanya, “Apakah aku boleh tetap memiliki kekuatan ini dan meneruskan misi? Aku … jujur saja aku mulai menyukai menolong orang.” Dia sedikit malu saat mengatakannya dan menggaruk belakang kepalanya. Si gumpalan terdiam sesaat, tapi kemudian ada suara lain muncul dan itu barulah suara Dewa Milhesh. Mungkin ucapan Gian segera diteruskan ke sang dewa oleh gumpalan tadi. “Kau ingin tetap melakukan misi kemanusiaan?” tanya Dewa Milhesh ingin memastikan dari Gian sendiri. “Benar, Tuan Dewa.” Gian mengangguk dan meneruskan, “Saya sudah terbiasa melakukan misi ini dan rasanya sedih jika harus menyudahinya. Kalau Tuan Dewa berkenan, bolehkah saya meneruskan misi?” “Hm, ya sudah, kau bisa lanjutkan misimu sampai kau pu

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   169 - Lawan Kuat untuk Gian

    Gian sedang memberikan terapi penting pada seorang bapak untuk mencegah si bapak menderita penyumbatan darah di saluran yang ada pada jantungnya, tapi ternyata ada copet yang sedang dikejar seseorang yang mungkin saja korbannya.Haruskah Gian menghentikan terapi untuk menolong korban copet? Ternyata tidak perlu.Dengan santai, Gian cukup menjulurkan kakinya ke belakang saat dia sedang memberikan terapi di dada si bapak, dan copet yang berlari tadi tersandung dan terjungkal akibat itu sehingga dia bisa diringkus dengan cepat.Sepertinya Gian mulai menyukai misinya yang menyenangkan karena bisa membuat seseorang tersenyum bahagia usai ditolong. Apalagi, misi ini juga tidak memerlukan banyak tantangan. Mudah untuknya.Benarkah akan selalu mudah?***"Jangan kamu kira kamu yang paling hebat hanya karena kamu kuat!" Seorang lelaki menatap penuh dengki ke Gian saat mereka saling berhadapan di sebuah kebun kosong di sebuah desa. "Aku tidak merasa yang paling hebat. Aku hanya meminta kamu be

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   168 - Menghitung Kebajikan

    Ini masih jam 9 malam, belum terlalu larut malam sehingga masih ada banyak orang di jalanan.Ketika Gian baru saja menyembuhkan ibu pemilik warung kecil penjual pecel dan gado-gado, mendadak saja dikejutkan dengan teriakan orang-orang di dekatnya.Ketika Gian menatap apa yang menjadi biang keributan, ternyata ada mobil yang berjalan zig-zag tidak terkendali dengan kecepatan yang cukup tinggi. Meskipun jalanan sudah cukup sepi, namun masih ada banyak pejalan kaki di sana.Mobil itu tiba-tiba saja sudah berpindah ke daerah jalur sepeda dan hendak menyeruduk beberapa pesepeda yang sedang berada di sana.Gian lekas bergerak cepat dan menghilang dari hadapan ibu tadi dan dia sudah ada di depan mobil tadi dan memegangi bumper depan mobil sehingga kuda besi itu pun bisa berhenti secara paksa.Ketika mobil sudah berhasil dihentikan, orang-orang segera saja mengerumuninya dan terlihat pengendaranya ternyata sedang teler karena itu terlihat jelas dari tingkah lakunya.Oleh karena itu, orang-ora

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   167 - Menjadi Penyembuh Gratisan

    Gian berjalan kaki keluar rumah, dan bahkan dia tidak menggunakan kendaraan apapun untuk perjalanan misinya. Ini memang yang diperintahkan Dewa Milhesh kepadanya sebagai salah satu hukuman.Karena fisik kuat melebihi manusia biasa, Gian tidak mengalami kesulitan ketika dia harus berjalan berkilo-kilometer jauhnya tanpa berhenti.Di tas ransel yang dia bawa hanya ada 3 stel baju dan dalaman. Kostum ajaib dari perusahaan Rusia sudah dihancurkan oleh Dewa Milhesh kala itu di puncak gunung.Saat ini, Gian benar-benar mirip bocah petualang biasa. Hanya saja, dia terlihat berbeda karena penampilan menawannya.***Bruakk!Seorang lelaki terpental hingga menabrak tumpukan peti kayu di belakangnya ketika Gian meninjunya meski hanya mengeluarkan sekian persen kecil dari kekuatannya.“Bukankah sudah aku bilang agar kamu bersikap lebih pantas pada yang tua? Bisa-bisanya kamu merampas uang bapak ini!” tegur Gian pada orang yang baru saja dia tinju.Setelahnya, dia mengambil kembali segepok uang Rp

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   166 - Saatnya Berpamitan

    Gian benar-benar tidak bisa berkata-kata untuk beberapa saat ketika mendengar Alicia yang terdengar cemas dan bertanya pada dia.Meski Gian memiliki sekelumit dugaan bahwa orang yang memiliki perasaan kuat padanya hanyalah Alicia, tapi dia tetap saja terkejut mendapati bahwa itu adalah nyata.Padahal, Dewa Milhesh membuka segel penghapusan memori dimulai tadi malam, tapi ternyata Alicia sudah mencari dia sejak siang.Bergegas, Gian meraih ponselnya dan dia lupa bahwa dia sempat mengatur silent pada ponsel itu. Tentu saja, ada banyak panggilan tak terjawab dan chat yang semuanya adalah dari Alicia.“Cia … em, maaf … aku minta maaf, ponselnya aku silent, he he ….” Gian tersenyum canggung.“Oh, aku pikir kamu kenapa. Aku lega bukan main waktu kamu masuk ke kelas. Kau tahu, kau sudah tidak masuk berminggu-minggu, membuatku cemas saja.” Alicia seperti sedang mengomeli Gian, tapi remaja pria itu justru tersenyum senang.Ya, memang dari dulu hanya Alicia yang memiliki kepedulian lebih terhad

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   165 - Kembali ke Sekolah dan Menghadapi Mereka

    Memang informasi yang didapat Gian dari gumpalan gaib itu bukan suara melainkan pemahaman-pemahaman yang ingin dia ketahui.Gian diam dan mencerna apa yang masuk ke otaknya dari gumpalan kabut petir emas.Akhirnya dia paham, bahwa saat ini, semua anggota keluarganya hanya mengingat Gian di rentang waktu saat dia belum memiliki kekuatan super.Meski begitu, wajah Gian saat ini sudah sesuai dengan wajah terakhir dia, yaitu pemuda tampan yang membawa aura bule menawan padanya.Keluarga dan semua orang tidak akan ada yang ingat mengenai Gian memiliki kekuatan ajaib di luar nalar manusia. Oleh karena itu, Dewa Milhesh tidak memperbolehkan dia menunjukkan kekuatan itu jika bukan untuk kebajikan dalam misi kemanusiaan atau Gian bisa mendapatkan hukuman keras dari sang dewa.Karenanya, Gian pada malam harinya ketika pergi ke ruang makan untuk bersantap bersama ibu dan saudara-saudaranya, masih akan ada sikap usil dari Carlen dan Zohan.Namun, mereka sedikit terkejut dengan perubahan wajah Gia

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   164 - Turun Gunung dan Pulang

    Setelah Dewa Milhesh menunjukkan raut tegasnya yang mengakibatkan penampilannya makin menyeramkan karena kulit kemerahan dia, sang dewata pun mengendur dan menghela napas. “Haahh … manusia tetaplah manusia.”Mendengar suara Dewa Milhesh mendadak lebih lembut, beban di benak Gian menguap secara perlahan dan dia menjadi lebih tenang.“Kau harus bersyukur bahwa aku bukan orang kejam dan seenaknya meski kekuatanku besar. Nak, kau harus meneladani diriku ini, kau paham?!” Sang dewa melotot meski tidak menyebarkan aura mengerikan seperti sebelumnya.Gian tergagap menjawab, “Ba—baik, Tuan Dewa! Tentu! Tentu saya paham! Saya pasti meneladani Anda!” Memangnya apa lagi yang bisa dia ucapkan selain itu agar sang dewata tidak murka?“Hm, baiklah. Aku akan mengabulkan keinginanmu. Jadikan ini pengingat untuk dirimu agar setelah ini, jangan bertindak berlebihan dan merugikan orang baik di luar sana! Kau paham?” tegas Dewa Milhesh sambil menatap tajam ke Gian.“Paham, Tuan Dewa!” Gian mengangguk teg

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   163 - Hukuman dari Dewa

    Hukuman. Dia akan dihukum. Gian berdebar merenungkan kata itu. Apalagi, ini hukuman dari entitas tinggi seperti dewa, akan separah apa hukuman yang diberikan?Melihat Gian yang mulai pias karena ketakutan, Dewa Milhesh menghela napas dan berkata, “Aku ini bukan orang kejam.” Lagi dan lagi, sang dewata mengulang kalimat itu agar tak ada orang yang salah persepsi padanya hanya karena penampilan bengis dan menakutkannya.Tak juga mendapatkan sahutan dari Gian, maka Dewa Milhesh berkata lagi, “Hukuman untukmu adalah … aku cabut semua kekuatan yang ada di tubuhmu, semua yang diberikan mantan muridku.”Gian membelalakkan matanya lebar-lebar. Kekuatan supernya hendak dicabut? Bukankah itu artinya dia menjadi manusia pecundang lagi? Dia akan kembali ke kehidupan lamanya yang menyedihkan, bahkan mungkin kali ini akan lebih menyedihkan karena semua orang pasti mengutuk dan menginginkan dia membusuk di penjara.Karena memikirkan kemungkinan terburuk itu, Gian menundukkan kepala. Sepertinya sudah

  • Genderang Perang Manusia Elektrokinesis   162 - Menguak Identitas Mereka

    Diperalat?Kepala Gian bagai dihantam godam raksasa meski itu hanya sebuah ucapan dari Dewa Milhesh.Saat Gian sedang sibuk memproses ucapan sang dewata, sosok besar di langit itu melanjutkan bicara, “Kamu harus tahu, bahwa sebenarnya tikus putih yang selalu bersamamu itu aslinya adalah siluman tikus iblis, dan rekannya yang memberimu kekuatan listrik itu merupakan jin yang berubah menjadi siluman kucing iblis. Mereka sudah pernah beberapa kali membuat huru-hara di dunia manusia sejak jaman dulu.”Gian terdiam mendengarkan penuturan sang dewata dengan seksama, tidak berani mengeluarkan kalimat meski satu kata pun. Dia harus mengetahui dengan jelas semua hal mengenai Elang dan kekuatan di dirinya.“Kucing putih itu dulunya adalah jin yang menjadi muridku. Awalnya dia baik dan patuh padaku. Namun, sejak berteman dengan siluman tikus, perangainya berubah dan kerap membangkang, hingga aku mengusir dia dari kahyangan.“Selain itu, yang membuatku marah, jin muridku itu mencuri salah satu ra

DMCA.com Protection Status