Share

49. 11 tahun lalu

Penulis: ZuniaZuny
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-22 23:20:54

“Saat kalian berpamitan untuk pergi ke Italy?”

Dilon mengangguk membenarkan.

Flashback 11 tahun yang lalu.

“Ayo Dilon kita bersiap pergi sebelum ayahmu, Bastian menemukan kita,” ucap Sienna mengepak barangnya tergesa. Dilon yang bingung tetap mengikuti perintah ibunya, membawa barang barang miliknya. Saat memandangi fotonya bersama Sienna dan seorang lelaki memakai emblem putih, Dilon menitihkan air mata dan menyabet poto tersebut, memasukkan ke dalam tas ranselnya.

Sienna dan Dilon pergi ke kediaman Brams untuk berpamitan, sebelumnya Sienna sudah menghubungi semua anggotanya untuk berkumpul di kediaman Brams termasuk Alexa dan Diego serta anaknya.

“Maaf aku mengundang kalian untuk berkumpul secara mendadak,” ucap Sienna membuka pembicaraan.

“Ada apa Sienna, kenapa mendadak sekali. Bukankah suamimu baru saja meninggal dan dikuburkan kemarin? Hah?” tanya Sarah yang tak terima keputusan Sienna.

Sienna sungguh ingin mengatakan alasannya namun dia tak bisa, ada nyawa Dilon yang dipertaruh
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Gelora berbahaya Kakak   01. Jebakan batman

    Di sudut ruangan, seorang gadis duduk di bangku bar, merasa tidak nyaman dengan suasana yang penuh kegaduhan dan suasana hiruk-pikuk di dalam bar."Dimana kamu, Alex?" Gadis itu terus berbicara sendiri, mencari-cari kehadiran Alex, kekasihnya. "Aku sudah menunggu dari satu jam tadi, apakah Alex mempermainkanku?!"Dia adalah Lily Charoline, gadis cantik dan lekuk tubuh indah, apalagi matanya berwarna coklat hazel. Kekesalan itu semakin nampak ketika seseorang tiba-tiba memeluknya dari belakang. Dia reflek berdiri, ingin memukul orang itu karena telah lancang. Tapi begitu melihat wajahnya, dia langsung tersenyum."Lila sayang, kenapa kau menghindariku?" Alex membalas senyum Lila. “Aku bukan orang asing. Aku Alex, kekasihmu. Kenapa kau ingin memukulku?”"Ma-maaf, aku hanya terkejut.” Lila dan Alex berdiri berhadapan. “Aku sudah menunggu satu jam lebih, apa ini caramu minta maaf?” "Ciuman kerinduan," ucap Alex setelah mencium kening Lila sambil menatap intens wajah Lila. “Apa ini cukup u

  • Gelora berbahaya Kakak   02. Ternoda

    “Sialan, apa maumu?” Alex tetap melawan walau kepala dan perutnya terasa sakit.“Apa mauku? Yang kumau hanya menyingkirkan laki-laki brengsek sepertimu!” Pria itu melayangkan pinggiran telapak tangannya ke leher kanan Alex, membuat Alex pingsan seketika. Segera, dia mengeluarkan ponsel dan menghubungi asisten pribadinya.[Halo Ardo, singkirkan lelaki di depan kamar hotel nomor 16, sekarang!][Baik Tuan.]Ardo menyeret Alex ke kamar sebelah, mengikat tangan dan kakinya di kamar mandi, lalu menguncinya dari luar.Sedangkan pria tadi, dia melihat Lily dan sempat terbuai. Beberapa kali dia menelan saliva, tapi dia sadar, laki-laki sejati tidak pernah memanfaatkan wanita karena keadaan.Gleg.Ada gelenyar aneh menyeruak di dirinya.“Sialan, kenapa tubuhnya begitu elok?! Arghh, aku juga laki-laki normal. Brengsek, kenapa? Kenapa dia sangat menggoda?!”Dengan penuh kehati- hatian, lelaki itu berniat membenarkan kembali pakaian Lily namun tangannya tak sengaja menyentuh pundak Lily. Nafsunya

  • Gelora berbahaya Kakak   03. Kepergok

    "Akh!"Lily merasakan sakit kepala yang begitu hebat datang melanda. Bukan karena potongan ingatan yang timbul, lebih tepatnya Lily menolak ingatan tentang hal itu. Bagaimana tidak? Ciuman itu membuat kepalanya sakit.Hiks hiks.'Lily.'Nicho melihat Lily terduduk di lantai melalui celah pintu kamar mandi. Ingin sekali menolong Lily yang menangis, namun dia takut ketahuan.Tak ada alasan yang tepat untuk mendekati Lily. Nicho juga ingin tahu, apa yang sebenarnya Lila rencanakan. 'Kenapa dia menyuruh Lily menggantikan posisinya? tidak, aku tidak akan gegabah. Sabar Nicho,' batin Nicho memikirkan banyak hal, namun tatapannya tak beralih dari adik yang telah ditiduri. Lily melepas sprei yang membalut tubuhnya.Gleg.Nicho seketika meremang, teringat kembali kejadian penuh gairah semalam. Tubuh Lily begitu mulus dan putih seputih salju, sungguh tubuh yang proporsional.Jika tidak memakai pakaian ketat, orang lain tak akan tahu jika Lily mempunyai tubuh yang begitu indah. Dan Nicho suda

  • Gelora berbahaya Kakak   04. Hamil???

    “Brengsek!” rintih Alex. “Aku pasti membalas semua perbuatanmu, aku janji!” Getaran ponsel di saku celana yang berserakan di lantai membuat Alex berusaha keras mengambilnya. Dengan tangan terikat, bisa dipastikan Alex sangat kesulitan mengambil ponsel tersebut. Setelah berusaha sekuat tenaga, akhirnya Alex berhasil mengangkat teleponnya seraya menekan tombol loudspeaker."Halo Boss, sudah semalaman Boss tidak memberi kabar. Apakah semua baik?" Terdengar suara laki-laki yang panik dari ujung telepon."Bagus, akhirnya kamu mencemaskanku. Cepat kesini, bodoh! aku di kamar …, entah dimana aku ini!""Apa? Ba– baik, boss."Tak lama kemudian, anak buah Alex datang dan memanggil-manggil bosnya. Mereka terkejut melihat Alex diikat di kamar mandi tanpa sehelai busana pun. Usai ikatan dilepas, Alex segera menghantam dua anak buahnya dengan satu pukulan.Plak"Dasar kalian, sungguh bodoh!""A– ampun boss!""Ais, sudahlah. Sekarang cari lelaki yang membawa Lila-ku keluar hotel ini. Cepat periksa

  • Gelora berbahaya Kakak   05. Tanggung jawab

    Lila diminta masuk oleh Evelyn setelah Lily pingsan mendengar kabar kehamilannya. Evelyn menasehati Lila agar dia tetap mendampingi Lily, apapun keadaannya. Evelyn juga menjelaskan kalau Lily sedang berada di fase terendah dalam hidupnya. Jika dia tidak didampingi, ditakutkan kondisi Lily semakin memburuk, bahkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan lagi."Bulan depan, bawa Lily kembali ke sini ya .... Kita lihat perkembangan pada fisik dan psikisnya. Kuatkan dia, apapun yang terjadi! Jangan sampai Lily sendirian, apalagi sampai dia depresi.” Evelyn memeluk Lila yang pipinya sudah dibanjiri air mata."Terima kasih Dokter, Anda sudah menghubungiku karena kondisi Lily pingsan tadi."Evelyn mengangguk dan tersenyum. "Kamu mau janji sama Dokter untuk menemani Lily, kan?” Evelyn bertanya halus.“I-ini semua salahku, Dok! Aku yang memintanya masuk ke bar untuk menggantikanku, saudara kembarnya. Aku yang salah. Aku yang harusnya menderita. Tapi, kenapa Lily yang malah jadi korban? Kenapa, D

  • Gelora berbahaya Kakak   06. Kembar.

    Alex tercengang mendengar kalimat yang keluar dari Lila. “Saudara Kembar?” tanyanya memastikan jika tak salah dengar.Lila memutar bola mata jengah. Duduk di Sofa dan meminum segelas air dingin.“Dia memang jarang di ekspos majalah dan infotainment tapi dia aktif di sosial media. Dia begitu berbanding terbalik denganku. Aku sampai merasa mual dengan cara berpakaiannya yang serba tertutup,” ejek Lila.Tangan Alex mengepal. Dia berusaha mencerna baik baik apa yang dijelaskan Lila. “Jadi, kau mencoba menipuku?” teriak Alex marah dan mencekik leher jenjang sang kekasih.“Tolong …, Lepaskan aku. Akh.”Lila berusaha melepas cengkraman tangan Alex dan memukul mukulnya sekuat tenaga.“Mati saja kau bitch. Berani sekali membohongiku.”Alex semakin kuat mencengkram leher Lila namun setan jahat menyuruhnya berhenti.‘kenapa juga aku harus membunuhnya? Bukankah menikmati tubuhnya lebih nikmat daripada membunuhnya,' bisik setan dalam diri Alex.Uhuk, uhuk, uhuk.Alex melepas cekikan di leher Lila.

  • Gelora berbahaya Kakak   07. Diculik?

    "Alea," bentak Dion tak suka."Maaf sayang, tapi aku begitu menginginkannya? Kita sudah satu minggu tak bertemu. Aku merindukan belaianmu." Alea mengalungkan kedua lengannya pada leher Dion. Menghirup aroma mint yang membuatnya candu. Mereka adalah partner ranjang yang cocok dan Dion tak pernah menolak ajakannya. Namun sekarang, Dion tiba tiba saja menolak dan Alea harus tahu alasannya. "Katakan, siapa yang menghubungimu? Setelah itu aku akan melepasmu.""Nicho. Ya, Nicho yang menghubungiku. Dia meminta aku mencari data pribadi dari seseorang.""Seseorang? Siapakah itu?""Rahasia." Dion melepas pelukan Alea dan memicingkan mata tajamnya. "Aku sudah memberitahumu, sekarang pergilah!""Tidak mau."Dion sangat marah dengan sikap keras kepala Alea. Mata hitam itu menatapnya seperti seekor elang yang siap menerkam mangsanya membuat wanita berpakaian seksi itu langsung ketakutan. Dengan enggan, Alea pergi meninggalkan tamu langganannya. Dion sendiri segera pergi menuju apartemennya, bernia

  • Gelora berbahaya Kakak   08. Penyelamat

    Dalam keadaan takut dan panik, Lily mencoba sekuat tenaga berontak. 'Tolong, tolong!'MmphSuara Lily tercekat di tenggorokan akibat mulutnya yang dibungkam. Tangannya segera diikat agar tak memberontak lagi. "Cepat urus wanita ini agar Diam. Aku akan menghubungi Bos," perintah ketua bodyguard Alex."Halo, Boss Alex. Kami membawa wanita yang Anda inginkan.""Kalian sungguh hebat. Tak sia sia aku langsung terbang kemari," ucap Alex di seberang. Dari suara, tampak sekali jika dia sangat bahagia. "Segera bawa ke tempatku."Lily melotot, tubuhnya gemetar saat mendengar percakapan melalui telepon itu. Dia sangat takut saat ini, mengingat Alex-lah yang memberinya obat laknat malam itu. Ya, Alex yang menyuruh tiga anak buahnya untuk menculik Lily. Dengan menculiknya, diharapkan lelaki yang bersama Lily datang untuk menolongnya.Tak butuh waktu lama, anak buah Alex dan Lily sudah tiba. Segera dihadapkan pada seorang lelaki yang kini duduk di kursi kebesarannya. Asap mengepul dari bibir, menam

Bab terbaru

  • Gelora berbahaya Kakak   49. 11 tahun lalu

    “Saat kalian berpamitan untuk pergi ke Italy?”Dilon mengangguk membenarkan.Flashback 11 tahun yang lalu.“Ayo Dilon kita bersiap pergi sebelum ayahmu, Bastian menemukan kita,” ucap Sienna mengepak barangnya tergesa. Dilon yang bingung tetap mengikuti perintah ibunya, membawa barang barang miliknya. Saat memandangi fotonya bersama Sienna dan seorang lelaki memakai emblem putih, Dilon menitihkan air mata dan menyabet poto tersebut, memasukkan ke dalam tas ranselnya.Sienna dan Dilon pergi ke kediaman Brams untuk berpamitan, sebelumnya Sienna sudah menghubungi semua anggotanya untuk berkumpul di kediaman Brams termasuk Alexa dan Diego serta anaknya.“Maaf aku mengundang kalian untuk berkumpul secara mendadak,” ucap Sienna membuka pembicaraan.“Ada apa Sienna, kenapa mendadak sekali. Bukankah suamimu baru saja meninggal dan dikuburkan kemarin? Hah?” tanya Sarah yang tak terima keputusan Sienna.Sienna sungguh ingin mengatakan alasannya namun dia tak bisa, ada nyawa Dilon yang dipertaruh

  • Gelora berbahaya Kakak   48. Malam panjang bersama Alex

    Di tempat persembunyian Alex.“Alex, Alex. Di mana kamu?”Marco datang sendirian mencari Lila. Namun tak ada seorang pun di sana.Saat hendak berbalik, ada dua bodyguard muncul. “Anda mencari tuan Alex?”“Ya, di mana Tuan kalian, aku ingin memberinya pelajaran karena menculik anakku.”“Dia ada di suatu tempat dan sedang merekamnya untukmu.”Pengawal memberi tanda pengawal lain untuk menekan tombol live.“Ah, ah, yes ah.”“Damn it,”Plak. Plak.Di layar memperlihatkan Alex mengungkung Lila dan Lila menikmatinya.“Astaga!”Ponsel segera dijauhkan dari Marco.Marco tercengang, menutup mulut tak paham dengan yang Lila lakukan. “Di mana anakku? Di mana mereka saat ini?” tanya Marco berapi-api, tangannya mengepal hingga urat nadi kelihatan.“Tunggu saja di rumah, pak Tua. Besok anakmu akan pulang dengan sendirinya dalam keadaan sehat tak kekurangan apapun dan mungkin saja dia membawa bonus cucu untuk Anda, ha, ha, ha.” Ejek salah satu pengawal.“Kurang ajar kalian! Aku tak akan membiarkan k

  • Gelora berbahaya Kakak   47. Obat laknat itu lagi.

    “Ada Dokter di sekap di dalam?” teriak Lily membuat satpam dan perawat datang mengerumuni.“Ada apa?” tanya satpam.“Ada Dokter diikat di dalam dan pintunya terkunci.”Satpam tersebut segera mencari kunci cadangan semua pintu dan berhasil membuka pintunya.Ceklek.“Dokter.”“Apa yang terjadi? Di mana Lila, anakku?” tanya Catlyn.Lily sibuk membuka lakban dan ikatan di tangan dan kaki Zico.“Maaf Nyonya, aku tadi baru ingin bertanya keluhan Nona Lila, tiba-tiba ada yang membekam Nona Lila berbarengan dengan orang memukul kepalaku sehingga aku tak sadarkan diri.”“Oh my God,” lirih Catlyn.“Jadi Lila diculik? Siapa yang menculiknya?” tanya Lily sedangkan Catlyn sudah menangis histeris dan menghubungi sang suami.[Halo sweety. Ada apa?][Marco, Lila. Lila diculik?][Apa? Di mana kalian sekarang?][Kami di rumah sakit.][Kamu tenang sweety, aku akan menyelamatkan Lila, pasti Alex pelakunya.][Entahlah Marco, aku sungguh bingung saat ini, hiks hiks.][Kamu tenang dan pulanglah! Aku akan me

  • Gelora berbahaya Kakak   46. Lila menghilang

    "Jadi Mommy melihat tanda di leherku?"Lagi lagi Catlyn mengangguk.Sebenarnya Catlyn ingin sekali menanyakannya pada Lily, tapi melihat anaknya demam tadi, diurungkannya. Ibu mana yang tega melihat anaknya sakit, tapi masih bertanya tentang hal itu? Seolah mengorek privasinya."Maaf mommy," lirih Lily tertunduk."Mommy tahu karena mommy juga pernah muda, tapi ...."Lily menggeleng."Semua tak seperti yang Momny bayangkan."Catlyn mengangguk dan mengelus pundak Lily pelan. "Kamu sudah dewasa, Sayang. Kamu pasti bisa membedakan mana cinta dan mana nafsu. Namun, untuk saat ini fokuslah pada siapa lelaki yang merenggut kesucianmu. Setelah itu kamu baru bisa melanjutkan hidupmu. Jika tidak, kamu akan dibayang-bayangi rasa bersalah terhadap kekasihmu saat ini.""Terima kasih, Mommy," ucap Lily sambil memeluk tubuh ibunya."Sudah-sudah, tidurlah."Lily pergi ke kamar dengan perasaan lega, seperti ada batu yang dari tadi menghimpitnya dan kini batu itu menghilang sehingga hidupnya terasa san

  • Gelora berbahaya Kakak   45. Naluri seorang Ibu

    "Ada apa?”Marco melihat Lily sekilas. “Apa Lily sakit?”Catlyn menempelkan punggung tangan di kening Lily. “Astaga, panas sekali. Lily demam.”Marco segera mengambil se-baskom air dingin dan waslap.“Biar aku saja sweety, aku akan mengganti pakaiannya dulu,” ucap Catlyn mengambil alih baskom di tangan Marco.“Baiklah jika itu maumu. Aku akan kembali ke Kantor. Nanti kabari aku jika demam Lily sudah mereda. Ok.”“Cup.”Marco mencium kening Catlyn dan pergi meninggalkan kamar Lily.Catlyn segera melepas sweeter, tanktop dan jeans yang dipakai Lily. Dengan perasaan campur aduk, Catlyn memakaikan piyama di tubuh Lily.“Kakak.”“Kakak.”Lily mengingau memanggil manggil kakak.“Kakak!?”Catlyn semakin cemas. Takut terjadi sesuatu pada Lily. Dengan telaten Catlyn mengompres, berharap buah hatinya segera membaik dan demamnya segera menghilang.“Lily kenapa, Mom?” tanya Lila mendekat.“Dia demam.”Catlyn sengaja memakaikan baju tidur dan mengancingkan bagian atas agar bekas gigitan tak terlih

  • Gelora berbahaya Kakak   44. Kissmark

    "Kamu menghubungi siapa? Katanya pusing malah sibuk main ponsel," ejek Lila.Dengan terpaksa Lily mematikan ponselnya dan bersandar pada jok mobil serta memejamkan mata. Marco dan Catlyn menengok sekilas, mendengar ocehan Lila.Di tempat lain.Nicho menunduk. "Saat itu Alex telah memberinya obat perangsang dan hampir memperkosa Lily. Aku hanya berniat menolong Lily sebagai adikku namun aku kalah, aku kalah saat dia menyerangku akibat obat laknat itu. Akalku tak bisa menolaknya. Saat dia bergerak seperti cacing kepanasan, butuh pelampiasan, aku tak sanggup melihatnya. Terlebih dia bukan adik kandungku. Jika saja dia adik kandungku, mungkin aku akan memukulnya agar dia pingsan saja."Nicho meneteskan air mata. Dia punya alasan untuk melakukan hal hina itu dan setidaknya dia sudah menceritakan alasannya.Akh."Aku menyesal Ayah?""Menyesal pun tak ada gunanya. Nasi sudah menjadi bubur. Sekarang kamu harus bersiap menghadapi Marco dan kekecewaan Catlyn serta kebencian dari Lily.""No Ayah

  • Gelora berbahaya Kakak   43. Enggan pergi

    Emph.Nicho menarik masuk Lily ke dalam bilik dan mencium Lily penuh cinta. Disesap lagi bibir candu yang sebentar lagi tak dirasakan.“Ah, kakak.”Nicho menyesap leher jenjang dan memberi tanda kepemilikan di sana membuat Lily merasakan debaran gairah.Nicho menutupi leher Lily dengan Sweater.“U’ re my mine."“Eph.”Nicho kembali menciumnya. Merapatkan tubuh yang kini dibakar api gairah. Jika tak memegang janjinya sendiri, saat ini Nicho pasti mengungkung Lily di sini. Dengan terpaksa Nicho melepas pagutannya. Jam tangan menunjukkan tinggal lima menit lagi waktu yang dimiliki.“Aku harus pergi Lily.”Cup.Nicho mengandeng Lily keluar toilet wanita bersama. Mententeng koper yang ditinggal di luar toilet.“Aku pergi!”Nicho tersenyum bahagia, memakaikan topinya pada kepala Lily dan membenarkan sweaternya. Sedangkan Lily hanya mengangguk, memaksakan senyum dan merelakan kepergian Nicho. Saat Nicho berbalik menyeret koper, tiba tiba ....Plak.Tamparan keras menyapa pipi mulus Nicho ta

  • Gelora berbahaya Kakak   42. Pergi

    Tok, tok, tok.Ketukan kaca tebal mengusik tidur Lily.Dirinya mengerjap dan mendapati Nicho berdiri di balkon.Lily berjalan mendekat dan membuka kunci pintu kaca.Srekh.Kaca bergeser, menampakkan sosok cantik meski rambut acak acakan.Cup."Kenapa lama sekali membuka pintunya? Aku kedinginan."Nicho segera masuk setelah mencium bibir Lily sekilas. Lily segera menutup dan mengunci serta menggeser tirai."Kenapa Kakak ke sini?" tanya Lily berbisik, duduk berdua di kaki ranjang.Meski kamar Lily kedap udara namun tetap saja dirinya takut orang tuanya memergokinya."Aku menunggu dari tadi namun Daddy dan Mommy tak berolahraga malam, mungkin mereka lelah."Lily memutar bola mata jengah. Bisa bisanya Nicho datang larut malam hanya menceritakan tentang pengintaian orang tuanya."Lily, bagaimana kalau kita saja yang berolahraga malam?" tanya Nicho mendekatkan tubuhnya.Lily segera menggeleng tegas. Memilin piyama, merasakan gugup yang tak terkira. 'Bagaimana jika Nicho memaksa dan aku tak b

  • Gelora berbahaya Kakak   41. Ancaman Marco

    "Apa?"Lily melotot, mendengar ucapan kakaknya yang sangat vulgar dan mesum."Mau tidak?""No."Lily menggeleng pasti.Mengingat terakhir kalinya Lily melihat adegan panas orang tuanya, tubuhnya langsung bereaksi aneh, sukses membuatnya bergidik ngeri.Lily pergi meninggalkan Nicho yang tersenyum smirk. Menghempaskan tubuh lelah pada kasur empuknya. Tiba tiba ….BipSebuah pesan masuk, seketika Lily melotot membaca pesan tersebut.{Lily, nanti jam 23.00 aku akan masuk lewat balkon. Jangan kunci dinding kacanya. Ok.}"Dasar Nicho gila. Aku tak akan membuka pintu balkon untukmu," umpat Lily.Detik berikutnya pesan terhapus. Nicho sengaja menghapus pesan takut jika ada yang membacanya.Nicho tersenyum melangkahkan kaki dan ingin tidur siang sejenak.Di tempat lain.Alex telah mendengar kabar jika Lila keluar Rumah Sakit.Peluang bertemu semakin kecil mengingat Lila dilindungi Marco dan Nicho.Dirinya harus mencari cara agar bisa bertemu sang pujaan hati."Apa aku culik saja dia?" gumam

DMCA.com Protection Status