"Lily, pesan dari siapa?"Pertanyaan Marco menarik akal sehat Lily."Ah itu, em, dari teman kuliahku Dad. Aku akan menghubungi kak Nicho."Lily beralih ke teras belakang fokus memanggil Nicho.Tak ada jawaban membuat Lily kesal."Ke mana dia?" gumam Lily.[Iya, terima kasih sudah memproses berkas yang aku kirimkan kepada Anda. Mohon bantuannya] ucap Marco berbicara dengan seseorang di telepon.Marco menghela napas panjang. "Aku telah melaporkan Alex ke Polisi dan semua sudah di proses.""Benarkah Sweety?" tanya Catlyn berharap jika dirinya tak salah dengar.Marco mengangguk.Mereka hanya bisa pasrah, berharap Lila segera ditemukan dan Alex ditangkap.Tiba-tiba pintu terbuka menampilkan seseorang masuk perlahan."Lila?"Semua terkejut melihat kedatangan Lila."Lila, kamu pulang sayang," ucap Catlyn berlari memeluk sang buah hati."Mom, hiks, aku ….""Sudah, tak usah kamu ceritakan, kami sudah tahu Sayang," jawab Catlyn.Lila memandang nanar Catlyn lalu Marco."Aku sudah melaporkan Ale
[Apa!?][Iya, dan kini Daddy sangat marah, melaporkannya ke Polisi.][Apa?]Nicho semakin terkejut dengan penuturan yang baru saja Lily katakan.Alex bisa mengungkapkan tentang dirinya kepada Nicho . 'Bagaimana ini?' pikirnya cemas.[Iya kak dan Polisi sedang melacak keberadaan Alex.][Baiklah, terus kirimi aku info terbaru dari kasus ini. Sudah dulh ya, kakak ada urusan.][Em, baiklah. Kakak hati-hati di sana.][I love you Lily.]Panggilan berakhir."Ayo kita lanjutkan?"Nicho berusaha bersemangat tapi dia tak bisa membohongi seorang DilonMereka mulai menggali untuk mendapatkan abu Sienna.Dilon akan memindahkan ke tempat yang layak.***Alex baru saja selesai melakukan sesi pemotretan."John, apa cintaku masih di hotel?" tanya Alex."Maaf boss dia sudah pulang dan saya ingin menyampaikan jika Polisi sedang di luar mencari Anda, membawa surat penangkapan." Alex tersenyum smirk."Biarkan saja mereka menangkapku John. Pastikan semua media tahu. Aku sudah siap dengan resiko tak terk
“A- apa?”“Tunggu dulu Dilon, aku tak paham maksudmu,” ucap Nicho berusaha mencerna instruksi dari Dilon.“Dia Zoya, anak Bastian dengan istri barunya. Dia lebih muda 5 tahun dari kita. Aku ingin kamu mencuri perhatiannya Nicho , buat dia jatuh cinta padamu.”“Whats?”“No. No Dilon. Aku tak bisa melakukannya.”“Come on Nicho . Hanya mencuri perhatiannya, aku tak memintamu tidur dengannya?” ucap Dilon sedikit membentak.Nicho menggeleng.“Bagaimana jika Lily tahu?”“Aku janji tak akan membocorkan rahasia ini,” ucap Dilon cepat.“Bagaimana jika dia tak mau lepas dariku?”“Tenang saja, aku yang akan mengatasinya sebagai balas dendam kepada Bastian, si brengsekh itu.”“Dilon, ada banyak cara untuk membalas dendam, tidak dengan menjadikan anaknya sebagai tumbal.”“Lantas? Apa aku bunuh Bastian saja?”“Bukan begitu, Dilon.”“Aku tahu kamu hanya ingin memberi solusi terbaik untukku Nicho, tapi apa kamu tahu rasa sakit seperti apa yang aku alami? Semua balasanku ini tak sebanding dengan ras
"Lila, jika kamu hamil, gugurkan kandunganmu.""Apa?"Lily dan Catlyn tercengang mendengar ucapan Marco.Jauh berbeda dengan Lila yang memang tak ingin mengandung anak dari Alex. "Kalian bisa bubar sekarang," ucap Marco.Lila bangun dari duduknya dan pergi ke kamar membuat Catlyn menggeleng pelan. Sedangkan Lily meski berat juga pergi, kali ini dia ke pantai belakang Villa. Lily memandang hamparan air berwarna biru dan menutup mata, membayangkan jika ada Nicho di sisinya saat ini. Lily teringat saat pertama kali Nicho menciumnya di sini, di pantai ini. Tersenyum dan mulai mengambil ponsel di saku celana.Lily memberitahukan semua kepada Nicho tanpa ada yang terlewatkan termasuk jika Alex tahu siapa pelakunya. Namun, ia tak memberitahukannya pada Marco karena alasan yang menguntungkan baginya.{Kak, jujur aku sangat penasaran dengan siapa orangnya? Haruskah aku menanyakan sendiri kepada Alex?}Pesan dikirim pada Nicho dan segera ada panggilan masuk darinya.[Halo, Kak Nicho.][Halo Li
Alex sedang sibuk mempersiapkan syuting project baru mereka berlokasikan di Paris."Boss, aku sudah mencari informasi terbaru dari Lila. Tak ada tanda jika dia akan keluar rumah, mungkin karena kejadian kemarin boss menyebabkan Lila dikurung.""Biarkan saja John. Sebenarnya aku ingin berpamitan dengannya, tapi tak bisa bertemu juga tak apa-apa."Alex mulai menyeret koper menuju pesawat pribadi miliknya. Segera masuk ruang pesawat yang disulap menjadi tempat tidur mewah dan mulai merebahkan diri di sana.Mata Alex terpejam tapi otaknya terus memikirkan Lila. 'Semoga dia cepat hamil anakku dan memohon pertanggung jawaban dariku. Dengan senang hati Lila, aku akan bertanggung jawab dan menjadi suami terbaik untukmu,' batinnya.Disisi lain, Lila sedang memandang tajam pada Lily. Dilihat intens wanita yang sedang berenang tersebut.'Wanita macam apa sebenarnya kamu Lily? Bisa-bisanya Nicho menyukaimu. Lihat saja, aku akan menjerat Nicho agar memilihku daripada kamu,' pikir Lila memiliki seb
"Terima kasih banyak untuk hari ini, Kak Nicho.""Sama-sama."Saat Nicho sibuk melepas sabuk pengaman, entah sejak kapan Zoya sudah bergeser, mengikis jarak dan ….Cup Zoya mencium pipi Nicho.Nicho sungguh terkejut, Zoya segenit ini padanya, lelaki yang baru sehari dikenal.Zoya berbisik di telinga Nicho saat Nicho masih tercengang. "Telingamu memerah Kak, jika kamu menginginkannya kita bisa ke hotel lain, sekarang."Tangan Zoya dengan berani menyentuh bagian bawah tubuh Nicho yang masih tidur. Reflek Nicho beranjak keluar dan pergi tanpa permisi. Tangannya mengepal kuat dan begitu kecewa. 'Sudah cukup sampai di sini. Aku tak sanggup lagi,' batinnya kesal.Brakh.Nicho membanting kasar tote bags di meja kaca, mengalihkan fokus Dillon yang sedang main Game."Hai kawan, kamu sudah pulang rupanya.""Dillon, aku tak sanggup meneruskan rencana ini.""What's wrong, Nicho?"Nicho duduk dengan kesal di sofa."Dia sungguh jalang yang haus belaian. Dia dengan terang-terangan mengajakku makin
Nicho berlama-lama di kamar mandi sambil memikirkan suatu cara."Brengsek."'Apa yang harus aku lakukan, berfikir Nicho, berfikirlah, ayo otak jenius berfikirlah,' batin Nicho sibuk mencari ide.Hampir setengah jam Nicho di dalam kamar mandi.Ceklek.Pintu terbuka menampilkan Nicho dengan pakaian kimononya."Kamu sudah selesai kak Nicho," ucap manja Zoya, hendak bangkit dari tidurnya di ranjang.Jangan tanyakan lagi, pose Zoya saat ini begitu menggoda, jika lelaki selain Nicho sudah pasti akan mengungkung dengan suka rela.Berbeda dengan Nicho. Dia sama sekali tak tertarik, bahkan juniornya setia tidur dan tak mau bangun."Jangan bergerak Zoya, kamu tetaplah di sana. Aku akan mengambil segelas Wine. Kita bersenang senang dahulu sebelum memulainya. Oke."Zoya tersenyum bahagia."Ah, kakak tipe yang romantis juga. Tolong kak! Tolong cepat ambilkan Wine dan kita minum bersama. Aku tak sabar lagi, Kak."Nicho tersenyum kemudian mengambil ponsel dengan gerakan cepat, memungut buku dan tas
“Kamu, Alex.”“Ya, aku. Bisa kita bicara sebentar?”Nicho dan Alex duduk berhadapan di restoran satu lokasi di Bandara mengingat Nicho yang akan terbang 30 menit lagi.Alex melirik buku balerina yang di bawa Nicho. "Kamu begitu mencintai Lily ya, Nicho?" tanya Alex memastikan penilaiannya.Nicho melihat tatapan Alex pada buku balerina, segera mengambil buku dan memasukkan pada sling bags."Kamu tak perlu tahu perasaanku," ucap Nicho ketus."Jika kamu begitu mencintai Lily, kenapa kamu mau menikahi Cella?"Nicho melotot, sungguh terkejut dengan ucapan Alex, sontak membuat produser itu terkekeh."Ha haha. Kenapa terkejut Kak, semua orang sudah tahu hal itu. Apa kamu tidak tahu?""Apa maksudmu?""Kemarin aku telah kerumahmu dan menjelaskan semuanya pada ayahmu, Marco. Aku mengakui jika aku memerkosa dan menculik Lila. Aku mau bertanggung jawab, tapi Daddy mu malah memukulku dan menolak mentah mentah."Alex menghela napas."Keesokan harinya, Daddy mu mengumumkan jika kamu akan bertunangan
Jam sudah siang, tapi dua insan di sebuah penginapan itu belum juga terbangun. Lily mengerjapkan mata, melihat sekitar. Dirinya bangun dan berjalan ke ruang tamu, ada Nicho tertidur di sofa.Lily mendekat dan duduk di lantai berada tepat di depan Nicho, memperhatikan wajah sembab yang di usir semalam.Lily menatap intens detail wajah Nicho, dari lentiknya bulu mata untuk ukuran lelaki. Alis mata yang indah, hidung mancung dan bibirnya sensual.Melihat pergerakan Nicho, Lily segera berdiri dan berlari ke kamar mandi, menghilangkan penat dengan mengguyur tubuhnya. Nicho sendiri membelalakkan mata terkejut melihat jam sudah menunjukkan jam 11.00 siang. "Kenapa Lily berada di kamar mandi dapur?" gumam Nicho tak paham, segera mengambil pakaian ganti dan mandi di toilet kamar.Karena tadi gugup, Lily tak sempat mengambil baju ganti. Dirinya segera melilitkan handuk di tubuh dan berjalan pelan menuju kamar. Lily mengendap-endap layaknya pencuri yang akan mengambil barang berharga orang lain.
"Apa yang kamu lakukan di sini Lila?" tanya Stevani bergerak hendak bangun membuat ranjang empuk itu bergoyang dan membuat Alex membuka mata.Alex mengucek mata dan terduduk seketika saat melihat Lila ada di depan matanya saat ini. "Lila!"Lila hampir saja menangis, tapi ditahan. Sungguh tak bisa menjelaskan suasana hatinya saat ini, antara sakit, sedih, kecewa dan dikhianati."Dia masuk tanpa izin dan mengganggu kita, Sayang," ucap Stevani, membuat Alex seketika melotot."Stevani, aku tak membutuhkanmu lagi, sekarang kamu bisa keluar," ucap Alex tegas."A-apa?""Tapi aku masih ingin melakukannya, Alex?" rengek Stevani."Cukup!" bentak Alex, membuat Stevani ketakutan.Aakh!Tiba-tiba Lila mengerang kesakitan, memegang perutnya."Lila!"Alex memegang tubuh Lila dan menggendongnya ala bridal ke ranjang."Lila, kamu tak apa-apa?”Lila segera menepis tangan Alex.Melihat itu semua membuat Stevani sungguh muak. Dirinya seperti j*l*ng saja. Habis manis sepah dibuang. Stevani segera memakai
"Apa ini!?"Lila sangat syok melihat beberapa foto Zico menggendong seorang bayi dan seorang wanita yang tergolek lemah di atas ranjang, sepertinya si wanita habis melahirkan bayi yang digendong Zico. Di tunjukkan foto itu kepada Zico. "Bisakah kamu jelaskan padaku? Apa ini?"Zico terbelalak kaget. Tak menyangka jika ada photo dirinya di ponsel Lila."Ah itu. Itu foto adikku melahirkan dan aku mendampinginya."Catlyn dan Marco segera merebut ponsel dan melihat foto di dalamnya.Lila tersenyum. "Tapi kelihatan sekali jika kamu sangat bahagia, seperti seorang suami saja.""Jadi kamu berpikir jika aku sudah mempunyai anak dan istri, begitukah, Lila?" teriak Zico marah.Marco hampir saya memukul Zico jika saja Catlyn tak menghentikannya. Tangan mengepal erat hingga memutih, membuat Catlyn ketakutan."Maaf Zico, bukannya Lila menuduhmu, tapi seseorang dengan berani mengirimkan foto tak terduga kepada kami di saat momen sakral yang hendak kalian lakukan, jelas sekali jika dia mempunyai mak
Nicho segera mengambil nasi dan memotong ikan sebagian, mulai makan ditemani keheningan malam, makan dengan begitu lahap. Entahlah mungkin karena lapar atau karena masakan dari Lily, yang jelas Nicho sungguh bahagia sekaligus sedih, saat ini.Air mata menetes jatuh di makanan sehingga terasa asin. Namun, Nicho terus makan dengan lahap tanpa menghiraukan air mata yang kini semakin deras menetes.Uhuk. Uhuk.Saking semangat makan dalam tangis, Nicho sampai tersedak.Bugh.Bugh.Nicho memukul mukul dadanya sendiri dan segera minum jus yang dibuat Lily.BrakhNicho menggebrak meja, meluapkan semua amarahnya. "Brengsek kamu Dilon. Tega sekali kamu menjeratku, menodai sucinya persahabatan kita. Aku tak akan pernah memaafkanmu, argh," teriak Nicho kesal. Dirinya bangkit dan mulai mencuci piringnya dan sisa Zoya, membereskan semua sisa makanan.Memandang nanar pada pecahan gelas yang tadi sempat dijatuhkan Lily, Nicho segera mengambil sapu dan memungutnya ke tempat sampah. Dirinya terus fokus
"Kamu?" teriak Nicho."Kamu?"Dilon juga terkejut dengan adanya Zoya di tempat itu. Sungguh tak menyangka jika Zoya begitu nekat mengikutinya.Sebelumnya Dilon berpamitan pada Zoya, akan pergi menemui Nicho dan mengatakan perihal kehamilannya. Namun, Zoya malah mengikutinya dan berjalan satu langkah di depannya."Kenapa kamu ada di sini Zoya?" bentak Dilon."Jangan halangi aku Kak, aku mau mengatakannya langsung kepada Nicho," ucap Zoya mendekat.Nicho sendiri merasa linglung saat ini. Dia tak mengerti apa-apa, melihat ekspresi Lily yang sedih dan menghindar darinya. "Ada apa sebenarnya? Lily, katakan padaku?" pinta Nicho."Aku hamil anakmu, Nicho dan kamu harus bertanggung jawab," ucap Zoya lantang."Apa?"Nicho lebih syok dibanding Lily.Bagaimana tidak? dia tak menyentuh Zoya, tapi kini disuruh bertanggung jawab. "Kamu gila Zoya.""Ya, aku sudah tergila-gila denganmu dan kamu harus bertanggung jawab, Nicho.""Apa yang harus aku pertanggungjawabkan? Sedangkan aku tak pernah menyentu
Tok, tok.Lily memandang pintu penginapan yang kini di ketuk seseorang."Lily, buka pintunya, Sayang," ucap Nicho dari luar.Lily membuka pintu dengan lemas. Nicho segera memeluk Lily. Namun Lily mundur, menolak dipeluk sang kakak."Ada apa, Lily?"Belum sempat Lily menjelaskan dan Nicho sendiri dalam kebingungan. Tiba tiba suara seorang wanita mengejutkannya. “Kak Nicho!”Wanita itu tersenyum. "Halo, Nicho?"Mata Nicho melotot dengan kehadiran seorang wanita berdiri di antara dirinya dan Lily saat ini."Kamu?""Kamu?"Dilon tak kalah syok melihatnya. Tadinya Dilon hanya ingin mengantar Nicho ke penginapan. Namun, hal yang tak terduga terjadi.Satu jam yang lalu.Lily bosan menunggu Nicho jadi dia ingin memasak hasil ikan yang mereka tangkap tadi.Lily mulai mengikat rambutnya dengan mencepol di atas, memakai apron layaknya seorang chef yang siap mengeksekusi ikan. Mulai dari membuang sisik dan kotoran, membuat bumbu serta memanggangnya.Kenapa di panggang, tidak digoreng?Karena Nich
Saat ini, Lila berada di kamarnya. Dirinya hendak beristirahat namun ponselnya bergetar menandakan ada sebuah pesan.Di buka dan di baca isi pesan tersebut yang isinya sungguh membuat Lila tercengang."Ini,..."Dirinya tak bisa lagi berkata membaca semua yang Alex tuangkan lewat pesan.Air mata luruh membasahi pipi, tak bisa menjelaskan isi hati Lila saat ini. Antara sedih dan bahagia.Bukankah ini yang di harapkan?Harusnya dia bahagia karena terbebas dari jeratan seorang Alex?Namun mengapa membaca pesan itu, hati Lila teriris perih?Sangat sakit sekali.Tangannya gemetar dan tubuhnya berguncang hebat akibat tangisan yang Lila sendiri tak tahu alasannya.Di remas kuat ponsel dan dibanting ke kasur empuk serta dirinya ikut limbung di ranjang tersebut.Di sisi lain, Alex memandang setiap gerakan Stevani melepas sehelai demi sehelai gaun tipis di tubuhnya. Dengan satu hentakan, tubuh polosnya terpampang jelas menyapu kedua mata Alex.Siapapun akan tergoda dan bagian bawah mereka akan
Brakh.Nicho menutup pintu kasar dan segera memakai pakaian. Setelah itu beranjak ke kamar mandi dan Lily masih belum memakai pakaiannya, membuat Nicho menelan ludah. "Lily, kenapa belum berganti pakaian?"Lily diam saja. Dirinya masih terpaku mengingat pembicaraan penting dua orang tadi. "Siapa Kak yang datang?""Dilon.""Kenapa Kakak kesal dengan Kak Dilon? Bukankah dia sahabatmu?"Nicho menghindari tatapan Lily, membuat Lily yakin ada sesuatu yang disembunyikan Nicho. "Aku akan menyelesaikan masalah ini dan menceritakan semuanya kepadamu. Oke?"Lily mengangguk pasrah. Baginya saat ini adalah kepercayaan kepada Nicho yang terpenting."Baiklah aku pergi dulu."Cup.Nicho mencumbu bibir kenyal itu sekilas dan berbalik pergi.***"Boss, aku sangat bahagia. Anda sudah terbebas Bos," ucap John menjemput Alex.Ya, Alex telah bebas dalam waktu kurang sebulan. Sungguh politik yang luar biasa. Dengan kekuasaan yang dimiliki, Alex bisa keluar dengan cepat. Alex tersenyum dan merebahkan tubuh
Catlyn tak tahu harus berkata apa lagi selain mengikuti kemauan Lila."Baiklah jika semua sudah deal. Besok saya akan ke sini lagi," ucap Zico berpamitan pada keluarga Marco."Sweety siapkan semuanya," ucap Marco berdiri setelah kepergian Zico."Tapi Sweety, aku melihat bahwa Lila tak setuju dan bingung dalam keputusan ini.""Apa maksudmu?" tanya Marco tak mengerti."Lila, apa benar yang dikatakan Mommy-mu?"Lila terdiam membuat Marco marah.BrakhMarco menggebrak meja sebagai pelampiasan amarahnya. "Jawab, Lila?"Lila gemetar melihat ayahnya yang emosi. Dirinya tak tahu harus berkata apa. Namun, rasa takut terhadap emosi sang ayah membuatnya semakin gemetar. Mau tak mau Lila harus jujur kepada Marco. "Maaf Dad aku hamil lagi.""Apa??""Aku belum sempat memakai kontrasepsi saat Alex menculik dan memperkosaku lagi," jawab Lila disertai tangis yang menjadi."Ya Tuhan!?" keluh Marco terduduk di sofa sambil memegang kedua kepalanya."Maaf Dad, harusnya aku berkata jujur kepadamu, tapi aku