[Apa!?][Iya, dan kini Daddy sangat marah, melaporkannya ke Polisi.][Apa?]Nicho semakin terkejut dengan penuturan yang baru saja Lily katakan.Alex bisa mengungkapkan tentang dirinya kepada Nicho . 'Bagaimana ini?' pikirnya cemas.[Iya kak dan Polisi sedang melacak keberadaan Alex.][Baiklah, terus kirimi aku info terbaru dari kasus ini. Sudah dulh ya, kakak ada urusan.][Em, baiklah. Kakak hati-hati di sana.][I love you Lily.]Panggilan berakhir."Ayo kita lanjutkan?"Nicho berusaha bersemangat tapi dia tak bisa membohongi seorang DilonMereka mulai menggali untuk mendapatkan abu Sienna.Dilon akan memindahkan ke tempat yang layak.***Alex baru saja selesai melakukan sesi pemotretan."John, apa cintaku masih di hotel?" tanya Alex."Maaf boss dia sudah pulang dan saya ingin menyampaikan jika Polisi sedang di luar mencari Anda, membawa surat penangkapan." Alex tersenyum smirk."Biarkan saja mereka menangkapku John. Pastikan semua media tahu. Aku sudah siap dengan resiko tak terk
“A- apa?”“Tunggu dulu Dilon, aku tak paham maksudmu,” ucap Nicho berusaha mencerna instruksi dari Dilon.“Dia Zoya, anak Bastian dengan istri barunya. Dia lebih muda 5 tahun dari kita. Aku ingin kamu mencuri perhatiannya Nicho , buat dia jatuh cinta padamu.”“Whats?”“No. No Dilon. Aku tak bisa melakukannya.”“Come on Nicho . Hanya mencuri perhatiannya, aku tak memintamu tidur dengannya?” ucap Dilon sedikit membentak.Nicho menggeleng.“Bagaimana jika Lily tahu?”“Aku janji tak akan membocorkan rahasia ini,” ucap Dilon cepat.“Bagaimana jika dia tak mau lepas dariku?”“Tenang saja, aku yang akan mengatasinya sebagai balas dendam kepada Bastian, si brengsekh itu.”“Dilon, ada banyak cara untuk membalas dendam, tidak dengan menjadikan anaknya sebagai tumbal.”“Lantas? Apa aku bunuh Bastian saja?”“Bukan begitu, Dilon.”“Aku tahu kamu hanya ingin memberi solusi terbaik untukku Nicho, tapi apa kamu tahu rasa sakit seperti apa yang aku alami? Semua balasanku ini tak sebanding dengan ras
"Lila, jika kamu hamil, gugurkan kandunganmu.""Apa?"Lily dan Catlyn tercengang mendengar ucapan Marco.Jauh berbeda dengan Lila yang memang tak ingin mengandung anak dari Alex. "Kalian bisa bubar sekarang," ucap Marco.Lila bangun dari duduknya dan pergi ke kamar membuat Catlyn menggeleng pelan. Sedangkan Lily meski berat juga pergi, kali ini dia ke pantai belakang Villa. Lily memandang hamparan air berwarna biru dan menutup mata, membayangkan jika ada Nicho di sisinya saat ini. Lily teringat saat pertama kali Nicho menciumnya di sini, di pantai ini. Tersenyum dan mulai mengambil ponsel di saku celana.Lily memberitahukan semua kepada Nicho tanpa ada yang terlewatkan termasuk jika Alex tahu siapa pelakunya. Namun, ia tak memberitahukannya pada Marco karena alasan yang menguntungkan baginya.{Kak, jujur aku sangat penasaran dengan siapa orangnya? Haruskah aku menanyakan sendiri kepada Alex?}Pesan dikirim pada Nicho dan segera ada panggilan masuk darinya.[Halo, Kak Nicho.][Halo Li
Alex sedang sibuk mempersiapkan syuting project baru mereka berlokasikan di Paris."Boss, aku sudah mencari informasi terbaru dari Lila. Tak ada tanda jika dia akan keluar rumah, mungkin karena kejadian kemarin boss menyebabkan Lila dikurung.""Biarkan saja John. Sebenarnya aku ingin berpamitan dengannya, tapi tak bisa bertemu juga tak apa-apa."Alex mulai menyeret koper menuju pesawat pribadi miliknya. Segera masuk ruang pesawat yang disulap menjadi tempat tidur mewah dan mulai merebahkan diri di sana.Mata Alex terpejam tapi otaknya terus memikirkan Lila. 'Semoga dia cepat hamil anakku dan memohon pertanggung jawaban dariku. Dengan senang hati Lila, aku akan bertanggung jawab dan menjadi suami terbaik untukmu,' batinnya.Disisi lain, Lila sedang memandang tajam pada Lily. Dilihat intens wanita yang sedang berenang tersebut.'Wanita macam apa sebenarnya kamu Lily? Bisa-bisanya Nicho menyukaimu. Lihat saja, aku akan menjerat Nicho agar memilihku daripada kamu,' pikir Lila memiliki seb
"Terima kasih banyak untuk hari ini, Kak Nicho.""Sama-sama."Saat Nicho sibuk melepas sabuk pengaman, entah sejak kapan Zoya sudah bergeser, mengikis jarak dan ….Cup Zoya mencium pipi Nicho.Nicho sungguh terkejut, Zoya segenit ini padanya, lelaki yang baru sehari dikenal.Zoya berbisik di telinga Nicho saat Nicho masih tercengang. "Telingamu memerah Kak, jika kamu menginginkannya kita bisa ke hotel lain, sekarang."Tangan Zoya dengan berani menyentuh bagian bawah tubuh Nicho yang masih tidur. Reflek Nicho beranjak keluar dan pergi tanpa permisi. Tangannya mengepal kuat dan begitu kecewa. 'Sudah cukup sampai di sini. Aku tak sanggup lagi,' batinnya kesal.Brakh.Nicho membanting kasar tote bags di meja kaca, mengalihkan fokus Dillon yang sedang main Game."Hai kawan, kamu sudah pulang rupanya.""Dillon, aku tak sanggup meneruskan rencana ini.""What's wrong, Nicho?"Nicho duduk dengan kesal di sofa."Dia sungguh jalang yang haus belaian. Dia dengan terang-terangan mengajakku makin
Nicho berlama-lama di kamar mandi sambil memikirkan suatu cara."Brengsek."'Apa yang harus aku lakukan, berfikir Nicho, berfikirlah, ayo otak jenius berfikirlah,' batin Nicho sibuk mencari ide.Hampir setengah jam Nicho di dalam kamar mandi.Ceklek.Pintu terbuka menampilkan Nicho dengan pakaian kimononya."Kamu sudah selesai kak Nicho," ucap manja Zoya, hendak bangkit dari tidurnya di ranjang.Jangan tanyakan lagi, pose Zoya saat ini begitu menggoda, jika lelaki selain Nicho sudah pasti akan mengungkung dengan suka rela.Berbeda dengan Nicho. Dia sama sekali tak tertarik, bahkan juniornya setia tidur dan tak mau bangun."Jangan bergerak Zoya, kamu tetaplah di sana. Aku akan mengambil segelas Wine. Kita bersenang senang dahulu sebelum memulainya. Oke."Zoya tersenyum bahagia."Ah, kakak tipe yang romantis juga. Tolong kak! Tolong cepat ambilkan Wine dan kita minum bersama. Aku tak sabar lagi, Kak."Nicho tersenyum kemudian mengambil ponsel dengan gerakan cepat, memungut buku dan tas
“Kamu, Alex.”“Ya, aku. Bisa kita bicara sebentar?”Nicho dan Alex duduk berhadapan di restoran satu lokasi di Bandara mengingat Nicho yang akan terbang 30 menit lagi.Alex melirik buku balerina yang di bawa Nicho. "Kamu begitu mencintai Lily ya, Nicho?" tanya Alex memastikan penilaiannya.Nicho melihat tatapan Alex pada buku balerina, segera mengambil buku dan memasukkan pada sling bags."Kamu tak perlu tahu perasaanku," ucap Nicho ketus."Jika kamu begitu mencintai Lily, kenapa kamu mau menikahi Cella?"Nicho melotot, sungguh terkejut dengan ucapan Alex, sontak membuat produser itu terkekeh."Ha haha. Kenapa terkejut Kak, semua orang sudah tahu hal itu. Apa kamu tidak tahu?""Apa maksudmu?""Kemarin aku telah kerumahmu dan menjelaskan semuanya pada ayahmu, Marco. Aku mengakui jika aku memerkosa dan menculik Lila. Aku mau bertanggung jawab, tapi Daddy mu malah memukulku dan menolak mentah mentah."Alex menghela napas."Keesokan harinya, Daddy mu mengumumkan jika kamu akan bertunangan
Nicho turun dari pesawat dan segera mengaktifkan ponsel, mencoba menghubungi kekecewaan. Berkali-kali ditelpon, sama sekali tak ada respon dari Lily. Disaat dirinya hampir putus asa, Catlyn muncul di benaknya."Mommy."Nicho segera menghubungi Catlyn.[Halo Nicho .] [Halo Mommy, ada di mana?] [Aku? aku ada di rumah, memangnya ada apa sayang? Oh ya kamu di mana? Diego berkata jika kamu ada di Paris. Apakah benar?] [Iya Mom, aku ada urusan sebentar di Paris. Aku tadi menghubungi Lily, tapi tak ada jawaban darinya. Apakah dia sedang sibuk?]Catlyn mengingat jika Lily tadi pamitan kepadanya.[Lily sedang berlatih balerina di gedung pelatihan.][Baiklah Mom, aku ada urusan. Kapan kapan aku hubungi lagi ya mom.][Iya, kamu hati hati di sana, Sayang.]Panggilan berakhir.Nicho segera pergi menuju gedung pelatihan Lily. Dia memutuskan untuk tak memberitahukan kepada siapapun jika dia ada di Amerika saat ini.Selama perjalanan Nicho terus memikirkan ucapan Alex."Apa aku menanyakan langsung
2 jam sebelumnyaLila berhasil menemui Dokter kandungan seorang wanita."Ada apa ya, Nona Lila?""Saya mau menggugurkan kandungan saya?""Apa kamu bilang, Nona? Maaf hal itu menyalahi aturan rumah sakit," jelas Dokter, lalu pergi meninggalkan Lila.Lila menunduk hampir menangis saat Dokter lelaki datang kepada Lila."Ada apa?""Dokter, bisakah kamu membantuku menggugurkan kandungan ini?" "Apa kamu yakin, Lila?Lila tersenyum dan mengangguk. Dirinya tak mau jika harus menunggu lagi dan lagi."Aku bersedia melakukannya. Namun, ada syaratnya."Lila menatap Dokter lelaki dengan brewok di dagunya. "Namun aku .... " "Baiklah, mungkin kamu butuh waktu untuk berpikir," ucap dokter, berjalan pergi membuat Lila seketika gugup.""Baik Dokter, aku akan melakukan apapun agar janin hasil pemerkosaan ini dapat keluar."Aku mau tubuhmu.""A-apa?""Bagaimana?"Lila sangat bingung. Dia tentu saja tak ingin di jamah orang lain. "Em, bagaimana jika aku memberikannya tidak di sini dan setelah Anda berha
"Benarkah seperti itu, Kak?"Cella mengangguk dan menatap Lily intens. "Kamu tahu Lily, siapakah wanita yang dicintai Nicho?"Lily menggeleng pelan."Aku sungguh penasaran dengannya dan ingin belajar banyak darinya," imbuh Cella."Be-belajar darinya?" tanya Lily mengulangi perkataan Cella."Iya, aku ingin belajar tentang perjuangan cinta wanita itu kepada Nicho. Bagaimana dia bisa meluluhkan hati seorang Nicho dan membuatnya tak mampu berpaling kepada wanita lain."Lily terdiam, berusaha mencerna semua ucapan Cella. Baginya wanita ini sungguh baik hati dan apa yang diucapkan sangat tulus."Baiklah Lily, aku harus kembali bekerja," ucap Cella membuyarkan lamunan Lily."Ah iya, terima kasih atas waktunya."Lily berpikir untuk melakukan video call dengan Nicho.Tut, tut, tut.[Halo sayang]Ucapan serak Nicho menyapa, dirinya baru bangun tidur dengan telanjang dada. Khawatir Lily mengetahui lukanya, Nicho segera menelungkupkan dadanya di atas bantal.[Kak, ya ampun! Kamu baru bangun tidur
"Benarkah seperti itu, Kak?"Cella mengangguk dan menatap Lily intens. "Kamu tahu Lily, siapakah wanita yang dicintai Nicho?"Lily menggeleng pelan."Aku sungguh penasaran dengannya dan ingin belajar banyak darinya," imbuh Cella."Be-belajar darinya?" tanya Lily mengulangi perkataan Cella."Iya, aku ingin belajar tentang perjuangan cinta wanita itu kepada Nicho. Bagaimana dia bisa meluluhkan hati seorang Nicho dan membuatnya tak mampu berpaling kepada wanita lain."Lily terdiam, berusaha mencerna semua ucapan Cella. Baginya wanita ini sungguh baik hati dan apa yang diucapkan sangat tulus."Baiklah Lily, aku harus kembali bekerja," ucap Cella membuyarkan lamunan Lily."Ah iya, terima kasih atas waktunya."Lily berpikir untuk melakukan video call dengan Nicho.Tut, tut, tut.[Halo sayang]Ucapan serak Nicho menyapa, dirinya baru bangun tidur dengan telanjang dada. Khawatir Lily mengetahui lukanya, Nicho segera menelungkupkan dadanya di atas bantal.[Kak, ya ampun! Kamu baru bangun tidur?
Seorang wanita mendekati Nicho dengan anggun, membungkukkan tubunya membuat belahan dadanya terlihat jelas dan tak bisa di hindari.Nicho mendongak, tak menyangka jika wanita di depannya itu sungguh berani mengganggunya."Bisakah Anda menjauh dariku nona Jessy."Jessy kembali berdiri."Ah maaf sekali jika membuatmu terganggu tuan Nicho."Nicho mengalihkan pandangan, menatap keluar jendela pesawat membuat Jessy merasa diacuhkan.'Bagaimana caranya agar aku bisa menggapaimu, Nicho,' batin Jessy mengeluh.Dia berjalan menjauh membuat Nicho meliriknya sekilas, tak peduli dengan perasaan sakit yang di rasakan Jessy.Saat ini di hati Nicho hanya ada Lily seorang, tak ada wanita lain dan tak akan pernah ada.Di sisi lain, Marco kembali ke perusahaan setelah mengantar Catlyn pulang. Dia tak sempat masuk Rumah karena ada meeting penting saat ini."Lily, Lila. Mommy pulang."Lily segera berlari menemui sang ibu sedangkan Lila berjalan si belakang Lily."Mommy, kenapa tak membangunkanku untuk men
"Masturbasi."Lily mengulang ucapan sang ibu. Ya, Catlyn pikir, Lily melakukan masturbasi untuk mencapai kepuasan tanpa adanya pasangan. Catlyn memandang intens Lily, memikirkan suatu cara mengatasi masalah ini."Lily, bagaimana jika aku menikahkanmu saja, seperti Lila dan Alex . Dan kalian menikah bersama, bagaimana?"Lily menunduk, menggigit bibir bawahnya. Dirinya ingin sekali menceritakannya kepada Catlyn, tapi entahlah, Lily tak sanggup mengatakannya.Catlyn menepuk pudak Lily. "Sudahlah Lily, sekarang kamu tidurlah! Mommy juga akan kembali tidur.” Catlyn beranjak sambil berkata, "ingat Lily, jangan diulangi lagi ya?"Lily mengangguk paham membuat Catlyn pergi meninggalkan ruangan tersebut.Di sisi lain Nicho berjalan mondar mandir di kamarnya. Rasa takut ketahuan, takut Lily di interograsi macam-macam oleh ibunya. Duduk lalu berdiri, berjalan kesana kemari tanpa arah yang jelas."Drrt, drrt."Getaran ponsel di atas nakas mengagetkan Nicho. Segera diambil dan dibaca pesan yang ba
Lily berbaring seorang diri di atas ranjang, bergerak ke kanan dan ke kiri, merasa resah atas sikapnya sendiri. Berkali-kali Lily menoleh jam dinding, degup jantungnya tiba tiba cukup cepat, ada rasa gugup di dalam diri.'Sudah pukul 10.00 malam, bagaimana jika kak Nicho benar- benar ke sini?' batin Lily.Dirinya terus menunggu dengan gelisah.1 jam kemudian.2 jam kemudian.Nicho belum juga muncul membuat Lily menyerah dan berpikir jika Nicho tak akan datang padanya.Pukul 01.00 dini hari.Krekh.Seorang lelaki masuk dari pintu jendela yang tak dikunci. Siapa lagi jika bukan Nicho. Dia baru bisa menemui Lily saat ini karena harus menunggu orang tuanya tidur terlebih dahulu. Kebetulan sekali Marco dan Catlyn baru saja beranjak tidur setengah jam yang lalu.Nicho mendekati Lily yang terlelap di ranjangnya. Memandang wajah teduh nan mempesona bak putri di negeri dongeng. Di kecup kening, kedua mata, hidung dan bibirnya membuat si pemilik terusik dan membuka mata."Kakak.""Kamu sudah ti
Siapakah yang datang?Tamu yang sengaja di undang Marco adalah Alex. Ya, lelaki yang paling di benci Lila, bahkan Marco juga tak suka kepadanya. Namun, dia harus menekan rasa tak suka itu."Selamat malam semua," ucap Alex dengan sopan."Daddy, kenapa kamu mengundang dia?" tanya Lila kesal."Mari silahkan duduk," ucap Marco tak menghiraukan ucapan Lila."Terima kasih."Alex memilih duduk di samping Lila namun baru mendekat Lila berdiri."Daddy aku tak mau makan!" ucap Lila ingin pergi."Lila, duduk!"Tatapan dan suara bariton Marco berhasil membuat siapa saja ketakutan."Ayo kita makan malam bersama."Mereka mulai berdoa dan makan dalam keheningan malam, hanya terdengar dentingan sendok, garpu yang beradu.Alex dengan sopan makan, tak seperti Alex si "Bar bar, tak tahu malu dan sesuka hati".Selama ini hidup di lingkungan mewah membuat Alex tak memperdulikan tata krama dan etika bersilaturahmi. Namun jauh di dalam hatinya, dia tahu dan mengerti aturan itu. Hanya butuh penempatan saat me
Marco memandang lekat manik mata Nicho , berharap jika sang anak tak berbohong. "Mengenai anak perempuan Bastian, kenapa kamu menidurinya Nicho?""Apa?"Nicho terkejut bukan main, sontak menggeleng kuat."No dad, No," kilah Nicho ."Aku tak pernah menyentuhnya. Dia ada datang menemuiku dengan keadaan telanjang, tapi aku tak meresponnya dan pergi dari tempat menyeramkan itu. Siapa yang tahu jika dia tidur dengan orang lain?""Jadi kamu tak mengakuinya?’"Tentu saja, tidak."'Aku yakin yang meniduri Zoya adalah kamu Dilon,' batin Nicho merasa kesal. Dirinya tak menyangka jika di jadikan kambing hitam oleh sahabatnya sendiri.Marco mendekat dan menepuk pundak Nicho ."Nicho, lebih baik kamu ke Kanada. Saat ini kehadiranmu dipertanyakan semua orang. Berita Lila akan tersebar dan mereka tak akan membiarkanmu lari. Belum lagi jika Bastian mengirim anak buahnya untuk menghancurkanmu. Aku tak akan rela jika anak anakku tersakiti."Nicho mengangguk paham, saat ini yang terpenting adalah mengiku
Tatapan Marco tertuju pada nama "Bastian" di layar ponselnya."Ini …"[Halo.][Halo, Kak Marco.][Ada angin apa kamu menghubungiku?][Nicho sudah besar ya, Kak? Sampai dia ke sini, aku tak sadar jika dia anakmu.]Marco tak mengerti apa yang Bastian katakan.[Apa maksudmu?][Dia datang ke sini dan mengorek informasi rahasia restauranku. Dia juga mendekati anakku dan tidur bersamanya.][Apa?]Marco melotot, dirinya tak pernah membayangkan jika Nicho akan membuat kerusuhan seperti itu.[Aku tahu kamu pasti bingung tapi untuk jelasnya tanyakan langsung kepada Nicho .][Maaf, aku tidak akan mem-]"Tut, tut, tut."Panggilan berakhir.Marco ingin menangis saja. Kenapa masalah ini terus melanda keluarganya? Rasanya seperti batu besar yang menghimpit tubuhnya dan membuatnya sesak."Ya Tuhan," keluh Marco.Dirinya bukan putus asa namun lebih mengacu pada ungkapan lelahnya.Terdengar suara mobil dari luar. Marco segera melihat siapa yang datang. Mereka tak lain adalah Catlyn, Nicho dan Lily.Cat