“Saat kalian berpamitan untuk pergi ke Italy?”Dilon mengangguk membenarkan.Flashback 11 tahun yang lalu.“Ayo Dilon kita bersiap pergi sebelum ayahmu, Bastian menemukan kita,” ucap Sienna mengepak barangnya tergesa. Dilon yang bingung tetap mengikuti perintah ibunya, membawa barang barang miliknya. Saat memandangi fotonya bersama Sienna dan seorang lelaki memakai emblem putih, Dilon menitihkan air mata dan menyabet poto tersebut, memasukkan ke dalam tas ranselnya.Sienna dan Dilon pergi ke kediaman Brams untuk berpamitan, sebelumnya Sienna sudah menghubungi semua anggotanya untuk berkumpul di kediaman Brams termasuk Alexa dan Diego serta anaknya.“Maaf aku mengundang kalian untuk berkumpul secara mendadak,” ucap Sienna membuka pembicaraan.“Ada apa Sienna, kenapa mendadak sekali. Bukankah suamimu baru saja meninggal dan dikuburkan kemarin? Hah?” tanya Sarah yang tak terima keputusan Sienna.Sienna sungguh ingin mengatakan alasannya namun dia tak bisa, ada nyawa Dilon yang dipertaruh
Hentikan?” teriak Dilon menggebrak pintu. Bastian hanya memandang sekilas pintu dan melanjutkan aktivitas. Dilon terus menatap bagaimana ayah kandung itu menyiksa ibu tercinta.Puas bersenang senang, Bastian meninggalkan Sienna yang tergolek lemah. Meski mereka diberi makanan enak, tapi Sienna dan Dilon tetap terpisah.Sienna tak bernafsu makan, tubuhnya lemas karena tak terisi makanan sama sekali. Ingin sekali bersama Dilon, tapi tak menemukan cara membuka pintu kamar tersebut.Sedangkan Dilon sendiri tetap makan dengan lahap. Dalam pikirannya saat ini adalah dia harus tetap sehat agar bisa menolong ibunya. Kejadian yang dilihatnya kemarin sungguh membuat Trauma yang mendalam.Dilon sungguh membenci Bastian, tak menyangka ayahnya begitu kejam. Mendengar derap langkah memasuki ruangan membuat Dilon segera naik di kursi melihat apa yang akan ayahnya lakukan.Plakh.Di tampar kejam pipi Sienna sambil kembali melakukan aksinya. Sienna bagai anjing piaraan yang dianiaya sang majikan. Dilo
“Apa?”Dilon mengangguk. “Mommy Sienna yang menceritakannya langsung kepadaku dan aku benci dengan lelaki psikopat seperti dia.”Puas mengeluarkan semua kebenciannya, Dilon mendekati Nicho. “Jadi Nicho, maukah kamu membantuku membalas dendam. Jika Marco tahu, dia juga akan membantuku, tapi aku tak mau melibatkan orang di masa lalu.”Dengan wajah sembab dan nanar, Nicho mengangguk. “Aku akan membantumu sebisaku.”Dilon memeluk bahagia pada Nicho, bersyukur mempunyai sahabat yang begitu perduli.“Oke, pertama-tama bantu aku mencari makam ibuku. tiga tahun terakhir ini aku mencarinya, tetapi tak menemukan bukit itu. Entah di mana makam mommyku,” lirih Dilon putus asa.“Tidurlah Dilon, esok hari kita mulai mencari pencariannya. Ok. Aku sungguh lelah,” jawab Nicho dengan suara paraunya.Dilon mengangguk dan mulai beralih ke kamar mandi, menggosok gigi, berganti baju dan mencuci tangan dan kaki sebagaimana yang diajarkan Sienna dan Catlyn kepada dua lelaki ini saat kecil.Nicho merebahkan t
"Lily, pesan dari siapa?"Pertanyaan Marco menarik akal sehat Lily."Ah itu, em, dari teman kuliahku Dad. Aku akan menghubungi kak Nicho."Lily beralih ke teras belakang fokus memanggil Nicho.Tak ada jawaban membuat Lily kesal."Ke mana dia?" gumam Lily.[Iya, terima kasih sudah memproses berkas yang aku kirimkan kepada Anda. Mohon bantuannya] ucap Marco berbicara dengan seseorang di telepon.Marco menghela napas panjang. "Aku telah melaporkan Alex ke Polisi dan semua sudah di proses.""Benarkah Sweety?" tanya Catlyn berharap jika dirinya tak salah dengar.Marco mengangguk.Mereka hanya bisa pasrah, berharap Lila segera ditemukan dan Alex ditangkap.Tiba-tiba pintu terbuka menampilkan seseorang masuk perlahan."Lila?"Semua terkejut melihat kedatangan Lila."Lila, kamu pulang sayang," ucap Catlyn berlari memeluk sang buah hati."Mom, hiks, aku ….""Sudah, tak usah kamu ceritakan, kami sudah tahu Sayang," jawab Catlyn.Lila memandang nanar Catlyn lalu Marco."Aku sudah melaporkan Ale
[Apa!?][Iya, dan kini Daddy sangat marah, melaporkannya ke Polisi.][Apa?]Nicho semakin terkejut dengan penuturan yang baru saja Lily katakan.Alex bisa mengungkapkan tentang dirinya kepada Nicho . 'Bagaimana ini?' pikirnya cemas.[Iya kak dan Polisi sedang melacak keberadaan Alex.][Baiklah, terus kirimi aku info terbaru dari kasus ini. Sudah dulh ya, kakak ada urusan.][Em, baiklah. Kakak hati-hati di sana.][I love you Lily.]Panggilan berakhir."Ayo kita lanjutkan?"Nicho berusaha bersemangat tapi dia tak bisa membohongi seorang DilonMereka mulai menggali untuk mendapatkan abu Sienna.Dilon akan memindahkan ke tempat yang layak.***Alex baru saja selesai melakukan sesi pemotretan."John, apa cintaku masih di hotel?" tanya Alex."Maaf boss dia sudah pulang dan saya ingin menyampaikan jika Polisi sedang di luar mencari Anda, membawa surat penangkapan." Alex tersenyum smirk."Biarkan saja mereka menangkapku John. Pastikan semua media tahu. Aku sudah siap dengan resiko tak terk
“A- apa?”“Tunggu dulu Dilon, aku tak paham maksudmu,” ucap Nicho berusaha mencerna instruksi dari Dilon.“Dia Zoya, anak Bastian dengan istri barunya. Dia lebih muda 5 tahun dari kita. Aku ingin kamu mencuri perhatiannya Nicho , buat dia jatuh cinta padamu.”“Whats?”“No. No Dilon. Aku tak bisa melakukannya.”“Come on Nicho . Hanya mencuri perhatiannya, aku tak memintamu tidur dengannya?” ucap Dilon sedikit membentak.Nicho menggeleng.“Bagaimana jika Lily tahu?”“Aku janji tak akan membocorkan rahasia ini,” ucap Dilon cepat.“Bagaimana jika dia tak mau lepas dariku?”“Tenang saja, aku yang akan mengatasinya sebagai balas dendam kepada Bastian, si brengsekh itu.”“Dilon, ada banyak cara untuk membalas dendam, tidak dengan menjadikan anaknya sebagai tumbal.”“Lantas? Apa aku bunuh Bastian saja?”“Bukan begitu, Dilon.”“Aku tahu kamu hanya ingin memberi solusi terbaik untukku Nicho, tapi apa kamu tahu rasa sakit seperti apa yang aku alami? Semua balasanku ini tak sebanding dengan ras
"Lila, jika kamu hamil, gugurkan kandunganmu.""Apa?"Lily dan Catlyn tercengang mendengar ucapan Marco.Jauh berbeda dengan Lila yang memang tak ingin mengandung anak dari Alex. "Kalian bisa bubar sekarang," ucap Marco.Lila bangun dari duduknya dan pergi ke kamar membuat Catlyn menggeleng pelan. Sedangkan Lily meski berat juga pergi, kali ini dia ke pantai belakang Villa. Lily memandang hamparan air berwarna biru dan menutup mata, membayangkan jika ada Nicho di sisinya saat ini. Lily teringat saat pertama kali Nicho menciumnya di sini, di pantai ini. Tersenyum dan mulai mengambil ponsel di saku celana.Lily memberitahukan semua kepada Nicho tanpa ada yang terlewatkan termasuk jika Alex tahu siapa pelakunya. Namun, ia tak memberitahukannya pada Marco karena alasan yang menguntungkan baginya.{Kak, jujur aku sangat penasaran dengan siapa orangnya? Haruskah aku menanyakan sendiri kepada Alex?}Pesan dikirim pada Nicho dan segera ada panggilan masuk darinya.[Halo, Kak Nicho.][Halo Li
Alex sedang sibuk mempersiapkan syuting project baru mereka berlokasikan di Paris."Boss, aku sudah mencari informasi terbaru dari Lila. Tak ada tanda jika dia akan keluar rumah, mungkin karena kejadian kemarin boss menyebabkan Lila dikurung.""Biarkan saja John. Sebenarnya aku ingin berpamitan dengannya, tapi tak bisa bertemu juga tak apa-apa."Alex mulai menyeret koper menuju pesawat pribadi miliknya. Segera masuk ruang pesawat yang disulap menjadi tempat tidur mewah dan mulai merebahkan diri di sana.Mata Alex terpejam tapi otaknya terus memikirkan Lila. 'Semoga dia cepat hamil anakku dan memohon pertanggung jawaban dariku. Dengan senang hati Lila, aku akan bertanggung jawab dan menjadi suami terbaik untukmu,' batinnya.Disisi lain, Lila sedang memandang tajam pada Lily. Dilihat intens wanita yang sedang berenang tersebut.'Wanita macam apa sebenarnya kamu Lily? Bisa-bisanya Nicho menyukaimu. Lihat saja, aku akan menjerat Nicho agar memilihku daripada kamu,' pikir Lila memiliki seb
Tatapan Marco tertuju pada nama "Bastian" di layar ponselnya."Ini …"[Halo.][Halo, Kak Marco.][Ada angin apa kamu menghubungiku?][Nicho sudah besar ya, Kak? Sampai dia ke sini, aku tak sadar jika dia anakmu.]Marco tak mengerti apa yang Bastian katakan.[Apa maksudmu?][Dia datang ke sini dan mengorek informasi rahasia restauranku. Dia juga mendekati anakku dan tidur bersamanya.][Apa?]Marco melotot, dirinya tak pernah membayangkan jika Nicho akan membuat kerusuhan seperti itu.[Aku tahu kamu pasti bingung tapi untuk jelasnya tanyakan langsung kepada Nicho .][Maaf, aku tidak akan mem-]"Tut, tut, tut."Panggilan berakhir.Marco ingin menangis saja. Kenapa masalah ini terus melanda keluarganya? Rasanya seperti batu besar yang menghimpit tubuhnya dan membuatnya sesak."Ya Tuhan," keluh Marco.Dirinya bukan putus asa namun lebih mengacu pada ungkapan lelahnya.Terdengar suara mobil dari luar. Marco segera melihat siapa yang datang. Mereka tak lain adalah Catlyn, Nicho dan Lily.Cat
Pyaar!Alex menyeret taplak berisi makanan dan minuman, memecahkan seluruh isi di atas taplak itu.Akh.Lila di dorong dan dibaringkan di meja. Menarik tangan Lila ke atas dan mulai mengungkungnya.Tanpa pemanasan Alex mulai menjamah Lila.AkhLila menjerit kesakitan, tapi Alex malah tersenyum puas melihat ekspresi sakit di wajah Lila.Lila menggeleng merasakan sakit yang hebat di bawah sana. Alex terus bersenang senang meski Lila tak merasakan nikmatnya Setelah klimaks, Alex melepaskan Lila, mengambil wine dan meminumnya langsung dari botol.Tegukan pertama diminum sendiri. Tegukan kedua digunakan untuk menyesap bibir Lila dan mendorong minuman itu masuk ke kerongkongannya.Satu tegukan saja bisa membuat Lila mabuk dan menikmati semuanya."Oh maaf sayang, aku lupa ada bayi kita di sini. Semoga dia baik baik saja. Bayi ini anakku, kamu mengerti?"MmphAlex kembali mengungkung Lila sambil sesekali meneguk anggur dengan nikmatnya."Jangan Alex. Cukup! Jangan begini, ah."Lila memohon,
Suasana pesta yang meriah kini menjadi ricuh akibat pernyataan dari Lila. Bisa bisanya dia mengakui Nicho sebagai orang yang menghamili dirinya.Semua terkejut, tak terkecuali Lily. Tubuhnya hampir saja ambruk, tak percaya dengan apa yang diucapkan adik kembarnya."Lila, apa maksudmu?" tanya Marco tak percaya."Lila memandang Nicho, berharap Nicho mau bersengkongkol dengannya. Dengan begini dia bisa terlepas dari Alex dan bersama Nicho, sedangkan Nicho batal bertunangan dengan Cella."Benarkah itu Nicho?" tanya Catlyn.Nicho ingin berkata, tapi … lagi-lagi Lila yang menjawab."Kami melakukannya atas dasar suka sama suka, Mom. Kak, kamu tak akan ingat karena kamu minum terlalu banyak dan mabuk," bohong Lila.Cella yang mendengar ucapan Lila merasa tersakiti, berlari pergi meninggalkan aula. Dirinya begitu kecewa, merasa dipermainkan dan begitu bodoh, mau saja ikut permainan gila seorang Nicho.Dirinya menangis tersedu-sedu tanpa ada yang menenangkan saat ini.Nicho sungguh tak mengerti
"Dia akan setuju dengan keputusanku jadi kamu tak perlu khawatir sweety."Lily memilin dress yang dipakai dan Lila menyadari sikap seorang Lily.Jika Lily menunduk, gugup dan memilin baju, dia pasti merasa takut sesuatu hal terjadi seolah hatinya memberontak tapi ditahan.Lila tersenyum devil. 'Kita lihat Lily, apakah setelah ini kamu bisa sebahagia tadi? Tentu saja tidak, terlebih tentang cintamu. Aku pastikan jika kamu akan menderita secara perlahan, merasakan sakit yang kurasakan saat ini,' batin Lila."Aku rasa sudah cukup, tak ada yang perlu kita bahas lagi dan kalian bisa tidur siang," ucap Marco setelah memutuskan semua masa depan masing-masing anaknya dan berharap keputusannya ini adalah yang terbaik.Orang tua mana yang tak ingin anak-anaknya bahagia. Setiap keputusan yang diberikan orang tua pasti demi kebaikan sang anak.Tak ada cerita, orang tua menjerumuskan anaknya ke lubang kesengsaraan dan hukum itu pasti.Lily terlihat sangat sedih. Setelah sampai kamar, dia segera me
Marco mulai melakukan kewajibannya sebagai seorang suami, memberikan surga dunia pada Catlyn, istri tercinta. Mereka tak pernah melupakan kegiatan yang rutin dilakukan hampir setiap hari ini meski usia mereka tak lagi muda. Hampir tiga jam lamanya, Marco dan Catlyn melakukan hubungan badan dan barulah keduanya menjerit hebat, saling menikmati permainan akhir yang begitu memukau.Marco berbaring di samping sang istri."Marco, apa kamu tertidur?""Belum, Sweety. Ada apa?""Aku ingin memberitahukan jika Lila memilih untuk mempertahankan janinnya.""Apa? Apa maksudmu, Catlyn?""Kami mencari dokter terbaik untuk melakukan kuret. Namun di sana tak ada yang mau menggugurkan kandungan Lila."Marco berpikir keras. "Lalu?'"Kita besarkan bersama, cucu kita. Bukankah kebersamaan itu yang terpenting?"Marco terdiam, dirinya tak bisa menjawab semua ucapan Catlyn karena memang semua itu benar adanya.Pukul 22.00 malam.Zico baru saja ke luar dari rumah sakit tempatnya bekerja. Karena menjadi Dokter
"Mommy? Kapan Mommy pulang? Kenapa tidak membangunkan aku?" tanya Lily. Dirinya tadi segera bangun karena mencium sesuatu dan mencari sumber bau harum tersebut. Ternyata baunya dari dapur dan ada ibunya di sana."Mommy pulang 30 menit yang lalu dan kamu tidur sangat lelap membuat mommy tak tega membangunkanmu."Lily memeluk ibunya dari belakang."Bagaimana keadaan Lila, Mom? Apakah jadi menggugurkan kandungannya?"Catlyn berbalik dan menangkup pipi anaknya."Syukurlah, Sayang. Lila tidak jadi kuret. Ada dokter Zico yang mampu memberinya saran dan motivasi sehingga Lila memutuskan merawat janin yang dikandung."Lily meneteskan air mata."Benarkah, Mom? Aku sungguh bahagia mendengarnya.""Iya, Sayang. Mommy juga bahagia, tapi entah bagaimana reaksi dari Daddy mu." Catlyn menghela napas berat, membuat Lily mengelus pundak sang ibu."Mommy, Aku percaya jika Mommy bisa merayu dan meyakinkan Daddy agar menyetujui keputusan Lila.""Terima kasih, Sayang," ucap Catlyn tak kuasa membendung rasa
"Di-di perkosa?"Lila menghela napas panjang."Ceritanya sangat panjang. Setelah memerkosaku, dia selalu mencari cara untuk kembali menjamahku termasuk saat kamu menolongku di Rumah Sakit dan-""Dan saat kamu hendak kontrol waktu itu?" tanya Zico memutus perkataan Lila."Iya.""Brengsek sekali dia," umpat Zico marah. Dirinya merasa kasihan pada Lila.Berfikir secara logis dan memberi masukan kepada Lila."Lila, aku seorang psikiater. Melihat detail masalahmu aku jadi ingin memberimu saran, apakah kamu mau menerimanya?"Lila memandang penuh tanya pada Zico, berharap jika saran yang akan dia berikan adalah saran yang terbaik.Melihat Lila diam, Zico melanjutkan pembicaraan. "Lila, sebaiknya kamu besarkan janin yang kamu kandung. Terlepas kamu benci atau tidaknya kepada si Ayah janin ini, dia makhluk Tuhan yang bernyawa di dirimu. Sangat berdosa jika kamu membunuhnya. Jika dia langsung mati tidak apa apa, namun jika Tuhan menetapkan hidup bersamamu, apakah dia akan mati? Tentu tidak, dan
Lila mengepalkan tangan, merasa marah dengan takdir yang diberikan Tuhan kepadanya."Lila, gugurkan kandunganmu?""Daddy?"Lily sungguh terkejut mendengar perintah sang Ayah."Sweety, jangan suruh Lila melakukan hal yang dibenci Tuhan?" keluh Catlyn tak suka dengan ucapan sang suami.Tiba tiba,..."Bugh.""Bugh.""Lila apa yang kamu lakukan?"Alexa dan Catlyn segera memegang tangan Lila yang dibuat untuk memukul mukul perutnya."Aku benci janin ini. Aku benci.""Lepaskan aku Mommy, Bibi. Biarkan Aku membunuh janin ini, aku tak mau. Aku tak mau hamil anak dari psikopat Alex. Lepaskan, lepaskan aku!?" teriak Lila sekeras mungkin sambil berusaha melepaskan diri dari cekalan Catlyn dan Alexa.Sedangkan Lily hanya diam terpaku, memposisikan jika situasi ini menimpanya sekarang, apa yang akan dia lakukan? Tentu saja dia akan mempertahankan bayinya karena menggugurkan kandungan adalah perbuatan yang dibenci oleh Tuhan dan menjadikanNYA murka.Tiba tiba air mata menetes membasahi pipi Lily."
"Hampir saja aku menjamahnya," gumam Nicho merasa hampir mendapatkan Lily kembali.Nicho kembali membuka foto Lily dengan tanda kepemilikan di lehernya."Kenapa aku lupa tak mengabadikan moment kebersamaan kemarin," keluh Nicho. Di cium berkali kali poto tersebut.Nicho begitu tergila gila pada adiknya ini.{Lily tunggu aku. Aku akan segera pulang dan menyelesaikan semua ini. Aku mencintaimu Lily. I love you.}Dikirim pesan itu dan Nicho ingin segera terlelap namun bayangan Lily selalu muncul membuatnya ingin menghubungi Lily.Nicho memutuskan untuk menghubungi Lily.Panggilan ke satu, ke dua, ke tiga masih tak dijawab.Nicho putus asa. Dirinya mencari kotak berisi tentang sprei bernoda, membuka dan menjadikannya selimut.Menutup mata dengan memeluk sprei sambil membayangkan Lily ada di sisinya saat ini.Pada akhirnya Nicho pun terlelapPagi hari.Keluarga Marco telah menyelesaikan sarapan bersama."Tuan ada paket masuk, ucap pelayan masuk membawa paket.""Dari siapa?" tanya Marco. "