Pinjam suami katanya 😧
Mia mengangguk pada Kate, tanda menyuruhnya untuk mengajak Ashton pergi dari sana. Dia tak ingin anak Celine akan salah paham dengan situasi sekarang. Sementara ibu bocah tampan itu sedang tertegun oleh kata-kata Asher. Dia pikir, telinganya keliru mendengar suara yang keluar dari mulut Asher. “A-Asher … kenapa kau berkata seperti itu? Apa kau sudah melupakan hubungan kita? Kau bilang-” “Mia, istriku sudah lapar. Kau mengundang kami bukan untuk meladeni orang asing, bukan?” Suara Asher semakin rendah dan terdengar ketus. Dia bahkan tak sudi melihat wajah Celine yang berkerut hampir menangis. “Tidak! Aku benar-benar sudah melarangnya untuk bicara denganmu, Ash. Maafkan aku.” Mia segera keluar, lalu mengajak Asher dan Laura meninggalkan tempat itu. “Celine, datanglah lain waktu dan jangan lupa mengabariku lebih dulu.” Celine menggeleng-geleng pelan. Dia tak mendengar ucapan Mia. Hanya kata-kata menyakitkan Asher sebelumnya yang terus bergema di kepala. Asher memang jarang bersikap
“Maafkan aku. Tapi, aku tidak pernah berniat mengkhianatimu. Tolong, beri aku kesempatan untuk memperbaiki kesalahanku,” pinta Celine dengan tatapan memelas. Asher melirik singkat wanita itu. Dia ingin tertawa terbahak-bahak mendengar pengakuan Celine. Setelah kepergian Celine yang mendadak dan tanpa kabar, Asher segera mencari keberadaannya. Dia tak tinggal diam dan ingin tahu, kenapa Celine tiba-tiba meninggalkan dirinya? Asher pun sempat merasa terpuruk setelah kepergian Celine. Namun, ketika Asher mengetahui alasan kepergiannya, Asher berubah membenci wanita itu. Dari semua informasi yang dikumpulkannya, Nathan, sepupu Asher telah melakukan hubungan badan dengan Celine di belakangnya. Asher yang marah besar pada sepupunya, segera mencari-cari Nathan yang tiba-tiba ikut menghilang. “Nathan sengaja melakukan itu padaku karena dia iri denganmu. Dia memberiku obat dan membawaku ke hotel malam itu. Aku berusaha menghubungimu, kau harusnya ingat itu … tapi, kau tidak menjawab panggi
Asher adalah pengusaha hebat yang dikenal dapat mengubah suatu masalah yang akan merugikan jadi peluang besar. Rupanya, pria itu juga bisa melakukannya bukan hanya dalam masalah bisnis, namun juga urusan asmara.Nyatanya, dengan beberapa kalimat Asher yang dilebih-lebihkan, Laura semakin liar ketika melayaninya. Asher sampai kelelahan semalam suntuk melayani godaan sang istri. “Jangan tergoda pada wanita mana pun. Kau sudah berjanji akan mencintaiku kalau aku juga memberikan hatiku.” Laura memeluk Asher yang masih berkeringat dengan sangat erat. Asher tersenyum-senyum di atas puncak kepala Laura. “Baiklah. Kau berhasil menambah sedikit rasa cintaku.” Laura mendongak, Asher pun langsung mengubah lekuk bibirnya kembali datar. “Hanya bertambah sedikit?” protes Laura. Asher menepuk bibirnya sendiri dengan telunjuk. “Aku akan menambah sedikit lagi.” “Tapi, aku lelah. Kau tidak khawatir dengan bayi kita?” “Aku hanya menyentuh bibirku. Kenapa kau jadi berpikir lebih? Jangan terlalu bers
Wajah Laura yang tadinya murung, semakin kusut setelah mendengar jawaban Asher. Dada Laura berdentum keras dari dalam. Dia menyesal sudah menanyakan suatu masalah yang akan membuatnya terluka. Laura pun tak mengerti, kenapa dia selalu ingin tahu tentang masa lalu yang tak penting bagi suaminya?Terkadang, Laura merasa tak rela jika Asher pernah mencintai wanita lain sebelum dirinya. Walaupun itu tidak mungkin terjadi, mengingat Asher hidup lebih lama daripada dirinya, dan memiliki kehidupan sendiri sebelum bertemu dengannya.“Tapi, kami hanya menyewa kapal. Dan ada Mia juga bersama kami. Aku tidak pernah pergi berdua dengannya jika bukan untuk hal yang benar-benar penting. Sudah puas?” Asher menambahkan. “Kenapa tidak pernah jalan berdua?” Laura memaki diri sendiri dalam hati. Dia ingin berhenti bertanya tentang masalah Celine. Namun, dia seperti tak dapat mengontrol mulut akibat rasa cemburu yang seharusnya tidak dia rasakan. Sementara itu, Asher sedang menerka-nerka jalan pikiran
“Apa pulau ini memang seperti itu?” Laura melepaskan tangan Asher dan mulai berjalan ke depan. Kapal mereka berlabuh di balik pulau. Sepanjang mata memandang, Laura melihat bunga baby’s-breath putih yang tumbuh subur hingga mencapai rumah dua lantai sederhana, tetapi terlihat hangat. Senyum Laura mengembang tatkala berjalan lambat menyusuri hamparan bunga-bunga. Menyentuh setiap kelopak mungil yang terasa lembut di telapak tangannya. Dia berbalik memandang sang suami dengan senyum bahagia. Dari tempat Asher berdiri, sang istri yang mengenakan pakaian luar berwarna putih itu tampak seperti malaikat yang bercahaya di tengah bunga. Bahkan, bunga-bunga putih bersih di sekitarnya berubah warna menjadi abu-abu oleh aura terang yang dipancarkan Laura. Asher merasa telah mendapatkan istri yang dapat mengalahkan setiap keindahan yang ada di dunia, setidaknya hanya di matanya. Tak sia-sia Asher mengerahkan banyak uang dan tenaga untuk menyiapkan kejutan. Di balik keindahan itu, Theo yang me
“Lepaskan aku!” Emma meronta-ronta tatkala Theo membopongnya di pundak menuju helikopter. “Aku akan melaporkanmu ke polisi kalau kau tidak melepaskan aku!” Pria yang selalu tenang itu, untuk pertama kalinya menunjukkan raut wajah kesal. Keningnya berkerut dan rahangnya mengeras. Emma tak bisa diam meskipun Theo sudah baik-baik menjelaskan semua sesuai permintaan Laura. Bukan karena tidak memercayai Theo, sahabat Laura itu sangat ketakutan karena belum pernah naik helikopter sebelumnya. Dia merasa ngeri ketika baling-baling helikopter mulai berputar dan menimbulkan suara keras. “Aku tahu, kau pasti menyukaiku, bukan? Pantas saja … selama ini kau pasti memanfaatkan Laura dan Asher agar bisa menemuiku setiap kali kau merindukanku!” Emma terus meracau dengan mata terpejam. Theo mengerang tertahan saat Emma meremas lengannya selagi helikopter mulai melambung ke udara. Cengkeraman tangan Emma semakin kuat ketika helikopter beberapa kali berguncang ke kanan-kiri. “Astaga, aku ingin turun
Debaran dalam dada Asher menggila ketika mendengarnya. Betapa senang hati Asher mendengar Laura ingin melindungi lelakinya, yaitu dirinya. “Baiklah. Tetapi, kau harus mengatakan padaku jika dia melakukan sesuatu yang berlebihan padamu. Aku tidak ingin kau terluka secara fisik maupun mental.” “Aku akan menyambutnya … kau bersantai saja bersama Matt dan Mia. Juga titip Emma … jangan sampai dia tergores sedikit pun,” pesan Laura. “Jangan jambak-jambakan,” pesan Asher sambil terkekeh pelan, lalu mengecup kening Laura. Pemandangan itu tertangkap oleh manik mata kecoklatan milik Celine. ‘Apa mereka sengaja bermesraan secara terang-terangan karena aku datang, demi membuatku cemburu?’ Celine masih mengira bahwa Asher hanya pura-pura membenci dirinya di depan Laura. Bukan tanpa sebab Celine berpikir seperti itu. Pulau Hughes merupakan tempat Asher dan Celine sering bertemu secara diam-diam dan untuk memperingati hari spesial mereka. Tentunya, Mia pun selalu menyertai mereka walau wanita it
“Lau! Laura!” seru Emma yang berhasil menyusul mereka. “Astaga, aku mencarimu ke mana-mana. Kau tiba-tiba menghilang. Untung saja ada yang melihatmu. Aku pikir kau-” Dia melirik Celine karena mengira mantan kekasih Asher akan berbuat sesuatu yang buruk kepada Laura. “Itu rumah yang dibelikan Asher, Em. Bagus ‘kan?” Laura sedikit membusungkan dada, membanggakan suaminya. “Wah!” Emma segera berlarian ke arah padang bunga. “Asher sangat gila! Dia selalu habis-habiskan menyenangkanmu, Lau. Aku jadi iri padamu!” seru Emma. Tentunya, dia sengaja mengatakan dengan keras agar terdengar Celine. Laura menyusul Emma sambil terus membicarakan Asher sehingga telinga dan hati Celine memanas. Apakah Laura sedang berbohong pada temannya? Asher tak mungkin melakukan semua yang dikatakan Laura. ‘Mungkin, tempat itu sudah seperti ini ketika aku kembali,’ batin Celine menenangkan diri. “Tempat ini tidak berubah sama sekali,” ujar Celine seolah sedang bergumam, namun bersuara cukup keras sehingga dapa