Mau beli bunga 10 miliar buat dipakai rebahan....
“Menggelapkan dana? Bicara apa kau?” Wajah Vincent merah padam karena tak terima menantunya dituduh dengan kejam. Vincent yakin, Asher pasti yang menjebak Nora. Seperti yang diharapkan Asher, perhatian seluruh anggota keluarganya berbalik kepada Nora. Pria itu menyeringai kecil saat melihat wajah pucat keponakan iparnya. Walaupun mungkin Laura akan puas dengan tindakannya membongkar kelicikan Nora di depan semua orang, tetapi tidak dengan Asher. Dia ingin menyingkirkan Nora dan Simon sepenuhnya dari hidup Laura.“Paman … kita tahu jika Kak Laura yang mengambilnya.” Nora melihat ke arah suami dan mertuanya bergantian. “Ini tidak benar. Aku tidak pernah melakukannya.” Sebelumnya, Nora membuat kesepakatan dengan Smith Group ketika Juan hendak membawa kasus penggelapan dana ke meja hijau. Nora pun memohon ampunan dan berjanji akan membayar semua kerugian Smith Group, serta meminta Juan agar tak mengatakan perbuatannya kepada Keluarga Myers. Karena itu, Nora menagihkan semua kepada Simo
‘Ah … kenapa aku harus membuka mata?’ keluh Asher ketika ekor matanya menangkap bayangan Noah. Asher mengakhiri ciuman panasnya. Laura hendak menyerobot bibirnya lagi, tetapi Asher gegas menangkap bibir Laura dengan ibu jarinya. “Tunggulah di kamarmu. Kau tidak ingin orang lain melihat keganasanmu, bukan?” bisik Asher dengan suara berat dan menggoda. Wajah Laura sontak merah padam. Akhir-akhir ini, Laura selalu ingin merasakan bibir Asher. Dia sampai lupa diri dan tempat. “B-baik ….” Laura menunduk sambil berjalan cepat menuju kamarnya. Asher tersenyum kecil melihat tingkah menggemaskan Laura. Setelah Laura tak terlihat, Asher berjalan ke tempat persembunyian Noah. Noah berjongkok sambil bersandar pada pilar. Kepalanya menunduk selagi menatap kakinya yang mengusap-usap lantai. Kedua tangannya terpaut di belakang kepala dan sesekali mengacak rambutnya.“Noah, sedang apa kau di sini?” Noah terperanjat dan spontan berdiri. “Paman … kau dan Laura … apakah kalian ….” Noah menelan pe
BRAK! Asher membuka pintu walk-in closet dengan kencang hingga membentur dinding. Dia tak tahan mendengar pengakuan cinta Noah dan tak ingin Laura sampai memikirkan itu. “Lepaskan Laura, Noah!” bentak Asher dengan mata berkilat penuh amarah. “Paman? Kenapa Paman ada di sini?” Noah menunjuk wajah Asher, lalu melihat ke belakang badan Asher. “Ah … jadi benar kata Nora … kalian sudah berhubungan sejak kau bertunangan denganku.” Dia ganti menunjuk-nunjuk Laura. Noah tertawa, tetapi raut wajahnya menyiratkan kekecewaan. Asher menggenggam telunjuk Noah dan menariknya keluar dari kamar. “Kau mabuk dan hanya berkhayal,” geram Asher. “Kunci pintu kamarmu.” Laura langsung menutup rapat pintu kamar begitu Asher dan Noah keluar. Dadanya naik turun dengan cepat dan jelas. Tak elak, Laura sedikit terkejut oleh kedatangan dan pernyataan cinta Noah. ‘Noah … sungguh mencintaiku? Kenapa … tidak mengatakannya sejak dulu? Kenapa dia tidak mau mendengarkan penjelasanku, sebelum memutuskan rencana pe
“Membenciku? Kenapa?” Laura spontan bertanya. Dia sangat terkejut oleh pernyataan Jake. Sebelum mendapat jawaban, Jake membuka pintu di depannya. Kemudian menarik tangan Laura yang ada di lengannya agar semakin merapat. “Tidak perlu membahas masalah yang menyedihkan di hari istimewa ini. Tersenyumlah ….” Jake tersenyum begitu tepuk tangan mengiringi kedatangan mereka. Laura yang tadinya penasaran akan kalimat yang diucapkan Jake, mendadak kembali gugup. Semua orang kini menyorot dirinya. Debaran jantung Laura kian menggila begitu langkah kakinya semakin mendekat di depan altar. Asher berdiri dengan gagah menanti Laura. Tak ada senyuman di wajah Asher. Laura pikir, Asher sedang marah dengan mata menyorot tajam padanya. ‘Kenapa dia melihatku seperti itu? Apakah dia masih marah gara-gara Noah masuk ke kamar tadi malam? Tapi, itu ‘kan bukan salahku!’ Kini, Laura berdiri berhadap-hadapan dengan Asher. Mereka kemudian melakukan ritual yang sama seperti pernikahan sebelumnya. Namun, kal
Jantung Asher hampir meledak melihat reaksi Laura. Wanita itu benar-benar menggemaskan. Dia ingin sekali melahap bulat-bulat istrinya sekarang juga. Asher sampai tak sadar tengah memajukan wajahnya untuk menciumi seluruh wajah Laura. Tetapi, Laura tahu apa yang hendak Asher lakukan. Laura pun mendorong pelan pipi Asher menggunakan jari telunjuknya. “Apa yang akan kau lakukan di tempat umum seperti ini?” Asher mengerjapkan mata ketika tersadar. “Untuk menunjukkan jika kita bahagia karena saling memiliki,” kilahnya. “Juga untuk memberi peringatan pada semua wanita itu jika aku adalah milikmu. Jangan menghindar … kemarilah … kau harus berani unjuk gigi untuk mempertahankan suamimu.” Laura mencubit perut Asher karena pria itu malah semakin memajukan bibirnya. Dia malu bukan main ketika melihat beberapa tamu berbisik-bisik sambil tertawa saat melihat ke arahnya. Orang-orang yang menyaksikan mereka, menganggap jika kedua pasangan pengantin itu saling mencintai dan tak sabar melewati mal
“Kenapa harus tempat ini lagi? Kemarin, kau sudah memaksaku untuk mengambil foto di sini.” Asher menyeringai misterius. Dia yang berdiri di belakang Laura, menundukkan kepala sambil berbisik, “Bukalah pintu itu … hadiahmu ada di dalam sana.” Laura membuka pintu kamar 501 dengan ragu. Ketika dia berhasil membuka pintu itu, kedua matanya terbuka lebar dengan mulut ternganga. “A-apa … siapa … siapa dia?” Laura tercengang bukan main ketika melihat seorang pria yang duduk terikat di kursi dengan mulut tersumpal kain putih. Pria itu menggelengkan kepada dengan kuat. Wajahnya merah padam dan suaranya hanya terdengar erangan tak jelas, seperti ingin mengatakan sesuatu.“Jared Baker … entah dengan nama apa dia berkenalan denganmu karena orang ini sering menggunakan nama lain setiap berkenalan dengan wanita. Dia adalah orang yang ingin menggaulimu malam itu.” Mulut Laura terbuka semakin lebar. Jadi, ini hadiah yang dimaksud Asher? Lalu … apa yang harus dilakukan Laura kepada pria itu? Laur
Asher melepas kalung di lehernya, kemudian memakaikan kalung peninggalan Callista di leher Laura. “Hadiahku yang terakhir.” “Ini … milikku.” Kenapa Asher memberikan sebagai hadiah? Entahlah … yang pasti, Laura bahagia telah mendapatkan kalungnya lagi. Dia mengusap liontin itu penuh kasih sayang, seakan-akan jejak ibunya masih tertinggal di sana. Asher baru menyadari, betapa berharga kalung itu bagi Laura. Dia sudah tahu tentang ibu Laura, pemilik pertama memiliki kalung itu. Namun, Asher tak menyelidiki kehidupan Callista lebih jauh lagi.“Sampai kapan kita di sini? Aku ingin pulang.” Laura menatap langit-langit yang sekarang menjadi terang karena hari telah beranjak siang. Tak ada bedanya menginap di hotel atau tinggal di rumah. Asher hanya mencumbu Laura sepanjang waktu, seperti tak ada hari esok. “Mau bagaimana lagi? Kita tidak membawa pakaian. Kau mau keluar menggunakan gaunmu yang sudah terkena keringat?” Asher sebenarnya bisa menyuruh orang untuk membawakan pakaian untuk me
“Apa maksud Paman Jake berkata seperti itu? Papaku … dia ….” Laura tiba-tiba teringat ketika dirinya masih delapan tahun, Simon terlihat sangat mencintai ibunya. Semua perhatian Simon curahkan pada Callista dan Laura. Hingga suatu hari, Simon berubah. Simon sering pulang larut malam. Dia juga tak pernah mengajak istri dan anaknya hanya sekedar jalan-jalan. Sedangkan sebelumnya, Simon selalu meluangkan waktu bersama mereka. Entah hanya berkeliling kota atau mengunjungi tempat wisata. Laura selalu berpikir jika perubahan Simon tersebut karena pekerjaannya. Namun, apa yang dikatakan Jake? Ayah dan ibu tirinya berhubungan dengan kematian ibu kandungnya? Sejak menikah dengan Gilda, Simon memang banyak berubah. Tetapi, apakah benar Simon sanggup menyingkirkan istrinya semudah itu? Kenapa ...?Laura tak dapat memercayainya. Lebih tepatnya, Laura tak mau memercayai jika ayah kandungnya dapat berbuat setega itu pada ibunya. Walaupun dia dapat melihat keyakinan yang begitu besar dari wajah