Beranda / Romansa / Gelora Hasrat sang Presdir / 356. Mempermalukan Diri

Share

356. Mempermalukan Diri

Penulis: VERARI
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-15 21:42:31
Di ruang tamu rumah Celine, Asher terus menatap tajam Nathan penuh amarah. Sementara Nathan sudah tenang dan tak begitu khawatir lagi sekarang.

Di sebelah Nathan, Celine duduk tak tenang. Dia merasa berdosa karena menerima Nathan di rumahnya, dan Asher sudah tahu itu.

Meski Asher sesungguhnya tak peduli, tetapi Celine merasa bahwa Asher masih marah padanya karena masalah yang telah berlalu.

Berbeda dari ketiga orang yang saling berhubungan itu, Julian duduk santai sambil mengamati reaksi semua orang. Dia tersenyum samar, menanti ledakan amarah Asher dan perlawanan Nathan.

Asher melemparkan setumpuk salinan surat kuasa dari beberapa aset Smith Group, seperti gedung apartemen, pabrik pakaian milik Hillary, dan lahan kosong yang kini telah berganti nama menjadi milik Nathan Smith.

Nathan mengambil dokumen-dokumen itu dan membacanya dengan raut wajah tenang. “Kau datang jauh-jauh ke sini hanya untuk menunjukkan salinan aset milikku?” tanya Nathan tak tahu malu.

Benar. Selama Richard
VERARI

Mau cerita si kembar versi dewasa?

| 5
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (13)
goodnovel comment avatar
Yuniarti
mauuu dong Thor Claus & Colin
goodnovel comment avatar
Ona Carolina
Hilllary disini benar2 perempuan gila....
goodnovel comment avatar
Yuniarti
Inget yee,karma itu berlaku loh,kl gk mau dicubit jgan nyubit,gk mau digampar,jngan suka gampar orang sembarangan, dasar Bibi hihihihihi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Gelora Hasrat sang Presdir   357. Malu

    “R-Rachel ....” Alan terkejut bukan main. Sorot mata dan ekspresi Rachel benar-benar sangat berbeda dari biasanya. Alan seakan sedang melihat Rangga kecil versi wanita. Sementara di belakang mereka, Nevan hendak mencegah Rachel berbuat sesuatu yang akan merugikan diri sendiri. Namun, Emma segera memegangi Nevan dan menggeleng kecil. “Biarkan mereka menyelesaikan masalah sampai tuntas. Hillary juga sudah keterlaluan dengan kakakku. Keluargaku bahkan tidak pernah berbuat kasar kepada Kak Alan,” ucap Emma lirih. Emma berulang kali menghela napas panjang agar tak terbawa emosi. Sementara Nevan perlu lebih dulu mengajak Emma menjauh agar Emma dan bayi dalam rahimnya tak terpengaruh oleh pertengkaran itu. “Calon suami katamu .... Siapa kau berani menamparku!?” bentak Hillary. “Kau sendiri siapa? Aku bahkan tidak pernah melihatmu! Orang tidak penting sepertimu, beraninya memukul calon suamiku!” geram Rachel. Alan seperti mendapat tamparan telak di hatinya. Rachel menyebut dirinya calon

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-16
  • Gelora Hasrat sang Presdir   358. Bertarung Habis-Habisan

    Alan mengambil tangan kanan Rachel. Kemudian mengusap lembut telapak tangannya. Jantung Rachel hampir meledak karena serangan dadakan itu. “K-Kak ....” “Lihat ... tanganmu yang lembut dan mungil ini jadi merah. Aku tidak mau kau melukai tanganmu hanya karena membelaku.” DEG! Panah cinta berhasil menembus jantung Rachel. Bagaimana bisa Alan justru mengkhawatirkan tangannya yang memang keduanya berwarna merah muda? Dan ... Alan tidak membencinya karena telah berbuat kasar! “A-aku tidak apa-apa ... B-bagaimana dengan pipi Kak Alan sendiri?” Alan menekuk wajah sambil menyelipkan jemarinya di antara sela-sela jari Rachel. “Sejujurnya, Kakak malu karena memperlihatkan sisi Kakak yang seperti ini. Ditampar di depan umum dan hanya diam tidak berdaya, lalu dibela oleh seorang gadis muda.” Karena kejadian ini, Alan banyak memikirkan sikapnya sepanjang perjalanan pulang tadi. Dia harus jadi lebih kuat dan memiliki kuasa lebih besar agar bisa melindungi Rachel. Alan tahu bahwa dirinya mam

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-16
  • Gelora Hasrat sang Presdir   359. Terabaikan

    Asher bisa dengan mudah membaca jalan pikiran Laura. Sang istri pasti akan mencegahnya bertarung. Meski Asher memang tahu jika Hillary yang salah, tak punya niat memarahi Rachel, ataupun bertarung dengan Rangga. Asher akan menggunakan permintaan Laura untuk meraih impian besarnya yang belum terwujud. Cita-cita Asher Smith yang selalu menjadi beban pikiran karena Laura selalu menolaknya. “Aku tidak ingin kau bertarung ... Jangan membuatku khawatir, Sayang ....” Teringat sosok Rangga yang dulu pertama kali dilihat Laura. Pria dingin yang bisa melakukan apa saja demi keluarga. “Karena itu, kau harus bersembunyi! Rangga mungkin akan memotong satu tanganku dan aku akan memotong satu kakinya.” Asher pun tak jauh berbeda. Namun, siapa pun yang menjadi pemenangnya, orang-orang di sekitar mereka bisa ikut terluka. Laura pun tak mau kota kelahirannya hancur. Dia membayangkan Asher dan Rangga berubah wujud dan mulai menghancurkan kota. Laura memeluk lengan Asher sambil memejamkan mata. Ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-17
  • Gelora Hasrat sang Presdir   360. Banteng Muda

    Semua orang langsung melihat Rachel. Hillary sedang menarik rambut Rachel dari belakang hingga badannya hampir jatuh. “Ini semua gara-gara kau! Kau pasti yang mengadu dan menghasut Paman Asher!” jerit Hillary. Rachel dengan cepat memutar badan meski rambut panjangnya masih dalam genggaman Hillary. Alhasil, beberapa helai rambutnya tercabut. Dengan geram, Rachel mencengkeram pergelangan tangan Hillary. Rachel tak akan pernah mau membiarkan orang menginjak-injak dirinya. Dia melakukan perlawanan dengan sengit sesuai ajaran Julian dan Dion. “Argh!!” pekikan lain terdengar dari mulut Hillary. Pergelangan tangannya seakan patah saat Rachel memelintir tangannya. “Lepaskan aku!” pekik Hillary. Theo segera menjauhkan Hillary, sedangkan Alan memeluk Rachel agar berhenti menyerang. Sungguh ... Alan tak bermaksud mencuri-curi kesempatan. Hanya saja, kekuatan Rachel di luar dugaannya. “Apa yang kau lakukan, Hillary Smith!” bentak Theo sambil menyentak lengan Hillary dengan kasar. Sebelum ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-17
  • Gelora Hasrat sang Presdir   361. Andaikan ...

    PLAK! “Maaf, Kak Alan!” seru Laura. Alan pernah berpesan kepada Emma dan Laura. Bila ada tanda-tanda dirinya akan melewati batas saat bersama Rachel, Alan meminta mereka untuk menyadarkan dirinya dengan keras. Laura sangat serius saat menampar punggung Alan. Rasa panas menjalar di punggungnya hingga membuat gelora hasrat yang sesaat mampir langsung menghilang. “Ugh ... terima kasih, Lau.” Kendati demikian, Alan sangat malu karena menunjukkan sisi dirinya yang tak pernah ditunjukkan kepada orang lain. “Kenapa Kakak malah berterima kasih? Apa punggung Kakak baik-baik saja?” Sementara Rachel agak terkejut oleh tindakan Laura yang tiba-tiba berbuat kasar kepada Alan. Rachel akan memeriksa punggung Alan, tetapi Alan segera menghindar. “Aku ... oh ... tiba-tiba aku ingin cuci muka! Ha ha!” Alan segera melarikan diri ke kamar mandi. “Kenapa Kak Laura menampar punggung Kak Alan? Bagaimana kalau tulang belakangnya patah?” Laura menggaruk kepala sambil melirik Emma yang menghindari tata

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-18
  • Gelora Hasrat sang Presdir   362. Bahaya Cemberut

    “Kau ini ... selalu tidak melihat situasi. Bagaimana kalau Kak Alan tidak mengajak Rachel dan anak-anak keluar tadi?” “Salahmu sendiri mendesah-desah dengan kencang.” Asher tersenyum miring. “Kendalikan dirimu saat bersamaku, Laura Smith ....” Pemilik rumah baru saja menyelesaikan kegiatan panas singkat mereka. Hanya satu cara itulah yang dapat Laura lakukan untuk meredam amarah Asher Smith. Asher masih berbaring dengan napas terengah-engah, sedangkan Laura sudah memakai pakaian untuk menemui Emma. “Kenapa buru-buru keluar? Aku masih ingin ....” Asher menarik Laura kembali ke ranjang. “Kau tidak mau menemui Theo? Bukankah kau memanggilnya datang untuk membicarakan pekerjaan?” “Nanti .... Ayolah, sekali lagi, Sayang ... aku masih marah sekarang ...,” bujuk Asher. Laura menepis tangan Asher. “Kau harus puasa sebelum pergi ke pantai.” Laura kemudian meninggalkan Asher yang sedang tercenung mencerna kata-katanya. Lalu, setelah Laura keluar, Asher langsung berguling-guling senang.

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-19
  • Gelora Hasrat sang Presdir   363. Meditasi

    Julian menatap seorang wanita yang duduk menunduk sambil mencengkeram kedua sisi lututnya. Wanita itu gemetaran dan tak berani menatap Julian. Beberapa menit lalu, Julian mendatangi Cindy dan seenaknya masuk ke apartemen itu. Cindy belum mendengar kabar Julian ada di negara tersebut karena sibuk mengurus Richard yang membangkang perintahnya. “Cindy ... Cindy ... jadi, kau sengaja berpura-pura hamil untuk membuka aib Richard yang pernah, dan sebenarnya sering bercinta denganmu karena jebakanmu?” Cindy tak membalas. Dia hanya menelan ludah bulat-bulat karena tenggorokannya terasa sangat kering secara mendadak. “Kau melakukannya agar Hillary tidak marah saat mengetahui fakta itu dari orang lain, sekaligus agar percaya bahwa Richard pria baik yang menjadi korban dari banyak pihak, termasuk dirimu?” Julian menjadi kesal karena lawan bicaranya tak menjawab. “Perlukah aku memotong lidahmu agar kau menjawabku? Atau kau tuli dan tidak bisa mendengarku? Kalau tidak butuh telinga, aku bisa m

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-19
  • Gelora Hasrat sang Presdir   364. Di Bawah Terik Matahari

    Asher Smith, pria yang dingin dan menyeramkan itu kembali. Seorang karyawan mendesak Theo untuk menyerahkan laporan. “Aku sedang sibuk, Tom. Kau tinggal melangkah sedikit lagi ke ruangan Tuan Asher. Tsk!” Tak jauh berbeda dari Asher, Theo saat ini sedang sibuk mengurus banyak hal. Asher seperti orang gila kerja yang menumpuk banyak berkas untuk segera diselesaikan. Pria bernama Tom itu mengetuk pintu ruangan Asher dengan ragu. Setelah dipersilakan masuk, Tom melangkah kecil masuk ke dalam. “Apa kakimu sakit!? Kau tidak bisa berjalan dengan benar?” sergah Asher. Tom mempercepat langkah kaki menuju meja kerja Asher. Kemudian menumpuk sebuah dokumen di atas dokumen yang menggunung. “Ini laporan keuangan minggu lalu, Tuan.” Asher menyambar dokumen itu. Mata elangnya tak hanya menyusuri kata demi kata dengan cepat, tetapi juga teliti. “Ini ... ini ....” Asher menunjuk sebuah area kosong yang belum diberi tanda titik. “Kau tidak bisa melakukan tugasmu dengan benar!? Sudah bosan beker

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-20

Bab terbaru

  • Gelora Hasrat sang Presdir   441. Kehangatan Keluarga Smith

    Laura Smith berjalan keluar dari gedung perusahaan Hartley. Pekerjaannya telah usai saat menjelang jam makan siang.Sudah satu tahun Laura kembali bekerja. Laura tak perlu mengawasi Lana selama seharian penuh lagi.Lana saat ini sudah berusia hampir lima tahun, sedangkan Claus dan Collin pun sudah sekolah. Si kembar cukup bisa diandalkan menjaga adiknya meski terkadang membuatnya menangis. “Di mana Asher?” gumam Laura menanti Asher keluar dari mobil.Di tepi jalan, mobil mewah telah menanti Laura. Biasanya, Asher selalu menunggu Laura di depan pintu masuk kantor. Namun, dia tak melihat tanda keberadaan sang suami di mana-mana.“Kenapa malah anak-anak yang datang ke sini?” Laura gegas menghampiri mereka.Dua anak lelaki tampan dan berwajah serupa membuka pintu di kedua sisi mobil bagian belakang. Claus membantu adik perempuannya yang memakai gaun putih turun dari mobil. Si kembar kemudian menggandeng Lana di kanan dan kiri secara protektif. Seakan-akan tak ingin ada satu pun orang men

  • Gelora Hasrat sang Presdir   440. Hanya Asher

    Laura sudah menduga sejak awal saat dirinya melahirkan bayi perempuan. Asher pasti akan menjadi papa yang banyak membatasi pergerakan putri mereka. Dengan Rachel pun, Asher seperti ayah kandung yang selalu menegur setiap kali ada kesempatan. Laura takut membayangkan masa depan putrinya tidak akan bisa bebas, atau sulit mencari kebahagiaan yang diinginkannya karena tekanan dari Asher.Namun, kata-kata Asher yang menyatakan bahwa putri mereka tak akan berteman dengan siapa pun, Laura kali ini menyetujuinya. Setidaknya, untuk situasi sekarang.“Putri kami bahkan masih belum bisa melihat dengan jelas. Sebaiknya, kita membicarakan masalah teman bermainnya kalau dia sudah agak dewasa,” kata Laura kepada para nyonya besar yang hadir di pesta.Bukan hanya Asher yang diserang oleh tamu-tamu mereka, Laura pun demikian. Berbeda dari si kembar, jika putra mereka menjadi bagian dari Smith Group, besar kemungkinan dia bisa menduduki posisi tinggi tanpa bersusah payah, dan hanya karena menjadi suami

  • Gelora Hasrat sang Presdir   439. Hanya Milik Asher

    Lana Smith, putri pertama Asher dan Laura ditidurkan di tengah-tengah ranjang di kamar yang kini telah diubah sepenuhnya menjadi bernuansa merah muda. Asher, Claus, dan Collin tidur tengkurap mengelilinginya dan tak jenuh memandang bayi itu layaknya harta karun yang tak ternilai harganya.“Bibirnya bergerak-gerak, Papa,” bisik Collin.“Aduh … aku baru saja berkedip! Aku tidak melihatnya,” sesal Claus bermuram durja.“Nanti pasti bergerak lagi. Jangan terlalu keras bicara, Claus,” tegur Asher lirih.Claus cemberut dan hampir menyentuh pipi adik bayinya. Namun, Asher lekas mencegah dengan decapan dan menunjukkan tatapan tajam padanya.“Aku ingin menggendong adikku, Papa,” pinta Claus memelas.“Tidak boleh. Lana masih berusia dua hari lebih empat jam. Kau bisa menjatuhkan Lana.”Sejak diperbolehkan melihat bayi itu, mereka bertiga senantiasa mengamatinya dengan posisi sama. Asher mencatat setiap gerakan kecil Lana, sedangkan Claus dan Collin akan memberi tahu ketika dirinya sedang melakuk

  • Gelora Hasrat sang Presdir   438. Harapan Laura dan Asher

    Waktu berlalu dengan cepat. Perut Laura kini telah membesar dan hampir melahirkan.Asher dan Laura sepakat untuk tidak mencari tahu jenis kelamin bayi mereka karena pertentangan pendapat. Namun, dokter tetap memberi tahu bahwa bayi di dalam rahim Laura kali ini hanya ada satu.Asher meyakini bahwa bayinya berjenis kelamin perempuan, sedangkan Laura yakin bahwa anaknya lelaki. Sementara itu, orang-orang di sekeliling mereka pun memperdebatkan hal yang serupa dan tak ada yang menebak sama. Karena itu, kamar untuk bayi mereka juga dipersiapkan setengah untuk perempuan, setengah lagi untuk laki-laki.“Sayaaaang!” seru Asher dari koridor.Laura yang saat ini berada di kamar Claus dan Collin bersusah payah bangun untuk menyambut Asher yang baru saja pulang dari kerja. Simon gegas membantu Laura berdiri dan menuntunnya ke depan pintu.Rupanya, Asher masih jauh dari kamar itu dan hanya suaranya yang terlalu keras memanggil dirinya. Melihat sang istri kesulitan menegakkan badan, Asher gegas

  • Gelora Hasrat sang Presdir   437. Tawa Lepas

    “Hanna, apakah aku-”Hanna berjalan melewati Simon dan tak ingin mendengar penjelasan apa pun sekarang. Dia masih kecewa karena ternyata hanya dirinya yang menganggap Simon sebagai keluarga.Simon mengusap wajah dengan kasar, lalu berbalik menyusul Hanna. “Aku harus segera menjelaskan kesalahpahaman ini.”Hanna sudah hampir masuk ke mobil sambil bercakap-cakap dengan Laura. Melihat cara bicara Laura yang sambil melihat dirinya, Simon takut jika Hanna mengadukannya.Simon tak berani mendekat. Kemudian masuk ke pintu mobil di arah yang berlawanan dari mereka.Dalam perjalanan ke tempat wisata lain, Hanna sekali pun tak melihat Simon. Saat mengurus Claus dan Collin yang duduk di antara mereka dan harus menghadap Simon, Hanna selalu menunduk atau melihat ke arah lain.Hanna benar-benar mengacuhkan Simon sampai hari berikutnya. Dia selalu berkumpul dengan orang lain dan enggan duduk hanya berdua dengan Simon ketika mengasuh Claus dan Collin.Simon tak tahan lagi! Hari ketiga liburan merek

  • Gelora Hasrat sang Presdir   436. Spesial Simon

    Di atas pantai pasir putih yang indah, Simon sedang tertelap dan ditemani wanita yang merupakan pelayan setia putri semata wayangnya. Hanna menggeser payung besar yang menghalau sinar matahari agar tubuh Simon tak kepanasan.“Tuan Simon sedang mimpi apa? Kenapa bibirnya bergerak-gerak begitu?” gumam Hanna selagi memperhatikan wajah Simon.Simon berdecap-decap sambil tersenyum, kemudian bergumam dalam tidurnya, “Kita akan menikah ….”Hanna terkekeh geli. “Kau sudah menikah dua kali, Tuan. Saat ini, kau pasti sedang memimpikan Nyonya Callista.”“Menikah … Hanna ….” Simon kembali bergumam-gumam, membuat pemilik nama itu terkesiap.Gumaman Simon setelahnya semakin jelas. Wajah Hanna menegang ketika bibir Simon mengucap namanya berulang kali.Hanna segera berlari meninggalkan Simon sambil menutup mulutnya menggunakan telapak tangan, seakan-akan tak tahan untuk meneriakkan sesuatu. ‘Apa yang baru saja aku dengar?’ batin Hanna.Selama ini, Simon selalu menganggap Hanna sebagai putrinya. Setid

  • Gelora Hasrat sang Presdir   435. Persembahan Istimewa

    Makan malam semalam menjadi peristiwa memalukan bagi Rachel. Dia tak sadar, Alan ternyata membuat lukisan cinta di sekujur tubuhnya. Hingga dirinya enggan keluar dari kamar. Sayangnya, hari ini Rachel harus menjadi pemandu untuk para tamu istimewa yang datang dari luar negeri. Dia sudah berjanji akan mengajak Laura dan Emma jalan-jalan di tempat-tempat indah di sana. “Rachel, kau tidak perlu ikut dengan kami. Sepertinya, suamimu masih mengantuk ….” Laura menyenggol lengan Rachel dari belakang sambil terkekeh pelan dan melirik ke arah Alan yang menguap lebar. “Kak Alan pasti begadang semalaman.” Emma ikut menggoda kakak iparnya. Wajah Rachel merah padam mendengar para wanita itu menggodanya. “Sebentar lagi kita sampai di pantai. Kalian pasti akan menyukainya.” Rachel buru-buru mengalihkan pembicaraan. Awalnya, Emma masih ingin menggoda Rachel. Namun, setelah melihat pemandangan indah di depannya, dia urung melakukannya. Emma segera menghampiri suami dan putrinya dan mereka berpisah

  • Gelora Hasrat sang Presdir   434. Tanda Cinta

    Melihat peluh di wajah Alan dan tercium bau familier dari tubuhnya, Rangga menjadi sangat sedih. Alan ternyata telah mendapatkan sang putri kesayangan. Rangga tak bisa menatap Alan, bukan karena membencinya, tetapi hatinya terasa aneh. Anak yang dulu selalu melompat ke sana kemari itu, kini telah sepenuhnya menjadi wanita dewasa dan dimiliki pria itu. “Aku akan memanggil Rachel dulu, Ayah. Kami akan segera menyusul!” seru Alan pada Rangga yang tak berbalik atau menjawab dirinya. “Kau seharusnya melakukan itu nanti malam …. Namanya juga malam pertama. Sekarang masih terbilang sore. Aneh kalau disebut sore pertama, bukan?” celetuk Nevan, lalu tertawa pelan. Alan memutar bola mata. “Kami tinggal mengulangi lagi nanti. Lalu, apa yang membawamu kemari?” Tawa Nevan menghilang. Dia sebenarnya hanya ingin mengajak Hillary makan makan bersama keluarga besarnya meski Asher dan Laura juga diundang sebagai tamu kehormatan. Tetapi, dia ingin sedikit menggoda Hillary dengan menuntunnya ke area

  • Gelora Hasrat sang Presdir   433. Gara-Gara Terkejut

    Alan dan Rachel sangat antusias dan bahagia menjelang pernikahan mereka. Namun, setelah menjadi pasangan resmi, mereka justru berjauhan di dalam kamar hotel.“Kau tidak jadi mandi?” tanya Alan dengan mata yang tertuju ke arah lain.Alan beberapa kali mengibaskan kerah kemeja seperti orang kepanasan meski ruangan terasa sejuk. Sementara Rachel duduk sambil menekan-nekan asal layar ponselnya. “Sebentar lagi,” balas Rachel datar dan berusaha tenang.Sejak acara pernikahan usai, Rachel ingin segera mandi. Namun, setelah sampai di kamar, dia justru sangat gugup berhadapan dengan sang suami selama hampir setengah jam.Tak tahan lagi, Rachel meletakkan ponsel dan menuju kamar mandi. Alan melirik-lirik sambil bersenandung tak jelas seraya menatap luar jendela.Dia melihat pintu kamar mandi dari pantulan kaca jendela. Rachel menutup pintu setelah melihat dirinya.Alan akhirnya bisa duduk di sofa sambil menghela napas panjang.“Malam pertama kami … akan seperti apa?” gumam Alan sambil membayang

DMCA.com Protection Status