Siap-siap dihajar, Alan .... Semangat!!
Di luar ruangan itu, Emma dan kedua orang tuanya turut mendengar pernyataan Alan yang mengguncang jiwa. Mereka terkejut bukan main. Tak ada yang pernah menyangka atau menduga bahwa Alan akan seberani itu. Bukan hanya itu saja. Kaki Pamela sampai lemas dan gemetaran hingga hampir jatuh jika Benjamin tak menangkap tubuhnya. “Jadi, kekasih yang Alan maksud adalah Rachel? Sejak kapan?” Pamela masih belum pulih dari keterkejutan. “Dasar, anak nakal itu! Bagaimana bisa dia ingin menjadikan Rachel sebagai istrinya? Apa dia tidak pernah bercermin!?” “Sabar, Mama ....” Benjamin pun tak dapat menanggapi sang istri dengan benar, kecuali menenangkannya. Tak ada yang tak terkejut oleh pengakuan Alan.“Aku ... tidak keberatan jika Rachel jadi adik iparku,” gumam Emma. Pamela menampar punggung Emma. “Apa kau juga kehilangan akalmu? Ibaratnya, Rachel masih bayi dan Alan sudah seperti kakek-kakek! Malangnya nasib Rachel kalau menjadi istri Alan!” Jadi, yang dikhawatirkan Pamela bukanlah putranya,
“Apa kau tahu yang Alan Ruiz katakan tadi? Dia dengan berani mengungkap perasaan cintanya, dan berniat menunggu Rachel hingga dewasa agar bisa menikahinya! Dia bahkan memanggilku ayah mertua! Kurang ajar sekali!” Rangga masih mengepalkan tangan dengan erat. Mengingat wajah Alan membuat dirinya ingin memukul sesuatu. “Wah ... aku tidak menyangka Alan orang yang sangat kotor pikirannya!” geram Asher. Asher membayangkan jika Alan sedang berencana menodai gadis suci. Pikiran buruknya tak terkendali setelah mendengar cerita Rangga. Kedua pria penguasa itu pun, akhirnya berangkat ke bandara sambil memaki Alan bersahut-sahutan. Baik Laura, Julian, dan Rachel hanya bisa saling memandang sarat makna. Asher maupun Rangga bukan pria yang banyak bicara, kecuali dengan istri mereka. Namun, saat menemukan teman sejenis dan sepemikiran, mereka bisa mengoceh panjang lebar, yang isinya hanya kemarahan pada Alan Ruiz. ‘Diam itu emas. Jangan melawan dua singa yang sedang mengamuk, apalagi mereka pu
Di tempat lain, Asher sedang merayu Laura agar diizinkan mengunjungi kediaman sang mantan. “Ada penjahat di rumah perempuan itu, Sayang. Aku ingin berkunjung dan menyapa penjahat itu sebentar.” “Aku mau ikut!” Laura juga sudah mengatakan berulang kali. Dia ingin ikut bersama Asher. Celine berbeda dari Rachel. Wanita itu benar-benar pernah menjalin kisah kasih masa muda bersama Asher. Laura khawatir jika Celine akan besar kepala didatangi Asher dan kembali menaruh hati pada suaminya. “Kau tidak boleh ikut! Terlalu bahaya jika kau ikut denganku! Apa kau mau melihatku hancur? Aku akan pergi bersama Julian. Kau bisa menjadikan Julian mata dan telinga untuk mengawasiku. Bukankah kalian jadi akrab akhir-akhir ini?” Laura terkesiap. Julian memang sering berkunjung sejak Rangga tak ada. Dia, Julian, dan Hanna sering bercerita banyak hal, tertawa bersama, juga membicarakan masalah wanita yang tak dapat dikatakan kepada Asher. Bersama Julian, Laura seperti menemukan sosok kakak yang hilang,
Hillary Smith di mata Alan dulu cukup menarik. Wanita itu punya kepribadian tegas dan ambisius. Punya semangat besar untuk memajukan bisnisnya.Lagi pula, Alan tahu jika dulu Laura tak mencintai dirinya. Alan akan mencoba untuk menerima statusnya yang telah menjadi tunangan Hillary. Pada dasarnya, Alan tak suka mempermainkan suatu hubungan. Itulah salah satu yang membuat Alan bertahan. Alan pikir, Hillary mau bertunangan dengannya karena tertarik padanya meski hanya sedikit. Malu oleh perasaannya sendiri dan bersikap tak menyenangkan, seperti Asher kepada Laura di awal mereka bersama. Namun, pemikiran itu langsung hilang begitu Alan tahu bahwa Asher memberikan Hillary salah satu aset Smith Group agar mau bertunangan dengannya. Hillary pun hanya bersikap baik padanya di saat ada keluarga besar mereka berkumpul.Alan masih bertahan dalam pertunangan yang tanpa arti itu. Juga untuk menunjukkan bahwa Laura tak merasa bersalah padanya. Meski kecewa karena Hillary ternyata sejak awal han
Benda berkilauan memantul di manik Alan. Meskipun hanya sekecil kuku kelingking, tetapi Alan tahu kelangkaan dan kisaran harganya. “Kau memberiku ini?” Alan tak ingin menyentuh benda berharga itu. Jika sampai tergelincir dari tangannya, kemudian hilang ... Alan sudah pasti harus menjual peternakan Keluarga Ruiz untuk menggantinya. “Ayah membelikan ini saat ulang tahunku yang ke-sepuluh tahun. Aku ingin kak Alan menyimpannya-” “Maaf, Rachel!” sela Alan, “Aku tidak bisa menerimanya! I-ini hadiah dari ayahmu. Kau tidak seharusnya memberikan ini padaku ....” “Ya sudah kalau Kak Alan tidak mau. Padahal, aku berniat menitipkan pada Kak Alan sampai lulus kuliah di sini.” Rachel tersenyum sendu. “Ternyata, Kak Alan tidak tertarik padaku ....” Sebelumnya, Julian sudah mengatakan kepada Rachel tentang pembicaraan Rangga dan Alan. Dia senang sekali mendengar Alan dengan tegas menginginkan dirinya. Akan tetapi, keputusan Rangga merupakan satu hal yang mutlak dan susah diubah. Karena itu, Ra
‘Mereka akan menikah?’ batin Julian kaget.“Om! Jangan menghalangi pintu!” sergah Rachel.Rachel bukannya tak tahu tentang Hillary. Dia hanya mengabaikan karena tak punya hubungan dengannya. Juga belum pernah bertemu atau berkenalan secara langsung.Namun, rasa penasaran Rachel cukup terusik saat melihat sosok pria yang katanya akan menikah dengan Hillary itu.‘Apa bibi itu sakit mata? Kak Alan jelas-jelas lebih tampan dan muda. Kenapa memilih pria yang terlihat jelas seperti hidung belang seperti itu?’ Selagi Hillary dan Richard memilih-milih cincin pernikahan, Julian tiba-tiba ikut mendekat dan memasang wajah terkejut sambil menunjuk tepat di depan hidung Richard.“Kau! Bukankah kau pria yang bernama Richard?”‘Apa lagi yang ingin dilakukannya?’ batin Rachel.Hillary sontak melihat ke arah Julian. “Benar. Apa aku mengenalmu?” tanya Richard dengan ramah sambil menyingkirkan tangan Julian.“Tidak. Aku hanya pernah melihat wajahmu di foto tetangga keponakan iparku.” Julian tersenyum sa
“Oh, tidak bisa begitu Tuan-Tuan,” potong Julian. “Alan Ruiz sudah menjadi bagian dari Keluarga Cakrawala. Anda akan berhadapan dengan saya jika mau merebut pria itu.” ‘Enak saja kau mau mengambil berlian seharga ratusan juta. Aku akan mengambil dari Alan dan Rachel untuk upahku membantu mereka nanti,’ lanjutnya dalam hati. Asher baru ingat masih ada Julian di sana. “Tuan Rangga juga pasti menyukai ideku. Alan Ruiz harus menemukan cara untuk mempertahankan Rachel jika memang dia serius dengan kata-katanya.” “Kau pikir, aku tidak tahu tujuanmu? Kau mengatakan itu hanya untuk membuatku setuju,” balas Julian. Asher terkesiap. Ternyata, benar kata Rangga, Julian bukan orang biasa meskipun selalu terlihat santai. Julian bahkan tahu tujuan liciknya. “Alan Ruiz belum resmi menjadi bagian dari Keluarga Cakrawala. Aku tetap akan menjodohkan Alan dengan Hillary.” “Oh ... tidak bisa. Aku akan mencegah bagaimanapun caranya.” Kedua pria itu berdebat cukup lama. Hingga sampailah mereka di ked
Sudah berapa kali Alan mendengar hinaan dan tuduhan Hillary? Alan menghitung dengan jemari di dua tangan berulang-ulang dan tak lagi mengingatnya. Alan sudah kebal oleh kata-kata kasar Hillary. Dia tak suka beradu mulut mengenai masalah yang tak penting bagi hidupnya. Alhasil, Alan hanya diam tak menanggapi dan hanya mengamati situasi. “Richard ....” Cindy berusaha mendekat. Hillary menarik Richard menjauh dari Cindy. Tangannya bersiap melayang ke wajah wanita itu. Alan yang tak suka dengan kekerasan ingin mencegah. Tetapi, Richard lebih dulu menangkap pergelangan tangan Hillary dari belakang. “Banyak mata yang memandang. Aku akan bicara dan menyelesaikan masalahku dengannya di luar,” bisik Richard. “Aku ikut!” Hillary, Richard, dan Cindy pun akhirnya melangkah keluar. Sementara Julian memalingkan wajah saat mereka melewati dirinya. Saat mereka sudah tak lagi terlihat, Julian pindah duduk di depan Alan yang menanti dirinya. “Kejutan!” seru Julian tanpa dosa. “Paman, kenapa kau