Bab di akhir Presdir Tampan itu time skip beberapa tahun ke depan... Pernikahan Rachel sengaja tidak disebutkan jodohnya karena awalnya mau dibuat buku baru dengan beberapa karakter yang berasal dari cerita yg berbeda, tapi masih satu VERARI Universe, tapi agak lama prosesnya dan judulnya pun masih masuk di sini🤓 Jadinya lanjut sekalian...
“Ough!” Asher ingin sekali menjitak Rachel. Rasa sebal itu kembali menguasai. Ketenangan Asher pun menghilang meskipun dia masih dapat mengendalikan wajahnya. “Rachel!” sergah Vina selagi menarik Rachel mundur. “Putri Anda menggemaskan sekali,” geram Asher seraya meremas jabatan tangannya. Rangga mendadak murka. ‘Menggemaskan katanya?’ Sebelum pergi ke negara ini, Rangga sudah menelusuri bisnis-bisnis yang ada. Tentunya, dia tahu siapa Asher Smith. Sosok hebat Asher Smith, kini berubah sepenuhnya dalam cara pandang Rangga Cakrawala. Ditambah lagi, fakta bahwa Asher menikahi wanita yang usianya jauh lebih muda darinya. Bisa jadi, Asher Smith sedang mengincar putrinya yang menggemaskan! Rangga membalas jabatan tangan Asher lebih kencang. Merasa tertantang, Asher justru kian erat meremas tangan Rangga. Dia pria itu tersenyum samar, saling menatap dengan tajam. Lalu tiba-tiba terdengar suara tawa dari si pembuat onar, Rachel. Rachel menepuk-nepuk tangannya di atas tautan tangan A
“Rachel, kau-” kalimat Nevan terpotong saat Rangga mendorong pelan dirinya ke samping. “Apa yang terjadi? Apa pemuda ini merundungmu?” Rangga cemas bukan main. Dia segera mengambil saputangan untuk membersihkan gaun Rachel. Rachel segera menyambar saputangan dari tangan Rangga. “Tidak apa-apa, Ayah!” Rachel tahu Rangga sangat menyayangi dirinya. Dia pun juga demikian. Akan tetapi, Rachel malu diperlakukan seperti anak kecil. Setelah dia menyatakan kehebatannya di depan Dave, teman sekelas yang baru dikenalnya sehari. Sementara itu, Dave panik bukan main. Dia ingin minta maaf dan membantu Rachel membersihkan gaunnya. Namun, dia tak berani melangkah di saat Rangga sesekali menatap tajam dirinya. Di belakang Rangga, Nevan pun melihat Dave dengan tatapan permusuhan. Dave takut menyinggung orang-orang kaya itu karena kesalahan besar yang baru saja dia lakukan. “Maaf, Tuan, kakak saya tidak sengaja mengotori gaun putri Anda.” Akhirnya, Fionna yang menggantikan Dave meminta maaf walaupu
“Maaf, Nyonya Vina, aku tidak bisa,” tolak Asher tegas, bahkan sebelum Vina mengatakan tujuannya. Cara Asher bicara pun telah kembali seperti biasa. Asher hampir lupa jika banyak wanita yang bersikap lemah lembut seperti Vina. Namun, di balik topeng mereka, para wanita itu hanya mengincar harta atau nama besarnya.Tapi, bukankah Rangga Cakrawala juga pria yang tak kalah kaya darinya? Di lain pihak, Vina tampak murung mendengar jawaban itu. Dia sudah memberanikan diri datang diam-diam tanpa sepengetahuan Rangga, tetapi langsung ditolak mentah-mentah sebelum bicara.‘Ternyata, benar kata orang-orang. Tuan Asher memang pria yang sangat dingin dan kejam,’ batin Vina.Asher jadi tak enak hati saat melihat kesedihan di mata Vina. Apa mungkin dugaannya salah?‘Tidak. Asher Smith tidak pernah salah!’“Ah, begitu ... saya dengar, Anda selalu menerima klien yang minta secara khusus untuk membuat perhiasan tertentu. Saya sebenarnya ingin memberikan hadiah untuk seseorang dan ingin memesan perhi
“Sayang, akhir pekan nanti, aku perlu menemui rekan bisnisku. Sepertinya aku akan pergi sendiri tanpamu karena perjalanannya cukup jauh dan akan melelahkan.” Asher saat ini sedang minta izin kepada Laura. Biasanya, Asher hanya menghabiskan waktu akhir pekan bersama Laura dan anak-anak. Kalaupun ada urusan di luar, Laura selalu ada untuk mendampingi dirinya. Akan tetapi, kali ini Asher tak bisa mengajak Laura. Ada satu hal yang perlu dia lakukan tanpa sepengetahuan sang istri. “Rekan bisnis siapa, Sayang? Akhir pekan akan ada keluarga kita datang. Kita bisa menitipkan Claus dan Collin sebentar. Aku juga ingin jalan-jalan sekalian,” rengek Laura manja. Asher mengecup kening Laura. “Tuan John sangat genit. Aku tidak suka saat dia melihat kecantikan istriku. Setelah pulang nanti, aku akan mengajakmu kencan. Bagaimana?” bujuk Asher. Dia sengaja menyebut rekan bisnis yang tak dikenal Laura dan bertempat tinggal cukup jauh dari kota. Dengan tambahan cerita supaya Laura tak mau ikut. Ses
Saat Rangga membuka handuk, Asher membeliak sambil melihat pangkal paha pria itu. Kecewa karena ukuran mereka tak berbeda jauh. Dia pikir akan memenangkan sesuatu dari pria yang dikagumi Laura itu. ‘Menyebalkan sekali ....’ Rangga buru-buru masuk ke air karena merasa tak nyaman telanjang di depan umum meskipun hanya ada pria di tempat itu. Dan lokasi kolam mereka pun berada jauh dari kolam lain, karena Asher sengaja menyewa tempat khusus yang hanya bisa dimasuki orang-orang tertentu. Mendadak, kedua pria itu merasa canggung saat duduk bersandar di kolam air panas yang sama. Mereka sama-sama tak pernah bergaul dengan teman-teman mereka tanpa ada tujuan bisnis. ‘Kenapa aku harus mengikuti orang ini ke sini?’ sesal Asher dalam hati. ‘Tahu akan begini jadinya, tadi aku ikut Vina perawatan wajah saja. Dia bisa memberi tahu rahasia awet muda.’ Mereka tak tahu harus membicarakan apa. Sebab, mereka tak memiliki kerja sama bisnis apa pun. Asher sebelumnya memanggil Theo untuk datang karen
“Kau menuduhku? Tega sekali kau ....” Asher mengulur waktu supaya dapat menemukan alasan yang pantas diutarakan. Laura bergeming tak menjawab Asher. Manik biru itu masih menatap tajam Asher penuh curiga. “Aku berpapasan dengan Tuan Rangga saat istirahat di jalan. Dia mengajakku bicara tentang bisnis dan Tuan John tiba-tiba saja membatalkan pertemuan kami.” Begitu cepat Asher membuat alasan yang seakan-akan sangat masuk akal. Namun, Laura masih menatap Asher curiga. Sementara Asher, bahkan tak berkedip saat membuat kebohongan lainnya. “Mau bagaimana lagi? Aku tidak mungkin tiba-tiba pergi saat ada orang seperti Tuan Rangga mengajakku diskusi masalah bisnis, bukan?” Asher berulang kali menekankan bahwa mereka hanya bicara seputar bisnis, bukan bicara tentang masalah para pria yang tak perlu diketahui istri-istri mereka. “Jadi, kalian bertemu di mana? Kenapa Tuan Rangga tidak diajak mampir ke sini saja?” selidik Laura. Dia telah hafal pada suaminya yang lihai membuat alasan. “Kami
Sebelum Rangga mendatangi Asher dan Vina, dia memberi tahu istri Asher lebih dulu. Rangga sangat kasihan kepada Laura karena Asher mencoba menggoda istrinya yang cantik. Rangga sangat yakin jika Vina tak mungkin memulai. Asher pasti yang merayu Vina atau menggunakan tipu muslihat sehingga Vina diam-diam pergi tanpa berpamitan lebih dulu. Mustahil Vina akan berpaling darinya! [Nyonya Laura, suami Anda sedang di hotel bersama istri saya.] Kalimat Rangga yang selalu singkat dan ambigu tersebut membuat si penerima pesan langsung marah besar. Laura hampir saja membanting ponsel ketika membacanya. Pikiran Laura langsung tertuju pada aroma sabun asing yang kemarin dihirup dari tubuh sang suami. Semua yang pernah Asher lakukan untuknya tertutup oleh api cemburu dan prasangka. Apakah Asher telah melakukan perbuatan hina itu dengan Vina? Sejak kapan dan berapa kali mereka melakukannya? Apakah dirinya tak menarik lagi di mata Asher Smith? Laura perlu memastikan secara langsung! “Carlos!
Laura yang melihat Asher saat melirik Vina jadi semakin cemburu. “Kau tidak bisa menjawabnya?” Rangga juga penasaran menunggu salah satu dari Asher dan Vina menjawab. Akan tetapi, mereka berdua justru diam membisu. Asher pergi ke samping Laura. “Kita bicara berdua saja. Aku akan mengatakan padamu,” bujuk Asher. “Kenapa harus bicara berdua? Selagi ada orang-orang yang bersangkutan, jawab saja pertanyaanku!” Vina terpaksa memperlihatkan kejutan untuk sang suami demi mengakhiri kesalahpahaman mereka. “Rencana kejutanku gagal sudah,” gumamnya. Rangga yang peka melihat gerak bibir Vina pun langsung berpaling saat Laura mengambil rancangan cincin dan jam tangan yang dipesan Vina. Tak mau melihat istrinya kecewa karena sudah susah payah memberinya kejutan, Rangga memutuskan pergi dulu dari sana. “Aku akan ke toilet sebentar.” Rangga sengaja memberikan privasi untuk sang istri. Setelah Rangga pergi, Vina lantas menceritakan segalanya kepada Laura. “Cincin yang dipakai Nyonya Vina itu ha