Ah, ternyata namanya ... Rachel ....
Keributan di depan ruang kelas Dave akhirnya berakhir. Datangnya pemuda tampan itu membuat Beth terdiam dengan tatapan terpesona. âApa yang kau lihat!?â sergah Rachel. âMaaf, Kak, aku hanya sedikit berdebat dengan temanmu.â Beth menyelipkan rambut di belakang telinga dengan tingkah genit, mengabaikan Rachel yang semakin terlihat tak senang. âDasar, anak-anak muda,â ujar si pemuda lirih. Rachel menarik temannya menjauh dari ruang kelas. âJangan berlagak kau jauh lebih tua dariku di saat usia kita hanya terpaut satu tahun!â âAku memang lebih tua darimu, dan selisih usia kita setahun lebih, Rachel.â âTerserah, pokoknya hanya satu tahun! Lalu, bagaimana keadaan Kak Nana? Sudah lebih baik?â âKondisinya masih kritis. Sepertinya, aku akan masuk kuliah bersamamu saja dan fokus mengurus hal lain dulu.â Dave memiringkan kepala melihat gadis itu dengan cermat. âDia gadis normal, tidak terlihat cacat sedikit pun, bahkan jauh dari kata cacat ....â Rasa penasaran Dave pun menghilang begitu
âOugh!â Asher ingin sekali menjitak Rachel. Rasa sebal itu kembali menguasai. Ketenangan Asher pun menghilang meskipun dia masih dapat mengendalikan wajahnya. âRachel!â sergah Vina selagi menarik Rachel mundur. âPutri Anda menggemaskan sekali,â geram Asher seraya meremas jabatan tangannya. Rangga mendadak murka. âMenggemaskan katanya?â Sebelum pergi ke negara ini, Rangga sudah menelusuri bisnis-bisnis yang ada. Tentunya, dia tahu siapa Asher Smith. Sosok hebat Asher Smith, kini berubah sepenuhnya dalam cara pandang Rangga Cakrawala. Ditambah lagi, fakta bahwa Asher menikahi wanita yang usianya jauh lebih muda darinya. Bisa jadi, Asher Smith sedang mengincar putrinya yang menggemaskan! Rangga membalas jabatan tangan Asher lebih kencang. Merasa tertantang, Asher justru kian erat meremas tangan Rangga. Dia pria itu tersenyum samar, saling menatap dengan tajam. Lalu tiba-tiba terdengar suara tawa dari si pembuat onar, Rachel. Rachel menepuk-nepuk tangannya di atas tautan tangan A
âRachel, kau-â kalimat Nevan terpotong saat Rangga mendorong pelan dirinya ke samping. âApa yang terjadi? Apa pemuda ini merundungmu?â Rangga cemas bukan main. Dia segera mengambil saputangan untuk membersihkan gaun Rachel. Rachel segera menyambar saputangan dari tangan Rangga. âTidak apa-apa, Ayah!â Rachel tahu Rangga sangat menyayangi dirinya. Dia pun juga demikian. Akan tetapi, Rachel malu diperlakukan seperti anak kecil. Setelah dia menyatakan kehebatannya di depan Dave, teman sekelas yang baru dikenalnya sehari. Sementara itu, Dave panik bukan main. Dia ingin minta maaf dan membantu Rachel membersihkan gaunnya. Namun, dia tak berani melangkah di saat Rangga sesekali menatap tajam dirinya. Di belakang Rangga, Nevan pun melihat Dave dengan tatapan permusuhan. Dave takut menyinggung orang-orang kaya itu karena kesalahan besar yang baru saja dia lakukan. âMaaf, Tuan, kakak saya tidak sengaja mengotori gaun putri Anda.â Akhirnya, Fionna yang menggantikan Dave meminta maaf walaupu
âMaaf, Nyonya Vina, aku tidak bisa,â tolak Asher tegas, bahkan sebelum Vina mengatakan tujuannya. Cara Asher bicara pun telah kembali seperti biasa. Asher hampir lupa jika banyak wanita yang bersikap lemah lembut seperti Vina. Namun, di balik topeng mereka, para wanita itu hanya mengincar harta atau nama besarnya.Tapi, bukankah Rangga Cakrawala juga pria yang tak kalah kaya darinya? Di lain pihak, Vina tampak murung mendengar jawaban itu. Dia sudah memberanikan diri datang diam-diam tanpa sepengetahuan Rangga, tetapi langsung ditolak mentah-mentah sebelum bicara.âTernyata, benar kata orang-orang. Tuan Asher memang pria yang sangat dingin dan kejam,â batin Vina.Asher jadi tak enak hati saat melihat kesedihan di mata Vina. Apa mungkin dugaannya salah?âTidak. Asher Smith tidak pernah salah!ââAh, begitu ... saya dengar, Anda selalu menerima klien yang minta secara khusus untuk membuat perhiasan tertentu. Saya sebenarnya ingin memberikan hadiah untuk seseorang dan ingin memesan perhi
âSayang, akhir pekan nanti, aku perlu menemui rekan bisnisku. Sepertinya aku akan pergi sendiri tanpamu karena perjalanannya cukup jauh dan akan melelahkan.â Asher saat ini sedang minta izin kepada Laura. Biasanya, Asher hanya menghabiskan waktu akhir pekan bersama Laura dan anak-anak. Kalaupun ada urusan di luar, Laura selalu ada untuk mendampingi dirinya. Akan tetapi, kali ini Asher tak bisa mengajak Laura. Ada satu hal yang perlu dia lakukan tanpa sepengetahuan sang istri. âRekan bisnis siapa, Sayang? Akhir pekan akan ada keluarga kita datang. Kita bisa menitipkan Claus dan Collin sebentar. Aku juga ingin jalan-jalan sekalian,â rengek Laura manja. Asher mengecup kening Laura. âTuan John sangat genit. Aku tidak suka saat dia melihat kecantikan istriku. Setelah pulang nanti, aku akan mengajakmu kencan. Bagaimana?â bujuk Asher. Dia sengaja menyebut rekan bisnis yang tak dikenal Laura dan bertempat tinggal cukup jauh dari kota. Dengan tambahan cerita supaya Laura tak mau ikut. Ses
Saat Rangga membuka handuk, Asher membeliak sambil melihat pangkal paha pria itu. Kecewa karena ukuran mereka tak berbeda jauh. Dia pikir akan memenangkan sesuatu dari pria yang dikagumi Laura itu. âMenyebalkan sekali ....â Rangga buru-buru masuk ke air karena merasa tak nyaman telanjang di depan umum meskipun hanya ada pria di tempat itu. Dan lokasi kolam mereka pun berada jauh dari kolam lain, karena Asher sengaja menyewa tempat khusus yang hanya bisa dimasuki orang-orang tertentu. Mendadak, kedua pria itu merasa canggung saat duduk bersandar di kolam air panas yang sama. Mereka sama-sama tak pernah bergaul dengan teman-teman mereka tanpa ada tujuan bisnis. âKenapa aku harus mengikuti orang ini ke sini?â sesal Asher dalam hati. âTahu akan begini jadinya, tadi aku ikut Vina perawatan wajah saja. Dia bisa memberi tahu rahasia awet muda.â Mereka tak tahu harus membicarakan apa. Sebab, mereka tak memiliki kerja sama bisnis apa pun. Asher sebelumnya memanggil Theo untuk datang karen
âKau menuduhku? Tega sekali kau ....â Asher mengulur waktu supaya dapat menemukan alasan yang pantas diutarakan. Laura bergeming tak menjawab Asher. Manik biru itu masih menatap tajam Asher penuh curiga. âAku berpapasan dengan Tuan Rangga saat istirahat di jalan. Dia mengajakku bicara tentang bisnis dan Tuan John tiba-tiba saja membatalkan pertemuan kami.â Begitu cepat Asher membuat alasan yang seakan-akan sangat masuk akal. Namun, Laura masih menatap Asher curiga. Sementara Asher, bahkan tak berkedip saat membuat kebohongan lainnya. âMau bagaimana lagi? Aku tidak mungkin tiba-tiba pergi saat ada orang seperti Tuan Rangga mengajakku diskusi masalah bisnis, bukan?â Asher berulang kali menekankan bahwa mereka hanya bicara seputar bisnis, bukan bicara tentang masalah para pria yang tak perlu diketahui istri-istri mereka. âJadi, kalian bertemu di mana? Kenapa Tuan Rangga tidak diajak mampir ke sini saja?â selidik Laura. Dia telah hafal pada suaminya yang lihai membuat alasan. âKami
Sebelum Rangga mendatangi Asher dan Vina, dia memberi tahu istri Asher lebih dulu. Rangga sangat kasihan kepada Laura karena Asher mencoba menggoda istrinya yang cantik. Rangga sangat yakin jika Vina tak mungkin memulai. Asher pasti yang merayu Vina atau menggunakan tipu muslihat sehingga Vina diam-diam pergi tanpa berpamitan lebih dulu. Mustahil Vina akan berpaling darinya! [Nyonya Laura, suami Anda sedang di hotel bersama istri saya.] Kalimat Rangga yang selalu singkat dan ambigu tersebut membuat si penerima pesan langsung marah besar. Laura hampir saja membanting ponsel ketika membacanya. Pikiran Laura langsung tertuju pada aroma sabun asing yang kemarin dihirup dari tubuh sang suami. Semua yang pernah Asher lakukan untuknya tertutup oleh api cemburu dan prasangka. Apakah Asher telah melakukan perbuatan hina itu dengan Vina? Sejak kapan dan berapa kali mereka melakukannya? Apakah dirinya tak menarik lagi di mata Asher Smith? Laura perlu memastikan secara langsung! âCarlos!
âApa ini?â Laura Smithâibu Claus dan Collin Smithâmendapat sebuah pesan dari nomor tak dikenal yang membuatnya hampir terkena serangan jantung. âSayang!!! Lihat ini!!â Tangan Laura gemetaran ketika melihat foto terakhir di ponselnya. Asher Smith yang sedang duduk santai sambil membaca koran, langsung membuang surat kabar itu sembarangan. Dia sangat panik mendengar istrinya berteriak. âApa yang terjadi, Sayang?â Melihat air mata istrinya, pria yang masih menguasai Smith Group itu langsung terbelalak marah. âSiapa yang membuatmu menangis?!â Laura menyerahkan ponselnya sambil terisak-isak. Asher lantas memeluk Laura sambil melihat penyebab istrinya menangis. Sontak, wajah Asher mengernyit. âSiapa ini? Claus? Atau Collin?â âMana kutahu!! Sebelum ulang tahun Jolie kemarin, mereka sepakat untuk memangkas rambut dengan gaya yang sama!â Asher memeluk istrinya, menepuk punggungnya untuk memberikan ketenangan selagi berpikir. Dia sungguh tak menyangka jika salah satu putra kembar yang s
Laura Smith berjalan keluar dari gedung perusahaan Hartley. Pekerjaannya telah usai saat menjelang jam makan siang.Sudah satu tahun Laura kembali bekerja. Laura tak perlu mengawasi Lana selama seharian penuh lagi.Lana saat ini sudah berusia hampir lima tahun, sedangkan Claus dan Collin pun sudah sekolah. Si kembar cukup bisa diandalkan menjaga adiknya meski terkadang membuatnya menangis. âDi mana Asher?â gumam Laura menanti Asher keluar dari mobil.Di tepi jalan, mobil mewah telah menanti Laura. Biasanya, Asher selalu menunggu Laura di depan pintu masuk kantor. Namun, dia tak melihat tanda keberadaan sang suami di mana-mana.âKenapa malah anak-anak yang datang ke sini?â Laura gegas menghampiri mereka.Dua anak lelaki tampan dan berwajah serupa membuka pintu di kedua sisi mobil bagian belakang. Claus membantu adik perempuannya yang memakai gaun putih turun dari mobil. Si kembar kemudian menggandeng Lana di kanan dan kiri secara protektif. Seakan-akan tak ingin ada satu pun orang men
Laura sudah menduga sejak awal saat dirinya melahirkan bayi perempuan. Asher pasti akan menjadi papa yang banyak membatasi pergerakan putri mereka. Dengan Rachel pun, Asher seperti ayah kandung yang selalu menegur setiap kali ada kesempatan. Laura takut membayangkan masa depan putrinya tidak akan bisa bebas, atau sulit mencari kebahagiaan yang diinginkannya karena tekanan dari Asher.Namun, kata-kata Asher yang menyatakan bahwa putri mereka tak akan berteman dengan siapa pun, Laura kali ini menyetujuinya. Setidaknya, untuk situasi sekarang.âPutri kami bahkan masih belum bisa melihat dengan jelas. Sebaiknya, kita membicarakan masalah teman bermainnya kalau dia sudah agak dewasa,â kata Laura kepada para nyonya besar yang hadir di pesta.Bukan hanya Asher yang diserang oleh tamu-tamu mereka, Laura pun demikian. Berbeda dari si kembar, jika putra mereka menjadi bagian dari Smith Group, besar kemungkinan dia bisa menduduki posisi tinggi tanpa bersusah payah, dan hanya karena menjadi suami
Lana Smith, putri pertama Asher dan Laura ditidurkan di tengah-tengah ranjang di kamar yang kini telah diubah sepenuhnya menjadi bernuansa merah muda. Asher, Claus, dan Collin tidur tengkurap mengelilinginya dan tak jenuh memandang bayi itu layaknya harta karun yang tak ternilai harganya.âBibirnya bergerak-gerak, Papa,â bisik Collin.âAduh âĶ aku baru saja berkedip! Aku tidak melihatnya,â sesal Claus bermuram durja.âNanti pasti bergerak lagi. Jangan terlalu keras bicara, Claus,â tegur Asher lirih.Claus cemberut dan hampir menyentuh pipi adik bayinya. Namun, Asher lekas mencegah dengan decapan dan menunjukkan tatapan tajam padanya.âAku ingin menggendong adikku, Papa,â pinta Claus memelas.âTidak boleh. Lana masih berusia dua hari lebih empat jam. Kau bisa menjatuhkan Lana.âSejak diperbolehkan melihat bayi itu, mereka bertiga senantiasa mengamatinya dengan posisi sama. Asher mencatat setiap gerakan kecil Lana, sedangkan Claus dan Collin akan memberi tahu ketika dirinya sedang melakuk
Waktu berlalu dengan cepat. Perut Laura kini telah membesar dan hampir melahirkan.Asher dan Laura sepakat untuk tidak mencari tahu jenis kelamin bayi mereka karena pertentangan pendapat. Namun, dokter tetap memberi tahu bahwa bayi di dalam rahim Laura kali ini hanya ada satu.Asher meyakini bahwa bayinya berjenis kelamin perempuan, sedangkan Laura yakin bahwa anaknya lelaki. Sementara itu, orang-orang di sekeliling mereka pun memperdebatkan hal yang serupa dan tak ada yang menebak sama. Karena itu, kamar untuk bayi mereka juga dipersiapkan setengah untuk perempuan, setengah lagi untuk laki-laki.âSayaaaang!â seru Asher dari koridor.Laura yang saat ini berada di kamar Claus dan Collin bersusah payah bangun untuk menyambut Asher yang baru saja pulang dari kerja. Simon gegas membantu Laura berdiri dan menuntunnya ke depan pintu.Rupanya, Asher masih jauh dari kamar itu dan hanya suaranya yang terlalu keras memanggil dirinya. Melihat sang istri kesulitan menegakkan badan, Asher gegas
âHanna, apakah aku-âHanna berjalan melewati Simon dan tak ingin mendengar penjelasan apa pun sekarang. Dia masih kecewa karena ternyata hanya dirinya yang menganggap Simon sebagai keluarga.Simon mengusap wajah dengan kasar, lalu berbalik menyusul Hanna. âAku harus segera menjelaskan kesalahpahaman ini.âHanna sudah hampir masuk ke mobil sambil bercakap-cakap dengan Laura. Melihat cara bicara Laura yang sambil melihat dirinya, Simon takut jika Hanna mengadukannya.Simon tak berani mendekat. Kemudian masuk ke pintu mobil di arah yang berlawanan dari mereka.Dalam perjalanan ke tempat wisata lain, Hanna sekali pun tak melihat Simon. Saat mengurus Claus dan Collin yang duduk di antara mereka dan harus menghadap Simon, Hanna selalu menunduk atau melihat ke arah lain.Hanna benar-benar mengacuhkan Simon sampai hari berikutnya. Dia selalu berkumpul dengan orang lain dan enggan duduk hanya berdua dengan Simon ketika mengasuh Claus dan Collin.Simon tak tahan lagi! Hari ketiga liburan merek
Di atas pantai pasir putih yang indah, Simon sedang tertelap dan ditemani wanita yang merupakan pelayan setia putri semata wayangnya. Hanna menggeser payung besar yang menghalau sinar matahari agar tubuh Simon tak kepanasan.âTuan Simon sedang mimpi apa? Kenapa bibirnya bergerak-gerak begitu?â gumam Hanna selagi memperhatikan wajah Simon.Simon berdecap-decap sambil tersenyum, kemudian bergumam dalam tidurnya, âKita akan menikah âĶ.âHanna terkekeh geli. âKau sudah menikah dua kali, Tuan. Saat ini, kau pasti sedang memimpikan Nyonya Callista.ââMenikah âĶ Hanna âĶ.â Simon kembali bergumam-gumam, membuat pemilik nama itu terkesiap.Gumaman Simon setelahnya semakin jelas. Wajah Hanna menegang ketika bibir Simon mengucap namanya berulang kali.Hanna segera berlari meninggalkan Simon sambil menutup mulutnya menggunakan telapak tangan, seakan-akan tak tahan untuk meneriakkan sesuatu. âApa yang baru saja aku dengar?â batin Hanna.Selama ini, Simon selalu menganggap Hanna sebagai putrinya. Setid
Makan malam semalam menjadi peristiwa memalukan bagi Rachel. Dia tak sadar, Alan ternyata membuat lukisan cinta di sekujur tubuhnya. Hingga dirinya enggan keluar dari kamar. Sayangnya, hari ini Rachel harus menjadi pemandu untuk para tamu istimewa yang datang dari luar negeri. Dia sudah berjanji akan mengajak Laura dan Emma jalan-jalan di tempat-tempat indah di sana. âRachel, kau tidak perlu ikut dengan kami. Sepertinya, suamimu masih mengantuk âĶ.â Laura menyenggol lengan Rachel dari belakang sambil terkekeh pelan dan melirik ke arah Alan yang menguap lebar. âKak Alan pasti begadang semalaman.â Emma ikut menggoda kakak iparnya. Wajah Rachel merah padam mendengar para wanita itu menggodanya. âSebentar lagi kita sampai di pantai. Kalian pasti akan menyukainya.â Rachel buru-buru mengalihkan pembicaraan. Awalnya, Emma masih ingin menggoda Rachel. Namun, setelah melihat pemandangan indah di depannya, dia urung melakukannya. Emma segera menghampiri suami dan putrinya dan mereka berpisah
Melihat peluh di wajah Alan dan tercium bau familier dari tubuhnya, Rangga menjadi sangat sedih. Alan ternyata telah mendapatkan sang putri kesayangan. Rangga tak bisa menatap Alan, bukan karena membencinya, tetapi hatinya terasa aneh. Anak yang dulu selalu melompat ke sana kemari itu, kini telah sepenuhnya menjadi wanita dewasa dan dimiliki pria itu. âAku akan memanggil Rachel dulu, Ayah. Kami akan segera menyusul!â seru Alan pada Rangga yang tak berbalik atau menjawab dirinya. âKau seharusnya melakukan itu nanti malam âĶ. Namanya juga malam pertama. Sekarang masih terbilang sore. Aneh kalau disebut sore pertama, bukan?â celetuk Nevan, lalu tertawa pelan. Alan memutar bola mata. âKami tinggal mengulangi lagi nanti. Lalu, apa yang membawamu kemari?â Tawa Nevan menghilang. Dia sebenarnya hanya ingin mengajak Hillary makan makan bersama keluarga besarnya meski Asher dan Laura juga diundang sebagai tamu kehormatan. Tetapi, dia ingin sedikit menggoda Hillary dengan menuntunnya ke area