Share

300. Mirip Asher

Author: VERARI
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Asher membaca proposal yang diberikan remaja pemilik toko perhiasan itu. Dia menyeringai setelah menyelesaikan lembar terakhir.

“Baca ini!” titah Asher kepada Theo.

Theo kemudian duduk dan mulai membaca. Dia tak mendengar percakapan Asher dan remaja tadi. Tetapi, saat mengantar keluar, Theo tak melihat sesuatu yang mencurigakan dari remaja itu.

Seperti Asher, Theo agak terkejut sebab cara penulisan proposal tersebut sangat rapi, tak seperti buatan anak sekolah. Dia agak ragu jika si remaja menyusun proposal itu sendiri tanpa bantuan seorang profesional.

Apalagi, dia menawarkan sesuatu yang cukup menggiurkan bagi Smith Group.

“Dia bilang membuat proposal itu saat kita menelponnya tadi. Apa kau bisa percaya kata-katanya?” Seringai itu belum hilang dari bibir Asher.

“Saya agak ragu …,” ungkap Theo. “Jadi, dia menawarkan bahan baku kepada kita karena memiliki tambang emas sendiri .... Pantas saja, harga perhiasan di tokonya lebih murah.”

“Kau belum menyelidiki latar belakang keluarganya?”
VERARI

Ah, ternyata namanya ... Rachel ....

| 10
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (12)
goodnovel comment avatar
Zetah Yaboh
Kalau msuk bab bocah dah semakin takde semangat nak baca, ingat dah bahagia sudah habis watak baru lagi muncul🥹
goodnovel comment avatar
Risska
ga paham:(
goodnovel comment avatar
Novia S. Kelmaskosu
Aduh baru balik dari goa. jaringan tsel memang kebangetan di kotaku. Rachel.. akhirnya kita kembali lagi dengan kisah yg pernah dirindukan. thanks Thor .
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Gelora Hasrat sang Presdir   301. Pertemuan Dua Penguasa

    Keributan di depan ruang kelas Dave akhirnya berakhir. Datangnya pemuda tampan itu membuat Beth terdiam dengan tatapan terpesona. “Apa yang kau lihat!?” sergah Rachel. “Maaf, Kak, aku hanya sedikit berdebat dengan temanmu.” Beth menyelipkan rambut di belakang telinga dengan tingkah genit, mengabaikan Rachel yang semakin terlihat tak senang. “Dasar, anak-anak muda,” ujar si pemuda lirih. Rachel menarik temannya menjauh dari ruang kelas. “Jangan berlagak kau jauh lebih tua dariku di saat usia kita hanya terpaut satu tahun!” “Aku memang lebih tua darimu, dan selisih usia kita setahun lebih, Rachel.” “Terserah, pokoknya hanya satu tahun! Lalu, bagaimana keadaan Kak Nana? Sudah lebih baik?” “Kondisinya masih kritis. Sepertinya, aku akan masuk kuliah bersamamu saja dan fokus mengurus hal lain dulu.” Dave memiringkan kepala melihat gadis itu dengan cermat. ‘Dia gadis normal, tidak terlihat cacat sedikit pun, bahkan jauh dari kata cacat ....’ Rasa penasaran Dave pun menghilang begitu

  • Gelora Hasrat sang Presdir   302. Para Pria Posesif

    “Ough!” Asher ingin sekali menjitak Rachel. Rasa sebal itu kembali menguasai. Ketenangan Asher pun menghilang meskipun dia masih dapat mengendalikan wajahnya. “Rachel!” sergah Vina selagi menarik Rachel mundur. “Putri Anda menggemaskan sekali,” geram Asher seraya meremas jabatan tangannya. Rangga mendadak murka. ‘Menggemaskan katanya?’ Sebelum pergi ke negara ini, Rangga sudah menelusuri bisnis-bisnis yang ada. Tentunya, dia tahu siapa Asher Smith. Sosok hebat Asher Smith, kini berubah sepenuhnya dalam cara pandang Rangga Cakrawala. Ditambah lagi, fakta bahwa Asher menikahi wanita yang usianya jauh lebih muda darinya. Bisa jadi, Asher Smith sedang mengincar putrinya yang menggemaskan! Rangga membalas jabatan tangan Asher lebih kencang. Merasa tertantang, Asher justru kian erat meremas tangan Rangga. Dia pria itu tersenyum samar, saling menatap dengan tajam. Lalu tiba-tiba terdengar suara tawa dari si pembuat onar, Rachel. Rachel menepuk-nepuk tangannya di atas tautan tangan A

  • Gelora Hasrat sang Presdir   303. Lebih Hebat

    “Rachel, kau-” kalimat Nevan terpotong saat Rangga mendorong pelan dirinya ke samping. “Apa yang terjadi? Apa pemuda ini merundungmu?” Rangga cemas bukan main. Dia segera mengambil saputangan untuk membersihkan gaun Rachel. Rachel segera menyambar saputangan dari tangan Rangga. “Tidak apa-apa, Ayah!” Rachel tahu Rangga sangat menyayangi dirinya. Dia pun juga demikian. Akan tetapi, Rachel malu diperlakukan seperti anak kecil. Setelah dia menyatakan kehebatannya di depan Dave, teman sekelas yang baru dikenalnya sehari. Sementara itu, Dave panik bukan main. Dia ingin minta maaf dan membantu Rachel membersihkan gaunnya. Namun, dia tak berani melangkah di saat Rangga sesekali menatap tajam dirinya. Di belakang Rangga, Nevan pun melihat Dave dengan tatapan permusuhan. Dave takut menyinggung orang-orang kaya itu karena kesalahan besar yang baru saja dia lakukan. “Maaf, Tuan, kakak saya tidak sengaja mengotori gaun putri Anda.” Akhirnya, Fionna yang menggantikan Dave meminta maaf walaupu

  • Gelora Hasrat sang Presdir   304. Pria Tampan

    “Maaf, Nyonya Vina, aku tidak bisa,” tolak Asher tegas, bahkan sebelum Vina mengatakan tujuannya. Cara Asher bicara pun telah kembali seperti biasa. Asher hampir lupa jika banyak wanita yang bersikap lemah lembut seperti Vina. Namun, di balik topeng mereka, para wanita itu hanya mengincar harta atau nama besarnya.Tapi, bukankah Rangga Cakrawala juga pria yang tak kalah kaya darinya? Di lain pihak, Vina tampak murung mendengar jawaban itu. Dia sudah memberanikan diri datang diam-diam tanpa sepengetahuan Rangga, tetapi langsung ditolak mentah-mentah sebelum bicara.‘Ternyata, benar kata orang-orang. Tuan Asher memang pria yang sangat dingin dan kejam,’ batin Vina.Asher jadi tak enak hati saat melihat kesedihan di mata Vina. Apa mungkin dugaannya salah?‘Tidak. Asher Smith tidak pernah salah!’“Ah, begitu ... saya dengar, Anda selalu menerima klien yang minta secara khusus untuk membuat perhiasan tertentu. Saya sebenarnya ingin memberikan hadiah untuk seseorang dan ingin memesan perhi

  • Gelora Hasrat sang Presdir   305. Iri?

    “Sayang, akhir pekan nanti, aku perlu menemui rekan bisnisku. Sepertinya aku akan pergi sendiri tanpamu karena perjalanannya cukup jauh dan akan melelahkan.” Asher saat ini sedang minta izin kepada Laura. Biasanya, Asher hanya menghabiskan waktu akhir pekan bersama Laura dan anak-anak. Kalaupun ada urusan di luar, Laura selalu ada untuk mendampingi dirinya. Akan tetapi, kali ini Asher tak bisa mengajak Laura. Ada satu hal yang perlu dia lakukan tanpa sepengetahuan sang istri. “Rekan bisnis siapa, Sayang? Akhir pekan akan ada keluarga kita datang. Kita bisa menitipkan Claus dan Collin sebentar. Aku juga ingin jalan-jalan sekalian,” rengek Laura manja. Asher mengecup kening Laura. “Tuan John sangat genit. Aku tidak suka saat dia melihat kecantikan istriku. Setelah pulang nanti, aku akan mengajakmu kencan. Bagaimana?” bujuk Asher. Dia sengaja menyebut rekan bisnis yang tak dikenal Laura dan bertempat tinggal cukup jauh dari kota. Dengan tambahan cerita supaya Laura tak mau ikut. Ses

  • Gelora Hasrat sang Presdir   306. Obrolan Para Suami

    Saat Rangga membuka handuk, Asher membeliak sambil melihat pangkal paha pria itu. Kecewa karena ukuran mereka tak berbeda jauh. Dia pikir akan memenangkan sesuatu dari pria yang dikagumi Laura itu. ‘Menyebalkan sekali ....’ Rangga buru-buru masuk ke air karena merasa tak nyaman telanjang di depan umum meskipun hanya ada pria di tempat itu. Dan lokasi kolam mereka pun berada jauh dari kolam lain, karena Asher sengaja menyewa tempat khusus yang hanya bisa dimasuki orang-orang tertentu. Mendadak, kedua pria itu merasa canggung saat duduk bersandar di kolam air panas yang sama. Mereka sama-sama tak pernah bergaul dengan teman-teman mereka tanpa ada tujuan bisnis. ‘Kenapa aku harus mengikuti orang ini ke sini?’ sesal Asher dalam hati. ‘Tahu akan begini jadinya, tadi aku ikut Vina perawatan wajah saja. Dia bisa memberi tahu rahasia awet muda.’ Mereka tak tahu harus membicarakan apa. Sebab, mereka tak memiliki kerja sama bisnis apa pun. Asher sebelumnya memanggil Theo untuk datang karen

  • Gelora Hasrat sang Presdir   307. Selingkuh?

    “Kau menuduhku? Tega sekali kau ....” Asher mengulur waktu supaya dapat menemukan alasan yang pantas diutarakan. Laura bergeming tak menjawab Asher. Manik biru itu masih menatap tajam Asher penuh curiga. “Aku berpapasan dengan Tuan Rangga saat istirahat di jalan. Dia mengajakku bicara tentang bisnis dan Tuan John tiba-tiba saja membatalkan pertemuan kami.” Begitu cepat Asher membuat alasan yang seakan-akan sangat masuk akal. Namun, Laura masih menatap Asher curiga. Sementara Asher, bahkan tak berkedip saat membuat kebohongan lainnya. “Mau bagaimana lagi? Aku tidak mungkin tiba-tiba pergi saat ada orang seperti Tuan Rangga mengajakku diskusi masalah bisnis, bukan?” Asher berulang kali menekankan bahwa mereka hanya bicara seputar bisnis, bukan bicara tentang masalah para pria yang tak perlu diketahui istri-istri mereka. “Jadi, kalian bertemu di mana? Kenapa Tuan Rangga tidak diajak mampir ke sini saja?” selidik Laura. Dia telah hafal pada suaminya yang lihai membuat alasan. “Kami

  • Gelora Hasrat sang Presdir   308. Asher Dilema

    Sebelum Rangga mendatangi Asher dan Vina, dia memberi tahu istri Asher lebih dulu. Rangga sangat kasihan kepada Laura karena Asher mencoba menggoda istrinya yang cantik. Rangga sangat yakin jika Vina tak mungkin memulai. Asher pasti yang merayu Vina atau menggunakan tipu muslihat sehingga Vina diam-diam pergi tanpa berpamitan lebih dulu. Mustahil Vina akan berpaling darinya! [Nyonya Laura, suami Anda sedang di hotel bersama istri saya.] Kalimat Rangga yang selalu singkat dan ambigu tersebut membuat si penerima pesan langsung marah besar. Laura hampir saja membanting ponsel ketika membacanya. Pikiran Laura langsung tertuju pada aroma sabun asing yang kemarin dihirup dari tubuh sang suami. Semua yang pernah Asher lakukan untuknya tertutup oleh api cemburu dan prasangka. Apakah Asher telah melakukan perbuatan hina itu dengan Vina? Sejak kapan dan berapa kali mereka melakukannya? Apakah dirinya tak menarik lagi di mata Asher Smith? Laura perlu memastikan secara langsung! “Carlos!

Latest chapter

  • Gelora Hasrat sang Presdir   441. Kehangatan Keluarga Smith

    Laura Smith berjalan keluar dari gedung perusahaan Hartley. Pekerjaannya telah usai saat menjelang jam makan siang.Sudah satu tahun Laura kembali bekerja. Laura tak perlu mengawasi Lana selama seharian penuh lagi.Lana saat ini sudah berusia hampir lima tahun, sedangkan Claus dan Collin pun sudah sekolah. Si kembar cukup bisa diandalkan menjaga adiknya meski terkadang membuatnya menangis. “Di mana Asher?” gumam Laura menanti Asher keluar dari mobil.Di tepi jalan, mobil mewah telah menanti Laura. Biasanya, Asher selalu menunggu Laura di depan pintu masuk kantor. Namun, dia tak melihat tanda keberadaan sang suami di mana-mana.“Kenapa malah anak-anak yang datang ke sini?” Laura gegas menghampiri mereka.Dua anak lelaki tampan dan berwajah serupa membuka pintu di kedua sisi mobil bagian belakang. Claus membantu adik perempuannya yang memakai gaun putih turun dari mobil. Si kembar kemudian menggandeng Lana di kanan dan kiri secara protektif. Seakan-akan tak ingin ada satu pun orang men

  • Gelora Hasrat sang Presdir   440. Hanya Asher

    Laura sudah menduga sejak awal saat dirinya melahirkan bayi perempuan. Asher pasti akan menjadi papa yang banyak membatasi pergerakan putri mereka. Dengan Rachel pun, Asher seperti ayah kandung yang selalu menegur setiap kali ada kesempatan. Laura takut membayangkan masa depan putrinya tidak akan bisa bebas, atau sulit mencari kebahagiaan yang diinginkannya karena tekanan dari Asher.Namun, kata-kata Asher yang menyatakan bahwa putri mereka tak akan berteman dengan siapa pun, Laura kali ini menyetujuinya. Setidaknya, untuk situasi sekarang.“Putri kami bahkan masih belum bisa melihat dengan jelas. Sebaiknya, kita membicarakan masalah teman bermainnya kalau dia sudah agak dewasa,” kata Laura kepada para nyonya besar yang hadir di pesta.Bukan hanya Asher yang diserang oleh tamu-tamu mereka, Laura pun demikian. Berbeda dari si kembar, jika putra mereka menjadi bagian dari Smith Group, besar kemungkinan dia bisa menduduki posisi tinggi tanpa bersusah payah, dan hanya karena menjadi suami

  • Gelora Hasrat sang Presdir   439. Hanya Milik Asher

    Lana Smith, putri pertama Asher dan Laura ditidurkan di tengah-tengah ranjang di kamar yang kini telah diubah sepenuhnya menjadi bernuansa merah muda. Asher, Claus, dan Collin tidur tengkurap mengelilinginya dan tak jenuh memandang bayi itu layaknya harta karun yang tak ternilai harganya.“Bibirnya bergerak-gerak, Papa,” bisik Collin.“Aduh … aku baru saja berkedip! Aku tidak melihatnya,” sesal Claus bermuram durja.“Nanti pasti bergerak lagi. Jangan terlalu keras bicara, Claus,” tegur Asher lirih.Claus cemberut dan hampir menyentuh pipi adik bayinya. Namun, Asher lekas mencegah dengan decapan dan menunjukkan tatapan tajam padanya.“Aku ingin menggendong adikku, Papa,” pinta Claus memelas.“Tidak boleh. Lana masih berusia dua hari lebih empat jam. Kau bisa menjatuhkan Lana.”Sejak diperbolehkan melihat bayi itu, mereka bertiga senantiasa mengamatinya dengan posisi sama. Asher mencatat setiap gerakan kecil Lana, sedangkan Claus dan Collin akan memberi tahu ketika dirinya sedang melakuk

  • Gelora Hasrat sang Presdir   438. Harapan Laura dan Asher

    Waktu berlalu dengan cepat. Perut Laura kini telah membesar dan hampir melahirkan.Asher dan Laura sepakat untuk tidak mencari tahu jenis kelamin bayi mereka karena pertentangan pendapat. Namun, dokter tetap memberi tahu bahwa bayi di dalam rahim Laura kali ini hanya ada satu.Asher meyakini bahwa bayinya berjenis kelamin perempuan, sedangkan Laura yakin bahwa anaknya lelaki. Sementara itu, orang-orang di sekeliling mereka pun memperdebatkan hal yang serupa dan tak ada yang menebak sama. Karena itu, kamar untuk bayi mereka juga dipersiapkan setengah untuk perempuan, setengah lagi untuk laki-laki.“Sayaaaang!” seru Asher dari koridor.Laura yang saat ini berada di kamar Claus dan Collin bersusah payah bangun untuk menyambut Asher yang baru saja pulang dari kerja. Simon gegas membantu Laura berdiri dan menuntunnya ke depan pintu.Rupanya, Asher masih jauh dari kamar itu dan hanya suaranya yang terlalu keras memanggil dirinya. Melihat sang istri kesulitan menegakkan badan, Asher gegas

  • Gelora Hasrat sang Presdir   437. Tawa Lepas

    “Hanna, apakah aku-”Hanna berjalan melewati Simon dan tak ingin mendengar penjelasan apa pun sekarang. Dia masih kecewa karena ternyata hanya dirinya yang menganggap Simon sebagai keluarga.Simon mengusap wajah dengan kasar, lalu berbalik menyusul Hanna. “Aku harus segera menjelaskan kesalahpahaman ini.”Hanna sudah hampir masuk ke mobil sambil bercakap-cakap dengan Laura. Melihat cara bicara Laura yang sambil melihat dirinya, Simon takut jika Hanna mengadukannya.Simon tak berani mendekat. Kemudian masuk ke pintu mobil di arah yang berlawanan dari mereka.Dalam perjalanan ke tempat wisata lain, Hanna sekali pun tak melihat Simon. Saat mengurus Claus dan Collin yang duduk di antara mereka dan harus menghadap Simon, Hanna selalu menunduk atau melihat ke arah lain.Hanna benar-benar mengacuhkan Simon sampai hari berikutnya. Dia selalu berkumpul dengan orang lain dan enggan duduk hanya berdua dengan Simon ketika mengasuh Claus dan Collin.Simon tak tahan lagi! Hari ketiga liburan merek

  • Gelora Hasrat sang Presdir   436. Spesial Simon

    Di atas pantai pasir putih yang indah, Simon sedang tertelap dan ditemani wanita yang merupakan pelayan setia putri semata wayangnya. Hanna menggeser payung besar yang menghalau sinar matahari agar tubuh Simon tak kepanasan.“Tuan Simon sedang mimpi apa? Kenapa bibirnya bergerak-gerak begitu?” gumam Hanna selagi memperhatikan wajah Simon.Simon berdecap-decap sambil tersenyum, kemudian bergumam dalam tidurnya, “Kita akan menikah ….”Hanna terkekeh geli. “Kau sudah menikah dua kali, Tuan. Saat ini, kau pasti sedang memimpikan Nyonya Callista.”“Menikah … Hanna ….” Simon kembali bergumam-gumam, membuat pemilik nama itu terkesiap.Gumaman Simon setelahnya semakin jelas. Wajah Hanna menegang ketika bibir Simon mengucap namanya berulang kali.Hanna segera berlari meninggalkan Simon sambil menutup mulutnya menggunakan telapak tangan, seakan-akan tak tahan untuk meneriakkan sesuatu. ‘Apa yang baru saja aku dengar?’ batin Hanna.Selama ini, Simon selalu menganggap Hanna sebagai putrinya. Setid

  • Gelora Hasrat sang Presdir   435. Persembahan Istimewa

    Makan malam semalam menjadi peristiwa memalukan bagi Rachel. Dia tak sadar, Alan ternyata membuat lukisan cinta di sekujur tubuhnya. Hingga dirinya enggan keluar dari kamar. Sayangnya, hari ini Rachel harus menjadi pemandu untuk para tamu istimewa yang datang dari luar negeri. Dia sudah berjanji akan mengajak Laura dan Emma jalan-jalan di tempat-tempat indah di sana. “Rachel, kau tidak perlu ikut dengan kami. Sepertinya, suamimu masih mengantuk ….” Laura menyenggol lengan Rachel dari belakang sambil terkekeh pelan dan melirik ke arah Alan yang menguap lebar. “Kak Alan pasti begadang semalaman.” Emma ikut menggoda kakak iparnya. Wajah Rachel merah padam mendengar para wanita itu menggodanya. “Sebentar lagi kita sampai di pantai. Kalian pasti akan menyukainya.” Rachel buru-buru mengalihkan pembicaraan. Awalnya, Emma masih ingin menggoda Rachel. Namun, setelah melihat pemandangan indah di depannya, dia urung melakukannya. Emma segera menghampiri suami dan putrinya dan mereka berpisah

  • Gelora Hasrat sang Presdir   434. Tanda Cinta

    Melihat peluh di wajah Alan dan tercium bau familier dari tubuhnya, Rangga menjadi sangat sedih. Alan ternyata telah mendapatkan sang putri kesayangan. Rangga tak bisa menatap Alan, bukan karena membencinya, tetapi hatinya terasa aneh. Anak yang dulu selalu melompat ke sana kemari itu, kini telah sepenuhnya menjadi wanita dewasa dan dimiliki pria itu. “Aku akan memanggil Rachel dulu, Ayah. Kami akan segera menyusul!” seru Alan pada Rangga yang tak berbalik atau menjawab dirinya. “Kau seharusnya melakukan itu nanti malam …. Namanya juga malam pertama. Sekarang masih terbilang sore. Aneh kalau disebut sore pertama, bukan?” celetuk Nevan, lalu tertawa pelan. Alan memutar bola mata. “Kami tinggal mengulangi lagi nanti. Lalu, apa yang membawamu kemari?” Tawa Nevan menghilang. Dia sebenarnya hanya ingin mengajak Hillary makan makan bersama keluarga besarnya meski Asher dan Laura juga diundang sebagai tamu kehormatan. Tetapi, dia ingin sedikit menggoda Hillary dengan menuntunnya ke area

  • Gelora Hasrat sang Presdir   433. Gara-Gara Terkejut

    Alan dan Rachel sangat antusias dan bahagia menjelang pernikahan mereka. Namun, setelah menjadi pasangan resmi, mereka justru berjauhan di dalam kamar hotel.“Kau tidak jadi mandi?” tanya Alan dengan mata yang tertuju ke arah lain.Alan beberapa kali mengibaskan kerah kemeja seperti orang kepanasan meski ruangan terasa sejuk. Sementara Rachel duduk sambil menekan-nekan asal layar ponselnya. “Sebentar lagi,” balas Rachel datar dan berusaha tenang.Sejak acara pernikahan usai, Rachel ingin segera mandi. Namun, setelah sampai di kamar, dia justru sangat gugup berhadapan dengan sang suami selama hampir setengah jam.Tak tahan lagi, Rachel meletakkan ponsel dan menuju kamar mandi. Alan melirik-lirik sambil bersenandung tak jelas seraya menatap luar jendela.Dia melihat pintu kamar mandi dari pantulan kaca jendela. Rachel menutup pintu setelah melihat dirinya.Alan akhirnya bisa duduk di sofa sambil menghela napas panjang.“Malam pertama kami … akan seperti apa?” gumam Alan sambil membayang

DMCA.com Protection Status