Kakakku adalah bibiku …
Simon lekas membopong Joanna menuju kamarnya. Berteriak kepada pelayan untuk memanggilkan dokter segera. “Apa yang terjadi? Kenapa Mama tiba-tiba pingsan? Apa karena kata-kataku?” Simon sibuk menghubungi Jake yang tak kunjung mengangkat telepon. Sementara itu, kesadaran Joanna telah kembali. Dia dapat melihat keresahan Simon lebih jelas sekarang, bukan hanya sekedar sandiwara. Simon mondar-mandir di dekat ranjang dengan ponsel melekat di telinga. “Ke mana kau Jake?” gumam Simon. Joanna mungkin baru paham alasan Callista bisa tergila-gila kepada pria itu. Simon sebenarnya sangat pengertian dan hangat kepada keluarga, jika bukan karena pengaruh orang-orang yang memfitnah Callista. Sayangnya, kematian Callista masih belum dapat diterima sepenuhnya sehingga dia tak bisa membuka hati atau sekedar bersikap baik kepada Simon. Saat ini pun, Joanna masih memejamkan mata, tak mau mendengar kekhawatiran Simon, yang mungkin dapat melunakkan hatinya, dan akan membuatnya lupa pada penderitaan C
Jake Wilson, pria yang mengenakan setelan mahal dan sepatu kulit mengilat, saat ini sedang duduk di sudut pasar. Dia menanti Carla selesai bekerja dengan sabar. Beberapa orang menatap Jake keheranan. Bukan hanya penampilan yang menarik perhatian, Jake sejak tadi senyum-senyum sendirian. Dari kejauhan, Carla tampak begitu indah di tengah-tengah daging yang menggantung di tokonya. Terkadang, Jake mengernyit sebal ketika melihat beberapa pria menggoda kekasihnya. “Kurang ajar!” geram Jake. “Tuan, bisakah kau pergi dari depan tokoku? Kau menakuti semua orang yang mau membeli di sini!” usir pria si pemilik kursi yang diduduki Jake. Jake mengambil beberapa lembar uang dari dompetnya. Dia bahkan tak menghitung jumlahnya, lalu memberikan kepada pemilik toko itu. Tatapannya hanya fokus pada sang gadis yang telah mengisi hatinya. “Jangan berisik selama aku duduk di sini!” kecam Jake. Pemilik toko itu langsung merebut uang dari tangan Jake dengan wajah berseri-seri. “Silakan duduk di sini
Beberapa jam sebelum Alan pergi ke toko daging Paulo, Hillary tiba-tiba datang menemui Alan di kantor. Menimbulkan keributan karena dia meminta langsung pada atasan Alan supaya bisa membawa pria itu pergi saat jam kerja. “Enak sekali kau mau putus sekarang! Tugasmu sebagai calon tunanganku masih banyak, Alan Ruiz!” sergah Hillary sambil berkacak pinggang. Sudah minggu lalu Alan memutuskan pertunangan dengan Hillary. Karena wanita itu sedang sibuk dan banyak pergi ke luar kota, Alan hanya menyampaikan kepada orang tua Hillary. Tak ada yang memedulikan hubungan mereka, di mana orang tua kedua pasangan itu tahu jika pertunangan mereka hanya sebagian dari rencana Asher untuk mendapatkan Laura. “Terserah kau. Aku sudah bilang kepada orang tuamu. Mau kau suka atau tidak, hubungan kita sudah berakhir. Lagi pula, ada wanita yang ingin aku dekati.” Alan sedikit pun tak mau melihat Hillary. Wanita itu dua kali memporak-porandakan hubungannya dengan wanita. Alan sebenarnya ingin memutuskan h
Carla membicarakan masa depan bersama Jake dengan santai karena berpikir bahwa mereka hanya sedang berangan-angan. Namun, betapa terkejut dirinya ketika Jake membelokkan pembicaraan mereka secara drastis, dengan lamaran yang mengejutkan. Jake mencium bibir Carla yang sedikit terbuka. Betapa lucunya wajah terkejut Carla sekarang di mata Jake. Dia memang sengaja bicara santai agar suasana tak tegang dan terkesan formal. Namun, Carla ternyata tetap sangat kaget dan gugup. “Apa kau berubah pikiran dan tidak mau menikah denganku?” Jake mencium singkat bibir Carla sekali lagi untuk membangunkan gadis itu dari keterkejutan. “K-kau ... bagaimana bisa kau lincah sekali mengubah topik pembicaraan?” Jake tersenyum ringan sambil menggosok hidungnya. “Lalu apa jawabanmu?” Wajah Carla bersemu merah selagi menyodorkan telapak tangan yang mengarah ke bawah. “Pakaikan.” Dia berpaling muka begitu mengatakannya. Jake menyelipkan cincin di jari manis Carla secara perlahan. “Kau juga perlu memakaik
Jake Wilson kini terang-terangan mengantarkan Carla ke tempat kerja. Pria penjaga toko yang dijumpainya kemarin, melambaikan tangan ke arahnya dengan ceria. “Kau mengenal orang itu?” “Oh, aku pernah bertemu dengannya saat menunggumu pulang kerja kemarin.” Jake tak berniat menyembunyikan perbuatannya. Lagi pula, dia memang mencintai Carla dan ingin selalu melihatnya. Tak perlu malu ataupun tak mau mengakui bahwa dirinyalah yang mengejar cinta Carla. Jake Wilson bukanlah Asher Smith. “Kau menungguku? Kenapa tidak langsung menemuiku saja?” Carla berlagak tak tahu. Dalam hati, dia sangat senang karena Jake pria jujur dan berterus terang. “Aku tidak mau mengganggumu bekerja.” Jake mengusap lembut rambut Carla tatkala mereka sampai di depan toko daging. “Telepon aku kalau sudah pulang. Nanti malam, kita akan menemui mamaku untuk membicarakan pernikahan kita.” DEG! Carla terkejut bukan main. Kenapa secepat ini Jake mengajaknya bicara dengan Joanna? Dia perlu menata hati dan bersiap un
Jake ingin menjadi seperti Rick? “Mama bisa punya banyak cucu sekaligus jika Jake berubah jadi seperti Rick,” bisik Simon menakuti. Tak ada seorang pun dari Keluarga Wilson yang tak tahu tingkah laku Rick. Bahkan, Joanna tak putus menasihati pria itu. Joanna memijat tengkuknya kala membayangkan putra satu-satunya akan membawa pulang gadis yang berbeda-beda setiap malam. Melajang seumur hidup seratus kali lebih baik daripada menebar benih di mana saja! Sialnya, kata-kata Simon membuat Joanna ketakutan. Joanna mungkin bisa memiliki banyak cucu dari wanita-wanita yang tak jelas asal-usulnya. Belum lagi, pasti ada wanita yang akan mengaku-ngaku dihamili putranya. “Siapa bilang aku tidak merestui kalian!? Apa aku tidak boleh bertanya!?” sergah Joanna. Carla dan Jake menghela napas lega hampir bersamaan. Mereka langsung bertatapan sambil melemparkan senyuman. “Mama akan memanggil keluarga kita yang lain supaya ikut membantu mengurus pernikahan kalian,” sambung Joanna. Meskipun Joann
“Kau … Shane!” Terang saja Ariana mengenal pria itu. Shane merupakan korban lain dari Gilda dan Vincent. ‘Kalau dipikir-pikir, dia juga senasib denganku. Tidak mungkin dia berniat buruk pada cucuku, bukan?’ batin Ariana. Ariana sedang menimbang-nimbang akan mengajak satu dari dua pria itu. Sebab, dia tak mengenal Enzo dan baru pertama kali melihatnya. Ariana tak enak hati meminta pertolongannya. “Jangan ganggu keluargaku, Shane! Dasar sialan! Kenapa kau ada di sini!?” sentak Simon. Meskipun Simon sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi, juga perintah Jake kepada Shane saat menyiksanya, Simon tetap masih marah padanya, dan bukan Jake. “Hoo, siapa ini? Bagaimana kabarmu? Apa kau masih tergila-gila pada Gilda? Astaga, bodoh sekali kau percaya dengan wanita ular sepertinya!” Shane tersenyum menghina. “Kau lebih bodoh lagi karena semua hartamu jatuh di tangannya. Dan setidaknya, aku tidak pernah benar-benar mencintainya. Istriku seribu kali jauh lebih cantik darinya,” balas Simon balas
“Ayo, mandi ...,” bujuk Carla. “Sebentar lagi. Aku mengantuk sekali.” Kata-kata Asher dahulu, terngiang dalam benaknya. Asher mungkin benar satu hal, para gadis muda itu sangat bersemangat hingga lupa jika Jake bisa juga lelah. Malam sebelumnya, Jake begadang sampai dini hari. Rick, Shane, dan beberapa teman pria yang lain mengajaknya pesta bujang. Seharian menunggu acara pernikahan dimulai pun, Jake disibukkan oleh banyak hal. Dia juga harus berdiri selama satu jam hingga kakinya pegal. Lalu, setelah bisa merebahkan punggung, Carla terus meminta untuk dilayani. Sang istri tampaknya tak ada tanda-tanda lelah sama sekali. Haruskah dia bertanya kepada Asher, bagaimana caranya menyenangkan istri tanpa lelah? Konyol. Asher pasti akan menghinanya. Tiba-tiba, Jake merasakan hangat rongga mulut Carla memanjakan miliknya di bawah sana. “Ugh, Carla ... apa kau tidak merasakan sakit?” Jake melirik noda darah yang telah mengering di seprai putih. Benar. Carla baru pertama kali melakukan