Arland keluar dari kamar Maudy, ia segera pergi menuju kamarnya karena pagi-pagi akan ada rapat, walaupun kepalanya masih pusing tapi ia tetap berusaha berjalan secepatnya agar segera tiba di ruangan Jack William. Setibanya di sana, Arland tidak menemukan siapapun kecuali beberapa map yang tertinggal di atas meja, ia juga tidak menemukan Kay. Ia segera mengambil ponselnya dari saku celananya, ia melihat banyak panggilan dari Kay dan juga istrinya Bella. "Astaga, apa yang terjadi padaku? kenapa aku tidak bisa mengingatnya?" Arland keluar lalu mencari di lorong, berharap ia segera melihat Kay. Tapi bukannya Kay yang ia lihat, tapi Maudy yang datang menghampirinya. Arland mengerutkan keningnya, ia sudah sangat muak dengan sikap Maudy yang selalu semena-mena terhadapnya. "Aku tidak akan melepaskan mu, ke ujung dunia pun kau pergi, aku akan tetap mencari mu." Maudy mengancamnya karena tidak terima dengan perbuatan Arland padanya. "Lakukan saja apa yang ingin kau lakukan!"
Arland memeluknya dengan erat, ia rasanya tidak sanggup untuk bicara. "Ada apa?" Bella mencium pipinya. "Aku minta maaf." Sebelum Arland lanjut bicara, wajah Bella seketika berubah, ia tidak mengerti apa yang akan dikatakan oleh suaminya. "Apa? kau membuatku takut!" "Semalam aku bersama dengan Kay dan juga Jack William di ruangan yang sama, Kay lebih dulu tidur karena sudah sangat mengantuk, ia minum sangat banyak, aku dan Jack William ngobrol hingga jam 02.00 pagi, aku ke kamar mandi, tiba-tiba kepadaku sakit, aku langsung berbaring lalu tidak sadar apa yang kulakukan, setelah bangun aku melihat ruangan yang berbeda, ternyata aku bangun di ruangan yang berbeda, aku melihat Maudy di kamar itu, aku tidak tahu apa yang kulakukan, entah kenapa aku bisa sampai ke kamarnya." Arland menjelaskan dengan detile kepada Bella, Bella terlihat sedih, tapi ia mencoba percaya pada suaminya. "Apa yang dia katakan?" "Dia mengancam ku menyebarkan video vulgar supaya karir ku hancur dan
Arland duduk di balkon sambil memikirkan banyak hal, terutama mengurus Maudy supaya tidak mengganggunya lagi. Kay meneleponnya saat ia termenung sendiri, Bella masih belum bangun. "Ada apa?" "Apa Maudy masih mengganggu?" "Tentu saja dia akan selalu mengganggu, aku tidak akan tinggal diam, aku minta tolong segera beri dia pelajaran, satu lagi pagi-pagi besok kita akan ke kantor, aku akan segera mengembang Peusangan secepatnya. Kita akan dia bantu papa!" "Iya, aku akan selalu membantumu." Arland pun meletakkan ponselnya dia lantai, ia melihat Bella masih tidur, sedangkan sudah sangat sore, Arland membangunkannya supaya Bella segera mandi, tapi ketika ia memegang tangannya, ia kaget karena Bella ternyata demam tinggi, suhu badannya sangat panas, ia segera memanggil mommy nya naik ke atas. "Mommy." Suara Arland sudah terdengar ke bawah walaupun ia masih berada di tangga lantai 2. "Ada apa?" Murni syok karena mendengar suara Arland yang secara tiba-tiba terdengar sangat k
Bella sudah lebih baik, ia turun diri ranjang untuk melihat Novia, saat ia di tangga ia melihat Novia sudah di suapi oleh Bi Ijah. Bella pun naik ke atas, ia membangunkan Arland yang masih tidur pulas. "Sayang, bangun sudah pagi!" Bella membangunkannya pelan-pelan, Arland pun menggerakkan tubuhnya setelah itu ia duduk lalu melihat jam di dinding sudah pukul 06.15. "Tunggu sebentar lagi aku masih sangat mengantuk!" Arland pun kembali tidur, sedangkan Bella segera mandi supaya tubuhnya terasa lebih segar. Setelah balas selesai mandi ia membangunkan suaminya karena sudah pukul 06.35, kali ini Arland sangat susah dibangunkan, karena ia benar-benar merasa ngantuk. "Sayang cepatlah bangun nanti terlambat ke kantor, aku akan menemanimu pergi ke kantor hari ini, mommy dan Bi Ijah biar tinggal di rumah saja," Bella segera memakai pakaian yang rapi. "Tidak perlu ikut ke kantor aku bisa menanganinya sendiri, lagi pula Kay akan ke kantor juga, kami berdua pasti bisa menangani sem
"Lebih cepat lagi, kita sudah sangat terlambat." Arland pun memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi supaya mereka tiba lebih cepat. Untung saja jalanan tidak macet, setibanya di bandara Arland segera melihat di kursi tunggu, ia berpencar dengan Bella mencari papanya Tuan Alexander. Arland melihat papanya duduk di kursi sambil memegangi koper, dengan cepat Arland berlari langsung memeluknya. "Papa." Tuan Alexander sampai terharu melihat putranya begitu sangat merindukannya, Arland bahkan tidak malu menangis di keramaian saat memeluk papanya. Bella melihat dari jauh, tak terasa air matanya menetes di pipinya, ia sangat terbaru karena sudah lama mertuanya terpisah dari mereka, lalu yang segera menghampiri mereka berdua. Bella segera mencium telapak tangan mertuanya yang sudah lama tidak bersama mereka. "Apa kabar pah?" "Papa baik-baik saja." Tuan Alexander mengelus kepala Bella, Tuan Alexander terlihat lebih kurus dari sebelumnya, Arland sedih dan bahagia saat melih
Anthony bertemu Maudy untuk membahas kekalahan mereka ketika di hotel saat akan tanda tangan kerja sama dengan Jack William. Sampai saat ini Anthony masih tidak terima dengan kekalahannya, ia tidak tahu mengapa Arland yang menjadi pemenang tender. Ia telah memeriksa semua orang yang hadir sebagai tamu undangannya dan orang suruhannya, tapi tidak ada seorangpun yang mencurigakan. "Bagaimana bisa itu terjadi? aku sudah memeriksa semua orang yang hadir di sini." Maudy meletakkan tasnya dia atas meja, ia duduk sambil menyilangkan kedua kakinya. "Harusnya jangan terlalu menganggap remeh siapapun yang datang kesini, tapi aku sudah punya rencana besar untuk melawan mereka." Anthony menatap Maudy, ia tertawa karena mendengar ucapan Maudy. "Ha ha ha, rencana apa?" "Tidak usah meremehkan rencanaku sebelum kau tahu," Maudy merasa kesal padanya. "Ya, maafkan aku!" Maudy kemudian berjalan menuju lemari pendingin lalu mengambil botol yang tersusun rapi. "Katakanlah, aku tidak ma
"Tugasmu hanya memberi ku kepuasan, lakukan saja apa yang aku mau," sepertinya Sunny hanya menginginkan kepuasan darinya, ia juga tidak ambil pusing dengan itu, yang penting ia bisa mengeluarkan hasrat yang terpendam. "Aku akan memberi semua yang kau mau, sayang!" Anthony melakukannya seperti keinginan Sunny, ia pun berpacu dengan cepat karena sebentar lagi cairan putih kental itu akan segera tumpah. "Ahhhh, aku sudah tidak tahan lagi, apa kau sudah ingin keluar?" "Iya." Sunny memeluk Anthony dengan kuat, Anthony pun memaju mundurkan pinggangnya karena ia sudah berada di puncak kenikmatan. "Aaaaaaaaa." Benar-benar lega, tubuh Anthony jatuh di atas tubuh Sunny, mereka berpelukan karena sama-sama merasakan klimaks sempurna, keduanya berkeringat seperti di siram air, nafas keduanya tak beraturan, Sunny sama sekali tidak menyadari jika Anthony memasukkan cairan putih itu ke dalam rahimnya. "Apa kau suka?" bisik Anthony di telinga Sunny. "Kali ini kau membuatku puas menik
Arland sama sekali tidak menyadari jika Anthony dan Maudy berada di sampingnya, ia fokus pada jalanan, ternyata Kay berada di belakangnya sedang tidur pulas. Arland pun menyetir mobilnya dengan hati-hati sesudah lampu hijau, sedangkan Maudy pergi ke rumahnya bersama Anthony. Setibanya di rumah, Arland memarkirkan mobilnya di garasi, Bella segera menemuinya dan juga Novia. Bella memeluknya karena merasa rindu seharian ditinggal kerja oleh suaminya. "Tiba-tiba aku sangat rindu," ucap Bella tersenyum. "Aku juga sangat merindukanmu!" Arland mencium kening Bella lalu memeluknya, mereka pun masuk ke dalam sementara kami masih berada dalam mobil, Arland lupa membangunkannya karena ia langsung bicara dengan Bella. Saat via duduk di sofa sambil menikmati teh hangat tiba-tiba ia teringat pada Kay yang masih berada dalam mobil. "Ya Tuhan, Kay masih tidur dalam mobil, aku lagi membangunkannya tadi." Arland segera meraih kuncinya lalu pergi ke garasi untuk membuka pintu mobil,
Ia melihat sosok pria yang berdiri di depannya, ia melihat dengan matanya tanpa berkedip, ia segera menangis lalu memeluk Arland dengan penuh haru, sedangkan Kay segera masuk ke dalam. Saat Bella tidak kunjung masuk ke dalam rumah, Novia segera melihat keluar, ia kaget, ia segera memeluk papanya, air mata di pipinya jatuh saat ia berada di pelukan papanya. "Papa kemana saja? kenapa tidak pernah pulang?" tanya Novia. "Maafkan papa ya nak, papa sangat sibuk, tapi papa tidak pernah melupakan Novia dan juga mama, doa kalian lah yang membuat papa pulang ke rumah dengan selamat." Novia sangat terharu mendengarnya, ia pun segera membawa papanya masuk, Bella segera membuatkan makanan untuk Arland, Arland segera mandi saat ia tiba di rumah, ia menikmati setiap sentuhan air yang membasahi tubuhnya. Kay memberi kejutan pada Sunny, ia berdiri di depan pintu kamar saat Sunny menggendong Kayra Maharani, Sunny segera berlari memeluk Kay, ia juga menangis terharu saat memeluk Kay, ia merasa
Kay menikahi Sunny secara mendadak, sedangkan Maudy depresi karena tidak bisa mendapatkan apapun yang ia rencanakan selama ia tinggal di rumah Alexander. Arland dan Kay secara brutal terus mengejar keberadaan Anthony dan Nilesh, meskipun sangat lama ia baru menemukan tempat persembunyian Anthony, mereka mencari hingga ke pelosok kampung, banyak rintangan yang dilalui untuk menemukan persembunyian Anthony yang saat ini menjadi buronan karena banyak permasalahan yang mereka hadapi. Bella berbulan-bulan menunggu kepulangan suaminya, ia khawatir dengan keselamatan suaminya, ia merasa seperti seorang istri militer yang menunggu suaminya antara hidup dan mati. Bella menunggu dengan sabar, meskipun kadang Novia masih selalu bertanya di mana keberadaan papanya. Yang lebih sedihnya lagi, saat hari pernikahan Sunny harus rela melepaskan kepergian suaminya untuk mencari keberadaan Anthony, dengan hati yang penuh rasa khawatir dan air mata yang terus mengalir ia terus berdoa dan berharap
"Wanita ular itu pernah menjadi kekasih mu," ucap Bella dalam hatinya, tapi ia juga mengikuti Arland ke halaman belakang, meskipun wajahnya cemberut dan terus ngedumel di dalam hatinya. Arland menyuruhnya menutup mata, setelah 2 menit Bella membuka matanya karena di suruh oleh Arland, Arland berlutut di hadapannya lalu memberikan cincin yang indah di jarinya. "Cincin?" ucap Bella kaget sambil tersenyum. Arland segera memeluknya lalu mengelus rambutnya, ia tahu Bella sangat lelah beberapa hari terakhir. "Jangan salah paham padaku, aku selalu memikirkan kebaikanmu dan juga kebahagiaan mu, aku selalu memikirkan mu." Bella tersenyum lalu memeluk suaminya, ia pun bahagia kegirangan, akhirnya setelah beberapa hari ia akhirnya di perhatikan lagi oleh suaminya. Bella dan Arland bermesraan di halaman belakang, dan pemandangan itu dilihat oleh Maudy, ia rupanya sangat terluka melihat itu, seperti di tusuk duri di jantungnya. "Kurang ajar, beraninya kau bermesraan di depanku Bella, lihat s
"Untuk apa kau menangis? pergi dari sini!" ucap Arland. "Kenapa kau mengusir ku Arland? Bella dan Sunny juga mengusirku, kenapa tidak ada belas kasih mu padaku?" "Aku tahu apa yang terjadi di sini saat aku tidak ada di rumah, kau mengusir Sunny karena kau sama sekali tidak suka padanya, kehadiran Sunny jadi ancaman bagimu, apakah aku benar?" tanya Arland. Maudy terdiam, semua orang menatapnya sehingga ia sangat membenci Bella. "Aku tidak mengatakan apapun padanya, justru ketika aku baru turun dari kamar mereka berdua berusaha membuatku jatuh, mereka gagal lalu mereka mengusirku, harusnya kau paham apa yang terjadi di sini Arland, aku tidak pernah berubah padamu!" "Apa aku perlu menunjukkan video saat kau mengusir Sunny? kau sangat kasar padanya, jika Kay tahu kau mengusir Sunny maka habislah kau!" ucap Arland. Maudy sama sekali tidak berkutik, ia terdiam, tidak tahu harus mengatakan apa supaya Arland berpihak padanya. "Aku minta maaf Arland, aku tidak bermaksud membuat mu
Zian hanya bisa menggeleng saat sudah tahu yang terjadi pada Arland, Arland memang melakukan kesalahan tapi itu sama sekali tidak di sengaja ataupun dia sadari, ia melakukan itu saat mabuk. "Lalu apa hubunganya dengan Anthony? kenapa ia selalu mengganggu anak dan istrimu?" tanya Zian sekali lagi. "Dia sebenarnya salah paham, aku tidak tahu apa yang dikatakan ayahnya padanya sehingga ia sangat membenci keluargaku, tapi yang pasti papa tidak pernah melakukannya kesalahan pada keluarganya," ucap Arland. Zian mengerti, sebenarnya ini hanya masalah pribadi yang belum selesai. Zian pun tahu cara memecahkan masalah ini, tapi pastinya dari salah satu pihak pasti ada yang tidak setuju. "Sebenarnya memecahkan masalah ini sangat mudah, tapi tergantung kedua belah pihak, jika salah satunya tidak setuju maka masalah ini akan tetap berlanjut hingga anak cucu kalian." Arland diam, ia sebenarnya tidak ingin memiliki masalah dengan siapapun, karena saat ini ia hanya memikirkan keluarganya saja.
Kay dan Arland bicara berdua di luar rumah, ia sebenarnya tahu Maudy drop karena takut ketahuan ikut melakukan kesalahan. "Apa kau yakin dia benar-benar sakit?" tanya Arland. "Iya, dia sakit karena memikirkan papanya, jelas dia takut di penjara!" "Lihat saja nanti apa yang akan dikatakan oleh dokter, aku sebenarnya tidak penasaran kenapa dia tiba-tiba sakit!" ucap Arland sekali lagi. Dokter mulai memeriksa Maudy, Murni dan Bella masih ada di dalam kamar itu, dokter itu dengan cepat memberikan infus di tangannya lalu menyuruh Maudy minum obat. Setelah selesai menanganinya, dokter itu bicara dengan Murni dan Bella. "Jangan biarkan dia memikirkan hal yang tidak baik, itu bisa membuat calon bayinya dalam bahaya, Maudy tipe orang yang sangat mudah drop apalagi saat ini dia sedang hamil." "Apakah ada sesuatu yang membuatnya tiba-tiba sakit?" tanya Murni karena ia sangat penasaran. "Tidak, dia hanya tidak boleh memikirkan sesuatu yang berlebihan!" Dokter itu memberikan rese
Tiba-tiba Maudy merasa deg-degan, ia tahu arah pembicaraan Kay, lalu ia menghela nafas, ia tidak mau buru-buru berfikir negatif. Sunny duduk di samping Bella, ia menunggu kejutan apa yang akan di katakan Kay pada mereka semua. "Jangan terlalu lama membuat orang menunggu, katakan saja apa kejutannya!" ucap Murni, lalu Kay tersenyum, ia mengambil ponselnya lalu menelepon seseorang. "Halo, semuanya berjalan lancar?" tanya Kay, Arland hanya diam mendengar pembicaraan Kay. Ia mematikan ponselnya lalu menatap Arland, ia diam cukup lama. "Mereka sudah di tangkap, kali ini mereka tidak bisa membayar siapapun untuk di bebaskan, ada seseorang yang mendukung mereka melakukan itu, yang pastinya kita tak akan percaya jika dia ikut campur dalam segala hal." Maudy semakin penasaran, tapi ia tidak mau bertanya sama sekali, ia tidak mau membuat orang di rumah itu curiga. "Siapa yang kau maksud? mommy penasaran siapa saja orang yang ingin mengganggu keluarga kita" ucap Murni. "Banyak mom, salah
Arland masuk ke dalam ruangan setelah selesai menelepon Bella, ia melihat Kay duduk di tempat tidur, wajahnya masih terlihat sedikit pucat. "Sebenarnya kejutan apa yang ingin kau tunjukkan pada semua orang?" tanya Arland padanya. "Jangan tanya padaku, lihat saja nanti!" jawab Kay. Arland pun membantu Kay keluar dari ruangan itu setelah Tuan Alexander menelpon bahwa ia sudah berada di parkiran. Dengan pelan Kay berjalan karena kepalanya masih belum sembuh total, tapi ia berusaha untuk terlihat kuat. "Aku akan mengambil kursi roda kalau kau tidak kuat berjalan, aku takut kau pingsan lalu kembali ke ruangan itu lagi!" ucap Arland sambil terus memegangi pundak Kay. "Aku baik-baik saja, kau tidak perlu memejamkan ku seperti itu," jawabnya sambil bercanda. Mereka pun tiba di parkiran, Kay dengan pelan-pelan masuk ke dalam mobil, ia duduk di samping Tuan Alexander sedangkan Arland duduk di belakang. "Bagaimana keadaan mu Kay?" tanya Tuan Alexander sebelum ia memacu mobilnya, tapi tiba
"Oh, jadi kau sudah menampakan topeng aslimu padaku, ternyata selama ini kau tinggal di sini hanya untuk mencari tahu semua informasi tentang keluarga Alexander, tapi sayangnya kau tidak mendapatkan apapun, semua yang kau harapkan sia-sia, ku tidak akan memberimu sebesar pun, dan rencanamu untuk menghancurkan keluargaku tidak akan pernah terjadi, karena kau tahu saat ini Kay dan Arland juga sudah tahu apa yang kau rencanakan bersama dengan Anthony, tunggu saja giliran mau mendapatkan balasan dari mereka berdua!" ucap Bella padanya, Maudy terdiam mendengar apa yang di katakan Bella padanya, ia bahkan gemetar saat tahu Kay dan Arland sudah mengetahui apa yang ia rencanakan. "Apa yang kau katakan? bukanlah selama ini kau yang ingin menghancurkan kehidupan Alexander? kau mengambil semua yang mereka miliki, lalu kau menuduhku supaya mereka tidak curiga padamu, luar biasa, kau memang sangat pandai bersandiwara," Maudy menuduh Bella bersandiwara, ia juga mengatakan bahwa Bella lah yang ingin