Arland merasa pusing saat ia berjalan menuju ranjang, ia pun berbaring bersama Kay dan juga Jack William. Setelah beberapa menit Arland berbaring, matanya masih belum terpejam, kepalanya tiba-tiba pusing dan ia beranjak dari tidurnya menuju kamar mandi. Arland memegang kepalanya yang terasa berat, ia pun berjalan dengan pelan, ia pun akhirnya berbaring di atas kasur yang terasa lebih lebar dan leluasa untuk menggerakkan tubuhku bergerak kemana saja. Arland pun terpejam hingga ia sangat terlelap. Saat pagi Kay lebih dulu bangun tapi ia tidak melihat keberadaan Arland, ia hanya melihat Jack yang masih berbaring pulas. "Di mana Arland?" ia pun bingung harus mencari kemana, tiba-tiba saja ia mengingat kamar Lin Ros, "Apa jangan-jangan Arland berada di sana?" ia panik, ia segera keluar memuji kamar Lin Ros. Saat ia buru-buru berjalan ke kamar Lin Ros, ia melihat Lin Ros berjalan menuju kamar mereka, ia segera memanggilnya. "Lin, apa kau melihat Arland?" Lin Ros terdiam, ia ti
Arland keluar dari kamar Maudy, ia segera pergi menuju kamarnya karena pagi-pagi akan ada rapat, walaupun kepalanya masih pusing tapi ia tetap berusaha berjalan secepatnya agar segera tiba di ruangan Jack William. Setibanya di sana, Arland tidak menemukan siapapun kecuali beberapa map yang tertinggal di atas meja, ia juga tidak menemukan Kay. Ia segera mengambil ponselnya dari saku celananya, ia melihat banyak panggilan dari Kay dan juga istrinya Bella. "Astaga, apa yang terjadi padaku? kenapa aku tidak bisa mengingatnya?" Arland keluar lalu mencari di lorong, berharap ia segera melihat Kay. Tapi bukannya Kay yang ia lihat, tapi Maudy yang datang menghampirinya. Arland mengerutkan keningnya, ia sudah sangat muak dengan sikap Maudy yang selalu semena-mena terhadapnya. "Aku tidak akan melepaskan mu, ke ujung dunia pun kau pergi, aku akan tetap mencari mu." Maudy mengancamnya karena tidak terima dengan perbuatan Arland padanya. "Lakukan saja apa yang ingin kau lakukan!"
Arland memeluknya dengan erat, ia rasanya tidak sanggup untuk bicara. "Ada apa?" Bella mencium pipinya. "Aku minta maaf." Sebelum Arland lanjut bicara, wajah Bella seketika berubah, ia tidak mengerti apa yang akan dikatakan oleh suaminya. "Apa? kau membuatku takut!" "Semalam aku bersama dengan Kay dan juga Jack William di ruangan yang sama, Kay lebih dulu tidur karena sudah sangat mengantuk, ia minum sangat banyak, aku dan Jack William ngobrol hingga jam 02.00 pagi, aku ke kamar mandi, tiba-tiba kepadaku sakit, aku langsung berbaring lalu tidak sadar apa yang kulakukan, setelah bangun aku melihat ruangan yang berbeda, ternyata aku bangun di ruangan yang berbeda, aku melihat Maudy di kamar itu, aku tidak tahu apa yang kulakukan, entah kenapa aku bisa sampai ke kamarnya." Arland menjelaskan dengan detile kepada Bella, Bella terlihat sedih, tapi ia mencoba percaya pada suaminya. "Apa yang dia katakan?" "Dia mengancam ku menyebarkan video vulgar supaya karir ku hancur dan
Arland duduk di balkon sambil memikirkan banyak hal, terutama mengurus Maudy supaya tidak mengganggunya lagi. Kay meneleponnya saat ia termenung sendiri, Bella masih belum bangun. "Ada apa?" "Apa Maudy masih mengganggu?" "Tentu saja dia akan selalu mengganggu, aku tidak akan tinggal diam, aku minta tolong segera beri dia pelajaran, satu lagi pagi-pagi besok kita akan ke kantor, aku akan segera mengembang Peusangan secepatnya. Kita akan dia bantu papa!" "Iya, aku akan selalu membantumu." Arland pun meletakkan ponselnya dia lantai, ia melihat Bella masih tidur, sedangkan sudah sangat sore, Arland membangunkannya supaya Bella segera mandi, tapi ketika ia memegang tangannya, ia kaget karena Bella ternyata demam tinggi, suhu badannya sangat panas, ia segera memanggil mommy nya naik ke atas. "Mommy." Suara Arland sudah terdengar ke bawah walaupun ia masih berada di tangga lantai 2. "Ada apa?" Murni syok karena mendengar suara Arland yang secara tiba-tiba terdengar sangat k
Bella sudah lebih baik, ia turun diri ranjang untuk melihat Novia, saat ia di tangga ia melihat Novia sudah di suapi oleh Bi Ijah. Bella pun naik ke atas, ia membangunkan Arland yang masih tidur pulas. "Sayang, bangun sudah pagi!" Bella membangunkannya pelan-pelan, Arland pun menggerakkan tubuhnya setelah itu ia duduk lalu melihat jam di dinding sudah pukul 06.15. "Tunggu sebentar lagi aku masih sangat mengantuk!" Arland pun kembali tidur, sedangkan Bella segera mandi supaya tubuhnya terasa lebih segar. Setelah balas selesai mandi ia membangunkan suaminya karena sudah pukul 06.35, kali ini Arland sangat susah dibangunkan, karena ia benar-benar merasa ngantuk. "Sayang cepatlah bangun nanti terlambat ke kantor, aku akan menemanimu pergi ke kantor hari ini, mommy dan Bi Ijah biar tinggal di rumah saja," Bella segera memakai pakaian yang rapi. "Tidak perlu ikut ke kantor aku bisa menanganinya sendiri, lagi pula Kay akan ke kantor juga, kami berdua pasti bisa menangani sem
"Lebih cepat lagi, kita sudah sangat terlambat." Arland pun memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi supaya mereka tiba lebih cepat. Untung saja jalanan tidak macet, setibanya di bandara Arland segera melihat di kursi tunggu, ia berpencar dengan Bella mencari papanya Tuan Alexander. Arland melihat papanya duduk di kursi sambil memegangi koper, dengan cepat Arland berlari langsung memeluknya. "Papa." Tuan Alexander sampai terharu melihat putranya begitu sangat merindukannya, Arland bahkan tidak malu menangis di keramaian saat memeluk papanya. Bella melihat dari jauh, tak terasa air matanya menetes di pipinya, ia sangat terbaru karena sudah lama mertuanya terpisah dari mereka, lalu yang segera menghampiri mereka berdua. Bella segera mencium telapak tangan mertuanya yang sudah lama tidak bersama mereka. "Apa kabar pah?" "Papa baik-baik saja." Tuan Alexander mengelus kepala Bella, Tuan Alexander terlihat lebih kurus dari sebelumnya, Arland sedih dan bahagia saat melih
Anthony bertemu Maudy untuk membahas kekalahan mereka ketika di hotel saat akan tanda tangan kerja sama dengan Jack William. Sampai saat ini Anthony masih tidak terima dengan kekalahannya, ia tidak tahu mengapa Arland yang menjadi pemenang tender. Ia telah memeriksa semua orang yang hadir sebagai tamu undangannya dan orang suruhannya, tapi tidak ada seorangpun yang mencurigakan. "Bagaimana bisa itu terjadi? aku sudah memeriksa semua orang yang hadir di sini." Maudy meletakkan tasnya dia atas meja, ia duduk sambil menyilangkan kedua kakinya. "Harusnya jangan terlalu menganggap remeh siapapun yang datang kesini, tapi aku sudah punya rencana besar untuk melawan mereka." Anthony menatap Maudy, ia tertawa karena mendengar ucapan Maudy. "Ha ha ha, rencana apa?" "Tidak usah meremehkan rencanaku sebelum kau tahu," Maudy merasa kesal padanya. "Ya, maafkan aku!" Maudy kemudian berjalan menuju lemari pendingin lalu mengambil botol yang tersusun rapi. "Katakanlah, aku tidak ma
"Tugasmu hanya memberi ku kepuasan, lakukan saja apa yang aku mau," sepertinya Sunny hanya menginginkan kepuasan darinya, ia juga tidak ambil pusing dengan itu, yang penting ia bisa mengeluarkan hasrat yang terpendam. "Aku akan memberi semua yang kau mau, sayang!" Anthony melakukannya seperti keinginan Sunny, ia pun berpacu dengan cepat karena sebentar lagi cairan putih kental itu akan segera tumpah. "Ahhhh, aku sudah tidak tahan lagi, apa kau sudah ingin keluar?" "Iya." Sunny memeluk Anthony dengan kuat, Anthony pun memaju mundurkan pinggangnya karena ia sudah berada di puncak kenikmatan. "Aaaaaaaaa." Benar-benar lega, tubuh Anthony jatuh di atas tubuh Sunny, mereka berpelukan karena sama-sama merasakan klimaks sempurna, keduanya berkeringat seperti di siram air, nafas keduanya tak beraturan, Sunny sama sekali tidak menyadari jika Anthony memasukkan cairan putih itu ke dalam rahimnya. "Apa kau suka?" bisik Anthony di telinga Sunny. "Kali ini kau membuatku puas menik
Bella dan Sunny duduk berdampingan saat menunggu Arland di rumah sakit, Sunny merasa khawatir jika seandainya keluarga Arland atau Kay tidak menerima dirinya, sebab ia memiliki keterikatan dengan Anthony. Sunny duduk diam lesu, ia tidak mengatakan apapun pada Bella, ia masih memikirkan kehidupannya nanti jika Kay tidak lagi melindunginya, saat ini hanya Kay yang ia percaya, apalagi Anthony sudah tahu keberadaannya, pasti ia akan selalu mengincarnya "Kenapa kau diam saja?" tanya Bella padanya, sebab sejak tadi ia hanya diam saja lalu merenung. "Bella, aku tidak tahu harus melakukan apa jika aku seorang diri saja, aku tidak tahu Bella, mungkin aku akan terjerumus lagi ke dalam kejahatan itu, aku sangat bodoh sampai aku harus mengharapkan orang lain untuk melindungi ku," ucapnya, ia merasa sedih, ia juga takut. "Jangan memikirkan itu, aku ada di sini, percayalah padaku!" Bella berusaha membuat Sunny tenang, meskipun ia juga khawatir jika mertuanya tidak mengizinkan Sunny tinggal
Dengan terpaksa, Anthony dan Nilesh tunduk pada Kay, Kay sama sekali tidak lengah, ia fokus pada Anthony, ia tidak mau gegabah. Anthony mencoba memanfaatkan Sunny, tapi Kay segera mengetahuinya, ia segera melepaskan tembakan sekali hampir mengenai Anthony, Anthony kaget lalu menunduk, ia takut di lukai oleh Kay. "Sunny adalah milikku, aku ke sini untuk mengambil apa yang menjadi milikku, kau tidak boleh menyembunyikan sesuatu yang bukan milikmu Kay, biarkan Sunny ikut denganku, tanyakan saja padanya, dia adalah milikku!" Anthony dengan bangga mengatakan itu, tapi Sunny muak mendengar ucapan Anthony. "Aku bukan milikmu, aku bukan barang, aku berhak menentukan pilihan ku, lagipula aku tidak suka padamu, aku dan Kay sudah menikah, siapa yang kau bilang milikmu? apa kau tidak merasa bersalah mengatakan hal itu?" Sunny berbohong supaya Anthony tidak mengganggunya lagi. "Kau jangan berbohong Sunny, Kay akan menikah dengan mantan kekasihnya Amanda, kenapa kau mau tinggal dengan pri
Murni tetap tenang meski Maudy memberinya beberapa pertanyaan mengenai Arland dan Bella, ia tidak mau Maudy sampai tahu jika Arland berada di rumah sakit. "Arland sendiri yang meminta Bella menemaninya, biarlah dia ikut, lagi pula mommy bisa mengurus Novia, mommy tidak kemana-mana juga," ucapnya lalu ia duduk di sofa karena selama di rumah sakit ia tidak bisa menyandarkan tubuhnya. "Pasti mereka berbohong, tidak mungkin Bella mendadak pergi dengan Arland keluar kota," gumamnya, ia masih penasaran tapi sepertinya Murni menutupi sesuatu darinya, yang anehnya lagi, Tuan Alexander segera membawa Novia masuk ke kamarnya. Murni meminta Bi Ijah membuatkan minuman dingin untuknya, tenggorokannya terasa sangat kering. "Bibi tolong buatkan minum dingin," ucap Murni dengan lembut, Bi Ijah segera ke dapur kalau membuat minuman itu. Maudy pergi ke kamarnya, ia mondar-mandir di dalam, sebab Kay juga belum kembali, ia tidak mungkin mendapatkan informasi itu dari Murni. "Kapan Kay kembali
Tuan Alexander bersiap untuk pulang ke rumah dengan Novia, sedangkan Bella dan Kay akan tinggal di rumah sakit menjaga Arland. "Mom, tolong jangan katakan apapun, aku bukan tidak percaya sama bibi, tapi Maudy akan mendesaknya sampai bibi bicara, kita harus merahasiakan ini dari Maudy sampai terbukti ia tidak bersekongkol dengan papanya dan juga Anthony." Kay sangat mewaspadai Maudy, sampai sekarang ia tidak percaya padanya meskipun Maudy selalu berbuat baik di depannya. "Sayang, kamu pulang dulu ya sama opa Oma, tapi mama mau kamu berjanji!" "Berjanji apa ma?" Novia tidak mengerti apa yang di katakan Bella padanya. "Kamu harus janji, jika Tante Maudy bertanya apapun padamu tentang papa dan mama, jangan katakan apapun ya, mama mohon ya nak," Novia diam, ia masih belum mengerti apa yang dimaksud mamanya itu. "Novia, kalau misalnya Tante Maudy bertanya, dimana papa dan mama, kamu harus bilang tidak tahu, papa dan mama bekerja ada urusan, mama mohon ya nak, supaya papa bisa
"Papa janji setelah papa pulang kita akan jalan-jalan keluar negeri," ucap Arland sambil mengelus rambut Novia. "Janji ya pa, kita akan jalan-jalan!" Novia mengingatkan janji itu supaya Arland tidak lupa. Novia kembali bermain game di ponsel, Arland merasa sedih saat Novia menagih janji padanya. Kay masih duduk di sofa, ia terlihat murung, Sunny tidak tahu harus bicara apa padanya. Kay melihat jam di tangannya sudah pukul 07.15, ia segera menghabiskan teh nya lalu beranjak. "Aku akan ke rumah sakit, tetaplah di rumah, jika ada sesuatu yang kau butuhkan katakan saja padaku," ucapnya lalu ia segera pergi. Sunny menutup pintu rapat-rapat setelah Kay pergi meninggalkan rumah, ia masuk kamar karena merasa sedih, ia khawatir jika suatu saat nanti Anthony menemukannya. "Ya Tuhan, jauhkan aku dari pria jahat itu, aku tidak ingin menjadi tawanannya, aku menyesal telah percaya padanya dulu," ucap Sunny sambil menangis, kalau bisa ia ingin tinggal bersama Kay supaya ia aman dari
"Kita harus waspada, pasti ada serangan yang akan dilakukan Arland pada kita, aku tidak mau itu terjadi!" Anthony pun mulai hati-hati dengan Arland dan Kay, mereka tidak mau menyepelekan kekuatan Arland, apalagi Kay selalu bisa membuat lawannya kalah. Bella masih menunggu Arland di rumah sakit, Arland perlahan-lahan mulai pulih tapi ia harus tetap mendapatkan pengobatan supaya ia segera pulih. Pagi hari sudah pukul 07.00, Murni dan suaminya mengajak Novia ke rumah sakit, tapi ia tidak memberitahu siapapun, termasuk Bi Ijah. Murni tetap memakai seragam sekolah pada Novia supaya tidak seorangpun yang curiga pada mereka. "Novia sayang, cepatlah nanti kita terlambat. "Iya Oma!" Maudy mendengar Murni memanggil Novia merasa heran kenapa tiba-tiba pagi ini ia yang mengantar Novia ke sekolah, ia pun segera menemui Murni yang masih ada di kamarnya, sedangkan Tuan Alexander ada di garasi. Tok... tok.... Maudy mengetuk pintu kamar Murni, Murni masih belum sempat membukanya karena
Seseorang menghalangi jalan Kay saat ia terus mengejar mobil Anthony, akhirnya ia kehilangan jejak mereka. "Sial, siapa yang berani melakukan itu?" ia sama sekali tidak bisa melihat siapa yang ada di dalam mobil itu, ia marah, memukul setir mobil lalu berputar arah. Ia pun memutuskan untuk pergi ke rumah Sunny, rumah Sunny lumayan jauh dari jalan itu, tapi hatinya masih kacau, ia marah tapi keberuntungan masih berpihak pada Anthony. Kay pun menyetir dengan pelan, tangannya masih gemetar dan ia belum bisa meredam emosinya. Ia pun akhirnya sampai di depan rumah Sunny, ia masih berada di dalam mobil sampai tangannya berhenti gemetar. "Jika terus seperti ini, aku tidak akan masuk ke dalam," batinnya. Ia menghela nafasnya berulang-ulang lalu mencoba menetralkan emosinya, tangannya perlahan berhenti gemetar lalu ia sekali lagi menghela nafasnya. Sebelum turun ia mengirim pesan pada Arland, ia mengatakan jika saat ini berada di rumah ibunya, ia selalu berbohong jika berada di ru
"Apakah ada yang tahu kau datang ke sini?" tanya Arland saat Bella masih memegang tangannya. "Tidak, aku keluar rumah diam-diam, lagi pula aku keluar jam 03.00 pagi, semua orang di rumah masih tidur." Lalu Kay keluar dari kamar itu, ia mengatakan akan segera kembali. "Aku keluar sebentar, aku akan kembali segera!" Bella menangis melihat suaminya terbaring, ia menghela nafasnya karena dadanya terasa sangat sesak. "Jangan khawatir, sebentar lagi aku akan pulih, kita pasti pulang nanti!" "Jangan bicara lagi, pulihkan dirimu dulu, akan menemani mu di sini!" Bella tidak mau meninggalkan suaminya di rumah sakit meskipun Arland menyuruhnya pulang. "Pulanglah ke rumah, Novia dan yang lainnya membutuhkan mu, lagi pula kau harus mengabari ke rumah supaya tidak ada yang khawatir." "Nanti saja, ini masih jam 04.20 bibi belum bangun," ucapnya. Bella mengambil air minum lalu diberikan pada Arland. "Minum yang banyak supaya tidak dehidrasi." Arland mengembang air mineral itu
Bella menunggu hingga subuh tapi keduanya tidak ada yang meneleponnya, ia semakin khawatir, lalu ia segera turun ke bawah duduk sofa, ia selalu membawa ponselnya kemanapun. "Tidak biasanya Arland mengabaikan panggilan ku hingga beberapa kali, pasti ada yang tidak beres dengan mereka, tapi kemana aku harus mencarinya? tidak ada yang bisaa ku tanyakan," Bella termenung di bawah sendirian, kemudian ponselnya berdering, ia segera melihatnya, panggilan itu dari Arland, ia dengan antusias segera mengangkatnya. "Halo." "Bella maafkan aku, aku tidak bisa pulang karena sekarang aku dan Kay berada di rumah sakit, aku mengalami kecelakaan, tapi tidak parah, jangan khawatir, nanti aku dan Kay akan segera pulang." Jantung Bella seolah berhenti karena mendengarkan kata kecelakaan, ia tidak mampu bicara. "Bella jangan khawatir, aku dan Kay akan segera pulang, jangan katakan pada mommy, aku tidak apa-apa!" "Dimana kalian sekarang? kenapa sejak tadi tidak ada yang mengangkat teleponku?"