Beranda / Romansa / Gelora Cinta Pria Arogan / 60. Jaring Laba-Laba

Share

60. Jaring Laba-Laba

Penulis: Neza Visna
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-19 16:50:19

Hari demi hari berlalu. Kevin semakin menggembangkan kekuasaannya di perusahaan itu. Sikapnya yang sangat royal membuat karyawan juga mulai menjilatnya.

Pujian demi pujian membuat Kevin semakin lupa diri. Sekarang, setiap omongan Natasha dianggap seperti ejekan untuknya.

Setiap kali Natasha berusaha mengajari atau memberikan informasi Kevin selalu menganggap itu seperti sebagai tantangan.

“Berhenti mengguruiku! Bilang ke bosmu untuk berhenti mengaturku. Aku sudah mengerti semuanya. Ingatkan dia untuk menyetujui sistem gaji yang baru itu.”

“Tapi pembagian gaji yang sekarang itu sudah cukup tinggi. Kalau ditambah tanpa ada alasan yang jelas, itu akan membuat biaya operasional membengkak tanpa ada keuntungan.”

“Kamu pikir aku ini bodoh?!” Kevin menunjuk bahu Natasha dan mendorongnya ke belakang. “Aku tahu itu! Tapi dengan gaji yang lebih besar, karyawan juga akan lebih semangat bekerja!”

Natasha mendengus mendengar itu. Dia sendiri adalah karyawan dan dia mengerti betul pola piki
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Gelora Cinta Pria Arogan   61. Meledak

    Kiara melotot mendengar ucapan Kevin itu. Sementara Brama masih tidak bereaksi, Kiara sudah lebih dulu emosi mendengar itu.“Pergi! Kamu nggak diundang!” serunya tertahan.Untungnya suara Kiara tidak begitu keras, ditambah suasana juga sedang penuh dengan suara orang berbincang-bincang, hanya beberapa orang saja yang menoleh ke arah mereka.Brama menahan Kiara dan menariknya mundur. “Jangan membuat keributan yang tidak perlu.”Kiara mendelik marah ke arah Kevin lalu menoleh ke Brama dengan tidak puas. “Kenapa anak haram papamu bisa datang ke acara ini?” tanyanya kesal.Di kalangan mereka, keberadaan anak haram bukanlah sesuatu yang baru. Demi mencari pasangan yang setara, seringkali pernikahan itu hanya pernikahan bisnis, di mana baik pria maupun wanita berhak mencari kesenangan lain di luar sana.Meski selalu ada peringatan agar tidak memiliki anak lain di luar sana, tetapi seringkali itu tidak bisa terpenuhi.Entah karena simpanan yang mengincar kedudukan yang lebih

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-20
  • Gelora Cinta Pria Arogan   62. Abstrak

    Rinjani melihat semua berita aitu sejak awal dengan tatapan yang sulit diartikan. “Jadi ini rencanamu?” gumamnya lirih.Sekarang, dia menyadari kalau dia sudah bodoh khawatir dengan Brama. Pria itu sama sekali tidak butuh simpati dari orang lain. Lebih baik dia fokus dengan proyek yang ada di depan mata.“Aku akan ke lapangan hari ini untuk memeriksa semuanya. Kalau ada yang urgent, hubungi saja aku, aku pergi dulu.”Hari ini jadwalnya meninjau kembali ke lapangan, karena itu dia mengenakan pakaian ringkas yang memungkinkan dia bergerak bebas.Celana bahan hitam dengan kemeja longgar yang tetap terlihat resmi tapi tidak menghalangi geraknya.Sepatu hak tingginya juga diganti dengan sepatu kets bertali.“Oke, Rin. Beres.”Saat perjalanan ke luar dia melihat Kiara berjalan cepat masuk ke dalam kantor mereka dengan wajah cemas.Rinjani hanya menggelengkan kepala melihat itu. Di lantai atas, Kiara mendorong pintu kantor Brama tanpa mengetuk. Wajahnya pucat, garis-garis kecemasan t

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-21
  • Gelora Cinta Pria Arogan   63. Kekuatan Darah

    “Kenapa semua berita itu bisa bocor?! Apa kerjaanmu sebenarnya?”Brama hanya tertawa kecil mendengar amarah ayahnya itu."Kamu pikir ini lelucon?!" Ayahnya menghantam meja kayu eboni dengan tinju. "Berita ini sudah jadi headline di semua portal bisnis! Sampai sekarang, saham sudah turun 10%!"Belum selesai sampai di sana, ayah dan ibunya sudah mendatanginya ke kantor. Tidak lama setelah Kiara pulang dengan penuh protes, gantian orangtuanya yang menodongnnya ke kantor.Brama hanya bisa menerima kedatangan itu dan semua omelan yang keluar dari mulut ayahnya. Brama memutar tubuhnya perlahan. Cahaya sore membelah wajahnya, separuh terang separuh gelap. "Yang membuat masalah bukan aku, semua skandal ini dimulai karena papa, kan?”Wajah Ayah Brama memerah. “Kamu menyalahkan papa?”“Semua skandal ini tidak muncul ke publik kalau papa tidak dengan bangganya memperkenalkan Kevin di acara pertunanganku dengan sebangga itu, tidak akan ada omongan semacam ini.”“Kamu harusnya bisa menutup

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-22
  • Gelora Cinta Pria Arogan   64. Inner Child Brama

    “Tekanan darahnya naik, sebaiknya dirawat beberapa hari dulu untuk melihat apakah ada penyakit lain.” Setelah dokter memeriksa ayahnya akhirnya ayahnya harus diopname di rumah sakit.“Terima kasih, Dok.”Brama duduk di kursi dekat ayahnya, tubuhnya membungkuk, kedua siku bertumpu di lutut, tangan menggenggam erat. Untuk pertama kalinya, ia memperhatikan kerutan di wajah ayahnya, punggung yang tak lagi tegak, dan tangan yang dulu perkasa kini gemetar.Ternyata ayahnya sudah tua. Dia tidak menyangka kalau ayahnya tidak akan kuat lagi baru mendengar kabar semacam itu saja.Dengan posisinya, ayah Brama sudah mendapatkan berbagai macam berita dan keadaan yang mengejutkan, badai yang jauh lebih kencang daripada sekedar saham Harusnya berita ini bukan apa-apa.Tetapi, ternyata dia salah. Ayahnya bukan lagi seorang pemimpin Abiyasa Grup yang siap pasang badan menghadapi semua masalah di perusahaan."Pa, aku akan mengurus masalah ini, papa istirahat saja." Suaranya serak. "Apa papa pu

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-23
  • Gelora Cinta Pria Arogan   65. Pusaran Badai

    Keesokan harinya, Brama sudah datang pagi-pagi sekali ke kantor. Ini kali pertama saham mereka turun karena berita negatif yang tidak bisa mereka kontrol. Mulut dan kepercayaan orang adalah satu yang paling sulit untuk mereka atur. Karena itu Dewan Direksi dan pemegang saham meminta adanya rapat dadakan diadakan.Dan karena Abiyasa sendiri selama ini cukup jauh dari sorotan media viral jadi hal ini merupakan masalah baru yang muncul.Beberapa pemegang saham bahkan menyalahkan itu pada pertunangan Brama dengan Kiara.Brama menyeruput kopinya perlahan, menunggu jam itu tiba dengan mata terfokus ke komputer di depannya.Ada berita yang baru saja diunggah beberapa menit yang lalu. "Saham anjlok, karena skandal! Brama Abiyasa dipaksa mundur.” Dalam berita itu dengan sangat jelas dijabarkan kalau Brama tidak memiliki kontrol karena dia tidak memegang saham, dan pewaris yang sebenarnya direncanakan ayahnya adalah Kevin. Perlahan Kevin akan naik menggantikan Brama saat dia siap.Brama

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-24
  • Gelora Cinta Pria Arogan   66. Akad Nikah

    “Ada pengkhianat di perusahaan!” Kalimat itu muncul dan bahkan tersebar di seluruh perusahaan sore di hari yang sama rapat itu berakhir.Karena rapat itu tidak menemukan hasil, Brama masih menduduki jabatannya sementara waktu. Tentu saja, Brama harus menemukan solusi untuk masalah itu, sampai rapat berikutnya.Tetapi rentetan berita itu masih belum selesai, sore itu berita baru mencuat lagi ke publik. ‘Rapat direksi Abiyasa berakhir tanpa solusi. Direksi terpecah dua antara pendukung Brama dan pendukung Kevin. Siapakah yang akan berakhir jadi pemenang?’“Siapa sih yang menjual berita itu ke media?”“Mana aku tahu, kayanya notulen yang ada di dalam atau sekretaris direksi?”“Bisa saja direksi juga menjual berita itu kan?”“Ah nggak mungkin direksi itu memegang saham juga, masa mereka mau rugi sih?”“Siapa saja memangnya karyawan yang ikut meeting hari ini?”Desas-desus mulai tersebar dengan sangat cepat di kantor itu. Berbagai versi bahkan mulai bermunculan. Brama membiarkan sem

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-24
  • Gelora Cinta Pria Arogan   67. Peran Istri

    Kondisi menjadi benar-benar kacau. Radit membantu membawa ayah Jagat untuk diperiksa dokter, Rinjani juga langsung menenangkan Jagat.Orangtuanya yang berurusan dengan penghulu dan juga saksi. Semuanya terjadi begitu cepat sampai Rinjani tidak bisa berpikir rasanya.Jagat bagai pria yang kehilangan jiwanya saat itu. Dia menatap ke pintu tempat ibunya diperiksa kemudian ke arah ayahnya dibawa Radit.“Rin, bagaimana kalau aku kehilangan kedua orangtuaku?” gumamnya kosong.“Semuanya akan baik-baik saja, aku yakin Om dan Tante akan kuat.” Jagat menghela napas panjang, sekarang bernapas saja terasa berat untuknya. Rinjani hanya bisa mengusap punggung pria itu berupaya menenangkan.Rinjani menatap jauh ke depan dengan tatapan bingung. Kenapa semua ini terjadi dengan begitu tiba-tiba? Saat itu, dia melihat seorang perempuan beramput pendek menatap ke arah mereka.Perempuan yang sama dengan yang dia lihat beberapa waktu lalu saat ibu Jagat dioperasi.Rinjani hafal wajahnya karena ekspr

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-25
  • Gelora Cinta Pria Arogan   68. Kegagalan Kevin

    Di saat Rinjani kebingungan dengan peran barunya sebagai istri, keesokan harinya keadaan tidak banyak berubah antara dia dan Jagat.Karena keadaan ibu Jagat, Jagat harus terus tidur di rumah sakit. Sehingga tidak ada pembahasan di mana mereka akan tinggal dan bagaimana menghadapi rumah tangga yang dibangun dadakan itu.Beberapa hari setelah itu, Rinjani juga mulai fokus kembali ke pekerjaannya. Apalagi semua skandal itu membuat dia semakin sibuk di kantor.Hari ini akhirnya Brama memutuskan untuk memberikan klarifikasi ke media tentang semua masalah yang terjadi. Rinjani harus membantu menyiapkan semuanya.Acara itu mereka lakukan di kantor dan sehingga semua tempatnya juga harus disiapkan.“Pak Kevin, nanti juga usahakan menjawab dengan diplomatis.” Rinjani menyerahkan brief yang sudah dia siapkan untuk Kevin. “Dua jam lagi di mulai, perhatikan lagi apa yang boleh dan nggak boleh disampaikan ke publik.”Dia juga menyerahkan brief ke Brama sebagai formalitas. Tahu pria itu hanya ak

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-25

Bab terbaru

  • Gelora Cinta Pria Arogan   80. Hamil!

    Rinjani menolak menjawab itu hanya memutar bola matanya malas, dia memilih untuk melihat-lihat sosial media milik Evie.“Semenjak kalian putus dia sudah nggak pernah posting apa-apa lagi,” celetuk Rinjani.Jagat tidak tahu harus berkomentar seperti apa. Rinjani tidak terdengar kesal atau cemburu.Pria itu mengakui, cara mereka memulai hubungan ini membuat mereka tidak canggung membahas masa lalu satu sama lain. Namun, tetap saja dia tidak pernah menyangka akan mendiskusikan sosial media mantan kekasihnya ke istrinya sendiri.Rinjani juga tidak mengharapkan jawaban pria itu. Dia tidak tahu, malam itu Jagat sama sekali tidak bisa tidur, menunggu hari esok. Pria itu menatap langit-langit kamarnya yang sudah gelap karena Rinjani sudah mematikan lampu.Entah apa yang dipikirkan pria itu sepanjang malam.Keesokan harinya, Rinjani dan Jagat datang ke kafe tempat dia dan Evie janji bertemu. Sampai di sana, Jagat sengaja duduk di tempat yang lebih tersembunyi terpisah dari Rinjani tapi masi

  • Gelora Cinta Pria Arogan   79. Impoten

    “Bukan gitu. Aku dan sudah selesai. Tidak ada lagi yang bisa dibicarakan, tapi kamu berbeda.”“Tahu darimana kamu?”“Insting?” Rinjani tersenyum canggung. Dia sendiri tidak tahu jelas cerita dua orang itu. Namun, dia tidak bisa melupakan tatapan gadis berambut pendek itu.Selama ini dia menyimpan semuanya karena tidak bisa menemukan waktu yang tepat. Mereka semua masih fokus dengan pemulihan ibu Jagat.Masih selalu ada debar-debar kecemasan di dalam hati mereka semua, takut kalau tiba-tiba kondisi ibu Jagat itu drop lagi. Ditambah semua kesibukan dan usaha untuk beradaptasi dengan kehidupan pernikahan itu membuat Rinjani baru bisa menemukan waktu yang tepat saat ini.Sekarang, setelah keadaan lebih stabil ditambah hubungan mereka yang terus jalan di tempat tanpa kemajuan. Semua itu membuat Rinjani merasa perlu bicara pada Jagat.“Insting?” Jagat menatap Rinjani skeptis. “Kondis kita sekarang mirip. Belum bisa sepenuhnya lepas dari masa lalu, tapi tidak pernah sedikit pun terli

  • Gelora Cinta Pria Arogan   78. Masa Lalu Belum Selesai

    Brama menatap keluar jendela. Di seberang jalan, sebuah keluarga muda berjalan sambil tertawa—ayah, ibu, dan anak kecil di antaranya."Aku baik-baik saja," bohongnya, menyesap kopi yang sudah dingin.Ibu Brama meraih tangannya. Untuk pertama kalinya sejak kecil, Brama merasakan sentuhan hangat ibunya tanpa jarak.“Mama selalu menganggap Rinjani gadis yang baik. Hanya saja, karena latar belakangnya mama tidak pernah membayangkan kalau kalian akan bersama.”Jauh di dalam dirinya sudah sangat tertanama kalau pernikahan itu harus setara secara ekonomi.Dia sangat bangga pada Brama dan berharap anaknya itu mendapatkan yang terbaik. Tentu saja, seorang anak pembantu tidak akan pernah masuk radarnya.Karenanya saat pertama kali dia tahu, wanita itu merasa dikhianati. Dikhianati oleh pembantu yang sudah begitu lama bekerja dengannya, dikhianati oleh anaknya sendiri.Tetapi sekarang, dia mempertanyakan kembali, apa sepenting itu.“Dia gadis yang baik, dia pantas mendapatkan yang terbaik.”“Apa

  • Gelora Cinta Pria Arogan   78. Kesadaran Terlambat

    Ayah Brama diam lama. “Apa kamu benar-benar nggak akan membantu papa?”Brama menggelengkan kepalanya. “Baiklah kalau begitu. Biar papa pikirkan sebentar.”Wajah pria paruh baya itu terlihat keruh. Dia sulit menerima kenyataan yang ada di depan mata.Siapa yang tidak punya simpanan dan selingkuhan di sekitar mereka? Kenapa hanya dia yang diceraikan istrinya? Laki-laki itu benar-benar merasa kehilangan muka.Ini semua karena perempuan itu yang terusDia langsung menelepon Ratri, ibu Kevin itu. Suara ayahnya melengking, tidak seperti biasanya. "Kenapa kamu mengirim semua foto-foto itu ke istriku!!”Brama menggosok pelipisnya. Dia bisa mendengar suara cempreng ibu Kevin dari speaker telepon—suara yang dibuat-buat polos, tapi terlalu bernada kemenangan."Aku tidak mengerti, Sayang. Maksud kamu apa?”“Jangan pura-pura bodoh! Karenamu, istriku tahu tentang kehamilan itu dan mau menceraikanku?!”“Cerai? Bagus dong? Bukankah ini yang kita tunggu? Sekarang kita bisa menikah dan anak kita ngga

  • Gelora Cinta Pria Arogan   77. Punya Malu

    “Aku tidak akan menandatangani surat cerai itu! Kita sudah terlalu tua untuk berpisah! Jangan jadi seperti anak-anak lah!"Brama menyenderkan tubuhnya ke jendela, menyeruput kopi dinginnya dengan tenang yang sengaja dibuat-buat. "Kalau Papa sadar sudah tua," ujarnya, mata menyipit menatap ayahnya, "Kenapa papa masih nggak bisa mengontrol kelamin!" Wajah ayahnya memerah. "Anak kurang ajar! Apa begini caramu bicara ke papa sekarang? Sudah merasa berkuasa setelah punya saham? Merasa paling hebat sekarang?”Setelah perusahaan stabil, dan menyadari kalau Brama memegang saham dalam jumlah sangat besar, ayah Brama memikirkan semuanya dan menyadari kalau semua itu adalah bagian dari rencana Brama.Dia tidak menyangka di luar pengawasannya ternyata Brama memiliki jauh lebih banyak uang dari yang dia bayangkan."Sudah cukup." Ibu Brama berdiri, suaranya seperti pisau es. Tangannya meraih tas kulit di sampingnya, mengeluarkan amplop cokelat tebal. "Aku sudah terlalu jijik hidup denganmu."“

  • Gelora Cinta Pria Arogan   76. Cerai!

    Lampu kamar temaram, menciptakan bayangan yang bergerak lambat di dinding. Kiara melingkarkan lengan di leher Brama, jari-jarinya bermain dengan rambut pendek di tengkuknya. Napasnya hangat di telinga Brama, beraroma anggur mahal dan parfum yang menggoda.Tangan Kiara merayap ke bawah, membuka kancing pertama kemeja Brama. Jantungnya berdebar kencang—kemenangan sudah di depan mata.Tapi tubuh Brama kaku. Begitu jemari Kiara menyentuh kulit dadanya, gambaran Rinjani melintas di pikirannya. Ini bukan Rinjani! Aromanya salah! Bentuk tubuhnya salah! Bahasa tubuhnya salah!Brama menangkap pergelangan Kiara dengan kasar, mendorongnya menjauh. Napasnya tersengal, seperti orang yang baru tersadar dari mimpi buruk.Kiara tersentak terkejut. “Kenapa?!” Brama tidak menjawab. Dia bangkit dari tempat tidur, merapikan kemejanya dengan gerakan kasar."Ini sudah larut," katanya, mengambil jaket dari kursi. "Sebaiknya kita pulang."Kiara tidak berusaha menahannya. Dia duduk di tepi tempat tidur, m

  • Gelora Cinta Pria Arogan   74. Kesempatan untuk Kiara

    ***Andre masuk ke ruang kerja Brama dan langsung mengenyitkan hidungnya. Tirai jendela tertutup rapat, mengurung asap rokok yang menggantung di udara. Tumpukan dokumen berserakan di atas meja, beberapa halaman tercecer di lantai, diinjak oleh sepatu mahal yang tak pernah lagi diseka ke lusuhnya.Brama mengetik dengan kecepatan gila, jari-jarinya menari di atas keyboard seperti orang kesurupan. Layar komputernya memancarkan cahaya biru yang menyayat mata, memantulkan bayangan wajahnya yang semakin tajam—pipinya cekung, mata berkantung hitam, rambut acak-acakan."Kamu nggak tidur semalaman lagi?” Andre membuka pintu yang menghubungkan ke balkon luar untuk mengeluarkan semua asap rokok itu. “Ini sudah pagi, Bram.”"Aku tahu jam berapa sekarang," Brama menjawab tanpa menoleh, suaranya serak.Andre masuk, menginjak dokumen yang tergeletak di lantai. "Om menelepon lagi. Dia marah—" "Biarkan dia marah." Brama menyela, menekan tombol save dengan keras. “Kalau bisa marah berarti dia masih s

  • Gelora Cinta Pria Arogan   73. Keluar Abiyasa

    Rinjani terdiam. Dia masih merasa berat menerima uang itu karena itu bukan haknya. “Jangan membuatku merasa bersalah. Aku tidak membantu kamu apapun kalau kamu bahkan menolak ini.”Jagat berjanji ini adalah kerja sama, tapi dengan apa yang terjadi dia merasa tanggung jawab yang harus dipikul Rinjani jauh lebih berat.“Kamu bisa menggunakan uang ini untuk membayar biaya penalty itu, daripada kamu terus-terusan nggak nyaman di kantor itu.”Jagat menawarkan.Rinjani terdiam. “Sayang uangnya,” gumamnya. Apalagi ini bukan uang yang dia hasilkan. Kalau dipakai begitu saja dia akan merasa sangat berhutang.“Kita sekarang adalah suami istri, uangku adalah uang kamu. Kalaupun kamu memakai uang itu, itu nggak akan mengganggu keuangan keluarga kita.”“Bukan itu masalahnya.”“Aku bisa menunjukkan semua uang yang aku punya beserta aset dan investasi supaya kamu tenang.”Jagat benar-benar mencoba terbuka pada Rinjani. Namun, Rinjani buru-buru menolak.“Sekarang, ini aku simpan, nanti akan aku

  • Gelora Cinta Pria Arogan   72. Hak Rinjani

    Jagat tersenyum ringan. “It’s okay. Aku sudah tahu ceritanya kok. Kamu juga tahu pernikahanku dengan Rinjani seperti apa. Aku bisa mengerti hal seperti itu.”Celia menghembuskan napas lega melihat reaksi Jagat yang cukup santai."Dengar baik-baik," Celia menunjuk Jagat dengan garpu. "Perlakukan Rinjani dengan baik! Kalau kamu sakiti Rinjani, aku akan—""Celia!" Rinjani memotong.“Nggak papa.” Jagat menenangkan Rinjani. “Aku tahu, aku pasti akan memperlakukan dia dengan baik. Kamu tenang saja.”Celia mengacungkan jari jempolnya ke arah Jagat. “Aku harap kamu tepati janji itu.”Jagat tertawa, ketegangan sedikit mencair. Suasana makan malam itu menjadi menyenangkan karena Jagat juga pandai membawa suasana.Selesai makan malam, Jagat permisi ke kamar mandi meninggalkan Celia bersama Rinjani di sana.“Not bad,” gumam Celia tiba-tiba.“Apanya?” Rinjani menyuapkan tiramisu ke mulutnya dengan wajah bingung.“Jagat.” Celia menjelaskan. “Dia jauh lebih supel daripada Brama, dan yang terpent

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status