Setelah berhasil menelepon seseorang Ratna segera bersiap untuk pergi ke suatu tempat, setelah yakin semua yang di perlukan sudah siap.Ratna mengendarai mobilnya sendiri, dengan kecepatan sedang. Ratna menghentikan mobilnya tepat di depan sebuah rumah, yang asing bagi dirinya, karena ini adalah pertama kalinya Ratna berkunjung ke rumah ini."sejak kapan dia membeli rumah ini?" batin Ratna bertanya-tanya.Selama ini Ratna selalu mengintai Bramono kemanapun dia pergi, secara diam-diam. Ratna turun dari mobilnya, lalu berdiri kembali menatap rumah yang ada di depan matanya.Ratna berjalan mendekati pagar rumah yang ternyata tidak di kunci, membuat Ratna dengan mudah masuk ke dalamnya.Ratna menatap pintu rumah itu, lalu dia berjalan perlahan mendekati pintu itu, kemudian perlahan mencoba membuka pintu tersebut.Ratna melebarkan kedua matanya, saat tahu ternyata pintu itu, tidak di kunci. Ratna tanpa berpikir panjang langsung membuka pintu itu, dan bergerak masuk ke dalam.Ratna berjalan
Mendengar ancaman Bramono, Ratna mengerutkan keningnya.Ratna jadi merasa jika Bramono memang sangat memperhatikan Mala, Ratna bisa melihat bagaimana panik nya Bramono, saat tadi Mala bertanya padanya."Pergi kamu dari rumah ini, sekarang juga! Sebelum aku kasar padamu!" Usir Bramono."Dan ingat jangan pernah menguji kesabaran ku, karena sekali lagi akan ku pastikan, jika kamu sampai melakukan itu, apalagi sampai membuat Mala pergi dariku, aku yakin setelah itu kamu pun akan ikut mati tanpa aku sentuh!" Ancam Bramono.Bramono menyeret tangan Ratna, keluar dari rumahnya, bahkan Bramono tanpa rasa bersalah mendorong Ratna hingga terjatuh di depan pagar.Bramono menutup pagar dengan kuat, karena kesal. Bramono pun segera masuk ke dalam rumah lagi, mencari Mala.Tapi Mala sudah tidak ada di tempatnya, Bramono pun segera berlari ke arah kamar Mala, tanpa basa basi Bramono langsung masuk ke dalam kamar Mala.Namun Mala tidak ada di dalam kamar itu, jantung Bramono langsung berdetak kencang
Mala menatap aneh ke arah Bramono, yang masih berdiri saja, sambil menatap makanan yang terhidang di atas meja.Mala berjalan mendekati Bramono, lalu menepuk bahu Bramono, dengan pelan."Kenapa? Apa kamu tidak suka dengan makanannya?" Tanya Mala dengan pelan.Bramono menoleh ke arah Mala, menarik Mala kembali masuk ke dalam pelukannya."Aku tidak percaya, akan bisa kembali merasakan makanan yang kamu masak," ucap Bramono.Mala mematung di tempatnya, mendengar hal itu, apa Bramono selama ini juga merindukan masakannya. Mala yang sejak tadi menahan rasa ingin memeluk Bramono, akhirnya memeluk Bramono balik, karena semua hal ini."Sudahlah, jika begini terus kapan makannya," ucap Najma.Bramono melepaskan pelukannya, lalu menarik tengkuk Mala, dan mencium bibir Mala, dengan perlahan. Merasa tidak ada penolakan dari Mala.Bramono melakukan nya sekali lagi, sekali lagi dan sekali lagi, hingga akhirnya mereka kini terhanyut dalam ciuman itu, sampai."Ayah! Ibu!" Teriak Brama.Mala dan Bramo
Ratna yang sudah bersiap untuk memaki Mala lagi, mengurungkan niatnya, melihat Bramono berjalan ke arahnya dan Mala."Apa ada masalah?" Tanya Bramono langsung, sambil menatap Ratna tajam."Tidak ada, aku hanya terkejut mengenal orang yang lupa asal usulnya di sini," sindir Ratna, sambil melirik ke arah Mala.Bramono sangat kesal melihat sikap Ratna itu, ingin sekali dia membungkam mulut Ratna yang pedas itu, jika saja Mala tidak menahan nya."Tenanglah, dia bukan tandinganku," ucap Mala.Mendengar itu Ratna menatap tajam Mala, Ratna tidak menyangka Mala akan seberani ini sekarang.Kata-katanya juga terlihat lebih pedas namun sopan, tidak seperti dirinya, yang lebih terlihat urakan jika sedang marah."Asal kamu tahu, kamu tidak akan pernah sebanding dengannya! sampai kapan pun!" Ucap Bramono, sambil menarik Mala pergi menjauh dari Ratna.Ratna mengepalkan tangannya menahan rasa amarah dalam dadanya, mendengar ucapan Bramono barusan.Tentu saja dirinya tidak akan pernah sebanding dengan
Ratna pagi ini bangun dengan penuh semangat, setelah kemarin dia tidak berhasil menemui Mala, si buruk rupa.Hari ini Ratna berniat menemui Mala si buruk rupa lagi, entah kenapa rasa bencinya pada Mala si buruk rupa makin menjadi.Tentu saja kebencian Ratna pada mala meningkat, karena Mala si buruk rupa berani berpura-pura menjadi istri Bramono dan mempermalukan dirinya didepan orang banyak.Ratna pun pagi itu, meminta sopirnya untuk sebentar berhenti di depan rumah Bramono dan Mala.Ratna mengerutkan keningnya, melihat rumah itu, yang sepertinya masih kosong, di lihat dari lampu di luar yang masih belum di padamkan. akhirnya Ratna meminta sopir nya untuk turun agar mencari tahu tentang Mala dan Bramono."Bagaimana?" Tanya Ratna langsung pada sopirnya."Katanya beberapa hari ini, mereka pergi ke luar kota," jawab sopir.Ratna menghela nafas kesal, kenapa bisa begitu sulit menemui Mala si buruk rupa penipu itu.Ratna akhirnya pergi dari tempat itu, mungkin dia harus menyuruh seseorang u
Mala yang tidak berniat menyinggung soal hubungan Bramono dan Markus saat ini, dia lebih memilih untuk bersiap pulang bersama Bramono.Mala tidak ingin membuat Bramono jenuh karena menunggu dirinya.Di dalam mobil, Mala diam-diam selalu melirik ke arah Bramono yang sedang menyetir.Walaupun wajah Bramono saat ini, agak terlihat lebih baik, di bandingkan tadi pagi, Mala masih belum bisa tenang."Kenapa?" Tanya Bramono tiba-tiba, mengejutkan Mala."Kenapa apanya?" Tanya Mala bingung."Kenapa sejak tadi kamu terus melirik ke arah ku?" Tanya Bramono.Seketika wajah Mala, berubah merah. Ternyata bramono tahu jika sejak tadi dia sering melirik ke arahnya."Pasti karena aku terlihat sangat tampan sore ini," tebak Bramono sambil tersenyum manis pada Mala.Mala langsung merubah ekspresi malunya, dengan ekspresi sebal."Percaya diri sekali kamu!" Sinis Mala."Kamu ini! Aku minder di tertawa kan! Aku percaya diri, di marahin!" Protes Bramono.Mala tertawa mendengar hal itu, lalu menoleh ke arah
Setelah selesai makan, Bramono dan Mala segera keluar dari restoran, dengan penuh kemesraan, membuat hati Ratna yang melihat makin panas di buatnya.Tidak lama Bramono dan Mala pergi dari restoran itu, Ratna pun mengikuti, tentu dengan tujuan yang berbeda. Ratna mempunyai rencana sendiri.Ratna tidak langsung pulang, dia pergi ke rumah Bramono dan Mala si buruk rupa tinggal bersama, ingin melihat keadaan di sana, memastikan apa Mala si buruk rupa ada di rumah atau tidak, namun rumah itu masih terlihat sama seperti kemarin tidak berpenghuni.Ratna menghela nafas panjang, kemana pula Bramono menyembunyikan Mala si buruk rupa istri palsunya itu.Bramono di sini malah asyik dengan Mala si pelakor, Ratna memutar otaknya, tak lama kemudian dia tersenyum, karena menemukan sebuah ide yang bagus, untuk menyelesaikan masalah ini.Ratna pun akhirnya meminta sopirnya untuk segera pulang saja.***Keesokan harinya, seperti biasa Bramono mengantar Mala ke kantornya, setelah itu dia pergi ke kantor
"Aku pulang!" Teriak Bramono, saat sudah berada di dalam rumah, namun tidak ada jawaban.Bramono terkejut, saat tiba di kantor untuk menjemput Mala, Mala ternyata sudah pulang, dan anehnya dia tidak menelepon.Bramono segera mengedarkan pandangan matanya ke seluruh rumah, mencari Mala.Karena Bramono tidak menangkap bayangan Mala di lantai satu rumah ini, Bramono pun segara mencari Mala di lantai dua, dengan cepat berlari menaiki anak tangga.Bramono langsung mengetuk pintu kamar Mala, dia sudah sangat tidak sabar ingin bertemu Mala, melihat wajah Mala yang cantik pasti akan membuatnya kembali bersemangat, setelah letih berkutat dengan berkas-berkas keuangan seharian ini. Namun dari dalam kamar tidak ada jawaban, Bramono pun akhirnya mencoba membuka pintu kamar itu dengan perlahan.Kamar itu ternyata kosong, Bramono jadi mengerutkan keningnya, berpikir kemana lagi dia harus mencari Mala di dalam rumah ini, Bramono menggaruk kepala yang tidak gatal, melihat situasi yang aneh ini, bi
Bramono menatap tidak percaya pada Markus, Markus mengedipkan matanya, melihat keterkejutan Bramono itu.Mendapat kedipan mata dari Markus, Bramono malah makin terkejut, bagaimana bisa Markus yang terkenal dingin, mengedipkan matanya bahkan senyum-senyum seperti sekarang."Dia berubah!" Batin Bramono."Apa kamu ingin menjadi, seperti aku dulu?" Tanya Bramono."Tentu tidak! Aku tidak akan melakukan hal bodoh itu, aku dan kamu berbeda, aku tidak akan pernah membuat seorang wanita dendam padaku,""Bahkan aku tidak mau membuat senjataku marah, hingga tidak bisa berdiri," lanjut Markus.Bramono menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sambil tersenyum malu."Semoga apapun usaha kamu, kamu segera mendapatkan hasilnya," ucap Bramono kemudian."Terimakasih! Aku titip Mala dan Brama jaga mereka, jangan buat mereka terluka, karena jika itu terjadi, bisa aku pastikan kamu akan menyesal!" Ancam Markus dengan wajah dinginnya."Siap-siaplah kehilangan segalanya, jika sampai itu benar-benar terjadi!" L
"Aku tadi," Bramono mencoba membuka mulutnya, untuk menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya pada Mala, namun dengan cepat Mala memotongnya."Seharusnya kamu, tadi cepat masuk ke sini, begitu Markus keluar dari ruangan ini!" Omel Mala."Aku berharap melihat kamu di balik pintu itu, mengintip aku dan Markus dalam ruangan ini!" Omel Mala lagi."Tapi ternyata kamu bahkan, tidak langsung masuk menemui ku, ketika Markus keluar!" Lanjut Mala.Bramono menatap Mala yang terlihat sedih mengatakan semua itu, padanya.Bramono bahkan kini melihat kedua mata Mala sudah berkaca-kaca."Tidak seperti itu! Saat melihat kamu berada dalam satu ruangan bersama Markus! Sebenarnya aku juga ingin ikut masuk! Tapi, aku takut kamu marah!" Ucap Bramono."Aku berpikir mungkin memang kalian berdua, butuh untuk bicara," lanjut Bramono."Aku juga gelisah, saat kalian berdua di dalam ruangan ini, begitu lama!""Apalagi saat melihat Markus keluar dengan wajah marah dan kesal,""Lalu kenapa kamu tidak langsung masuk,
Markus menatap Mala, dengan tajam, dia ingat bagaimana Mala mempermalukan dirinya di pesta ulang tahunnya.Pesta ulang tahun, yang seharusnya menjadi hari yang paling bahagia, berubah menjadi hari yang buruk karena penolakan yang di lakukan Mala pada lamarannya, didepan orang banyak.Bahkan, Mala menambah drama penolakan nya, dengan aksi membuang cincin nya, tanpa rasa bersalah.Flash back on.Markus menjemput Mala dan Brama ke bandara siang itu."Aku akan mengajak kalian jalan-jalan dulu sekarang, apa kalian mau?" Tanya Markus pada Mala dan Brama."Mau!" Jawab Brama dengan semangat.Mendengar hal itu, Markus tersenyum bahagia. Siang itu Mala dan Brama benar-benar di manjakan oleh Markus.Mereka berjalan-jalan mengitari sebuah taman yang sangat indah di tengah kota. Hingga tanpa terasa siang pun sudah berubah menjadi malam.Saat malam datang, Markus tidak membawa Mala dan Brama pulang ke rumah, tapi mengajak Mala dan Brama masuk ke sebuah restoran, untuk makan.Tanpa di ketahui oleh M
Pulang menjenguk Ratna, Mala dan Bramono langsung pulang, mereka pun kini sedang berbaring berdua di atas tempat tidur, sambil menatap langit-langit kamar.Setelah puas menatap langit-langit kamar, Bramono mengubah posisi tidurnya menghadap ke arah Mala.Menatap wajah cantik Mala, merupakan hal yang senang dia lakukan akhir-akhir ini.Mala makin di lihat makin cantik, dia memang untung besar mendapatkan Mala.Bahkan dia sering merasa tidak percaya diri berjalan bersama Mala, kecantikan Mala membuat semua hampir menoleh kearah, Bramono takut suatu ketika Mala menghilang darinya."Kenapa?" Tanya Mala, melihat Bramono menatapnya sambil melamun."Kenapa, apanya?" Tanya Bramono balik."Apa yang sedang kamu, pikirkan?""Aku sedang memikirkan bagaimana seandainya kamu pergi dariku, pasti aku akan mati!" Jawab Bramono."Kenapa bisa begitu?" "Tanpa kamu apalah arti diriku!" "Gombal!" ucap Mala sambil tersenyum."Itu benar, aku sekarang sangat tergantung padamu!""Kalau begitu buatlah, aku be
Ciuman yang sangat panjang dan lama, hingga membuat kedua merasakan sesuatu dorongan yang kuat dalam hati mereka untuk berbuat lebih dari itu.Mendorong Bramono untuk membawa Mala, ke atas tempat tidur dengan lembut, dan mulai merangkak di atas tubuh Mala."Tok, tok, tok!" Tiba-tiba suara pintu di ketuk dari luar, membuat gerakan Bramono terhenti.Bramono dan Mala saling pandang."Siapa?" Tanya Bramono."Ini aku ayah, aku ingin tidur bersama ayah!" Jawab Brama.Bramono kembali menatap Mala, Mala tersenyum. Bramono mau tidak mau segera turun untuk membukakan pintu untuk Brama."Kamu mau tidur sama ayah?" "Iya,""Baiklah!" Jawab Bramono. Bramono langsung menggendong Brama lalu masuk ke dalam kamar nya Brama."Baiklah, malam ini kita akan tidur berdua di kamar ini," ucap Bramono.Brama tersenyum senang mendengar itu, dia pun langsung tidur sambil memeluk Bramono erat, seakan-akan tidak akan dia lepaskan lagi.Bramono jadi senyum sendiri, menyadari hal yang tidak jadi dia lakukan bersam
Bramono menatap Mala yang muntah mengenai seluruh tubuhnya, Mala menutup mulutnya, menahan rasa mual yang kembali menyerangnya.Mala tanpa ragu mendorong tubuh Bramono, lalu turun dari tempat tidur, dan kelur dari kamar menuju kamar mandi.Sedangkan Bramono menatap tubuhnya, yang penuh dengan muntah."Oh, Tuhan!" Ucap Bramono, dia pun langsung berlari ke arah kamar mandi menyusul Mala.Mala menatap sedih ke arah Bramono."Maaf!" Lirih Mala "Sudahlah, mungkin bayinya belum mau di tengok," ucap Bramono sedih.***Bramono dengan berat hati harus meninggalkan Mala dan Brama di kampung, hari ini. Bramono harus kembali, ke Jakarta karena Bramonos'grup membutuhkannya.Sampai di Jakarta, Bramono benar-benar langsung pergi menuju kantor, hari itu juga.Dia mencoba berbuat sesuatu yang dia bisa dia lakukan untuk menyelamatkan Bramonos'grup dari kebangkrutan.Siang dan Malam, Bramono berkutat hanya di seputar pekerjaan, tidak ada waktu untuk memikirkan hal lain.Hingga tanpa terasa, waktu pu
"Tolong!" Ucap Ratna lagi.Rima mengacak-acak rambutnya dengan kesal, bagaimana ini? Bagaimana dia menolong Ratna, jika dia sendiri, dia tidak akan kuat mengangkat Ratna ke atas."Tolong!" Teriak Rima akhirnya, karena tidak tahu harus berbuat apa."Tolong!" Teriak Rima lagi.Para polisi yang belum jauh pergi, seketika menghentikan langkahnya, mereka berbalik ke arah suara Rima yang berteriak minta tolong."Ada apa ini?" Tanya para polisi itu.Ratna bukannya langsung menjawab, dia malah terpaku melihat para polisi tadi yang datang."Maaf ada apa ini?" Tanya polisi yang lainnya.Rima tanpa menjawab, mengangkat tangannya lalu menunjuk ke arah lubang di mana Ratna berada."Dia di sana!" Ucap Rima akhirnya.Para polisi pun segera berlari ke arah yang di tunjuk Rima, mereka tersenyum melihat siapa yang ada di sana."Tolonglah aku!" Ucap Ratna, yang sudah merasa tidak kuat lagi menahan berat tubuhnya sendiri.Para polisi itu langsung bergerak, dan akhirnya mereka bisa mengangkat Ratna ke ata
Mendengar suara itu, Mala pun langsung berbalik badan, untuk melihat siapa pria itu. Mata Mala langsung membesar saat melihat siapa pria itu."Markus!" Ucap Mala.Para warga pun langsung mengalihkan perhatiannya pada Markus, yang berjalan ke arah mereka."Kalian semua pasti mengenal saya bukan? Saya bukan hanya akan meratakan kampung ini dengan tanah, tapi juga mengusir kalian dari kampung ini," ucap Markus.Para warga kembali terdiam, mereka saling pandang satu sama lain."Dengar! Yang kalian usir sekarang, adalah pemilik asli semua tanah yang kalian tempati!" Teriak Markus lagi.Rima dan para warga saling pandang mendengar hal itu. Lalu menatap ke arah Markus lagi."Kalian pasti tahu keluarga Kusuma, dan Mala adalah cicit mereka!" Jelas Markus lagi."Jadi menurut kalian, yang seharusnya pergi dari desa ini, dia apa kalian?" Tanya Markus dengan marah.Markus tadi terkejut saat melihat Mala ada di kampung ini, apalagi melihat Mala yang sedang di usir para warga. Kampung ini adalah
Mala menatap apa yang baru saja dia keluarkan dari dalam perutnya, kenapa bisa seperti ini, kemarin dia merasa baik-baik saja."Kenapa aku tiba-tiba, seperti ini?" Tanya Mala dalam hatinya."Kamu kenapa?" Tanya Bu Minah yang terbangun mendengar Mala muntah-muntah barusan."Entahlah, aku tiba-tiba mual-mual!" Jawab Mala.Bu Minah menatap Mala sesaat, dia jadi ingat saat pertama kali Mala pulang ke rumah ini, Mala pun mengalami hal yang sama."Apa kamu hamil lagi?" Tanya Bu Minah.Mala terkejut mendengar pertanyaan itu, Mala menatap Bu Minah, lalu mengerutkan keningnya."Aku sudah telat dua Minggu Bu!" Jawab Mala."Apa mungkin aku hamil lagi?" Tanya Mala."Apakah ini anak Bramono lagi?" Tanya Bu Minah lagi."Tentu saja, dia suamiku! Ternyata kami tidak bercerai, dia membatalkan proses perceraian kami," jelas Mala.Bu Minah menghela nafas lega, mendengar hal itu."Apa kamu belum berhasil menghubunginya?" Tanya Bu Minah lagi."Handphone ku hilang, aku bingung harus menelepon Bramono bagai