"Aku pulang!" Teriak Bramono, saat sudah berada di dalam rumah, namun tidak ada jawaban.Bramono terkejut, saat tiba di kantor untuk menjemput Mala, Mala ternyata sudah pulang, dan anehnya dia tidak menelepon.Bramono segera mengedarkan pandangan matanya ke seluruh rumah, mencari Mala.Karena Bramono tidak menangkap bayangan Mala di lantai satu rumah ini, Bramono pun segara mencari Mala di lantai dua, dengan cepat berlari menaiki anak tangga.Bramono langsung mengetuk pintu kamar Mala, dia sudah sangat tidak sabar ingin bertemu Mala, melihat wajah Mala yang cantik pasti akan membuatnya kembali bersemangat, setelah letih berkutat dengan berkas-berkas keuangan seharian ini. Namun dari dalam kamar tidak ada jawaban, Bramono pun akhirnya mencoba membuka pintu kamar itu dengan perlahan.Kamar itu ternyata kosong, Bramono jadi mengerutkan keningnya, berpikir kemana lagi dia harus mencari Mala di dalam rumah ini, Bramono menggaruk kepala yang tidak gatal, melihat situasi yang aneh ini, bi
Bramono menatap Mala dengan tatapan penuh cinta dan sayang, Mala sangat menyukai hal itu, Mala pun segera membenamkan diri di dalam pelukan Bramono."Aku harus pergi," ucap Bramono tiba-tiba dengan ragu."Kemana?" Tanya Mala sambil melepaskan diri dari pelukan, Bramono.Bramono tidak menjawab pertanyaan Mala, dia menatap Mala sebentar."Aku ada janji dengan teman," jawab Bramono akhirnya, walaupun berbohong. Karena sebenarnya dia harus segera pergi ke kantor Bramonos'grup untuk bekerja."Pagi-pagi begini?""Iya terpaksa, dia orang yang sangat sibuk," balas Bramono, sambil berjalan meninggalkan Mala yang menatap ke arahnya.Bramono sangat menyesali hal ini, jika saja dia tidak harus pergi bekerja, hubungannya dengan Mala pasti akan menjadi lebih dekat lagi, bahkan mungkin saat ini mereka akan berakhir di atas tempat tidur.Bramono begitu senang, Mala sedikit bersikap agresif padanya, karena terus terang Bramono sedikit takut untuk menyentuh Mala lagi, mengingat apa yang pernah dia laku
Malam ini pesta ulang tahun Ratna, Bramono dan Mala telah bersiap diri, untuk pergi ke sana untuk memenuhi undangan Ratna."Kamu yakin akan pergi ke sana?" Tanya Bramono pada Mala, Bramono merasa akan ada kejadian buruk yang di sebabkan oleh Ratna pada Mala nanti."Memangnya kenapa?" Tanya Mala."Ratna kelihatannya sangat tidak menyukai kamu," Mala terdiam tidak merespon ucapan Bramono barusan, walaupun dia juga bisa merasakan hal itu. Mungkin Ratna tidak menyukainya, karena pernikahannya dengan Bramono.Mala mengepang dua rambutnya, lalu memakai kaca mata besarnya, di pesta ini Mala akan berperan menjadi Mala si buruk rupa, istri Bramono yang Ratna tahu.Bramono menatap ke arah Mala, entah mengapa sekarang Bramono lebih menyukai Mala yang berpenampilan seperti wanita cupu dari pada berpenampilan cantik.Bramono merasa sedikit tidak aman, berada di sisi Mala yang cantik, karena terus terang kecantikan Mala mengudang perhatian banyak orang, dan Bramono takut di antara banyak nya orang
Ratna tertidur lemas di atas tempat tidur, dia harus menelan pil pahit, karena senjata Bramono yang tidak mau bangun itu.Ratna turun dari tempat tidurnya, lalu segera berlari ke arah kamar mandi."Mungkin karena obat tidur yang kuberikan padanya terlalu banyak, hingga membuat senjatanya juga ikut tidur pulas," batin Ratna.Ratna setelah bisa meredakan hasratnya, keluar dari kamar mandi, lalu menghampiri Bramono lagi, melihat Bramono dalam keadaan polos, sebenarnya nafsunya, kembali bangun.Namun Ratna harus menahannya karena percuma senjata Bramono tidak bangun, sama sekali, hasratnya pun tidak akan terpuaskan.Ratna mengerutkan keningnya, berpikir cepat, bagaimana dia bisa melakukan itu, jika Bramono sadar, pasti Bramono akan menolak bahkan mungkin membunuhnya.Namun tidak lama Ratna tersenyum, saat di kepalanya muncul sebuah ide.Ratna keluar dari kamarnya, lalu mencari sebuah tali, dengan cepat Ratna mengikat Bramono di atas tempat tidurnya.Dengan begini besok saat Bramono sadar,
Bramono terkejut mendengar jeritan Ratna, sesudah membuka celana dalamnya. Bramono kemudian membuka kedua matanya yang sejak tadi terpejam.Ratna melebarkan kedua matanya, melihat pemandangan di depan matanya, dan itu membuatnya tidak percaya, Ratna sampai mengusap matanya hingga berkali-kali, memastikan jika pemandangan di depan matanya, memang benar begitu adanya.Ratna belum pernah melihat senjata pria, seperti senjata milik Bramono saat ini. bagaimana mungkin ada senjata seperti ini, bagaimana ini bisa terjadi, hal ini benar-benar di luar dugaannya.Ratna menoleh ke arah wajah Bramono yang saat ini sedang menatap ke arahnya, tidak! ini tidak terjadi boleh terjadi! batin Ratna.Ratna dengan perlahan menyentuh senjata Bramono yang terkulai lemas tidak berdaya alias loyo di hadapannya, mengapa dia tidak berdiri tegak seperti yang di harapkannya, batin Ratna bertanya dalam hatinya, apa ada kesalahan yang dia lakukan tadi, saat dia melakukan rangsangan.Ratna mencoba menyentuh lagi, se
Bramono menghela nafas berkali-kali, mengingat pada yang terjadi kemarin bersama Ratna, sentuhan-sentuhan yang di berikan Ratna pada tubuhnya, membuat dirinya bergidik ngeri.Sudah lama sekali, dia tidak pernah di sentuh seperti itu, rasanya sedikit aneh, dia merasa sedikit merinding, namun kenapa senjata nya tidak bisa berdiri? batin Bramono bertanya-tanya.Merasa sangat pusing memikirkan senjatanya, Bramono akhirnya terpejam, hingga tertidur pulas.Sedangkan Mala, di kantor benar-benar merasa sangat gelisah, hingga pagi tadi Bramono tidak juga pulang, bahkan sampai sekarang handphonenya tidak juga aktif."Semoga dia baik-baik saja," doa Mala dalam hatinya. Dia benar-benar mengkhawatirkan Bramono.Mala sekarang benar-benar merasa tidak tenang, sudah siang seperti ini, Bramono tidak kunjung memberinya kabar. Handphone nya pun belum juga aktif.Karena merasa tidak bisa lagi meneruskan pekerjaannya, Mala akhirnya memutuskan untuk pulang, untuk melihat apakah Bramono sudah pulang atau b
Bramono merasa sangat lega melihat Mala, sampai juga di kantornya dengan selamat tadi pagi.Bramono, setelah mengeluarkan mobilnya, dia pun menghentikan mobilnya, agak jauh dari rumah, menunggu Mala keluar bersama mobilnya.Setelah melihat mobil Mala keluar, Bramono mengikuti mobil Mala memastikan jika Mala selamat sampai di kantor.Setelah memastikan Mala baik-baik saja, Bramono pun segera pergi ke kantor dan bekerja seperti biasanya, seperti tidak terjadi apapun.Bramono mengecek beberapa laporan yang ada di atas meja, Bramono berusaha keras berkonsentrasi pada pekerjaannya, walau pikirannya masih sedikit kacau karena ulah Ratna.Bramono terkejut saat pulpen yang sedang di pegang olehnya terjatuh, Bramono pun langsung berniat mengambil pulpen itu, namun gerakan terhenti, saat seseorang masuk ke dalam ruangannya."Maaf pak!""Ada apa?"Bramono menatap salah satu staf keuangan yang ada di hadapannya sekarang, dia terlihat sedikit pucat"Kamu sakit?" Tanya Bramono, karena staf tersebut
Mala yang semalaman menangis, pagi harinya terkejut saat menerima sebuah email yang memintanya untuk segera pergi ke Kanada.Mala terdiam, haruskah dia pergi, sedangkan masalahnya dengan Bramono belum selesai, tapi email ini sangat penting, karena menyangkut usaha keluarga yang ada di sana, Mala tidak bisa mengabaikan nya begitu saja.Setelah mempertimbangkan dengan matang, Mala akhirnya hari itu juga, memutuskan untuk pergi juga ke Kanada. Mala terkejut ketika sampai di sana, ternyata situasi tidak semudah yang dia bayangkan, begitu banyak yang harus dia selesaikan.Masalah perusahaan di Kanada benar-benar menyita waktu nya, Hingga tanpa terasa sudah tiga hari dia berada di Kanada, dan belum bisa pulang kembali ke Indonesia.***Sedangkan Bramono malam itu setelah makan malam bersama Ratna, pulang ke rumah, namun sampai di rumah Mala tidak ada.Bramono berniat untuk menghubungi Mala, dia mulai mencari handphonenya, Bramono baru sadar jika handphone nya hilang, mungkin karena pikirann