Ratna pagi ini bangun dengan penuh semangat, setelah kemarin dia tidak berhasil menemui Mala, si buruk rupa.Hari ini Ratna berniat menemui Mala si buruk rupa lagi, entah kenapa rasa bencinya pada Mala si buruk rupa makin menjadi.Tentu saja kebencian Ratna pada mala meningkat, karena Mala si buruk rupa berani berpura-pura menjadi istri Bramono dan mempermalukan dirinya didepan orang banyak.Ratna pun pagi itu, meminta sopirnya untuk sebentar berhenti di depan rumah Bramono dan Mala.Ratna mengerutkan keningnya, melihat rumah itu, yang sepertinya masih kosong, di lihat dari lampu di luar yang masih belum di padamkan. akhirnya Ratna meminta sopir nya untuk turun agar mencari tahu tentang Mala dan Bramono."Bagaimana?" Tanya Ratna langsung pada sopirnya."Katanya beberapa hari ini, mereka pergi ke luar kota," jawab sopir.Ratna menghela nafas kesal, kenapa bisa begitu sulit menemui Mala si buruk rupa penipu itu.Ratna akhirnya pergi dari tempat itu, mungkin dia harus menyuruh seseorang u
Mala yang tidak berniat menyinggung soal hubungan Bramono dan Markus saat ini, dia lebih memilih untuk bersiap pulang bersama Bramono.Mala tidak ingin membuat Bramono jenuh karena menunggu dirinya.Di dalam mobil, Mala diam-diam selalu melirik ke arah Bramono yang sedang menyetir.Walaupun wajah Bramono saat ini, agak terlihat lebih baik, di bandingkan tadi pagi, Mala masih belum bisa tenang."Kenapa?" Tanya Bramono tiba-tiba, mengejutkan Mala."Kenapa apanya?" Tanya Mala bingung."Kenapa sejak tadi kamu terus melirik ke arah ku?" Tanya Bramono.Seketika wajah Mala, berubah merah. Ternyata bramono tahu jika sejak tadi dia sering melirik ke arahnya."Pasti karena aku terlihat sangat tampan sore ini," tebak Bramono sambil tersenyum manis pada Mala.Mala langsung merubah ekspresi malunya, dengan ekspresi sebal."Percaya diri sekali kamu!" Sinis Mala."Kamu ini! Aku minder di tertawa kan! Aku percaya diri, di marahin!" Protes Bramono.Mala tertawa mendengar hal itu, lalu menoleh ke arah
Setelah selesai makan, Bramono dan Mala segera keluar dari restoran, dengan penuh kemesraan, membuat hati Ratna yang melihat makin panas di buatnya.Tidak lama Bramono dan Mala pergi dari restoran itu, Ratna pun mengikuti, tentu dengan tujuan yang berbeda. Ratna mempunyai rencana sendiri.Ratna tidak langsung pulang, dia pergi ke rumah Bramono dan Mala si buruk rupa tinggal bersama, ingin melihat keadaan di sana, memastikan apa Mala si buruk rupa ada di rumah atau tidak, namun rumah itu masih terlihat sama seperti kemarin tidak berpenghuni.Ratna menghela nafas panjang, kemana pula Bramono menyembunyikan Mala si buruk rupa istri palsunya itu.Bramono di sini malah asyik dengan Mala si pelakor, Ratna memutar otaknya, tak lama kemudian dia tersenyum, karena menemukan sebuah ide yang bagus, untuk menyelesaikan masalah ini.Ratna pun akhirnya meminta sopirnya untuk segera pulang saja.***Keesokan harinya, seperti biasa Bramono mengantar Mala ke kantornya, setelah itu dia pergi ke kantor
"Aku pulang!" Teriak Bramono, saat sudah berada di dalam rumah, namun tidak ada jawaban.Bramono terkejut, saat tiba di kantor untuk menjemput Mala, Mala ternyata sudah pulang, dan anehnya dia tidak menelepon.Bramono segera mengedarkan pandangan matanya ke seluruh rumah, mencari Mala.Karena Bramono tidak menangkap bayangan Mala di lantai satu rumah ini, Bramono pun segara mencari Mala di lantai dua, dengan cepat berlari menaiki anak tangga.Bramono langsung mengetuk pintu kamar Mala, dia sudah sangat tidak sabar ingin bertemu Mala, melihat wajah Mala yang cantik pasti akan membuatnya kembali bersemangat, setelah letih berkutat dengan berkas-berkas keuangan seharian ini. Namun dari dalam kamar tidak ada jawaban, Bramono pun akhirnya mencoba membuka pintu kamar itu dengan perlahan.Kamar itu ternyata kosong, Bramono jadi mengerutkan keningnya, berpikir kemana lagi dia harus mencari Mala di dalam rumah ini, Bramono menggaruk kepala yang tidak gatal, melihat situasi yang aneh ini, bi
Bramono menatap Mala dengan tatapan penuh cinta dan sayang, Mala sangat menyukai hal itu, Mala pun segera membenamkan diri di dalam pelukan Bramono."Aku harus pergi," ucap Bramono tiba-tiba dengan ragu."Kemana?" Tanya Mala sambil melepaskan diri dari pelukan, Bramono.Bramono tidak menjawab pertanyaan Mala, dia menatap Mala sebentar."Aku ada janji dengan teman," jawab Bramono akhirnya, walaupun berbohong. Karena sebenarnya dia harus segera pergi ke kantor Bramonos'grup untuk bekerja."Pagi-pagi begini?""Iya terpaksa, dia orang yang sangat sibuk," balas Bramono, sambil berjalan meninggalkan Mala yang menatap ke arahnya.Bramono sangat menyesali hal ini, jika saja dia tidak harus pergi bekerja, hubungannya dengan Mala pasti akan menjadi lebih dekat lagi, bahkan mungkin saat ini mereka akan berakhir di atas tempat tidur.Bramono begitu senang, Mala sedikit bersikap agresif padanya, karena terus terang Bramono sedikit takut untuk menyentuh Mala lagi, mengingat apa yang pernah dia laku
Malam ini pesta ulang tahun Ratna, Bramono dan Mala telah bersiap diri, untuk pergi ke sana untuk memenuhi undangan Ratna."Kamu yakin akan pergi ke sana?" Tanya Bramono pada Mala, Bramono merasa akan ada kejadian buruk yang di sebabkan oleh Ratna pada Mala nanti."Memangnya kenapa?" Tanya Mala."Ratna kelihatannya sangat tidak menyukai kamu," Mala terdiam tidak merespon ucapan Bramono barusan, walaupun dia juga bisa merasakan hal itu. Mungkin Ratna tidak menyukainya, karena pernikahannya dengan Bramono.Mala mengepang dua rambutnya, lalu memakai kaca mata besarnya, di pesta ini Mala akan berperan menjadi Mala si buruk rupa, istri Bramono yang Ratna tahu.Bramono menatap ke arah Mala, entah mengapa sekarang Bramono lebih menyukai Mala yang berpenampilan seperti wanita cupu dari pada berpenampilan cantik.Bramono merasa sedikit tidak aman, berada di sisi Mala yang cantik, karena terus terang kecantikan Mala mengudang perhatian banyak orang, dan Bramono takut di antara banyak nya orang
Ratna tertidur lemas di atas tempat tidur, dia harus menelan pil pahit, karena senjata Bramono yang tidak mau bangun itu.Ratna turun dari tempat tidurnya, lalu segera berlari ke arah kamar mandi."Mungkin karena obat tidur yang kuberikan padanya terlalu banyak, hingga membuat senjatanya juga ikut tidur pulas," batin Ratna.Ratna setelah bisa meredakan hasratnya, keluar dari kamar mandi, lalu menghampiri Bramono lagi, melihat Bramono dalam keadaan polos, sebenarnya nafsunya, kembali bangun.Namun Ratna harus menahannya karena percuma senjata Bramono tidak bangun, sama sekali, hasratnya pun tidak akan terpuaskan.Ratna mengerutkan keningnya, berpikir cepat, bagaimana dia bisa melakukan itu, jika Bramono sadar, pasti Bramono akan menolak bahkan mungkin membunuhnya.Namun tidak lama Ratna tersenyum, saat di kepalanya muncul sebuah ide.Ratna keluar dari kamarnya, lalu mencari sebuah tali, dengan cepat Ratna mengikat Bramono di atas tempat tidurnya.Dengan begini besok saat Bramono sadar,
Bramono terkejut mendengar jeritan Ratna, sesudah membuka celana dalamnya. Bramono kemudian membuka kedua matanya yang sejak tadi terpejam.Ratna melebarkan kedua matanya, melihat pemandangan di depan matanya, dan itu membuatnya tidak percaya, Ratna sampai mengusap matanya hingga berkali-kali, memastikan jika pemandangan di depan matanya, memang benar begitu adanya.Ratna belum pernah melihat senjata pria, seperti senjata milik Bramono saat ini. bagaimana mungkin ada senjata seperti ini, bagaimana ini bisa terjadi, hal ini benar-benar di luar dugaannya.Ratna menoleh ke arah wajah Bramono yang saat ini sedang menatap ke arahnya, tidak! ini tidak terjadi boleh terjadi! batin Ratna.Ratna dengan perlahan menyentuh senjata Bramono yang terkulai lemas tidak berdaya alias loyo di hadapannya, mengapa dia tidak berdiri tegak seperti yang di harapkannya, batin Ratna bertanya dalam hatinya, apa ada kesalahan yang dia lakukan tadi, saat dia melakukan rangsangan.Ratna mencoba menyentuh lagi, se