"Kau bekerja di dunia malam, Leon. Memangnya kau tidak tertarik untuk menjadi seorang ‘pria panggilan’ saja? Karena aku yakin, kau akan laris manis disewa tante-tante muda kaya raya!" Entah sudah ke berapa kalinya Leon mendengar penuturan teman kerjanya itu. Tentang pertanyaan yang selalu bersangkutan dengan pria panggilan. Iya, bahasa kasarnya, seorang gigolo. Pria yang bisa di sewa untuk memuaskan hasrat seorang wanita yang membutuhkannya. Tapi, untuk ke sekian kalinya juga Leon akan menggelengkan kepalanya sembari tersenyum. "Aku tidak bisa melakukannya, Morgan. Aku tidak suka menjadi pria yang seperti itu." Ya, jawabannya selalu sama. Sebuah penolakan. Dia memilih tetap menjadi bartender saja. Meskipun Leon terlihat seperti membutuhkan banyak uang, dia tidak akan melakukan hal seperti itu. Walaupun dia tak munafik jika terkadang dia memang memiliki hasrat yang besar. Tapi, dia tetap akan melepaskan hasratnya pada sang kekasih saja tidak pada wanita lain, apalagi wanita yang tidak dikenalinya. Katakanlah, Leon ini memang pria yang menjunjung kesetiaan. Morgan hanya bisa mendecak mendengar jawaban Leon. "Terserah kau saja. Tapi, kau bisa menghubungi Madam jika memang ingin menjadi seorang Call boy." Leon hanya mengangguk mendengarnya. Meskipun jelas dia tidak akan melakukannya. Berkali-kali, Leon juga ditawari untuk menjadi pria sewaan seperti itu. Terlebih, saat dia sudah dipanggil oleh beberapa tamu wanita yang akan menggodanya secara langsung. Sekarang, seperti yang terjadi biasanya, dia juga sudah dipanggil ke ruang VIP tempat di mana wanita yang memanggilnya itu berada. Boss-nya di sini. Madam Ji. "Selamat malam, Madam dan Nyonya. Aku membawakan apa yang kalian inginkan," ucap Leon dengan sopan bersamaan dengan dua gelas koktail racikannya yang dia simpan di atas meja. Madam Ji itu terlihat tersenyum dengan lebar saat Leon datang ke tempat itu. Sementara wanita muda yang bersamanya justru terlihat menatap Leon dari ujung kepala hingga ujung kakinya dengan tatapan yang cukup dingin dan datar. "Sebentar, Leon. Ada yang ingin aku katakan padamu," ucap Madam Ji pada Leon yang hendak kembali pergi. Leon lantas menghela nafasnya tak ketara. Sudah dia duga kalau Madam Ji lagi-lagi akan melakukan hal ini. Menahannya dan membujuknya untuk tetap berada di sana. "Ada apa, Madam?" tanya Leon berpura-pura tak paham di sana. Namun, bukannya berbicara, wanita itu justru malah bangkit dari duduknya. Di mana dia telah menepukkan tangannya pada bahu Leon dengan pelan. "Bicarakan langsung dengan Nona Venus saja, dan aku harap kau mempertimbangkannya dengan baik. Dia akan memberikan pekerjaan yang bagus untukmu dan gaji yang setimpal. Demi biaya kehidupanmu, Leon." Begitu kata Madam Ji yang pada akhrinya telah berlalu pergi dari sana. Meninggalkan Leon berdua dengan wanita muda yang tengah meneguk koktail yang sebelumnya Leon bawakan. Dengan pintu yang sudah tertutup rapat hingga ruangan itu kembali terlihat temaram. "Siapa namamu?" tanya wanita itu pada Leon dengan dingin. "Leon, Nyonya." "Aku tahu. Maksudku nama lengkapmu!" Tegas Venus yang terdengar cukup kesal. "Leon Gauvriel," jawab Leon lagi. Dia masih mencoba bersikap sopan. Kali ini, Venus telah kembali menatap Leon. "Kau sehat secara fisik? Tidak memiliki penyakit serius atau semacamnya? Hiv-Aids? Penyakit menular lainnya?" Pertanyaan yang diberikan Venus mampu membuat Leon menghela nafasnya. Jika saja dia sudah tidak membutuhkan uang, dia pasti akan pergi saja langsung dari sana tanpa harus bersikap sopan untuk menolak apapun yang akan ditawarkan padanya. Sayangnya, Leon harus tetap bertahan pada pekerjaannya ini demi beberapa pembayaran yang sudah menunggak. "Aku sehat dalam hal apa pun, Nyonya. Akan tetapi, maaf jika aku terlalu lancang. Aku akan menolak tawaranmu terlebih dahulu. Aku tidak bisa menerima tawaranmu untuk memuaskanmu. Karena aku bukan seorang pria panggilan di sini. Aku hanya seorang bartender. Jadi, sebaiknya kau cari pria lain yang bisa memuaskan hasratmu. Aku bisa merekomendasikan temanku dalam hal itu. Dan kau bisa—" "Ya. Kurasa kau teramat lancang sekali! Karena bukan hal seperti itu yang akan aku tawarkan padamu," potong Venus dengan cepat. Dia kini telah menunjukan tatapan tajamnya pada Leon dan tersenyum miring saat menatap pria itu. Berbeda dengan Leon yang kini sudah menatapnya dengan heran. "Ya?" tanya Leon mencoba memperjelas. Dimana selanjutnya, Venus sudah meraih sebuah remote dan menyalakan lampu agar terlihat lebih terang lagi. Sebelum akhirnya kembali menatap Leon yang sempat membuatnya terkejut untuk beberapa saat. "Jadi, maksudmu? Kau tidak akan menawariku untuk menjadi pemuas nafsumu malam ini?" tanya Leon tanpa bisa berpikir lebih jernih lagi. Sebenarnya, dia malah jadi malu sendiri saat mendengar hal itu. Dia juga merasa tak enak karena telah menuduh Venus seperti itu. Venus mencoba bersikap tenang. Dimana dia kini telah tersenyum saat menatap Leon. "Aku ingin menjadikanmu sebagai bodyguard-ku." Leon membulatkan matanya. "Bodyguard? Kenapa?" Sekali lagi, Venus telah menunjukan senyuman tipisnya pada Leon. Dengan kedua tangan yang sudah dia silangkan di depan dada. Mencoba terlihat angkuh. "Ya, bodyguard. Apa ada yang salah? Kalau kau bertanya kenapa, karena aku sedikitnya mendengar dari Madam Ji kalau kau pernah menjadi seorang atlet bela diri dan dulu pernah memiliki hobi menembak. Jadi, kurasa kau akan cocok menjadi bodyguard pribadiku!" Selama ini, Leon selalu berusaha menyembunyikan masa lalunya. Sebuah masa lalu yang sudah hancur dan hanya tersisa sebagai memori usang. Dia tidak menyangka jika Madam mengetahui tentang hal ini dan malah mengatakannya pada seorang wanita yang tidak dikenal. "Aku—" "Jangan khawatir soal bayaran. Aku juga hanya akan menyewamu sebagai bodyguard sementara saja. Sampai aku telah sah menjadi pemimpin di perusahaan kakekku," potong Venus sekali lagi. Dan hal itu, memang sempat membuat Leon tertarik. Daripada menjadi seorang bartender yang sama sekali tidak berkaitan dengan masa lalunya, menjadi bodyguard mungkin akan lebih cocok untuknya. Dengan beberapa keahlian yang dia miliki. Mungkin, Leon juga bisa mengenang masa lalunya dengan pekerjaan itu. "Berapa gaji yang bisa kau berikan padaku?" tanya Leon kemudian. Sudah dikatakan, dia cukup tertarik dengan hal ini. "Terserah, aku bisa memenuhi berapa pun yang kau inginkan. Kau tinggal sebut nominalnya saja," ucap Venus dengan nada yang menyombong. Ya, Leon jelas sadar hal itu. "Sepuluh juta selama sebulan!" Seru Leon kemudian. Dimana Venus tetap memperlihatkan sikap tenangnya setelah mendengar permintaan Leon. "Deal!" Leon nyaris membulatkan matanya sempurna saat wanita itu menyetujuinya dengan begitu cepat. Saat dia justru malah mengatakan nominal itu secara asal karena dia masih ragu dengan hal ini. "T—tapi, aku minta sepuluh juta itu di awal. Sebelum resmi bekerja!" Sekali lagi, Leon berusaha membuat alasan lain yang tak masuk akal bagi dirinya. Membuat Venus telah mengernyitkan dahinya menatap Leon. Membuat pria itu tersenyum dan bersorak di dalam hatinya karena merasa dia telah berhasil. "Terdengar tak masuk akal meminta sebesar itu sebelum bekerja. Tapi akan aku penuhi. Kirimkan nomor rekeningmu dan akan aku kirim uangnya sekarang juga," ujar Venus yang sudah mengeluarkan ponselnya. Seolah dia siap mencatat nomor rekening Leon dan mentransfer uang yang disebutkan oleh Leon. Dan itu, telah membuat Leon kembali terkejut dibuatnya. "Kau serius?" "Apa aku terlihat main-main?" Leon lantas menggelengkan kepalanya. "Baiklah. Aku akan menerima tawaranmu. Aku akan bekerja sebagai bodyguard sewaanmu!" Seru Leon berantusias. Dengan tangan yang sudah terulur pada wanita itu. Jelas tawaran seperti ini tak bisa dia tolak begitu saja. Sampai pada akhirnya Venus juga telah meraih uluran tangannya dan saling berjabatan tangan sembari tersenyum. Setidaknya, Leon bisa tersenyum lebar sebelum Venus menarik tangan Leon untuk lebih mendekat padanya dan berkata. "Tapi, asal kau tahu. Kau benar-benar akan menjadi bodyguard 'pribadi' ku." Leon mengangguk. "Iya, aku paham. Kau tak—" Leon sukses membulatkan matanya terkejut. Berbeda dengan Venus yang sudah tersenyum penuh kemenangan,
"Dan kau, harus menikah denganku!"
"Tidak, kalauseperti itu lebih baik aku menolak tawaranmu ini, Nona," ujar Leon padaakhirnya.Gila. Hanya ituyang dipikirkan Leon saat mendengar penuturan Venus di sana. Bagaimana mungkindia harus menikah dengan tiba-tiba? Bodyguard mana yang harus terikat denganpernikahan?Tidak mungkin bukan kalau dia malah menikahi seorang gadis yang tidak diakenali sama sekali hanya demi pekerjaan itu? Lebih baik Leon tetap bekerja ditempat itu daripada harus menikah begitu saja tanpa adanya cinta. Terlebih,saat dia juga masih memiliki seorang kekasih."Wow, tenang. Aku juga tidak memaksamu sama sekali. Aku memberikanpenawaran untukmu dan tentu saja ada harga lain yang bisa aku berikan jika kaumenyetujui untuk menikah denganku," ucap Venus.Leon menggelengkan kepalanya. "Maaf, Nona. Tapi—""Cukup. Kau bisa bekerja mulai besok. Aku akan bicara pada Madam Ji jikakau akan mulai bekerja bersamaku dan berhenti dari tempat ini," ujar Venusbegitu saja.Lantas itu membuat Leon mengernyitkan ke
"Kau tidakminum?!" ujar Venus yang sudah menyodorkan botol minuman yang masih beradadi tangannya.Leon menatap padagadis di depannya yang kini telah kembali menenggak minuman beralkohol itulangsung dari botolnya. Kepalanya menggeleng, saat dia juga sudah melihatdengan jelas kalau gadis itu sudah mulai mabuk dengan pipi dan mata yang mulaiterlihat kemerahan.Namun, Leon sendiri tidak bisa menghalanginya. Rasanya dia juga tidak harusterlalu perduli ada gadis itu. Dia merasa kalau dia tidak perlu berurusandengannya. Walaupun dia sendiri juga cukup penasaran akan sesuatu. Tentu inimenyangkut dengan seorang wanita yang sebelumnya dia temui bersama Venusbeberapa menit yang lalu. Sebelum akhirnya Venus tiba-tiba saja mengajaknya ketempat seperti ini.Leon menggelengkan kepalanya. "Tidak, terima kasih," jawabannyamencoba bersikap sopan."Kenapa?" tanya Venus dengan raut wajah yang menunjukan kekecewaanpada Leon di sana.Sekali lagi, Leon malah menggelengkan kepalanya. Helaan nafa
"Tidak, kau bisa melakukannya sendiri. Aku harus pulang," ucap Leon dengan terburu-buru.Leon dengan cepat mendorong tubuh Venus saat itu juga. Dia berusaha menyadarkan dirinya sendiri. Kepalanya menggeleng dengan cepat saat nama Cathala teringat di kepalanya. Nama sang kekasih. Secantik apa pun Venus, Leon tetap tidak ingin membuat pengkhianatan pada hubungannya dengan sang kekasih. Dia tidak mau kalau akhirnya dia malah membuat wanitanya kecewa saat dia sendiri saja tidak pernah menyentuh kekasihnya. Sekarang, Leon sudah melangkahkan kakinya dengan cepat. Dia sudah meraih ponselnya saat berjalan menuju pintu kamar hotel tersebut. Sebab satu pesan baru saja masuk pada ponselnya. Itu pesan dari wanita yang ada di pikirannya. Cathala, kekasihnya. "Ah, kau menyelematkan aku, Thala!" Seru Leon dengan senyuman yang terlukis di bibirnya. Setidaknya, sampai senyuman itu memudar dengan langkah yang sudah terhenti saat membaca pesan yang dikirim oleh kekasihnya. [Leon? Apa kau sudah tid
"Nona Venus?" panggil Leon kemudian. Leon membuka matanya, dan dia sama sekali tidak menemukan gadis yang seharusnya berada di sampingnya. Gadis yang semalam dia nikmati setiap lekuk tubuhnya. Gadis yang telah dia ambil kegadisannya. Tidak ada jawaban. Membuat Leon segera bangkit dari posisinya dan memakai celana dalam serta celana panjang miliknya yang sempat berserak di lantai. "Nona Venus? Apa kau di dalam?" tanya Leon bersamaan dengan satu ketukan pada pintu kamar mandi. Bukan tanpa alasan, sebab Leon mendengar suara gemericik air dari dalam sana. Membuatnya berpikir jika mungkin Venus memang sedang berada di dalam sana sekarang. Akan tetapi, karena tidak ada jawaban Leon terus mengetuk pintu tersebut. Dia hanya ingin memastikan kalau gadis itu baik-baik saja. Apalagi saat dia mengingat apa yang telah terjadi semalam di antara mereka berdua. Leon hanya ingin memastikan kalau Venus memang tidak sedang merasakan kesakitan atau semacamnya. Sampai pada akhirnya, gemericik air it
Berjalan dengan Leon yang berada di belakangnya, Venus berkali-kali tersenyum puas atas apa yang telah dia dapatkan. Jelas Leon juga sadar akan hal itu, sebab secara tak langsung gadis itu juga beberapa kali menolehkan kepala ke arahnya.Keputusan Leon memang sudah bulat. Dia sudah memutuskan untuk menerima Venus dan menikah dengannya. Menjadi seseorang yang nyatanya menjadikan dirinya sebagai pria sewaan. Setidaknya, dia melakukan hal ini bukan hanya soal uang. Tapi, juga pembalasan dendamnya pada wanita yang ternyata merupakan ibu Venus."Venus! Dari mana saja?!"Seseorang di depan mereka telah berkata demikian dengan suara yang cukup tegas. Pria berusia enam puluhan itu adalah kakek Venus. Ayah dari ayah Venus. Pria yang memiliki kekayaan berlimpah termasuk dengan Diamond grup."Kakek! Maaf, aku baru pulang sekarang," ucap Venus dengan nada yang sedikit mengayun manja.Tidak hanya itu saja, Venus juga sudah berlari kecil menghampiri kakeknya di sana, dan memberikan sebuah pelukan y
"Bukan urusan Ibu!"Venus yang berkata seperti itu membuat wanita yang baru saja menjatuhkan gelasnya hingga pecah itu berjalan mendekat ke arahnya. "Apa maksudmu? Kau itu anakku, bagaimana mungkin itu bukan menjadi urusanku saat kau—"Wanita itu tidak melanjutkan kalimatnya, saat sorot matanya kini telah mendapati seorang pria yang tengah duduk dan menoleh ke arahnya. Membuat kedua pasang mata itu saling bertatapan kemudian. "Kau?" ucapnya kemudian.Leon mengepalkan tangannya secara tak sadar. Sorot matanya juga terlihat cukup menajam saat wanita tersebut menatapnya dengan sorot mata terkejut."Kau mengenalnya, Lisa?" tanya kakek Venus kemudian.Sampai pada akhirnya, Lisa segera menggelengkan kepalanya dengan cepat. Dia membantah pertanyaan yang baru saja diberikan oleh ayah mertuanya tersebut. "Tidak, aku sama sekali tidak mengenalnya. Aku hanya terkejut saja. Apa dia pria yang menghamili Venus?" ucap Lisa yang berusaha mengalihkan pembicaraan. Leon jelas tahu sekali wanita itu jug
Keputusan Leon sudah semakin bulat untuk membalaskan dendamnya pada Lisa, wanita yang menyebalkan itu. Dia benar-benar tidak akan membiarkan wanita itu lolos lagi sekali pun Leon sendiri harus menjadi menantunya.Hingga akhirnya, hari ini telah menjadi hari pernikahan Leon dengan Venus. Hari di mana dia pada akhirnya telah berstatus sebagai suami dari gadis cantik yang merupakan penerus Diamond grup."Leon! Tolong geser meja itu, jangan cuma diam saja!"Teriakan itu di dapatkan Leon saat dia sedang berdiri di samping Venus yang memperkenalkannya pada teman gadis itu.Dan ya, teriakan itu berasal dari kakek Venus. Tidak peduli jika Leon adalah pengantin pria di hari ini, kakek Venus masih saja menunjukan ketidaksukaannya pada Leon. Terlebih, dengan fakta bahwa dia masih saja merendahkan Leon karena statusnya yang hanya sebagai bodyguard sewaan untuk cucu tunggalnya tersebut."Sebentar," bisik Leon pada Venus di sana. Di mana akhirnya, dia
Tangan Leon jelas mengepal dengan kuat. Sorot matanya juga sudah menajam saat melihat apa yang ada di depannya saat ini juga.Sungguh, rasanya pikiran pria itu mendadak kacau saat melihat semua itu. Dia sama sekali tidak tahu apa hubungan Cathala dengan kakek Venus. Hanya saja, yang dia tahu Cathala tidak memiliki keluarga seperti kakek Venus ini. Yang Leon tahu, Cathala bahkan seorang wanita yang hidup sebatang kara. Sejak kecil wanita itu juga hanya tinggal di panti asuhan."Kau yakin kalau dia mantan kekasihmu?" tanya Venus kemudian saat melihat Leon yang bersikap seperti itu.Leon mengangguk dengan yakin. Rahangnya terlihat semakin mengeras sekarang. Hingga akhirnya, Venus sudah menggenggam tangan Leon dengan cukup kuat dan mengajaknya untuk berjalan mendekat pada tempat dua orang itu berada."Kalau begitu, kita harus menghampirinya," ucap Venus dengan senyuman angkuh yang telah dia tunjukan.Leon sempat kebingungan. Dia hendak menghentikan langkahnya, tapi sorot mata Cathala sudah
Kalau boleh memaki, rasanya ingin sekali Leon memaki wanita yang kini berdiri di hadapan istrinya. Wanita dengan lingerie yang dibalut dengan kimono tipis yang baru saja mengetuk pintu kamarnya dan mengganggu apa yang akan dia lakukan bersama Venus.Sebab Leon juga sadar, kalau wanita itu dengan sengaja mengganggu waktunya dengan Venus. Wanita itu sengaja mengganggu acara malam pertama mereka di sana."Kenapa sih, bu? Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Venus yang kini tengah menatap ibunya dengan kebingungan."Ada seseorang yang sepertinya mengintip ibu di jendela kamar tadi! Ibu takut," ucap sang ibu kemudian.Leon lantas mendecak dan berjalan mendekat pada keduanya. "Bukannya kamar ibu di lantai dua? Bagaimana mungkin seseorang bisa mengintip dari sana? Bahkan, tidak ada balkon di kamarmu," ucap Leon yang ikut bicara.Dia tidak sebodoh itu. Dia tahu jelas kalau Lisa berbohong.Mendengar jawaban Leon pun, akhirnya Venus tidak lagi ikut panik karenanya. Dia juga baru menyadari soal i
Leon melepaskan dasi yang menggantung di lehernya sejak pagi tadi. Tubuhnya juga telah dia hempaskan pada sofa yang ada di dalam kamar tersebut. Kamar yang akan dis tinggali bersama Venus, istri barunya.Helaan nafas panjang juga telah dia lakukan sambil memijat pangkal hidungnya di sana. Menunjukan betapa lelahnya dia menjalani hari pernikahannya ini. Rasanya lebih melelahkan daripada saat dia bekerja di tempat Madam Ji."Aku akan mandi lebih dulu. Kalau kau mau mandi lebih cepat juga, pergilah ke kamar mandi yang ada di kamar tamu," ucap Venus yang kini sudah melepaskan gaun pernikahannya dan menggantikannya dengan handuk yang melilit di tubuhnya.Tidak menjawab apa pun, Leon hanya menganggukkan kepalanya pelan hingga akhirnya Venus sudah lebih duku masuk ke dalam kamar mandinya.Hening. Leon terdiam dengan mata yang terpejam. Sampai akhirnya dia tak sadar kalau dia baru saja tertidur.***"Leon? Bangunlah."Leon mengerjapkan matanya saat panggilan itu terdengar di telinganya. Bersa
Tangan Leon jelas mengepal dengan kuat. Sorot matanya juga sudah menajam saat melihat apa yang ada di depannya saat ini juga.Sungguh, rasanya pikiran pria itu mendadak kacau saat melihat semua itu. Dia sama sekali tidak tahu apa hubungan Cathala dengan kakek Venus. Hanya saja, yang dia tahu Cathala tidak memiliki keluarga seperti kakek Venus ini. Yang Leon tahu, Cathala bahkan seorang wanita yang hidup sebatang kara. Sejak kecil wanita itu juga hanya tinggal di panti asuhan."Kau yakin kalau dia mantan kekasihmu?" tanya Venus kemudian saat melihat Leon yang bersikap seperti itu.Leon mengangguk dengan yakin. Rahangnya terlihat semakin mengeras sekarang. Hingga akhirnya, Venus sudah menggenggam tangan Leon dengan cukup kuat dan mengajaknya untuk berjalan mendekat pada tempat dua orang itu berada."Kalau begitu, kita harus menghampirinya," ucap Venus dengan senyuman angkuh yang telah dia tunjukan.Leon sempat kebingungan. Dia hendak menghentikan langkahnya, tapi sorot mata Cathala sudah
Keputusan Leon sudah semakin bulat untuk membalaskan dendamnya pada Lisa, wanita yang menyebalkan itu. Dia benar-benar tidak akan membiarkan wanita itu lolos lagi sekali pun Leon sendiri harus menjadi menantunya.Hingga akhirnya, hari ini telah menjadi hari pernikahan Leon dengan Venus. Hari di mana dia pada akhirnya telah berstatus sebagai suami dari gadis cantik yang merupakan penerus Diamond grup."Leon! Tolong geser meja itu, jangan cuma diam saja!"Teriakan itu di dapatkan Leon saat dia sedang berdiri di samping Venus yang memperkenalkannya pada teman gadis itu.Dan ya, teriakan itu berasal dari kakek Venus. Tidak peduli jika Leon adalah pengantin pria di hari ini, kakek Venus masih saja menunjukan ketidaksukaannya pada Leon. Terlebih, dengan fakta bahwa dia masih saja merendahkan Leon karena statusnya yang hanya sebagai bodyguard sewaan untuk cucu tunggalnya tersebut."Sebentar," bisik Leon pada Venus di sana. Di mana akhirnya, dia
"Bukan urusan Ibu!"Venus yang berkata seperti itu membuat wanita yang baru saja menjatuhkan gelasnya hingga pecah itu berjalan mendekat ke arahnya. "Apa maksudmu? Kau itu anakku, bagaimana mungkin itu bukan menjadi urusanku saat kau—"Wanita itu tidak melanjutkan kalimatnya, saat sorot matanya kini telah mendapati seorang pria yang tengah duduk dan menoleh ke arahnya. Membuat kedua pasang mata itu saling bertatapan kemudian. "Kau?" ucapnya kemudian.Leon mengepalkan tangannya secara tak sadar. Sorot matanya juga terlihat cukup menajam saat wanita tersebut menatapnya dengan sorot mata terkejut."Kau mengenalnya, Lisa?" tanya kakek Venus kemudian.Sampai pada akhirnya, Lisa segera menggelengkan kepalanya dengan cepat. Dia membantah pertanyaan yang baru saja diberikan oleh ayah mertuanya tersebut. "Tidak, aku sama sekali tidak mengenalnya. Aku hanya terkejut saja. Apa dia pria yang menghamili Venus?" ucap Lisa yang berusaha mengalihkan pembicaraan. Leon jelas tahu sekali wanita itu jug
Berjalan dengan Leon yang berada di belakangnya, Venus berkali-kali tersenyum puas atas apa yang telah dia dapatkan. Jelas Leon juga sadar akan hal itu, sebab secara tak langsung gadis itu juga beberapa kali menolehkan kepala ke arahnya.Keputusan Leon memang sudah bulat. Dia sudah memutuskan untuk menerima Venus dan menikah dengannya. Menjadi seseorang yang nyatanya menjadikan dirinya sebagai pria sewaan. Setidaknya, dia melakukan hal ini bukan hanya soal uang. Tapi, juga pembalasan dendamnya pada wanita yang ternyata merupakan ibu Venus."Venus! Dari mana saja?!"Seseorang di depan mereka telah berkata demikian dengan suara yang cukup tegas. Pria berusia enam puluhan itu adalah kakek Venus. Ayah dari ayah Venus. Pria yang memiliki kekayaan berlimpah termasuk dengan Diamond grup."Kakek! Maaf, aku baru pulang sekarang," ucap Venus dengan nada yang sedikit mengayun manja.Tidak hanya itu saja, Venus juga sudah berlari kecil menghampiri kakeknya di sana, dan memberikan sebuah pelukan y
"Nona Venus?" panggil Leon kemudian. Leon membuka matanya, dan dia sama sekali tidak menemukan gadis yang seharusnya berada di sampingnya. Gadis yang semalam dia nikmati setiap lekuk tubuhnya. Gadis yang telah dia ambil kegadisannya. Tidak ada jawaban. Membuat Leon segera bangkit dari posisinya dan memakai celana dalam serta celana panjang miliknya yang sempat berserak di lantai. "Nona Venus? Apa kau di dalam?" tanya Leon bersamaan dengan satu ketukan pada pintu kamar mandi. Bukan tanpa alasan, sebab Leon mendengar suara gemericik air dari dalam sana. Membuatnya berpikir jika mungkin Venus memang sedang berada di dalam sana sekarang. Akan tetapi, karena tidak ada jawaban Leon terus mengetuk pintu tersebut. Dia hanya ingin memastikan kalau gadis itu baik-baik saja. Apalagi saat dia mengingat apa yang telah terjadi semalam di antara mereka berdua. Leon hanya ingin memastikan kalau Venus memang tidak sedang merasakan kesakitan atau semacamnya. Sampai pada akhirnya, gemericik air it
"Tidak, kau bisa melakukannya sendiri. Aku harus pulang," ucap Leon dengan terburu-buru.Leon dengan cepat mendorong tubuh Venus saat itu juga. Dia berusaha menyadarkan dirinya sendiri. Kepalanya menggeleng dengan cepat saat nama Cathala teringat di kepalanya. Nama sang kekasih. Secantik apa pun Venus, Leon tetap tidak ingin membuat pengkhianatan pada hubungannya dengan sang kekasih. Dia tidak mau kalau akhirnya dia malah membuat wanitanya kecewa saat dia sendiri saja tidak pernah menyentuh kekasihnya. Sekarang, Leon sudah melangkahkan kakinya dengan cepat. Dia sudah meraih ponselnya saat berjalan menuju pintu kamar hotel tersebut. Sebab satu pesan baru saja masuk pada ponselnya. Itu pesan dari wanita yang ada di pikirannya. Cathala, kekasihnya. "Ah, kau menyelematkan aku, Thala!" Seru Leon dengan senyuman yang terlukis di bibirnya. Setidaknya, sampai senyuman itu memudar dengan langkah yang sudah terhenti saat membaca pesan yang dikirim oleh kekasihnya. [Leon? Apa kau sudah tid
"Kau tidakminum?!" ujar Venus yang sudah menyodorkan botol minuman yang masih beradadi tangannya.Leon menatap padagadis di depannya yang kini telah kembali menenggak minuman beralkohol itulangsung dari botolnya. Kepalanya menggeleng, saat dia juga sudah melihatdengan jelas kalau gadis itu sudah mulai mabuk dengan pipi dan mata yang mulaiterlihat kemerahan.Namun, Leon sendiri tidak bisa menghalanginya. Rasanya dia juga tidak harusterlalu perduli ada gadis itu. Dia merasa kalau dia tidak perlu berurusandengannya. Walaupun dia sendiri juga cukup penasaran akan sesuatu. Tentu inimenyangkut dengan seorang wanita yang sebelumnya dia temui bersama Venusbeberapa menit yang lalu. Sebelum akhirnya Venus tiba-tiba saja mengajaknya ketempat seperti ini.Leon menggelengkan kepalanya. "Tidak, terima kasih," jawabannyamencoba bersikap sopan."Kenapa?" tanya Venus dengan raut wajah yang menunjukan kekecewaanpada Leon di sana.Sekali lagi, Leon malah menggelengkan kepalanya. Helaan nafa