"Tidak, kalau seperti itu lebih baik aku menolak tawaranmu ini, Nona," ujar Leon pada akhirnya.
Gila. Hanya itu yang dipikirkan Leon saat mendengar penuturan Venus di sana. Bagaimana mungkin dia harus menikah dengan tiba-tiba? Bodyguard mana yang harus terikat dengan pernikahan? Tidak mungkin bukan kalau dia malah menikahi seorang gadis yang tidak dia kenali sama sekali hanya demi pekerjaan itu? Lebih baik Leon tetap bekerja di tempat itu daripada harus menikah begitu saja tanpa adanya cinta. Terlebih, saat dia juga masih memiliki seorang kekasih. "Wow, tenang. Aku juga tidak memaksamu sama sekali. Aku memberikan penawaran untukmu dan tentu saja ada harga lain yang bisa aku berikan jika kau menyetujui untuk menikah denganku," ucap Venus. Leon menggelengkan kepalanya. "Maaf, Nona. Tapi—" "Cukup. Kau bisa bekerja mulai besok. Aku akan bicara pada Madam Ji jika kau akan mulai bekerja bersamaku dan berhenti dari tempat ini," ujar Venus begitu saja. Lantas itu membuat Leon mengernyitkan keningnya. "Aku bilang aku tidak menyetujuinya." "Kau sudah setuju sebelumnya. Jadi, sudah deal. Tenang saja, ini tidak termasuk dengan menikahiku. Tapi, jika kau berubah pikiran, kau bisa mempertimbangkannya. Aku akan memberimu waktu sampai satu minggu ke depan," ujar Venus yang sudah bersiap untuk pergi dari tempat itu. Kini Leon hanya terdiam di tempatnya. Entah kenapa dia malah kehilangan kata saat Venus sudah berkata demikian tanpa membiarkan Leon membantah. Leon juga cukup kebingungan akan apa yang sebenarnya terjadi. Sebelum pada akhirnya, Venus menatap Leon dari ujung kepala hingga ujung kakinya. "Ikut aku dulu. Aku akan menunjukan tempatku jadi kau bisa datang ke sana dan beberapa aturan yang harus aku beritahukan padamu," ucap Venus yang sudah mengajak Leon untuk pergi dari sana. "Tapi aku masih bekerja." "Madam Ji urusan gampang. Biar aku menghubunginya lagi nanti. Ayo," ajak Venus sekali lagi. Mengingat bagaimana Madam Ji, Leon juga paham kalau wanita itu pasti akan mengizinkannya pergi begitu saja dengan Venus. Melihat Venus juga bukan gadis sembarangan. Bukan tidak mungkin kalau gadis itu akan melibatkan uang di antara mereka. "Baiklah," ucap Leon pada akhirnya. Membuat Venus tersenyum puas saat pria itu pada akhirnya menurut padanya. Keduanya berjalan beriringan, atau lebih tepatnya Leon yang terpaksa berjalan di samping Venus karena gadis itu yang memintanya. Padahal, sebelumnya Leon berniat untuk berjalan di belakangnya. "Kau yang menyetir," ujar Venus yang sudah tiba-tiba melemparkan kunci mobilnya begitu mereka telah berada di parkiran. Beruntung Leon memiliki reflek yang bagus, sehingga dia bisa menangkap kunci tersebut tanpa membuatnya terjatuh. Karena Leon juga sadar, itu bukan sembarangan kunci mobil. Itu adalah kunci mobil mewah. Mobil sport yang Leon tahu jika harganya bisa mencapai milyaran. Membuat Leon harus berhati-hati saat memasuki mobil tersebut mengusul Venus yang sudah duduk di kursi penumpang. "Aku harus pergi kemana sekarang?" tanya Leon saat dia sudah menyalakan mesin mobilnya. Tidak menjawab pertanyaan Leon, kini Venus lebih memilih untuk mengatur Gps pada mobilnya. Hingga Leon dapat melihat tujuan yang sudah diatur oleh Venus di sana. Tanpa berbasa basi lagi, Leon melajukan mobil tersebut untuk menuju tujuan mereka malam ini. Sampai membutuhkan waktu beberapa belas menit hingga mereka telah berhenti di depan sebuah gedung apartemen elit. Leon sudah memarkir mobilnya dan menatap Venus ketika mereka sudah benar-benar berhenti. "Kau tinggal di apartemen?" tanya Leon kemudian. Tapi, Venus menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. "Tidak." "Lalu?" "Apartemen orang lain!" Jawab Venus dengan begitu tenang. Sementara Leon kini sudah menatapnya dengan tak percaya. Wanita itu membohonginya. "Kenapa malah ke tempat seperti ini? Bukannya kau mengatakan untuk menuju tempatmu?" tanya Leon dengan cukup kesal. "Jangan banyak bicara. Kau mau pekerjaan atau tidak?!" Tegas Venus pada Leon. Hingga akhirnya, Leon tidak bisa mengatakan apa pun lagi pada Venus di sana. Dia benar-benar sudah terlalu malas berdebat dengan wanita angkuh seperti Venus. Orang-orang yang memiliki banyak uang terkadang memang menyeramkan. "Ayo, ikut aku," ajak Venus begitu mereka berdua sudah keluar dari mobil tersebut. Dimana pada akhirnya, Venus telah membawa Leon pada salah satu unit apartemen yang ada di sana. Dengan Venus yang kini sudah menekan belnya. Hingga beberapa saat kemudian, pintu apartemen itu lantas terbuka. "Oh, hai!" Sapa Venus yang sudah melambaikan tangannya pada pria muda yang ada di depannya tersebut. Bukannya membalas sapaan Venus, Leon dapat melihat kalau pria itu malah terkejut dan terlihat gelisah secara bersamaan saat menatap Venus. Bahkan, pria itu mencoba menutup pintu tersebut hingga Venus harus menahannya. Sungguh, Leon sama sekali tidak paham dengan apa yang sebenarnya dia lihat sekarang ini. Dia seperti orang bodoh yang kehilangan akalnya saat itu juga. Saat dia sama sekali tidsk mengerti apa pun. "Leon! Bantu aku!" Tegas Venus pada Leon di sana. Mau tidak mau, Leon juga segera membantu Venus untuk menahan pintu tersebut. Dia mendorong pintunya hingga terbuka lebar, dimana pria yang sebelumnya membuka pintu tersebut tampak semakin ketakutan. "Nona Venus? Kau tidak sedang mencoba menipuku bukan? Apa kau sebenarnya seorang pembobol rumah orang lain?!" tanya Leon yang semakin kebingungan di tempatnya. Namun, Venus memilih mengabaikan pertanyaan Leon dan malah menunjukan raut wajah dinginnya. Kepalanya juga telah menggeleng dengan kedua tangan yang sudah terlipat di depan dada. "Dimana Ibuku?" tanya Venus dengan dingin. "Nona Venus, please. Jangan seperti ini. Aku hanya bekerja, aku tidak—" Tidak mendengarkan hingga pria itu selesai bicara, sekarang Venus lebih memilih untuk menerobos masuk ke dalam melewati pria itu. Menuju sebuah kamar yang ada di dalam apartemen tersebut. "Jaga pria itu, pastikan dia tidak kabur!" Perintah Venus sekali lagi pada Leon. Sementara Leon lagi-lagi hanya bisa menurut dengan dia yang telah berdiri di depan pintu. Menghadang pria muda itu agar tidak melarikan diri seperti apa yang dikatakan oleh Venus padanya. "IBU! APA IBU AKAN TERUS SEPERTI INI?!" Teriakan Venus terdengar di telinga Leon. Dia dengan jelas mendengar Venus menyebutkan kata Ibu di sana. Membuat Leon menjadi penasaran tentang apa yang telah terjadi. Perdebatan dua wanita itu terdengar kembali. Dengan Leon yang hanya bisa terdiam mendengarkannya. Sementara pria yang dia jaga itu telah terduduk sembari terus mengusap wajahnya dengan kasar. Terlihat sekali kalau dia tengah kalut. Sampai pada akhirnya, Venus telah berjalan dengan langkah tegasnya dati kamar itu untuk kembali ke tempat dimana Leon berada. "Leon, Ayo pergi dari tempat menjijikan ini!" ujar Venus pada Leon. Sekali lagi, Leon yang kebingungan hanya bisa menuruti perintah Nona barunya ini. Setidaknya, sampai suara wanita terdengar di belakang sana. Wanita yang baru saja keluar dari kamar yang sebelumnya Venus masuki. "Venus, maafkan ibu. Ayo bicara dulu!" Seru wanita itu. Leon terdiam di tempatnya. Dia menatap wanita itu dengan lekat. Dia mengenalnya. Iya, dia hafal sekali wajah wanita yang menyebut dirinya Ibu pada Venus tersebut. Sampai keterdiaman Leon harus terhenti saat Venus sudah menarik tangannya dengan kasar dan melangkah dengan tergesa. Membuat Leon yang masih terkejut hanya bisa diam selama beberapa saat. "Apa dia Ibumu?" tanya Leon saat Venus sudah kembali melepaskan tangannya. Dengan raut wajah yang datar, Venus menganggukkan kepalanya. Melihat jawaban itu, lantas Leon menghela nafasnya dalam. Dia tidak salah mengira Ibu Venus sebelumnya. Dia mengenalnya. Wanita itu, adalah wanita yang sempat hadir di keluarganya. Membuat Leon lantas mengeraskan rahangnya dengan tangan yang sudah mengepal.
"Aku menemukannya."
"Kau tidakminum?!" ujar Venus yang sudah menyodorkan botol minuman yang masih beradadi tangannya.Leon menatap padagadis di depannya yang kini telah kembali menenggak minuman beralkohol itulangsung dari botolnya. Kepalanya menggeleng, saat dia juga sudah melihatdengan jelas kalau gadis itu sudah mulai mabuk dengan pipi dan mata yang mulaiterlihat kemerahan.Namun, Leon sendiri tidak bisa menghalanginya. Rasanya dia juga tidak harusterlalu perduli ada gadis itu. Dia merasa kalau dia tidak perlu berurusandengannya. Walaupun dia sendiri juga cukup penasaran akan sesuatu. Tentu inimenyangkut dengan seorang wanita yang sebelumnya dia temui bersama Venusbeberapa menit yang lalu. Sebelum akhirnya Venus tiba-tiba saja mengajaknya ketempat seperti ini.Leon menggelengkan kepalanya. "Tidak, terima kasih," jawabannyamencoba bersikap sopan."Kenapa?" tanya Venus dengan raut wajah yang menunjukan kekecewaanpada Leon di sana.Sekali lagi, Leon malah menggelengkan kepalanya. Helaan nafa
"Tidak, kau bisa melakukannya sendiri. Aku harus pulang," ucap Leon dengan terburu-buru.Leon dengan cepat mendorong tubuh Venus saat itu juga. Dia berusaha menyadarkan dirinya sendiri. Kepalanya menggeleng dengan cepat saat nama Cathala teringat di kepalanya. Nama sang kekasih. Secantik apa pun Venus, Leon tetap tidak ingin membuat pengkhianatan pada hubungannya dengan sang kekasih. Dia tidak mau kalau akhirnya dia malah membuat wanitanya kecewa saat dia sendiri saja tidak pernah menyentuh kekasihnya. Sekarang, Leon sudah melangkahkan kakinya dengan cepat. Dia sudah meraih ponselnya saat berjalan menuju pintu kamar hotel tersebut. Sebab satu pesan baru saja masuk pada ponselnya. Itu pesan dari wanita yang ada di pikirannya. Cathala, kekasihnya. "Ah, kau menyelematkan aku, Thala!" Seru Leon dengan senyuman yang terlukis di bibirnya. Setidaknya, sampai senyuman itu memudar dengan langkah yang sudah terhenti saat membaca pesan yang dikirim oleh kekasihnya. [Leon? Apa kau sudah tid
"Nona Venus?" panggil Leon kemudian. Leon membuka matanya, dan dia sama sekali tidak menemukan gadis yang seharusnya berada di sampingnya. Gadis yang semalam dia nikmati setiap lekuk tubuhnya. Gadis yang telah dia ambil kegadisannya. Tidak ada jawaban. Membuat Leon segera bangkit dari posisinya dan memakai celana dalam serta celana panjang miliknya yang sempat berserak di lantai. "Nona Venus? Apa kau di dalam?" tanya Leon bersamaan dengan satu ketukan pada pintu kamar mandi. Bukan tanpa alasan, sebab Leon mendengar suara gemericik air dari dalam sana. Membuatnya berpikir jika mungkin Venus memang sedang berada di dalam sana sekarang. Akan tetapi, karena tidak ada jawaban Leon terus mengetuk pintu tersebut. Dia hanya ingin memastikan kalau gadis itu baik-baik saja. Apalagi saat dia mengingat apa yang telah terjadi semalam di antara mereka berdua. Leon hanya ingin memastikan kalau Venus memang tidak sedang merasakan kesakitan atau semacamnya. Sampai pada akhirnya, gemericik air it
Berjalan dengan Leon yang berada di belakangnya, Venus berkali-kali tersenyum puas atas apa yang telah dia dapatkan. Jelas Leon juga sadar akan hal itu, sebab secara tak langsung gadis itu juga beberapa kali menolehkan kepala ke arahnya.Keputusan Leon memang sudah bulat. Dia sudah memutuskan untuk menerima Venus dan menikah dengannya. Menjadi seseorang yang nyatanya menjadikan dirinya sebagai pria sewaan. Setidaknya, dia melakukan hal ini bukan hanya soal uang. Tapi, juga pembalasan dendamnya pada wanita yang ternyata merupakan ibu Venus."Venus! Dari mana saja?!"Seseorang di depan mereka telah berkata demikian dengan suara yang cukup tegas. Pria berusia enam puluhan itu adalah kakek Venus. Ayah dari ayah Venus. Pria yang memiliki kekayaan berlimpah termasuk dengan Diamond grup."Kakek! Maaf, aku baru pulang sekarang," ucap Venus dengan nada yang sedikit mengayun manja.Tidak hanya itu saja, Venus juga sudah berlari kecil menghampiri kakeknya di sana, dan memberikan sebuah pelukan y
"Bukan urusan Ibu!"Venus yang berkata seperti itu membuat wanita yang baru saja menjatuhkan gelasnya hingga pecah itu berjalan mendekat ke arahnya. "Apa maksudmu? Kau itu anakku, bagaimana mungkin itu bukan menjadi urusanku saat kau—"Wanita itu tidak melanjutkan kalimatnya, saat sorot matanya kini telah mendapati seorang pria yang tengah duduk dan menoleh ke arahnya. Membuat kedua pasang mata itu saling bertatapan kemudian. "Kau?" ucapnya kemudian.Leon mengepalkan tangannya secara tak sadar. Sorot matanya juga terlihat cukup menajam saat wanita tersebut menatapnya dengan sorot mata terkejut."Kau mengenalnya, Lisa?" tanya kakek Venus kemudian.Sampai pada akhirnya, Lisa segera menggelengkan kepalanya dengan cepat. Dia membantah pertanyaan yang baru saja diberikan oleh ayah mertuanya tersebut. "Tidak, aku sama sekali tidak mengenalnya. Aku hanya terkejut saja. Apa dia pria yang menghamili Venus?" ucap Lisa yang berusaha mengalihkan pembicaraan. Leon jelas tahu sekali wanita itu jug
Keputusan Leon sudah semakin bulat untuk membalaskan dendamnya pada Lisa, wanita yang menyebalkan itu. Dia benar-benar tidak akan membiarkan wanita itu lolos lagi sekali pun Leon sendiri harus menjadi menantunya.Hingga akhirnya, hari ini telah menjadi hari pernikahan Leon dengan Venus. Hari di mana dia pada akhirnya telah berstatus sebagai suami dari gadis cantik yang merupakan penerus Diamond grup."Leon! Tolong geser meja itu, jangan cuma diam saja!"Teriakan itu di dapatkan Leon saat dia sedang berdiri di samping Venus yang memperkenalkannya pada teman gadis itu.Dan ya, teriakan itu berasal dari kakek Venus. Tidak peduli jika Leon adalah pengantin pria di hari ini, kakek Venus masih saja menunjukan ketidaksukaannya pada Leon. Terlebih, dengan fakta bahwa dia masih saja merendahkan Leon karena statusnya yang hanya sebagai bodyguard sewaan untuk cucu tunggalnya tersebut."Sebentar," bisik Leon pada Venus di sana. Di mana akhirnya, dia
Tangan Leon jelas mengepal dengan kuat. Sorot matanya juga sudah menajam saat melihat apa yang ada di depannya saat ini juga.Sungguh, rasanya pikiran pria itu mendadak kacau saat melihat semua itu. Dia sama sekali tidak tahu apa hubungan Cathala dengan kakek Venus. Hanya saja, yang dia tahu Cathala tidak memiliki keluarga seperti kakek Venus ini. Yang Leon tahu, Cathala bahkan seorang wanita yang hidup sebatang kara. Sejak kecil wanita itu juga hanya tinggal di panti asuhan."Kau yakin kalau dia mantan kekasihmu?" tanya Venus kemudian saat melihat Leon yang bersikap seperti itu.Leon mengangguk dengan yakin. Rahangnya terlihat semakin mengeras sekarang. Hingga akhirnya, Venus sudah menggenggam tangan Leon dengan cukup kuat dan mengajaknya untuk berjalan mendekat pada tempat dua orang itu berada."Kalau begitu, kita harus menghampirinya," ucap Venus dengan senyuman angkuh yang telah dia tunjukan.Leon sempat kebingungan. Dia hendak menghentikan langkahnya, tapi sorot mata Cathala sudah
Leon melepaskan dasi yang menggantung di lehernya sejak pagi tadi. Tubuhnya juga telah dia hempaskan pada sofa yang ada di dalam kamar tersebut. Kamar yang akan dis tinggali bersama Venus, istri barunya.Helaan nafas panjang juga telah dia lakukan sambil memijat pangkal hidungnya di sana. Menunjukan betapa lelahnya dia menjalani hari pernikahannya ini. Rasanya lebih melelahkan daripada saat dia bekerja di tempat Madam Ji."Aku akan mandi lebih dulu. Kalau kau mau mandi lebih cepat juga, pergilah ke kamar mandi yang ada di kamar tamu," ucap Venus yang kini sudah melepaskan gaun pernikahannya dan menggantikannya dengan handuk yang melilit di tubuhnya.Tidak menjawab apa pun, Leon hanya menganggukkan kepalanya pelan hingga akhirnya Venus sudah lebih duku masuk ke dalam kamar mandinya.Hening. Leon terdiam dengan mata yang terpejam. Sampai akhirnya dia tak sadar kalau dia baru saja tertidur.***"Leon? Bangunlah."Leon mengerjapkan matanya saat panggilan itu terdengar di telinganya. Bersa
Kalau boleh memaki, rasanya ingin sekali Leon memaki wanita yang kini berdiri di hadapan istrinya. Wanita dengan lingerie yang dibalut dengan kimono tipis yang baru saja mengetuk pintu kamarnya dan mengganggu apa yang akan dia lakukan bersama Venus.Sebab Leon juga sadar, kalau wanita itu dengan sengaja mengganggu waktunya dengan Venus. Wanita itu sengaja mengganggu acara malam pertama mereka di sana."Kenapa sih, bu? Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Venus yang kini tengah menatap ibunya dengan kebingungan."Ada seseorang yang sepertinya mengintip ibu di jendela kamar tadi! Ibu takut," ucap sang ibu kemudian.Leon lantas mendecak dan berjalan mendekat pada keduanya. "Bukannya kamar ibu di lantai dua? Bagaimana mungkin seseorang bisa mengintip dari sana? Bahkan, tidak ada balkon di kamarmu," ucap Leon yang ikut bicara.Dia tidak sebodoh itu. Dia tahu jelas kalau Lisa berbohong.Mendengar jawaban Leon pun, akhirnya Venus tidak lagi ikut panik karenanya. Dia juga baru menyadari soal i
Leon melepaskan dasi yang menggantung di lehernya sejak pagi tadi. Tubuhnya juga telah dia hempaskan pada sofa yang ada di dalam kamar tersebut. Kamar yang akan dis tinggali bersama Venus, istri barunya.Helaan nafas panjang juga telah dia lakukan sambil memijat pangkal hidungnya di sana. Menunjukan betapa lelahnya dia menjalani hari pernikahannya ini. Rasanya lebih melelahkan daripada saat dia bekerja di tempat Madam Ji."Aku akan mandi lebih dulu. Kalau kau mau mandi lebih cepat juga, pergilah ke kamar mandi yang ada di kamar tamu," ucap Venus yang kini sudah melepaskan gaun pernikahannya dan menggantikannya dengan handuk yang melilit di tubuhnya.Tidak menjawab apa pun, Leon hanya menganggukkan kepalanya pelan hingga akhirnya Venus sudah lebih duku masuk ke dalam kamar mandinya.Hening. Leon terdiam dengan mata yang terpejam. Sampai akhirnya dia tak sadar kalau dia baru saja tertidur.***"Leon? Bangunlah."Leon mengerjapkan matanya saat panggilan itu terdengar di telinganya. Bersa
Tangan Leon jelas mengepal dengan kuat. Sorot matanya juga sudah menajam saat melihat apa yang ada di depannya saat ini juga.Sungguh, rasanya pikiran pria itu mendadak kacau saat melihat semua itu. Dia sama sekali tidak tahu apa hubungan Cathala dengan kakek Venus. Hanya saja, yang dia tahu Cathala tidak memiliki keluarga seperti kakek Venus ini. Yang Leon tahu, Cathala bahkan seorang wanita yang hidup sebatang kara. Sejak kecil wanita itu juga hanya tinggal di panti asuhan."Kau yakin kalau dia mantan kekasihmu?" tanya Venus kemudian saat melihat Leon yang bersikap seperti itu.Leon mengangguk dengan yakin. Rahangnya terlihat semakin mengeras sekarang. Hingga akhirnya, Venus sudah menggenggam tangan Leon dengan cukup kuat dan mengajaknya untuk berjalan mendekat pada tempat dua orang itu berada."Kalau begitu, kita harus menghampirinya," ucap Venus dengan senyuman angkuh yang telah dia tunjukan.Leon sempat kebingungan. Dia hendak menghentikan langkahnya, tapi sorot mata Cathala sudah
Keputusan Leon sudah semakin bulat untuk membalaskan dendamnya pada Lisa, wanita yang menyebalkan itu. Dia benar-benar tidak akan membiarkan wanita itu lolos lagi sekali pun Leon sendiri harus menjadi menantunya.Hingga akhirnya, hari ini telah menjadi hari pernikahan Leon dengan Venus. Hari di mana dia pada akhirnya telah berstatus sebagai suami dari gadis cantik yang merupakan penerus Diamond grup."Leon! Tolong geser meja itu, jangan cuma diam saja!"Teriakan itu di dapatkan Leon saat dia sedang berdiri di samping Venus yang memperkenalkannya pada teman gadis itu.Dan ya, teriakan itu berasal dari kakek Venus. Tidak peduli jika Leon adalah pengantin pria di hari ini, kakek Venus masih saja menunjukan ketidaksukaannya pada Leon. Terlebih, dengan fakta bahwa dia masih saja merendahkan Leon karena statusnya yang hanya sebagai bodyguard sewaan untuk cucu tunggalnya tersebut."Sebentar," bisik Leon pada Venus di sana. Di mana akhirnya, dia
"Bukan urusan Ibu!"Venus yang berkata seperti itu membuat wanita yang baru saja menjatuhkan gelasnya hingga pecah itu berjalan mendekat ke arahnya. "Apa maksudmu? Kau itu anakku, bagaimana mungkin itu bukan menjadi urusanku saat kau—"Wanita itu tidak melanjutkan kalimatnya, saat sorot matanya kini telah mendapati seorang pria yang tengah duduk dan menoleh ke arahnya. Membuat kedua pasang mata itu saling bertatapan kemudian. "Kau?" ucapnya kemudian.Leon mengepalkan tangannya secara tak sadar. Sorot matanya juga terlihat cukup menajam saat wanita tersebut menatapnya dengan sorot mata terkejut."Kau mengenalnya, Lisa?" tanya kakek Venus kemudian.Sampai pada akhirnya, Lisa segera menggelengkan kepalanya dengan cepat. Dia membantah pertanyaan yang baru saja diberikan oleh ayah mertuanya tersebut. "Tidak, aku sama sekali tidak mengenalnya. Aku hanya terkejut saja. Apa dia pria yang menghamili Venus?" ucap Lisa yang berusaha mengalihkan pembicaraan. Leon jelas tahu sekali wanita itu jug
Berjalan dengan Leon yang berada di belakangnya, Venus berkali-kali tersenyum puas atas apa yang telah dia dapatkan. Jelas Leon juga sadar akan hal itu, sebab secara tak langsung gadis itu juga beberapa kali menolehkan kepala ke arahnya.Keputusan Leon memang sudah bulat. Dia sudah memutuskan untuk menerima Venus dan menikah dengannya. Menjadi seseorang yang nyatanya menjadikan dirinya sebagai pria sewaan. Setidaknya, dia melakukan hal ini bukan hanya soal uang. Tapi, juga pembalasan dendamnya pada wanita yang ternyata merupakan ibu Venus."Venus! Dari mana saja?!"Seseorang di depan mereka telah berkata demikian dengan suara yang cukup tegas. Pria berusia enam puluhan itu adalah kakek Venus. Ayah dari ayah Venus. Pria yang memiliki kekayaan berlimpah termasuk dengan Diamond grup."Kakek! Maaf, aku baru pulang sekarang," ucap Venus dengan nada yang sedikit mengayun manja.Tidak hanya itu saja, Venus juga sudah berlari kecil menghampiri kakeknya di sana, dan memberikan sebuah pelukan y
"Nona Venus?" panggil Leon kemudian. Leon membuka matanya, dan dia sama sekali tidak menemukan gadis yang seharusnya berada di sampingnya. Gadis yang semalam dia nikmati setiap lekuk tubuhnya. Gadis yang telah dia ambil kegadisannya. Tidak ada jawaban. Membuat Leon segera bangkit dari posisinya dan memakai celana dalam serta celana panjang miliknya yang sempat berserak di lantai. "Nona Venus? Apa kau di dalam?" tanya Leon bersamaan dengan satu ketukan pada pintu kamar mandi. Bukan tanpa alasan, sebab Leon mendengar suara gemericik air dari dalam sana. Membuatnya berpikir jika mungkin Venus memang sedang berada di dalam sana sekarang. Akan tetapi, karena tidak ada jawaban Leon terus mengetuk pintu tersebut. Dia hanya ingin memastikan kalau gadis itu baik-baik saja. Apalagi saat dia mengingat apa yang telah terjadi semalam di antara mereka berdua. Leon hanya ingin memastikan kalau Venus memang tidak sedang merasakan kesakitan atau semacamnya. Sampai pada akhirnya, gemericik air it
"Tidak, kau bisa melakukannya sendiri. Aku harus pulang," ucap Leon dengan terburu-buru.Leon dengan cepat mendorong tubuh Venus saat itu juga. Dia berusaha menyadarkan dirinya sendiri. Kepalanya menggeleng dengan cepat saat nama Cathala teringat di kepalanya. Nama sang kekasih. Secantik apa pun Venus, Leon tetap tidak ingin membuat pengkhianatan pada hubungannya dengan sang kekasih. Dia tidak mau kalau akhirnya dia malah membuat wanitanya kecewa saat dia sendiri saja tidak pernah menyentuh kekasihnya. Sekarang, Leon sudah melangkahkan kakinya dengan cepat. Dia sudah meraih ponselnya saat berjalan menuju pintu kamar hotel tersebut. Sebab satu pesan baru saja masuk pada ponselnya. Itu pesan dari wanita yang ada di pikirannya. Cathala, kekasihnya. "Ah, kau menyelematkan aku, Thala!" Seru Leon dengan senyuman yang terlukis di bibirnya. Setidaknya, sampai senyuman itu memudar dengan langkah yang sudah terhenti saat membaca pesan yang dikirim oleh kekasihnya. [Leon? Apa kau sudah tid
"Kau tidakminum?!" ujar Venus yang sudah menyodorkan botol minuman yang masih beradadi tangannya.Leon menatap padagadis di depannya yang kini telah kembali menenggak minuman beralkohol itulangsung dari botolnya. Kepalanya menggeleng, saat dia juga sudah melihatdengan jelas kalau gadis itu sudah mulai mabuk dengan pipi dan mata yang mulaiterlihat kemerahan.Namun, Leon sendiri tidak bisa menghalanginya. Rasanya dia juga tidak harusterlalu perduli ada gadis itu. Dia merasa kalau dia tidak perlu berurusandengannya. Walaupun dia sendiri juga cukup penasaran akan sesuatu. Tentu inimenyangkut dengan seorang wanita yang sebelumnya dia temui bersama Venusbeberapa menit yang lalu. Sebelum akhirnya Venus tiba-tiba saja mengajaknya ketempat seperti ini.Leon menggelengkan kepalanya. "Tidak, terima kasih," jawabannyamencoba bersikap sopan."Kenapa?" tanya Venus dengan raut wajah yang menunjukan kekecewaanpada Leon di sana.Sekali lagi, Leon malah menggelengkan kepalanya. Helaan nafa