Bab 40. Menikah. Benni terbangun saat ada tangan yang memukul kasar pahanya. Mata Benni menyipit memperhatikan siapa orang yang sudah berani membangunkannya. "Mila!" panggilnya dan langsung terduduk. "Dasar sinting!" Benni tersadar saat mendengar suara yang dia sangat kenal, ternyata Harsa yang sudah membangunkannya dengan kasar. "Ada apa?" tanya Benni kesal. "Ada apa katamu?" Harsa balik bertanya pada abangnya itu. "Hari ini kan, kamu menikah!" imbuh Harsa. Benni mengusap kasar wajahnya, dia lupa. Bahkan dia juga tak memiliki persiapan apapun. "Cepatlah mandi, aku sudah membawakan kemeja dan jas untukmu!" titah Harsa. "Kau ini, darimana kamu bisa masuk?!" tanya Benni penasaran. "Aku dapat kunci duplikat rumah ini dari Ibu," jawab Harsa. Benni beranjak dari tempat tidurnya dan dengan lesu menuju kamar mandi. Benni tak bisa berlama-lama berada di dalam kamar mandi, karena Harsa terus saja menggedor pintu kamar mandi tanpa henti. Benni bersiap dengan c
Benni pasrah duduk di kursi, jika orang lain akan bersemangat karena akan melangsungkan pernikahan. Berbeda dengan Benni yang tak punya semangat sedikitpun. Dia tak bisa membayangkan bagaimana kehidupannya kelak, karena menikahi wanita yang menurutnya tidak dia kenal, bahkan wajahnya saja belum pernah dia lihat. "Mas kita latihan baca ikrar ijab qobulnya dulu ya? Nanti biar lancar," kata Pak Penghulu memberi saran. "Iya," jawab Benni lesu. Benni menjabat tangan Pak Penghulu, Harsa meletakan selembar kertas bertuliskan nama mempelai wanita. Tapi Benni langsung tak melihatnya. "Ananda Benni Asmoro bin Subroto Asmoro, saya nikahkan dan saya kawinkan Anda dengan ananda Karmila binti Hasyim yang mana walinya telah mewakilkan kepada saya untuk menikahkannya dengan Anda, dengan mas kawin berupa seperangkat alat sholat dan uang sebesar seratus lima puluh juta rupiah. Dibayar tunai!" Pak penghulu menghentakan tangan Benni. Membuat Benni yang kurang fokus langsung tersadar. "Saya
Bab 42. Gagal. Benni menelan liurnya saat melihat tubuh Mila yang hanya terbalut handuk. Sedangkan Mila, dia salah tingkah menutup bagian dadanya dengan menyilangkan kedua tangannya. "Ja-jangan melihatku seperti itu," tegur Mila gugup, wajahnya tampak bersemu merah. Benni tersenyum miring. "Tak afa larangan bagiku, melihatmu tanpa handuk saja boleh. Aku kan suamimu," jawab Benni bangkit berdiri, berjalan mendekati Mila. Tubuh Mila gemetar, Mila malu melihat kemeja Benni yang terbuka di bagian dada. Benni semakin mendekati Mila, hingga gadis itu semakin gugup. Mila mundur ke belakang hingga sampai terpentok lemari. Benni mengunci Mila dengan kedua tangannya. Jarak mereka sangat dekat, jantung mereka sama-sama bergemuruh. Gejolak di hati menerobos setiap hembusan napas membuat suasana terasa menghangat. Benni menatap dalam wajah Mila yang terlihat gugup. "Bang, jangan seperti ini. Aku mau mengambil pakaian di lemari," ucap Mila terbata. "Sekarang baru mau mengambil pakai
Bab 43 Benni tersenyum melihat mila yang berdiri di ujung tangga bawah. Dia tahu, Mila pasti ragu untuk pergi ke ruang makan sendirian. Melihat kedatangan Benni, Mila sengaja membuang muka tapi dia langsung mengikuti langkah Benni menuju ruang makan. Tatapan semua orang tertuju pada kedatangan mereka berdua. "Wah, pengantin baru sudah datang!" seru bude Dewi. Bella berdiri dari duduknya lalu menghampiri Mila. Bella memeluk Mila, Mila menepuk pelan punggung Bella. Melihat pemandangan itu, membuat orang yang meragukan jika Mila pacar Benni sebelum ini, menjadi percaya. Termasuk Pak Broto, pria paruh baya itu menghela napas kasar. Rasa malu dan rasa menyesal menjadi satu. Malu karena menyukai pacar anaknya, kecewa karena kehilangan wanita idaman incarannya. "Selamat ya, Mil. Semoga samawa," ucap Bella bersamaan melepas pelukannya. "Terima kasih, Bel," balas Mila tersenyum. Benni merangkul bahu Mila. "Kita juga mengucapkan selamat untukmu, atas pernikahanmu dengan Dirga
Bab 44 Saat malam tiba, jika sepasang pengantin harusnya merasa senang karena akan mengarungi malam yang indah bersama pasangannya. Berbeda dengan Mila, dia justru kebingungan harus bagaimana menghadap Benni, disaat hanya berdua saja di dalam kamar. Dia duduk gelisah di sofa kamar Benni. Krek~ Mila semakin gugup saat melihat Benni masuk. Dia sekilas menoleh ke arah Benni yang masuk membawa secangkir kopi di tangannya. Benni duduk di samping Mila, meraih remot tv di meja dan menyalakannya. Drama mandarin menghiasi layar kaca dengan bahasa yang tak dimengerti jika tanpa membaca terjemahan yang tertera. Mila bisa mendengar suara saat Benni menyeruput kopi. Mila sedikit melirik ke arah Benni yang ternyata fokus menatap ke arah tv. "Selama ini, kamu kabur kemana? Kenapa akhirnya bisa tertangkap anak buah Bapak?" Benni tiba-tiba bersuara dengan melontarkan pertanyaan yang membuat Mila bingung untuk menjawabnya. "Mengapa diam saja? Bingung mau jawab apa, atau merasa bersal
Bab 45Pagi datang dengan pasti tanpa diminta, kicau burung di pepohonan begitu ramai terdengar. Benni tersenyum melihat Mila yang masih meringkuk di aras kasur. Istrinya itu pasti merasa kedinginan, karena belum terbiasa tidur dalam ruangan ber-AC. Benni membenarkan posisi selimut di badan Mila. Lalu mencium pelan kening Mila, agar istri kecilnya itu tidak terbangun. Benni mengambil dompet dari saku celananya, mengambil beberapa lembar uang dan satu Atm meletakkannya di meja. Dia juga meletakkan Hp baru untuk Mila, sebagai ganti Hp yang pernah dia rusak. Lalu dia pergi meninggalkan kamar tanpa membangunkan Mila.Suasana di ruang makan begitu hening, hanya ada Bu Rani, Pak Broto dan Shasa. Benni duduk di dekat Ibunya. "Selamat pagi semua," sapa Benni. "Mana Mila?" tanya Bu Rani. "Masih tidur, mungkin dia kecapekan. Biarkan dia tidur dulu, Bu." jawab Benni sambil mengambil nasi goreng dari bakul ke piringnya. Tak ada suara lagi selain denting sendok yang beradu dengan piring. "
Bab 46Bella tampak kecewa, saat mendengar tak ada kelapa muda. Mila bersaha mengingat sesuatu, dia pun teringat jika di dekat rumah Mak Romlah, ada kios yang menjual sayur mayur dan bahan pangan mentah sampai malam hari. Mila mengambil ponsel, di saku daster selututnya. Dia mencari nomer Benni dan menghubungi suaminya itu. "Apa, Mil?" tanya Benni tanpa basi-basi. "Mas, mau minta tolong," ucap Mila. (Senyap ...) Tak ada jawaban dari Benni. "Mas ... Mas Benni," panggil Mila membuat Bella cekikikan. Mila menatap heran ke arah Bella. "Dia pasti terkejut kamu panggil, Mas," bisik Bella membuat Mila mengerti mengapa Benni terdiam dan ikut tersipu malu."Minta tolong apa?" tanya Benni setelah cukup lama diam. "Mas, di dekat danau itu ada kios sayur- mayur. Bisa gak, kalau kamu ke sana beli kelapa muda terus di parut sekalian. Soalnya, ini mau masak pepes udang tapi cuma ada udang." "Cuma ada udang, terus kenapa gak besok aja masak pepesnya?" Protes Benni. "Bella ingin makan itu sek
Benni memparkir motornya di garasi. Dari garasi dia masuk ke dalam lewat pintu yang terhubung langsung ke dapur. "Mas Benni sudah pulang," ucap Bik Nana membuat Mila yang sedang serius mengupas bawang menoleh. Benni mendekati Mila, mengulurkan kresek yang dia bawa. Mila merasa heran melihat kresek yang dibawa Benni. Dia merasa hanya memesan kelapa muda parut, kenapa terlihat banyak sekali yang Benni beli. Untuk menjawab rasa penasarannya, Mila membuka kresek itu untuk memeriksa isinya. Benni langsung pergi meninggalkan dapur. Mila langsung paham saat melihat apa yang Benni beli. Mila lekas mengeluarkan semua isi di dalam kresek. Dia menuang beras barlie di baskom kecil dan mencucinya. "Kalau itu mau di masak apa, Mbak?" tanya Bik Nana tampak heran melihat apa yang sedang dicuci Mila. "Ini, mau dimasak jadi sup manis. Ini namanya beras barlie, nanti direbus sama gula batu kalau sudah matang baru kembang tahunya dimasukan," Mila menjelaskan. "Oh, begitu. Baru lihat Bibik so