Home / Romansa / Gelora Asmara CEO / Chapter 2 Gelora Asmara CEO

Share

Chapter 2 Gelora Asmara CEO

last update Last Updated: 2023-11-21 18:07:06

“Kamu enggak usah mengancam saya!” cetus Zuna dengan suara menyentak kepada seseorang yang berada di hadapannya.

“Ancam? Aku enggak ancam kamu kok, tapi yang harus kamu ingat dengan janji-janji kamu selama dua tahun kita menjalin hubungan, Pak Zuna. Apa kamu lupa?” ungkap orang itu dengan santai dan menunjukkan wajah bersahabat ke arahnya. Berbeda dengan Zuna yang tampaknya tengah menahan emosi.

“Kamu enggak akan mengkhianati aku, tapi apa yang terjadi kamu malah menikahi perempuan lain, bahkan mengkhianati cinta kita. Dan di posisi ini siapa yang jauh disakiti,” ujarnya dengan perasaan yang kecewa dan mencondongkan wajahnya berdekatan dengan Zuna.

“Saya butuh keturunan, dan orang tua saya terus mendesak saya untuk segera menikah. Jika saya tidak menyegerakan keinginan mereka, tentu saja apa yang dialami oleh saya akan terbongkar. Kamu tahu jika selama ini saya menyembunyikan hal ini dari mereka, tidak ada satu pun yang tahu apa yang saya lakukan! Dengan saya menikah tentu saja itu menyelamatkan saya dari anggapan negatif mengenai apa yang saya derita selama tiga tahun ini!” tegas Zuna sembari menggebrak meja dengan kasar.

Tidak ada yang mendengar karena keduanya berada di ruangan kedap suara dan tersembunyi. Zuna sengaja memesan ruangan khusus untuk bertemu dengannya.

Namun, seseorang yang berada di hadapannya hanya menaikkan ujung bibirnya tipis sembari berdecih.

“Kamu enggak mikirin perasaan aku, kamu hanya mikirin perasaan kamu dengan keluarga kamu aja, Pak Zuna. Aku sudah jatuh cinta mati-matian, tapi apa ini balasan yang kamu berikan untukku,” ungkap orang tersebut dengan suara yang bergetar, menandakkan sebuah kekecewaan yang luar biasa dirasakannya.

“Tapi aku bukan orang lemah, jika kamu mengkhianatiku tentu saja aku akan membuat perempuan yang telah menjadi istrimu mati seketika!” ancam orang tersebut yang tidak main-main dengan ucapannya.

“Lalu, kamu menginginkan apa?” tanya Zuna yang sudah paham dengan arah pembicaraan yang dimaksud olehnya.

“Jadikan aku sebagai asisten pribadi Pak Zuna di rumah.”

“Hah?” Zunair menjelak. “Itu enggak mungkin banget,” lanjutnya seakan menolak dengan halus.  

“Lho kenapa enggak mungkin, enggak ada yang akan curiga kok dengan hubungan kita, kita bisa menjalani hubungan secara diam-diam. Menutupi hubungan sesama jauh lebih mudah dibanding hubungan dengan lawan jenis di belakang hubungan yang sehat,” ucap orang tersebut yang terus menerbitkan senyuman di hadapan Zuna.

Zuna sendiri tidak merasa takut dengan ancamannya, namun orang seperti Renggana bisa dengan nekat untuk melukai Citra, perempuan yang tidak tahu apa pun, termasuk hubungannya dengan dia.

“Gimana? Mudah kok bagi Pak Zuna untuk mempekerjakan aku di sana, aku jamin enggak ada satupun yang curiga. Kita akan terlihat normal di mata orang-orang,” ujar Renggana yang menyentuh punggung tangan Zuna, lalu menggenggamnya dengan erat seperti pasangan kekasih.

Zuna memang merahasiakan hubungannya dengan lelaki itu, tidak ada satupun anggota keluarganya yang tahu dengan ketidaknormalan yang dialaminya. Dan tujuannya menikahi Citra hanya untuk menutupi hubungannya dengan Renggana. Namun, rasanya tidak tega jika Citra harus terlibat dalam masalah ini, karena perempuan itu tidak tahu apa pun.

“Ok, tapi kamu jangan pernah mengganggu perempuan itu, dia tidak bersalah. Urusan kamu hanya dengan saya,” pungkas Zuna dengan suara menekan.

“Kenapa kamu perhatian banget, Pak? Kamu enggak mungkin suka sama perempuan itu, ‘kan? Apa jangan-jangan kamu ada rasa sama dia? Setelah dua bulan menikah? Apakah hubungan kita yang sudah terjalin selama dua tahun lebih kalah dengan hubungan yang baru berjalan dua bulan?”

 “Hentikan omong kosong kamu, Renggana, saya enggak ada rasa sama dia, dan saya sudah menjelaskan kepada kamu tujuan saya menikahi karena apa? Hanya untuk menutupi dan mendapatkan keturunan, saya bukan orang biasa yang hidup dengan kebebasan, apa pun yang saya lakukan akan menjadi penilaian keluarga saya maupun orang lain. Terlebih di usia saya yang sudah matang, mereka mengharapkan keturunan dari saya. Dan kenapa saya meminta kamu untuk tidak menyeret istri saya, karena dia perempuan yang cukup polos dan baik, dia tidak tahu apa pun!” pungkas Zuna dengan tegas. Padahal tujuannya menikahi Citra tidak hanya untuk menutupi kelainannya saja, melainkan karena dirinya pun ingin berubah.

“Aku sangat percaya kok jika itu tujuan Pak Zuna menikahinya, maka dari itu aku harus terus berada di samping Pak Zuna agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” cetus Renggana yang semakin melebarkan bibirnya, sejak dari tadi orang tersebut terus memberikan senyuman kepada lelaki yang dicintainya.

Dengan sangat terpaksa Zunair menganggukkan kepalanya, toh tidak ada cara lain yang dapat dilakukannya, hal itupun demi menekan ancaman Renggana kepada istrinya. Lagi pula tidak akan ada yang curiga mengenai hubungannya dengan Renggana.

***

“Sudah selesai urusannya, Pak?” tanya Dave kepada Zuna yang baru saja menuruni anak tangga. Sejak tadi Dave dengan setia menunggunya tanpa mengetahui siapa yang ditemui oleh atasannya.

“Udah kok.”

“Terus kita akan ke mana lagi, Pak? Ke perusahaan atau rumah?” tanya kembali lelaki itu.

Zuna menghentikan langkah kakinya, lalu menatap ke arah Dave.

“Ke rumah aja, Dave, pekerjaan di kantor udah diurus sama Mikha,” ujar lelaki itu yang kembali melanjutkan langkah kakinya menuju mobil.

Dengan sigap Dave segera membuka pintu mobilnya, memudahkan atasannya untuk masuk ke dalam. Namun, Dave pun merasa ada yang aneh dengan cara dan sikap dari atasannya yang tak biasa, wajahnya seperti tertekan menyembunyikan hal penting darinya. Lelaki itu mengedarkan pandangannya ke arah bangunan di mana Zuna baru saja bertemu dengan seseorang, karena ketidaktahuannya itulah yang membuat Dave merasa penasaran.

“Apa yang kamu lihat sih, Dave!” tukas Zuna yang menyadarkan lelaki itu karena tidak langsung mengikutinya masuk ke dalam mobil.

“Ehm … enggak kok, Pak.”

Dave segera memasuki mobilnya lalu melajukan mobil meninggalkan tempat ini. Sementara Zuna masih memikirkan segala ucapan dan permintaan dari Renggana yang mungkin bisa dia katakan terlebih dahulu kepada Dave.

“Saya akan mempekerjakan asisten baru, besok dia akan langsung bekerja,” sahut Zuna yang membuat Dave harus membagi pandangannya.

“Asisten baru, Pak? Asisten yang bekerja khusus apa?” timpal lelaki itu.

“Ya seperti kamu, Dave, kamu sama dia akan berteman mungkin kalian seusia juga, setiap saya pergi dia pun akan ikut dengan saya.”

“Owh begitu, Pak, laki-laki atau perempuan?” tanya kembali Dave tanpa merasa curiga sedikitpun.

“Laki-laki dong, saya enggak mungkin mempekerjakan asisten perempuan di rumah kecuali jika di kantor,” cetus Zuna yang memantik senyuman dari Dave.

“Iya juga si, Pak. Ya bagus sih supaya saya ada temennya.”

Zuna kembali fokus menatap arah jalan, meski tidak ada satupun yang tahu mengenai Renggana, dan akan dianggap normal sebagai hubungan seperti teman. Namun, tetap saja dirinya harus berhati-hati.

***

Sesampainya di mansion mewah milik keluarga Sanjaya, Zuna dikejutkan dengan perlakuan kasar dari seorang pelayan senior kepada istrinya, rahang Zuna sudah mengeras dengan salah satu tangan mengepal erat ketika Citra dibentak secara tidak hormat begitu, padahal perempuan itu merupakan istrinya. Membentak Citra sama saja tidak menghargainya.

“Berani sekali kamu membentak istri saya!” bentak Zuna yang berjalan menghampiri kedua perempuan itu.

Citra yang sejak tadi menundukkan kepala seolah menerima bentakan dari pelayan itu dibuat terkejut melihat keberadaan suaminya. Sang pelayan yang merupakan pelayan senior langsung berubah raut wajahnya, menegang dan bibir pias setelah apa yang dia lakukan terlihat oleh majikannya.

“Apa yang kamu lakukan ke dia!” Zuna langsung mencengkeram leher perempuan setengah baya tersebut tanpa mendengar penjelasannya terlebih dahulu.

Citra yang melihat hal itupun segera meminta Zuna untuk menghentikan karena merasa tidak tega juga, meski dirinya diperlakukan kasar sejak tadi.

“Mas, tolong jangan lakuin,” pinta Citra sembari memegangi pergelangan suaminya.

“Biarkan! Supaya dia tahu posisi kamu di sini itu jauh lebih tinggi dibandingkan dia. Rasanya aneh seorang pelayan membentak istri dari atasan!” tegas Zuna yang semakin mengeratkan cengkeramannya dan membuat pelayan itu meringis menahan sesak.  

“T-tolong maafkan saya, Pak,” ucapnya dengan terbata-bata.

“Saya tahu ada seseorang yang menyuruh kamu, siapa orang tersebut?” tanya Zuna yang terus mengeraskan rahangnya tanpa ada rasa kasihan sedikitpun.

“Ayo jawab! Saya enggak segan untuk memecat kamu, meski kamu adalah pelayan senior di sini, tapi saya ingin kamu belajar etika terlebih dahulu cara menghormati orang lain, enggak hanya kepada istri majikan kamu tapi kepada siapapun itu. Jadi beritahukan kepada saya orang yang telah menyuruh kamu membentak istri saya jika kamu masih ingin bekerja di sini!” desak Zuna yang terus menggertaknya.  

“Ehm ….” Perempuan itu seolah enggan untuk mengatakan karena memang sudah diancam sebelumnya.

“Jadi, kamu enggak sayang dengan pekerjaan kamu yang udah lama di sini. Ya udah kamu beresin semua pakaianmu setelah itu pergi dari sini! Rasanya saya enggak mau melihat wajah kamu lagi!” ucap Zuna yang akan melangkah pergi sembari menarik pergelangan Citra untuk ikut dengannya.

“Nyonya Marina yang menyuruh saya, Pak,” cetus perempuan itu yang pada akhirnya berani untuk mengungkapkan siapa orang yang telah menyuruhnya.

Dan nama yang dilontarkannya tadi cukup membuat Zuna mengepalkan tangan kirinya, entah mengapa dia sudah menduga jika tantenya-lah dalang dari semua ini.

Perempuan itu langsung bersimpuh di bawah kedua kaki Zuna sembari memohon ampun, agar lelaki itu memaafkan dan tidak jadi mengusirnya dari sini. Walau bagaimanapun dia masih membutuhkan pekerjaan di rumah ini.

“Tolong maafkan saya, Pak, saya enggak pernah berniat untuk membentak Nona Citra, karena saya pun tahu jika Nona adalah istri dari Bapak, tapi saya hanya menerima perintah dan saya tidak bisa melawan karena beliau mengancam saya. Tolong pikirkan kembali keputusan dari Pak Zuna yang ingin memecat saya. Tolong, Pak,” lirih perempuan itu yang terus memohon seolah lupa dengan perbuatannya tadi.

Citra yang melihatnya pun dibuat tak tega, rasanya memang tidak mungkin pelayan tersebut berani membentaknya tanpa ada yang memerintahkan.

“Nona Citra, tolong maafin saya, saya enggak ada wewenang untuk melakukan itu jika enggak disuruh.” Kini perempuan itu bersimpuh di kedua kaki Citra, berharap jika perempuan itu mau memaafkannya.

Dan Citra pun segera menghentikan apa yang dilakukannya dengan menundukkan tubuhnya bersejajar dengan sang pelayan.

“Bibi jangan ngelakuin hal ini, ya, dari awal aku udah curiga kok kalau bibi hanya disuruh orang lain, enggak benar-benar keinginan Bibi,” ucap Citra dengan penuh kelembutan.

Citra mendongak ke arah suaminya dan terlihat raut wajah laki-laki itu yang masih kesal dan kecewa. Zuna memilih untuk pergi demi menenangkan pikirannya.

“Mas!” panggil Citra yang langsung berdiri.

“Mungkin pak Zuna kecewa dengan saya, Non. Saya juga merasa bersalah dan sangat menyesal sekali. Kalau begitu maafkan saya yang telah berbuat tidak baik kepada Nona Citra. Saya akan membereskan pakaian saya terlebih dahulu sebelum berpamitan.”

“Bi, tunggu.” Citra memegang pergelangan tangan perempuan itu.

“Saya akan berusaha berbicara dengan pak Zuna supaya enggak memecat Bibi,” ucap Citra yang berharap jika kali ini Zuna mau mendengarnya.

Related chapters

  • Gelora Asmara CEO   Chapter 3 Gelora Asmara CEO

    Jam yang sudah menunjukkan pukul dua dini hari dan suaminya belum juga pulang. Sebelumnya Zuna mengatakan akan pergi sebentar, padahal posisinya baru datang dengan Dave, akan tetapi harus pergi lagi. Dan sampai detik ini juga lelaki itu tidak menunjukkan batang hidungnya. Beberapa kali Citra meneleponnya pun tidak ada satu balasan karena ponselnya tidak aktif.Suara decitan pintu yang terbuka membuat Citra langsung mengedarkan pandangan ke arah pintu. Matanya membulat dengan sempurna ketika melihat suaminya pulang dalam keadaan luka di area perutnya yang sedang dibopong oleh Dave dan salah satu bodyguard-nya.“M-mas Zuna,” ucap Citra yang langsung beranjak bangun dari tempat tidur menuju suaminya berada.“P-pak Dave a-apa yang terjadi dengan M-mas Zuna?” tanya Citra dengan suara terbata-bata, apalagi dengan darah yang menempel di kemeja putih suaminya, dengan wajah yang memucat dan tidak sadarkan diri.“Ceritanya panjang, Non, nanti saya akan ceritakan kronologinya seperti apa. Saya a

    Last Updated : 2023-11-21
  • Gelora Asmara CEO   Chapter 4 Gelora Asmara CEO

    “Mas Zuna ‘kan paling suka nasi goreng, jadi aku membawakan nasi gorengnya yang masih hangat dengan telor omurice di atasnya. Pasti Mas Zuna bakalan menikmati deh sarapannya,” ucap Citra dengan senyuman lebar yang menghiasi wajahnya, dan akan menyendokan satu suap makanan ke arah Zunair. “Pakai tangan aja enggak usah pakai sendok segala,” pinta Zuna di saat suapan tersebut menuju ke arah mulutnya.“Hah, pakai tangan, Mas?” ulang Citra dengan dahi berkerut dan hanya untuk memastikan jika telinganya tidak sedang bermasalah.“Hem, saya lebih suka pakai tangan,” timpal Zuna yang mempertegas dengan tatapan dingin yang terus diarahkan kepada perempuan itu.“Tapi—”“Enggak usah tapi-tapian, saya bilang pakai tangan, ya tangan! Kamu enggak budeg ‘kan! Jangan buat saya emosi pagi-pagi!” tukas Zuna yang selalu dibuat emosi jika Citra tidak langsung melakukan perintahnya. Padahal tujuan perempuan itu bertanya lagi agar tidak melakukan kesalahan.“Ya udah, tanganku udah bersih kok, tapi—” Citra

    Last Updated : 2023-11-24
  • Gelora Asmara CEO   Chapter 5 Gelora Asmara CEO

    Pagi ini Citra sudah disibukkan membantu para pelayan menyiapkan sarapan untuk keluarga besar suaminya, walau tidak membantu memasak. Namun, perempuan itu ikut sibuk membantu menyimpan hidangan ke atas meja, dan merasa bahagia bisa berkontribusi untuk keluarga ini, meski tidak bisa menghindari tatapan tajam dari orang-orang yang tidak suka kepadanya.“Oh ya, di mana Airlangga kenapa dia enggak ada di sini?” tanya Marina yang tengah mencari salah satu keponakannya itu.“Ada kok, Tan?” sahut lelaki itu yang baru saja tiba di ruang makan sembari memamerkan senyuman, dan senyuman itu kini beralih kepada Citra yang ikut mendongak ke arahnya. Perempuan itu membalas senyuman dari Airlangga yang sudah menjadi temannya.“Maaf ya, dari kemarin sampai pagi ini saya ditunggu terus, kalau hari libur atau lagi cuti saya jarang banget bangun pagi,” ujar Airlangga yang duduk berhadapa dengan Zuna dan Citra.“Enggak apa-apa kok, lagian kapan lagi kita bisa berkumpul secara lengkap begini. Nasib baik k

    Last Updated : 2023-11-26
  • Gelora Asmara CEO   Chapter 6 Gelora Asmara CEO

    Mobil yang ditumpangi oleh Citra sudah tiba di salah satu restoran tempat dirinya akan bertemu dengan ibu angkatnya—Sella, itupun setelah dia berusaha meyakinkan suaminya agar mengizinkan untuk pergi.“Di sini tempatnya, Bu?” tanya Renggana yang diperintahkan oleh Zunair untuk mengantar istrinya. Padahal lelaki itu merupakan asisten utama setelah Dave yang akan ikut andil dengan urusan Zuna.“Iya di sini, ya sudah saya turun dulu, ya, mas Renggana enggak apa-apa kok pulang lebih dulu saja, biar saya naik taksi saja,” ujar perempuan itu yang sedang membuka seat belt-nya.“Mana bisa, Bu, saya sudah diperintahkan oleh pak Zuna untuk mengantar dan pulang bersama Ibu. Jadi, saya akan tetap menunggu Bu Citra.”“Owh terima kasih banyak, kalau begitu saya pergi dulu, ya.”“Baik, Bu.”Dengan sangat ramah lelaki itu keluar lebih dulu untuk membukakan pintu agar memudahkan Citra keluar. Setelah itu barulah Citra melangkah untuk menemui ibu angkatnya. Renggana tampak lekat memperhatikan langkah k

    Last Updated : 2023-11-29
  • Gelora Asmara CEO   Chapter 7 Gelora Asmara CEO

    Di sepanjang perjalanan menuju acara keluarga Sanjaya yang digelar di salah satu hotel mewah bintang lima. Citra terus terdiam tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Dia takut jika kehadirannya akan menjadi bahan pertanyaan perihal kehamilannya seperti yang sudah-sudah. Padahal dia sudah mengatakan kepada Zuna untuk tidak ikut, dia tidak ingin sakit hati lagi dengan ucapan dari tante Marina yang terus menyudutkan. Namun, lelaki itu tetap saja memaksanya untuk tetap ikut, siapa yang berani menolak perintah dari seorang Zunair.Zuna yang menyadari dengan keterdiaman Citra menoleh ke arah perempuan itu, namun Citra dengan cepat melirik ke arah jendela agar terhindar dari tatapan Zuna. Sementara Renggana yang duduk di sebelah Dave pun ikut menoleh ke arah kaca spion dalam untuk melihat keadaan Zuna, di mana lelaki itu tengah memandangi istrinya.Renggana yang masih memiliki perasaan kepada Zuna tentu saja dibuat cemburu melihatnya, bahkan kedua tangan lelaki itu terkepal era

    Last Updated : 2023-12-05
  • Gelora Asmara CEO   Chapter 8 Gelora Asmara CEO

    Citra kembali ke dalam kamar setelah membawa wadah berisi air hangat, lap kecil dan juga obat, meski posisinya masih berada di hotel. Namun, dia dengan mudah mendapatkan peralatan untuk mengompres tubuh suaminya yang tengah demam. Padahal sebelumnya Citra ingin memanggil dokter karena khawatir dengan keadaan Zuna, akan tetapi lelaki itu melarangnya, bahkan Zuna pun melarang untuk memberitahukan orang tuanya, hanya dia tahu yang tahu dengan keadaannya.Perempuan itu mendudukkan bokongnya di tepi ranjang sembari memeras lap yang sudah dicelupkan ke dalam wadah berisi air hangat. Lalu, dia mengompreskan ke dahi Zuna di mana kedua matanya masih terbuka.“Maaf.”Satu kata singkat keluar begitu saja dari mulut Zuna dengan helaan napas tersengal yang terdengar oleh Citra, di saat posisinya berdekatan dengan wajahnya.“Untuk apa, Mas?” sergah perempuan itu.“Karena keadaan saya kamu harus terjebak di dalam kamar, mungkin jika saya enggak terserang sakit, kamu bisa menghabiskan waktu di sana,

    Last Updated : 2023-12-10
  • Gelora Asmara CEO   Chapter 9 Gelora Asmara CEO

    “Apa yang terjadi dengan Pak Zuna semalam?” tanya Renggana yang mendudukkan bokongnya berhadapan dengan lelaki itu di ruang kerjanya. Meski pagi tadi Citra melarang Zuna untuk ke kantor, namun lelaki itu tetap kekeh pergi karena merasa jika keadaannya sudah membaik, dan ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.Zuna mengembuskan napasnya yang terdengar kasar. “Hanya demam biasa kok, semalam kenapa kamu ke kamar saya, ketika saya bertanya via chat kamu malah membahas lain?” Zuna balik bertanya sembari menatap Renggana.Renggana menggeser kursinya agar jauh lebih dekat dengan Zuna. “Musuh kita, Pak Zuna masih ingat dengan Sembalun?” tanya lelaki itu yang kembali mengingatkan Zuna perihal masa lalu kelam yang pernah dilakukannya.“Lima tahun yang lalu, ketika kita ikut andil menyelundupkan beberapa obat-obatan terlarang dan bekerja sama dengan Sembalun. Tapi, ternyata dia menjadi pengkhianat dan sekarang dia bekerja sama dengan pihak kepolisian untuk mencari antek-antek para penyelun

    Last Updated : 2023-12-17
  • Gelora Asmara CEO   Chapter 1 Gelora Asmara CEO

    “Kamu udah hamil, Cit?” tanya Tante Marina yang merupakan adik bontot mama mertuanya, salah satu anggota keluarga yang sering sekali menyudutkan Citra jika ada acara keluarga seperti ini. “Eh, udah dua bulan ‘kan ya kalian nikah, masa belum ada kabar kehamilan juga sih? Kan Tante penasaran?” tanyanya kembali yang membuat orang-orang menatap ke arah Citra.Citra menggelengkan kepala pelan sembari tersenyum tipis seolah tahu dengan arah pembicaraan ini yang akan ke mana, pasti ujungnya dia yang akan tersudutkan.“Belum, Tan,” balas perempuan itu apa adanya.“Lho kok belum aja, ya? Kalian udah pernah checkup, ‘kan?” tanya Marina yang cukup tersontak mendengar pengakuan dari Citra.“Udah kok, kata dokter keadaanku dan mas Zuna baik-baik aja enggak ada hal yang dikhawatirkan. Mungkin memang belum dikasih, jadi kita cuma nunggu sambil berdoa dan berikhtiar,” jawab Citra yang berusaha untuk tersenyum, walaupun terasa getir saat ditanya seperti itu lagi di depan banyak orang.Entah untuk keb

    Last Updated : 2023-11-21

Latest chapter

  • Gelora Asmara CEO   Chapter 9 Gelora Asmara CEO

    “Apa yang terjadi dengan Pak Zuna semalam?” tanya Renggana yang mendudukkan bokongnya berhadapan dengan lelaki itu di ruang kerjanya. Meski pagi tadi Citra melarang Zuna untuk ke kantor, namun lelaki itu tetap kekeh pergi karena merasa jika keadaannya sudah membaik, dan ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.Zuna mengembuskan napasnya yang terdengar kasar. “Hanya demam biasa kok, semalam kenapa kamu ke kamar saya, ketika saya bertanya via chat kamu malah membahas lain?” Zuna balik bertanya sembari menatap Renggana.Renggana menggeser kursinya agar jauh lebih dekat dengan Zuna. “Musuh kita, Pak Zuna masih ingat dengan Sembalun?” tanya lelaki itu yang kembali mengingatkan Zuna perihal masa lalu kelam yang pernah dilakukannya.“Lima tahun yang lalu, ketika kita ikut andil menyelundupkan beberapa obat-obatan terlarang dan bekerja sama dengan Sembalun. Tapi, ternyata dia menjadi pengkhianat dan sekarang dia bekerja sama dengan pihak kepolisian untuk mencari antek-antek para penyelun

  • Gelora Asmara CEO   Chapter 8 Gelora Asmara CEO

    Citra kembali ke dalam kamar setelah membawa wadah berisi air hangat, lap kecil dan juga obat, meski posisinya masih berada di hotel. Namun, dia dengan mudah mendapatkan peralatan untuk mengompres tubuh suaminya yang tengah demam. Padahal sebelumnya Citra ingin memanggil dokter karena khawatir dengan keadaan Zuna, akan tetapi lelaki itu melarangnya, bahkan Zuna pun melarang untuk memberitahukan orang tuanya, hanya dia tahu yang tahu dengan keadaannya.Perempuan itu mendudukkan bokongnya di tepi ranjang sembari memeras lap yang sudah dicelupkan ke dalam wadah berisi air hangat. Lalu, dia mengompreskan ke dahi Zuna di mana kedua matanya masih terbuka.“Maaf.”Satu kata singkat keluar begitu saja dari mulut Zuna dengan helaan napas tersengal yang terdengar oleh Citra, di saat posisinya berdekatan dengan wajahnya.“Untuk apa, Mas?” sergah perempuan itu.“Karena keadaan saya kamu harus terjebak di dalam kamar, mungkin jika saya enggak terserang sakit, kamu bisa menghabiskan waktu di sana,

  • Gelora Asmara CEO   Chapter 7 Gelora Asmara CEO

    Di sepanjang perjalanan menuju acara keluarga Sanjaya yang digelar di salah satu hotel mewah bintang lima. Citra terus terdiam tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Dia takut jika kehadirannya akan menjadi bahan pertanyaan perihal kehamilannya seperti yang sudah-sudah. Padahal dia sudah mengatakan kepada Zuna untuk tidak ikut, dia tidak ingin sakit hati lagi dengan ucapan dari tante Marina yang terus menyudutkan. Namun, lelaki itu tetap saja memaksanya untuk tetap ikut, siapa yang berani menolak perintah dari seorang Zunair.Zuna yang menyadari dengan keterdiaman Citra menoleh ke arah perempuan itu, namun Citra dengan cepat melirik ke arah jendela agar terhindar dari tatapan Zuna. Sementara Renggana yang duduk di sebelah Dave pun ikut menoleh ke arah kaca spion dalam untuk melihat keadaan Zuna, di mana lelaki itu tengah memandangi istrinya.Renggana yang masih memiliki perasaan kepada Zuna tentu saja dibuat cemburu melihatnya, bahkan kedua tangan lelaki itu terkepal era

  • Gelora Asmara CEO   Chapter 6 Gelora Asmara CEO

    Mobil yang ditumpangi oleh Citra sudah tiba di salah satu restoran tempat dirinya akan bertemu dengan ibu angkatnya—Sella, itupun setelah dia berusaha meyakinkan suaminya agar mengizinkan untuk pergi.“Di sini tempatnya, Bu?” tanya Renggana yang diperintahkan oleh Zunair untuk mengantar istrinya. Padahal lelaki itu merupakan asisten utama setelah Dave yang akan ikut andil dengan urusan Zuna.“Iya di sini, ya sudah saya turun dulu, ya, mas Renggana enggak apa-apa kok pulang lebih dulu saja, biar saya naik taksi saja,” ujar perempuan itu yang sedang membuka seat belt-nya.“Mana bisa, Bu, saya sudah diperintahkan oleh pak Zuna untuk mengantar dan pulang bersama Ibu. Jadi, saya akan tetap menunggu Bu Citra.”“Owh terima kasih banyak, kalau begitu saya pergi dulu, ya.”“Baik, Bu.”Dengan sangat ramah lelaki itu keluar lebih dulu untuk membukakan pintu agar memudahkan Citra keluar. Setelah itu barulah Citra melangkah untuk menemui ibu angkatnya. Renggana tampak lekat memperhatikan langkah k

  • Gelora Asmara CEO   Chapter 5 Gelora Asmara CEO

    Pagi ini Citra sudah disibukkan membantu para pelayan menyiapkan sarapan untuk keluarga besar suaminya, walau tidak membantu memasak. Namun, perempuan itu ikut sibuk membantu menyimpan hidangan ke atas meja, dan merasa bahagia bisa berkontribusi untuk keluarga ini, meski tidak bisa menghindari tatapan tajam dari orang-orang yang tidak suka kepadanya.“Oh ya, di mana Airlangga kenapa dia enggak ada di sini?” tanya Marina yang tengah mencari salah satu keponakannya itu.“Ada kok, Tan?” sahut lelaki itu yang baru saja tiba di ruang makan sembari memamerkan senyuman, dan senyuman itu kini beralih kepada Citra yang ikut mendongak ke arahnya. Perempuan itu membalas senyuman dari Airlangga yang sudah menjadi temannya.“Maaf ya, dari kemarin sampai pagi ini saya ditunggu terus, kalau hari libur atau lagi cuti saya jarang banget bangun pagi,” ujar Airlangga yang duduk berhadapa dengan Zuna dan Citra.“Enggak apa-apa kok, lagian kapan lagi kita bisa berkumpul secara lengkap begini. Nasib baik k

  • Gelora Asmara CEO   Chapter 4 Gelora Asmara CEO

    “Mas Zuna ‘kan paling suka nasi goreng, jadi aku membawakan nasi gorengnya yang masih hangat dengan telor omurice di atasnya. Pasti Mas Zuna bakalan menikmati deh sarapannya,” ucap Citra dengan senyuman lebar yang menghiasi wajahnya, dan akan menyendokan satu suap makanan ke arah Zunair. “Pakai tangan aja enggak usah pakai sendok segala,” pinta Zuna di saat suapan tersebut menuju ke arah mulutnya.“Hah, pakai tangan, Mas?” ulang Citra dengan dahi berkerut dan hanya untuk memastikan jika telinganya tidak sedang bermasalah.“Hem, saya lebih suka pakai tangan,” timpal Zuna yang mempertegas dengan tatapan dingin yang terus diarahkan kepada perempuan itu.“Tapi—”“Enggak usah tapi-tapian, saya bilang pakai tangan, ya tangan! Kamu enggak budeg ‘kan! Jangan buat saya emosi pagi-pagi!” tukas Zuna yang selalu dibuat emosi jika Citra tidak langsung melakukan perintahnya. Padahal tujuan perempuan itu bertanya lagi agar tidak melakukan kesalahan.“Ya udah, tanganku udah bersih kok, tapi—” Citra

  • Gelora Asmara CEO   Chapter 3 Gelora Asmara CEO

    Jam yang sudah menunjukkan pukul dua dini hari dan suaminya belum juga pulang. Sebelumnya Zuna mengatakan akan pergi sebentar, padahal posisinya baru datang dengan Dave, akan tetapi harus pergi lagi. Dan sampai detik ini juga lelaki itu tidak menunjukkan batang hidungnya. Beberapa kali Citra meneleponnya pun tidak ada satu balasan karena ponselnya tidak aktif.Suara decitan pintu yang terbuka membuat Citra langsung mengedarkan pandangan ke arah pintu. Matanya membulat dengan sempurna ketika melihat suaminya pulang dalam keadaan luka di area perutnya yang sedang dibopong oleh Dave dan salah satu bodyguard-nya.“M-mas Zuna,” ucap Citra yang langsung beranjak bangun dari tempat tidur menuju suaminya berada.“P-pak Dave a-apa yang terjadi dengan M-mas Zuna?” tanya Citra dengan suara terbata-bata, apalagi dengan darah yang menempel di kemeja putih suaminya, dengan wajah yang memucat dan tidak sadarkan diri.“Ceritanya panjang, Non, nanti saya akan ceritakan kronologinya seperti apa. Saya a

  • Gelora Asmara CEO   Chapter 2 Gelora Asmara CEO

    “Kamu enggak usah mengancam saya!” cetus Zuna dengan suara menyentak kepada seseorang yang berada di hadapannya.“Ancam? Aku enggak ancam kamu kok, tapi yang harus kamu ingat dengan janji-janji kamu selama dua tahun kita menjalin hubungan, Pak Zuna. Apa kamu lupa?” ungkap orang itu dengan santai dan menunjukkan wajah bersahabat ke arahnya. Berbeda dengan Zuna yang tampaknya tengah menahan emosi.“Kamu enggak akan mengkhianati aku, tapi apa yang terjadi kamu malah menikahi perempuan lain, bahkan mengkhianati cinta kita. Dan di posisi ini siapa yang jauh disakiti,” ujarnya dengan perasaan yang kecewa dan mencondongkan wajahnya berdekatan dengan Zuna.“Saya butuh keturunan, dan orang tua saya terus mendesak saya untuk segera menikah. Jika saya tidak menyegerakan keinginan mereka, tentu saja apa yang dialami oleh saya akan terbongkar. Kamu tahu jika selama ini saya menyembunyikan hal ini dari mereka, tidak ada satu pun yang tahu apa yang saya lakukan! Dengan saya menikah tentu saja itu me

  • Gelora Asmara CEO   Chapter 1 Gelora Asmara CEO

    “Kamu udah hamil, Cit?” tanya Tante Marina yang merupakan adik bontot mama mertuanya, salah satu anggota keluarga yang sering sekali menyudutkan Citra jika ada acara keluarga seperti ini. “Eh, udah dua bulan ‘kan ya kalian nikah, masa belum ada kabar kehamilan juga sih? Kan Tante penasaran?” tanyanya kembali yang membuat orang-orang menatap ke arah Citra.Citra menggelengkan kepala pelan sembari tersenyum tipis seolah tahu dengan arah pembicaraan ini yang akan ke mana, pasti ujungnya dia yang akan tersudutkan.“Belum, Tan,” balas perempuan itu apa adanya.“Lho kok belum aja, ya? Kalian udah pernah checkup, ‘kan?” tanya Marina yang cukup tersontak mendengar pengakuan dari Citra.“Udah kok, kata dokter keadaanku dan mas Zuna baik-baik aja enggak ada hal yang dikhawatirkan. Mungkin memang belum dikasih, jadi kita cuma nunggu sambil berdoa dan berikhtiar,” jawab Citra yang berusaha untuk tersenyum, walaupun terasa getir saat ditanya seperti itu lagi di depan banyak orang.Entah untuk keb

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status