Beranda / Romansa / Gelora Asmara CEO / Chapter 3 Gelora Asmara CEO

Share

Chapter 3 Gelora Asmara CEO

last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-21 18:08:04

Jam yang sudah menunjukkan pukul dua dini hari dan suaminya belum juga pulang. Sebelumnya Zuna mengatakan akan pergi sebentar, padahal posisinya baru datang dengan Dave, akan tetapi harus pergi lagi. Dan sampai detik ini juga lelaki itu tidak menunjukkan batang hidungnya. Beberapa kali Citra meneleponnya pun tidak ada satu balasan karena ponselnya tidak aktif.

Suara decitan pintu yang terbuka membuat Citra langsung mengedarkan pandangan ke arah pintu. Matanya membulat dengan sempurna ketika melihat suaminya pulang dalam keadaan luka di area perutnya yang sedang dibopong oleh Dave dan salah satu bodyguard-nya.

“M-mas Zuna,” ucap Citra yang langsung beranjak bangun dari tempat tidur menuju suaminya berada.

“P-pak Dave a-apa yang terjadi dengan M-mas Zuna?” tanya Citra dengan suara terbata-bata, apalagi dengan darah yang menempel di kemeja putih suaminya, dengan wajah yang memucat dan tidak sadarkan diri.

“Ceritanya panjang, Non, nanti saya akan ceritakan kronologinya seperti apa. Saya akan memanggil mas Kalingga terlebih dahulu untuk mengobati luka Pak Zuna,” ucap Dave yang segera bergegas pergi setelah membaringkan Zuna ke atas ranjang dengan hati-hati.

Citra hanya menganggukkan kepalanya sembari mendapati keadaan Zuna yang begitu menyedihkan. Sulit sekali berkata-kata, bahkan tubuhnya bergetar seperti menahan air mata yang ingin sekali dikeluarkan. Entah apa yang terjadi di luar sana, jika sejak awal dia tahu akan terjadi seperti ini, mungkin dia akan melarang suaminya pergi tadi.

Tak berselang lama Dave pun kembali bersama Kalingga— yang merupakan adik laki-laki Zuna yang berprofesi sebagai dokter, dan sekarang sedang menjalani pendidikan spesialis bedah di salah satu Universitas terkemuka di Jakarta dan di salah satu RS ternama juga yang sudah bekerja sama.  

Lelaki berusia 28 tahun tersebut sedang mengobati luka parah di bagian perut kakaknya, Citra yang melihatnya pun memilih untuk berjauhan dengan Zuna, karena dia cukup takut melihat luka di perut suaminya. Namun, sesekali Citra memperhatikan wajah adik iparnya itu yang tampak biasa.

Hampir satu jam Kalingga mengobati luka di tubuh kakaknya, dan kini suaminya sudah tidur dalam keadaan telanjang dan hanya memakai selimut untuk menutupi tubuh bagian bawahnya, bagian perut ke atas dibiarkan terbuka atas perintah dari Kalingga.

“Luka di perut Pak Zuna enggak apa-apa ‘kan, Kal?” tanya Dave yang ikut mengkhawatirkan atasannya.

“Enggak kok, luka tusukan yang dialami Mas Zuna enggak terlalu dalam menembus organ dalam yang lainnya, hanya di lapisan atas kulit perut. Denyut nadinya pun cukup teratur. Yang penting nanti besok saya akan mengganti perbannya lagi,” tutur Kalingga yang memberikan obat bius agar kakaknya tidak merasakan sakit.

“Serius enggak apa-apa, Kal?” timpal Citra dengan mata yang masih sembab.

“Iya, enggak apa-apa kok, nanti juga lukanya kering. Mbak Citra jangan terlalu khawatir ya, lebih baik Mbak juga istirahat sekarang,” pinta adik iparnya itu yang sikapnya jauh lebih baik dibanding adik ipar perempuannya.

“Iya, makasih banyak ya, Kal,” timpal Citra yang belum bisa merasa tenang karena melihat keadaan suaminya sekarang.

Kalingga pun meninggalkan kamar setelah mengobati luka kakaknya, dan meninggalkan Citra dan Dave. Perempuan itu langsung mengarahkan pandangan kepada sekretaris pribadi suaminya, satu-satunya orang yang tahu dengan kronologi peristiwa itu terjadi.

“Gimana semua ini bisa terjadi, Pak Dave? Kenapa suami saya bisa terluka? Apa ada penyerangan saat kalian pulang?” tanya Citra dengan pertanyaan berjajar.

Dave yang masih syok dengan kejadian beberapa waktu yang lalu pun berusaha tenang, jangan sampai jawaban yang keluar dari mulutnya malah membuat Citra semakin syok.

“Ceritanya panjang, Non, tapi ada hubungan dengan musuh dari Pak Zuna dan kami mengalami apa yang Nona katakan tadi, penyerangan saat akan pulang,” jawab lelaki itu sembari menghela napas pelan.

“Sebagai pengusaha sukses dan terkenal, tentu saja banyak lawan yang harus dihadapi di sisi manapun, termasuk di tempat dan waktu yang tidak terduga dan di saat kita lengah,” ujar lelaki itu yang berhati-hati saat mengungkapkan.

Saking terkejutnya Citra sampai menutup mulut.  “M-musuh? Jadi selama ini Pak Zuna memiliki musuh?”

“Tentu, Non, dan hari ini saya cukup lengah tidak membawa bodyguard, sehingga mereka dengan leluasa melukai Pak Zuna, nasib baik luka tersebut tidak terlalu parah” ungkap lelaki itu dengan suara parau dan penuh penyesalan.

Citra semakin terpukul mendengarnya, tidak menyangka di balik kekayaan yang dimiliki suaminya ternyata banyak musuh yang sedang mengintainya. Nyawa lelaki itu benar-benar tidak aman, meski dia meyakini hal seperti itu memang sering terjadi di dunia bisnis.

Melihat raut wajah istri atasannya yang tampak menekuk, membuat Dave akan berusaha untuk menenangkan.

“Tapi Nona tenang saja, saya akan berusaha untuk melindungi Pak Zuna, tidak hanya saya melainkan beberapa bodyguard handal yang sudah terlatih untuk menjaganya. Dan kejadian malam ini akan menjadi pelajaran bagi kami untuk jauh lebih berhati-hati lagi,” tutur Dave.

 “Ya, aku sangat percaya pada kamu, Pak Dave.”

Setelah kepergian asisten pribadi suaminya, dan Citra pun baru saja mengganti baju mengenakan gaun tidur. Lalu mendekat ke arah ranjang untuk melihat keadaan Zuna. Ditatap dan diperhatikan perban yang menutup luka tusuk di perutnya. Tetap saja membuat Citra meringis membayangkan rasa sakit yang dirasakan oleh suaminya. Citra berusaha untuk terjaga tidak tidur, mungkin nanti malam Zuna membutuhkannya, meski Kalingga telah memberikan obat bius.

***

Keesokan pagi, ketika jam menunjukkan pukul lima pagi, Zuna terbangun dari tidurnya. Ekor matanya langsung disuguhkan dengan pemandangan di samping dia berada, di mana Citra tidur dalam keadaan duduk menyandar di kepala ranjang dengan tangan tersilang di dada.

Selain itu, Zuna pun harus meringis merasakan sakit karena obat bius yang diberikan oleh adiknya sudah habis, dan sekarang malah terasa sakit akibat luka tusukan itu. Namun, dia tetap berusaha untuk bangun dari baringannya sembari menekan perutnya agar tidak terlalu sakit.

Terasa jika ada pergerakan tubuh menyadarkan Citra yang baru satu jam tertidur, perempuan itu dengan setia membuka matanya demi menjaga Zuna.

“Mas Zuna ingin sesuatu? Mas bilang aja ke aku, biar aku yang ambilin,” sahut Citra yang mengubah posisi duduknya sembari mengusap wajahnya yang masih mengantuk.

Wajah lelaki itu terlihat sangat pucat, apalagi sekarang Zuna tengah menahan rasa sakit dengan ringisan yang tidak bisa disembunyikan.

“Aku panggil Kalingga ya, Mas.”

Namun, Zuna menahan pergelangan Citra yang akan pergi.

“Enggak usah.”

“Tapi muka kamu pucat banget, Mas, aku takut kamu kehilangan banyak darah.”

Zunair menurunkan pandangannya ke area perut yang sudah diperban sebegitu kuat, noda merah yang menempel di perbannya hanya noda sisa semalam.

“Kamu enggak lihat kalau perut saya udah diperban gini gimana darah akan keluar,” cetus Zuna yang masih bisa memarahi istrinya itu.

Citra tersenyum aneh, merutuki kebodohannya yang berhasil membuat suaminya marah. “Iya sih, tapi aku enggak paham. Terus Mas Zuna kenapa bangun?” Pertanyaan aneh kembali terlontar di lidah perempuan itu.

Zuna langsung menatapnya tajam.

“Ehm … maksud aku mungkin Mas laper apa gimana?”

“Saya enggak laper, saya cuma pengen bangun aja, kayanya kamu pengen banget kalau saya tidur terus,” cetus Zuna dengan suara ketus.

“Hehe, bukan seperti itu, Mas.” Citra melingkarkan tangannya di pergelangan tangan suaminya.

Namun, karena takut melihat tatapan tajam dari suaminya membuat perempuan itu kembali melepaskannya lagi.

“Dari semalam aku terus berjaga takut kamu terbangun dan membutuhkan sesuatu, makanya aku tanya, mungkin kamu haus, jadi kamu bisa bilang ke aku untuk mengambilkan. Aku enggak berniat apa pun kok, melihat kamu pulang dalam keadaan seperti ini aja membuatku syok dan takut, Mas,” ungkap Citra yang membuat Zunair langsung mengubah raut wajahnya sekilas. Tatapan dingin yang sejak tadi menghiasi wajahnya kini mulai mengendur dengan pengorbanan istrinya semalam.

“Ya udah sekarang kamu istirahat aja, sepertinya kamu kurang tidur,” titah Zuna.

“Enggak bisa, gimana kalau Mas Zuna mau ke kamar mandi, enggak mungkin Mas jalan sendiri.” Citra langsung menyergah.

“Kalau saya butuh sesuatu pun pasti akan meminta bantuan juga. Kamu harus banyak tenaga untuk membantu saya nanti,” pungkas Zuna yang mengedarkan pandangannya ke arah lain di saat Citra masih menatapnya. Ada hal yang mengganggu pikirannya jika sudah ditatap intens oleh perempuan itu.

Bab terkait

  • Gelora Asmara CEO   Chapter 4 Gelora Asmara CEO

    “Mas Zuna ‘kan paling suka nasi goreng, jadi aku membawakan nasi gorengnya yang masih hangat dengan telor omurice di atasnya. Pasti Mas Zuna bakalan menikmati deh sarapannya,” ucap Citra dengan senyuman lebar yang menghiasi wajahnya, dan akan menyendokan satu suap makanan ke arah Zunair. “Pakai tangan aja enggak usah pakai sendok segala,” pinta Zuna di saat suapan tersebut menuju ke arah mulutnya.“Hah, pakai tangan, Mas?” ulang Citra dengan dahi berkerut dan hanya untuk memastikan jika telinganya tidak sedang bermasalah.“Hem, saya lebih suka pakai tangan,” timpal Zuna yang mempertegas dengan tatapan dingin yang terus diarahkan kepada perempuan itu.“Tapi—”“Enggak usah tapi-tapian, saya bilang pakai tangan, ya tangan! Kamu enggak budeg ‘kan! Jangan buat saya emosi pagi-pagi!” tukas Zuna yang selalu dibuat emosi jika Citra tidak langsung melakukan perintahnya. Padahal tujuan perempuan itu bertanya lagi agar tidak melakukan kesalahan.“Ya udah, tanganku udah bersih kok, tapi—” Citra

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-24
  • Gelora Asmara CEO   Chapter 5 Gelora Asmara CEO

    Pagi ini Citra sudah disibukkan membantu para pelayan menyiapkan sarapan untuk keluarga besar suaminya, walau tidak membantu memasak. Namun, perempuan itu ikut sibuk membantu menyimpan hidangan ke atas meja, dan merasa bahagia bisa berkontribusi untuk keluarga ini, meski tidak bisa menghindari tatapan tajam dari orang-orang yang tidak suka kepadanya.“Oh ya, di mana Airlangga kenapa dia enggak ada di sini?” tanya Marina yang tengah mencari salah satu keponakannya itu.“Ada kok, Tan?” sahut lelaki itu yang baru saja tiba di ruang makan sembari memamerkan senyuman, dan senyuman itu kini beralih kepada Citra yang ikut mendongak ke arahnya. Perempuan itu membalas senyuman dari Airlangga yang sudah menjadi temannya.“Maaf ya, dari kemarin sampai pagi ini saya ditunggu terus, kalau hari libur atau lagi cuti saya jarang banget bangun pagi,” ujar Airlangga yang duduk berhadapa dengan Zuna dan Citra.“Enggak apa-apa kok, lagian kapan lagi kita bisa berkumpul secara lengkap begini. Nasib baik k

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-26
  • Gelora Asmara CEO   Chapter 6 Gelora Asmara CEO

    Mobil yang ditumpangi oleh Citra sudah tiba di salah satu restoran tempat dirinya akan bertemu dengan ibu angkatnya—Sella, itupun setelah dia berusaha meyakinkan suaminya agar mengizinkan untuk pergi.“Di sini tempatnya, Bu?” tanya Renggana yang diperintahkan oleh Zunair untuk mengantar istrinya. Padahal lelaki itu merupakan asisten utama setelah Dave yang akan ikut andil dengan urusan Zuna.“Iya di sini, ya sudah saya turun dulu, ya, mas Renggana enggak apa-apa kok pulang lebih dulu saja, biar saya naik taksi saja,” ujar perempuan itu yang sedang membuka seat belt-nya.“Mana bisa, Bu, saya sudah diperintahkan oleh pak Zuna untuk mengantar dan pulang bersama Ibu. Jadi, saya akan tetap menunggu Bu Citra.”“Owh terima kasih banyak, kalau begitu saya pergi dulu, ya.”“Baik, Bu.”Dengan sangat ramah lelaki itu keluar lebih dulu untuk membukakan pintu agar memudahkan Citra keluar. Setelah itu barulah Citra melangkah untuk menemui ibu angkatnya. Renggana tampak lekat memperhatikan langkah k

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-29
  • Gelora Asmara CEO   Chapter 7 Gelora Asmara CEO

    Di sepanjang perjalanan menuju acara keluarga Sanjaya yang digelar di salah satu hotel mewah bintang lima. Citra terus terdiam tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Dia takut jika kehadirannya akan menjadi bahan pertanyaan perihal kehamilannya seperti yang sudah-sudah. Padahal dia sudah mengatakan kepada Zuna untuk tidak ikut, dia tidak ingin sakit hati lagi dengan ucapan dari tante Marina yang terus menyudutkan. Namun, lelaki itu tetap saja memaksanya untuk tetap ikut, siapa yang berani menolak perintah dari seorang Zunair.Zuna yang menyadari dengan keterdiaman Citra menoleh ke arah perempuan itu, namun Citra dengan cepat melirik ke arah jendela agar terhindar dari tatapan Zuna. Sementara Renggana yang duduk di sebelah Dave pun ikut menoleh ke arah kaca spion dalam untuk melihat keadaan Zuna, di mana lelaki itu tengah memandangi istrinya.Renggana yang masih memiliki perasaan kepada Zuna tentu saja dibuat cemburu melihatnya, bahkan kedua tangan lelaki itu terkepal era

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-05
  • Gelora Asmara CEO   Chapter 8 Gelora Asmara CEO

    Citra kembali ke dalam kamar setelah membawa wadah berisi air hangat, lap kecil dan juga obat, meski posisinya masih berada di hotel. Namun, dia dengan mudah mendapatkan peralatan untuk mengompres tubuh suaminya yang tengah demam. Padahal sebelumnya Citra ingin memanggil dokter karena khawatir dengan keadaan Zuna, akan tetapi lelaki itu melarangnya, bahkan Zuna pun melarang untuk memberitahukan orang tuanya, hanya dia tahu yang tahu dengan keadaannya.Perempuan itu mendudukkan bokongnya di tepi ranjang sembari memeras lap yang sudah dicelupkan ke dalam wadah berisi air hangat. Lalu, dia mengompreskan ke dahi Zuna di mana kedua matanya masih terbuka.“Maaf.”Satu kata singkat keluar begitu saja dari mulut Zuna dengan helaan napas tersengal yang terdengar oleh Citra, di saat posisinya berdekatan dengan wajahnya.“Untuk apa, Mas?” sergah perempuan itu.“Karena keadaan saya kamu harus terjebak di dalam kamar, mungkin jika saya enggak terserang sakit, kamu bisa menghabiskan waktu di sana,

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-10
  • Gelora Asmara CEO   Chapter 9 Gelora Asmara CEO

    “Apa yang terjadi dengan Pak Zuna semalam?” tanya Renggana yang mendudukkan bokongnya berhadapan dengan lelaki itu di ruang kerjanya. Meski pagi tadi Citra melarang Zuna untuk ke kantor, namun lelaki itu tetap kekeh pergi karena merasa jika keadaannya sudah membaik, dan ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.Zuna mengembuskan napasnya yang terdengar kasar. “Hanya demam biasa kok, semalam kenapa kamu ke kamar saya, ketika saya bertanya via chat kamu malah membahas lain?” Zuna balik bertanya sembari menatap Renggana.Renggana menggeser kursinya agar jauh lebih dekat dengan Zuna. “Musuh kita, Pak Zuna masih ingat dengan Sembalun?” tanya lelaki itu yang kembali mengingatkan Zuna perihal masa lalu kelam yang pernah dilakukannya.“Lima tahun yang lalu, ketika kita ikut andil menyelundupkan beberapa obat-obatan terlarang dan bekerja sama dengan Sembalun. Tapi, ternyata dia menjadi pengkhianat dan sekarang dia bekerja sama dengan pihak kepolisian untuk mencari antek-antek para penyelun

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-17
  • Gelora Asmara CEO   Chapter 1 Gelora Asmara CEO

    “Kamu udah hamil, Cit?” tanya Tante Marina yang merupakan adik bontot mama mertuanya, salah satu anggota keluarga yang sering sekali menyudutkan Citra jika ada acara keluarga seperti ini. “Eh, udah dua bulan ‘kan ya kalian nikah, masa belum ada kabar kehamilan juga sih? Kan Tante penasaran?” tanyanya kembali yang membuat orang-orang menatap ke arah Citra.Citra menggelengkan kepala pelan sembari tersenyum tipis seolah tahu dengan arah pembicaraan ini yang akan ke mana, pasti ujungnya dia yang akan tersudutkan.“Belum, Tan,” balas perempuan itu apa adanya.“Lho kok belum aja, ya? Kalian udah pernah checkup, ‘kan?” tanya Marina yang cukup tersontak mendengar pengakuan dari Citra.“Udah kok, kata dokter keadaanku dan mas Zuna baik-baik aja enggak ada hal yang dikhawatirkan. Mungkin memang belum dikasih, jadi kita cuma nunggu sambil berdoa dan berikhtiar,” jawab Citra yang berusaha untuk tersenyum, walaupun terasa getir saat ditanya seperti itu lagi di depan banyak orang.Entah untuk keb

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-21
  • Gelora Asmara CEO   Chapter 2 Gelora Asmara CEO

    “Kamu enggak usah mengancam saya!” cetus Zuna dengan suara menyentak kepada seseorang yang berada di hadapannya.“Ancam? Aku enggak ancam kamu kok, tapi yang harus kamu ingat dengan janji-janji kamu selama dua tahun kita menjalin hubungan, Pak Zuna. Apa kamu lupa?” ungkap orang itu dengan santai dan menunjukkan wajah bersahabat ke arahnya. Berbeda dengan Zuna yang tampaknya tengah menahan emosi.“Kamu enggak akan mengkhianati aku, tapi apa yang terjadi kamu malah menikahi perempuan lain, bahkan mengkhianati cinta kita. Dan di posisi ini siapa yang jauh disakiti,” ujarnya dengan perasaan yang kecewa dan mencondongkan wajahnya berdekatan dengan Zuna.“Saya butuh keturunan, dan orang tua saya terus mendesak saya untuk segera menikah. Jika saya tidak menyegerakan keinginan mereka, tentu saja apa yang dialami oleh saya akan terbongkar. Kamu tahu jika selama ini saya menyembunyikan hal ini dari mereka, tidak ada satu pun yang tahu apa yang saya lakukan! Dengan saya menikah tentu saja itu me

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-21

Bab terbaru

  • Gelora Asmara CEO   Chapter 9 Gelora Asmara CEO

    “Apa yang terjadi dengan Pak Zuna semalam?” tanya Renggana yang mendudukkan bokongnya berhadapan dengan lelaki itu di ruang kerjanya. Meski pagi tadi Citra melarang Zuna untuk ke kantor, namun lelaki itu tetap kekeh pergi karena merasa jika keadaannya sudah membaik, dan ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.Zuna mengembuskan napasnya yang terdengar kasar. “Hanya demam biasa kok, semalam kenapa kamu ke kamar saya, ketika saya bertanya via chat kamu malah membahas lain?” Zuna balik bertanya sembari menatap Renggana.Renggana menggeser kursinya agar jauh lebih dekat dengan Zuna. “Musuh kita, Pak Zuna masih ingat dengan Sembalun?” tanya lelaki itu yang kembali mengingatkan Zuna perihal masa lalu kelam yang pernah dilakukannya.“Lima tahun yang lalu, ketika kita ikut andil menyelundupkan beberapa obat-obatan terlarang dan bekerja sama dengan Sembalun. Tapi, ternyata dia menjadi pengkhianat dan sekarang dia bekerja sama dengan pihak kepolisian untuk mencari antek-antek para penyelun

  • Gelora Asmara CEO   Chapter 8 Gelora Asmara CEO

    Citra kembali ke dalam kamar setelah membawa wadah berisi air hangat, lap kecil dan juga obat, meski posisinya masih berada di hotel. Namun, dia dengan mudah mendapatkan peralatan untuk mengompres tubuh suaminya yang tengah demam. Padahal sebelumnya Citra ingin memanggil dokter karena khawatir dengan keadaan Zuna, akan tetapi lelaki itu melarangnya, bahkan Zuna pun melarang untuk memberitahukan orang tuanya, hanya dia tahu yang tahu dengan keadaannya.Perempuan itu mendudukkan bokongnya di tepi ranjang sembari memeras lap yang sudah dicelupkan ke dalam wadah berisi air hangat. Lalu, dia mengompreskan ke dahi Zuna di mana kedua matanya masih terbuka.“Maaf.”Satu kata singkat keluar begitu saja dari mulut Zuna dengan helaan napas tersengal yang terdengar oleh Citra, di saat posisinya berdekatan dengan wajahnya.“Untuk apa, Mas?” sergah perempuan itu.“Karena keadaan saya kamu harus terjebak di dalam kamar, mungkin jika saya enggak terserang sakit, kamu bisa menghabiskan waktu di sana,

  • Gelora Asmara CEO   Chapter 7 Gelora Asmara CEO

    Di sepanjang perjalanan menuju acara keluarga Sanjaya yang digelar di salah satu hotel mewah bintang lima. Citra terus terdiam tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Dia takut jika kehadirannya akan menjadi bahan pertanyaan perihal kehamilannya seperti yang sudah-sudah. Padahal dia sudah mengatakan kepada Zuna untuk tidak ikut, dia tidak ingin sakit hati lagi dengan ucapan dari tante Marina yang terus menyudutkan. Namun, lelaki itu tetap saja memaksanya untuk tetap ikut, siapa yang berani menolak perintah dari seorang Zunair.Zuna yang menyadari dengan keterdiaman Citra menoleh ke arah perempuan itu, namun Citra dengan cepat melirik ke arah jendela agar terhindar dari tatapan Zuna. Sementara Renggana yang duduk di sebelah Dave pun ikut menoleh ke arah kaca spion dalam untuk melihat keadaan Zuna, di mana lelaki itu tengah memandangi istrinya.Renggana yang masih memiliki perasaan kepada Zuna tentu saja dibuat cemburu melihatnya, bahkan kedua tangan lelaki itu terkepal era

  • Gelora Asmara CEO   Chapter 6 Gelora Asmara CEO

    Mobil yang ditumpangi oleh Citra sudah tiba di salah satu restoran tempat dirinya akan bertemu dengan ibu angkatnya—Sella, itupun setelah dia berusaha meyakinkan suaminya agar mengizinkan untuk pergi.“Di sini tempatnya, Bu?” tanya Renggana yang diperintahkan oleh Zunair untuk mengantar istrinya. Padahal lelaki itu merupakan asisten utama setelah Dave yang akan ikut andil dengan urusan Zuna.“Iya di sini, ya sudah saya turun dulu, ya, mas Renggana enggak apa-apa kok pulang lebih dulu saja, biar saya naik taksi saja,” ujar perempuan itu yang sedang membuka seat belt-nya.“Mana bisa, Bu, saya sudah diperintahkan oleh pak Zuna untuk mengantar dan pulang bersama Ibu. Jadi, saya akan tetap menunggu Bu Citra.”“Owh terima kasih banyak, kalau begitu saya pergi dulu, ya.”“Baik, Bu.”Dengan sangat ramah lelaki itu keluar lebih dulu untuk membukakan pintu agar memudahkan Citra keluar. Setelah itu barulah Citra melangkah untuk menemui ibu angkatnya. Renggana tampak lekat memperhatikan langkah k

  • Gelora Asmara CEO   Chapter 5 Gelora Asmara CEO

    Pagi ini Citra sudah disibukkan membantu para pelayan menyiapkan sarapan untuk keluarga besar suaminya, walau tidak membantu memasak. Namun, perempuan itu ikut sibuk membantu menyimpan hidangan ke atas meja, dan merasa bahagia bisa berkontribusi untuk keluarga ini, meski tidak bisa menghindari tatapan tajam dari orang-orang yang tidak suka kepadanya.“Oh ya, di mana Airlangga kenapa dia enggak ada di sini?” tanya Marina yang tengah mencari salah satu keponakannya itu.“Ada kok, Tan?” sahut lelaki itu yang baru saja tiba di ruang makan sembari memamerkan senyuman, dan senyuman itu kini beralih kepada Citra yang ikut mendongak ke arahnya. Perempuan itu membalas senyuman dari Airlangga yang sudah menjadi temannya.“Maaf ya, dari kemarin sampai pagi ini saya ditunggu terus, kalau hari libur atau lagi cuti saya jarang banget bangun pagi,” ujar Airlangga yang duduk berhadapa dengan Zuna dan Citra.“Enggak apa-apa kok, lagian kapan lagi kita bisa berkumpul secara lengkap begini. Nasib baik k

  • Gelora Asmara CEO   Chapter 4 Gelora Asmara CEO

    “Mas Zuna ‘kan paling suka nasi goreng, jadi aku membawakan nasi gorengnya yang masih hangat dengan telor omurice di atasnya. Pasti Mas Zuna bakalan menikmati deh sarapannya,” ucap Citra dengan senyuman lebar yang menghiasi wajahnya, dan akan menyendokan satu suap makanan ke arah Zunair. “Pakai tangan aja enggak usah pakai sendok segala,” pinta Zuna di saat suapan tersebut menuju ke arah mulutnya.“Hah, pakai tangan, Mas?” ulang Citra dengan dahi berkerut dan hanya untuk memastikan jika telinganya tidak sedang bermasalah.“Hem, saya lebih suka pakai tangan,” timpal Zuna yang mempertegas dengan tatapan dingin yang terus diarahkan kepada perempuan itu.“Tapi—”“Enggak usah tapi-tapian, saya bilang pakai tangan, ya tangan! Kamu enggak budeg ‘kan! Jangan buat saya emosi pagi-pagi!” tukas Zuna yang selalu dibuat emosi jika Citra tidak langsung melakukan perintahnya. Padahal tujuan perempuan itu bertanya lagi agar tidak melakukan kesalahan.“Ya udah, tanganku udah bersih kok, tapi—” Citra

  • Gelora Asmara CEO   Chapter 3 Gelora Asmara CEO

    Jam yang sudah menunjukkan pukul dua dini hari dan suaminya belum juga pulang. Sebelumnya Zuna mengatakan akan pergi sebentar, padahal posisinya baru datang dengan Dave, akan tetapi harus pergi lagi. Dan sampai detik ini juga lelaki itu tidak menunjukkan batang hidungnya. Beberapa kali Citra meneleponnya pun tidak ada satu balasan karena ponselnya tidak aktif.Suara decitan pintu yang terbuka membuat Citra langsung mengedarkan pandangan ke arah pintu. Matanya membulat dengan sempurna ketika melihat suaminya pulang dalam keadaan luka di area perutnya yang sedang dibopong oleh Dave dan salah satu bodyguard-nya.“M-mas Zuna,” ucap Citra yang langsung beranjak bangun dari tempat tidur menuju suaminya berada.“P-pak Dave a-apa yang terjadi dengan M-mas Zuna?” tanya Citra dengan suara terbata-bata, apalagi dengan darah yang menempel di kemeja putih suaminya, dengan wajah yang memucat dan tidak sadarkan diri.“Ceritanya panjang, Non, nanti saya akan ceritakan kronologinya seperti apa. Saya a

  • Gelora Asmara CEO   Chapter 2 Gelora Asmara CEO

    “Kamu enggak usah mengancam saya!” cetus Zuna dengan suara menyentak kepada seseorang yang berada di hadapannya.“Ancam? Aku enggak ancam kamu kok, tapi yang harus kamu ingat dengan janji-janji kamu selama dua tahun kita menjalin hubungan, Pak Zuna. Apa kamu lupa?” ungkap orang itu dengan santai dan menunjukkan wajah bersahabat ke arahnya. Berbeda dengan Zuna yang tampaknya tengah menahan emosi.“Kamu enggak akan mengkhianati aku, tapi apa yang terjadi kamu malah menikahi perempuan lain, bahkan mengkhianati cinta kita. Dan di posisi ini siapa yang jauh disakiti,” ujarnya dengan perasaan yang kecewa dan mencondongkan wajahnya berdekatan dengan Zuna.“Saya butuh keturunan, dan orang tua saya terus mendesak saya untuk segera menikah. Jika saya tidak menyegerakan keinginan mereka, tentu saja apa yang dialami oleh saya akan terbongkar. Kamu tahu jika selama ini saya menyembunyikan hal ini dari mereka, tidak ada satu pun yang tahu apa yang saya lakukan! Dengan saya menikah tentu saja itu me

  • Gelora Asmara CEO   Chapter 1 Gelora Asmara CEO

    “Kamu udah hamil, Cit?” tanya Tante Marina yang merupakan adik bontot mama mertuanya, salah satu anggota keluarga yang sering sekali menyudutkan Citra jika ada acara keluarga seperti ini. “Eh, udah dua bulan ‘kan ya kalian nikah, masa belum ada kabar kehamilan juga sih? Kan Tante penasaran?” tanyanya kembali yang membuat orang-orang menatap ke arah Citra.Citra menggelengkan kepala pelan sembari tersenyum tipis seolah tahu dengan arah pembicaraan ini yang akan ke mana, pasti ujungnya dia yang akan tersudutkan.“Belum, Tan,” balas perempuan itu apa adanya.“Lho kok belum aja, ya? Kalian udah pernah checkup, ‘kan?” tanya Marina yang cukup tersontak mendengar pengakuan dari Citra.“Udah kok, kata dokter keadaanku dan mas Zuna baik-baik aja enggak ada hal yang dikhawatirkan. Mungkin memang belum dikasih, jadi kita cuma nunggu sambil berdoa dan berikhtiar,” jawab Citra yang berusaha untuk tersenyum, walaupun terasa getir saat ditanya seperti itu lagi di depan banyak orang.Entah untuk keb

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status