Bara Sena, Gandi Wiratama dan Rawis berhenti melangkah di depan sebuah batu besar yang berwarna kuning keemasan. Bara segera mengeluarkan peta yang dimilikinya untuk mencocokkan."Benar ini tempatnya...Rawis, apa kau yakin di bawahnya ada harta karun?" tanya Bara setelah melihat ke peta dan tempatnya sangat cocok di dalam peta dengan batu tersebut. Hanya saja, di dalam peta, gambar tersebut merupakan sebuah benda berwujud pisau panjang. Bara yakin, pisau panjang itu bukanlah benda yang biasa. Namun merupakan harta langka."Seharusnya ada Tuan. Tapi, batu ini memiliki penjaga yang sangat kuat. Saat seseorang berniat menggesernya, penjaga itu akan keluar dan mengamuk..." kata Rawis."Penjaga? Makhluk apa yang menjaga batu raksasa ini?" tanya Gandi."Itu...Itu adalah Kalajengking Emas...Dia binatang Iblis dengan Ranah Alam Cakrawala. Namun tingkat kekuatannya hampir sama dengan Ranah Alam Dewa." kata Rawis."Apa katamu? Ranah yang hampir sama dengan alam dewa? Tapi kenapa Mayadwipa membi
Gandi mengerahkan kekuatan luar miliknya untuk mengangkat batu raksasa tersebut. Dia sengaja melakukan itu untuk menguji seberapa berat Batu yang besarnya hampir satu rumah tersebut."Berat sekali..." batinnya.Bara Sena yang berada di belakangnya menatap batu emas yang secara perlahan mulai terangkat. "Kau sangat kuat dalam hal ini. Gunakan sisik naga milikmu untuk menambah kekuatan dan memudahkanmu," kata Bara memberi saran."Berisik! Ini masih sepel untuk mengerahkan sisik naga..." sahut Gandi dengan wajah yang sudah mulai memerah setelah mengerahkan kekuatan luarnya."Huh, aku sudah memberi saran kau malah cari susahnya. Terserah kau saja," kata Bara lalu dia pun duduk di atas tanah berumput. Gandi kembali mengerahkan kekuatannya. Kali ini dia mengerahkan tenaga dalam miliknya untuk menambah kekuatan luarnya. Dan batu tersebut pun mulai terangkat lebih tinggi.Gandi menatap ke bagian bawah batu yang ternyata memiliki rongga seperti sumur besar yang sangat dalam."Hei Dewa mesum!
Terdengar suara bergemuruh dari ketiga goa tersebut. Guo Jiu segera menggunakan tameng miliknya untuk bertahan dari serangan yang bisa datang kapan saja. Bara dan Gandi pun tak tinggal diam saja.Dan benar saja, tak lama kemudian muncul tiga sosok pria berwujud aneh. Mereka memiliki tubuh yang dilapisi perisai emas dengan wajah yang menyeramkan. Ada enam tangan yang mereka miliki dan masing-masing tangan membawa Pedang besar. Dan yang paling memancing perhatian adalah ekor panjang pada ketiga makhluk tersebut. Di bagian ujung ekornya menyala sengat kalajengking berbentuk Belati emas."Inikah Binatang Iblis Kalajengking Emas itu?" tanya Bara."Sepertinya begitu. Ini wujud setengahnya. Mungkin mereka juga bisa menjadi manusia seperti Rawis. Tapi, entah mengapa aku merasa, ketiga makhluk ini memiliki inti Jiwa yang samar-samar." kata Gandi."Inti Jiwa yang samar-samar? Apakah maksudmu mereka adalah boneka!?" tanya Bara.Gandi tak menyahut dan diam beberapa saat sambil menatap ketiga soso
Gandi menoleh kearah Bara Sena yang baru saja menghindar dari serangan ekor Kalajengking Emas tersebut. Melihat lantai batu yang keras berubah menjadi seperti lelehan besi membuat Raja Naga Air itu terkejut."Ujung ekor makhluk ini berbahaya! Kita harus hati-hati!" serunya."Untung saja aku tidak terkena serangannya...Itu hampir saja," sahut Bara.Kalajengking Emas yang menjadi lawan Gandi telah sepenuhnya kalah setelah menerima hantaman Pukulan Kilat Neraka. Tubuhnya tercerai berai menjadi beberapa potongan. Sementara, lawan Bara masih tersegel oleh kekuatan es dan hanya menyisakan ekornya saja yang selamat.Guo Jiu sendiri masih sibuk dalam pertarungan melawan Kalajengking tersebut. Berulangkali dia menyerang namun serangannya selalu berhasil ditangkis oleh makhluk itu. Bara dan Gandi sama-sama menatap keaerah boneka Iblis tersebut menyaksikan pertarungan yang dia lakukan."Apakah kita perlu membantunya?" tanya Gandi."Biarkan dia melakukannya sendiri. Dia masih belum menyesuaikan d
Ganda, Bara dan Guo Jiu sama-sama memeriksa tubuh dari Kalajengking Emas yang masih utuh. Hal itu karena makhluk tersebut tersegel oleh kekuatan es milik Bara Sena. Sedangkan dua makhluk yang lain telah hancur oleh Gandi dan Guo Jiu."Belati emas di ujung ekornya adalah senjata yang paling berbahaya. Selain beracun dia juga mampu membuat lunak apa pun yang terkena sambaran nya..." kata Bara."Jika ini adalah boneka, maka Kalajengking yang asli jauh lebih menyusahkan..." sahut Gandi."Ada tiga goa. Pasti akan ada jebakan di dalam sana. Bagaimana menurutmu? Apakah kita akan masuk di lubang yang sama atau kita akan berbagi lubang?" tanya Bara sambil nyengir. Gandi yang merasa aneh dengan pertanyaan itu menatap sang Pendekar Golok Iblis."Kau bertanya tapi arahnya kesana." ucap Gandi sambil menggelengkan kepala. Bara tertawa kecil."Arahnya kemana memangnya? Kau juga langsung menangkap arah bicaraku bukan? Hahaha!" sahut Bara menbuat Gandi mendengus kesal."Sudah bicaranya. Sekarang, kita
Dari dalam lingkaran biru raksasa tersebut muncul kepala seekor Naga raksasa yang besarnya tak kalah dari Kalajengking Emas. Gandi mendarat di atas kepala Naga yang belum sepenuhnya keluar tersebut."Mengundang Naga dengan mudahnya! Siapa kau sebenarnya!?" teriak Kalajengking Emas.Gandi tersenyum sinis sambil setengah berlutut diatas kepala Naga tersebut."Dia belum menyadari bahwa Naga ini bukan Naga asli dan hanya bentuk dari kekuatan air yang berhasil aku padatkan menjadi Naga raksasa. Meski bukan Naga asli, aku yakin makhluk itu akan kelabakan menghadapinya. Jadi mari kita lihat, bagaimana naga buatan milikku ini menghajar nya hahaha!" batin Gandi sambil memegangi Tanduk Naga tersebut.Raungan keras dari sang Naga menggetarkan tempat tersebut dan membuat ciut nyali Kalajengking Emas. Meski begitu, dia tak memiliki jalan untuk mundur sehingga terpaksa dia harus menghadapi Naga tersebut dengan sekuat tenaga yang dia miliki. Karena tangan kanannya hancur, Kalajengking Emas itu pun p
Sosok menyeramkan tersebut melompat keluar dari dalam tubuh Kalajengking Emas yang telah terbelah. Kedua kakinya mendarat di lantai batu. Matanya yang merah menatap nanar kearah Gandi yang masih terdiam ditempat. Pemuda itu masih kaget dengan apa yang baru saja dilihatnya. "Siapa kau?" tanya Gandi kemudian."Puih! Akhirnya kau mau bersuara juga ya? Aku pikir kau benar-benar budeg!" kata makhluk tersebut."Aku masih terkejut dengan kemunculanmu yang sangat aneh. Makhluk apa kau sebenarnya?" tanya Gandi lagi.Sosok pucat yang hanya mengenakan kain di bagian kemaluannya atau sedikit mirip dengan cawat itu menyeringai lebar."Namaku Pragasena. Aku adalah Tubuh Inti dari makhluk yang kau kalahkan itu. Sudah lama sekali sejak aku kembali keluar dan berhadapan dengan makhluk hebat seperti dirimu..." kata pria pucat dengan kepala lonjong dan rambut tipis yang mengaku bernama Pragasena tersebut."Aku sudah tahu itu. Tapi aku baru tahu, tubuh inti yang ada didalam wadah besar ternyata sudah b
Gandi dan Pragasena sama-sama bersiap untuk melakukan pertarugan. Makhluk dengan kulit pucat dan wujud yang seram itu menyeringai kearah Raja Naga Air."Menghadapi Dewa sepertiku tidak mudah anak muda. Kau harus siap untuk mati kapanpun juga jika kau memang tidak berjodoh dengan Pedang Pembuka Kehidupan ini," kata Pragasena lalu tubuhnya membungkuk bersiap untuk melesat kearah Gandi. "Aku tahu kau kuat. Tapi jika kau berpikir aku ini orang yang lemah, kau salah." ucap Gandi sambil mengerahkan tenaga dalam miliknya. Aura biru menyeruak dari dalam tubuhnya. Hal itu cukup mengejutkan Pragasena yang menunda serangannya."Oh? Kau juga seorang Dewa? Bahkan sudah tingkat 5. Sungguh menarik...! Siapa sangka, tamu yang datang kali ini adalah seorang Dewa hahaha! Aku benar-benar merasa terhormat!" kata Pragasena lalu dia pun meluncur dengan cepat kearah Gandi.Gerakannya sangat cepat dan tahu-tahu sudah ada didepan Raja Naga Air sambil menebas kearah tubuh pemuda tersebut. Trang!Gandi menaha
Bebatuan yang hancur akibat terkena serangan tak terlihat itu menciptakan suara bergemuruh dahsyat. Gandi menatap semua itu dengan perasaan yang sedikit gelisah. Hal itu dikarenakan serangan sebesar itu tak disadari olehnya dan bahkan tak terasakan sama sekali hawa kedatangannya. Padahal dampak yang ditimbulkan dari serangan itu mampu menghancurkan puncak gunung batu yang ada di belakang sana."Sungguh mustahil...Bagaimana bisa aku tak merasakan aura kekuatan sebesar itu...? Apakah ini kemampuan sebenarnya dari Pedang Naga Langit?" batin Gandi."Sepertinya dia sudah tahu kedatangan kita. Padahal jarak dari tempat kita saat ini dengannya masih sangat jauh. Tapi dia bisa melancarkan serangan sekuat ini tanpa kau sadari sama sekali. Sepertinya, lawanmu kali ini lebih hebat lagi dibanding Bolo Satrio," kata Narashansa. Gandi menghela napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan keras."Kenapa kau bisa merasakan serangan itu sedangkan aku tidak? Seandainya tak ada dirimu, mungkin aku akan
Gandi menatap kearah lereng gunung yang longsor akibat hantaman tubuh Bolo Satrio yang baru saja terkena pukulan darinya. Tangan pemuda itu pun bergerak kedepan. Dari dalam telapak tangannya muncul aura biru yang merupakan kekuatan air miliknya. Tangan air tersebut bergerak cepat memanjang dan masuk ke dalam sela-sela batu.Tubuh Bolo Satrio keluar dari dalam reruntuhan tanah dan Batu dalam keadaan mengenaskan. Zirah di tubuhnya hancur dan nampak luka yang parah pada bagian dadanya. Tangan air itu mencengkram lehernya dan menyeret roh senjata tersebut keluat dari reruntuhan."Apa kau sudah menyerah? Kau tak mungkin bisa menang melawanku," kata Gandi.Bolo Satrio yang merasa tak berdaya pun melepaskan Palu Naga Bumi hingga terjatuh ke tanah pertanda dia telah menyerah. Gandi pun melepaskan cengkraman tangan air miliknya pada leher pria besar tersebut lalu melompat di dekatnya. Pemuda itu menempelkan telapak tangan kanannya di bahu Bolo Satrio. Saat itu juga aura kuning keluar dari tang
Disaat Gandi tengah berbincang dengan Dewi Narashansa yang baru saja muncul dari dalam Pedang Guntur Saketi, Bolo Satrio yang sebelumnya terkena pukulan wanita tersebut melompat keluar dari dalam tanah yang mengubur dirinya. Wajahnya terlihat sangat marah dan tubuhnya pun nampak gosong di beberapa bagian akibat pukulan mengandung kekuatan petir dari Narashansa."Kau...Apakah kau juga roh senjata sama seperti diriku?" tanyanya sambil menunjuk kearah wanita buta yang ada di hadapan Gandi. Meski marah dan dendam, tapi rasa penasarannya terhadap sosok yang keluar dari dalam Pedang Guntur Saketi itu lebih besar. Narashansa pun menoleh lalu tersenyum."Tidak. Aku bukan roh seperti dirimu. Aku adalah janin Dewa yang baru saja terlahir tepat disaat pemilikku memanggil diriku. Sebagai seorang Roh Senjata, seharusnya kau tahu apa itu janin dewa bukan?" sahut Narashansa. Kedua mata Bolo Satrio nampak membesar mendengar jawaban dari wanita cantik dengan ikat kepala biru tersebut."Janin Dewa...?
Bolo Satrio dan Naga Bumi miliknya telah jatuh ke dalam cengkraman tangan air raksasa milik Gandi Wiratama. Keduanya meronta-ronta berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman tersebut. Namun mereka tak bisa melakukannya karena kekuatan air milik Gandi sangat besar dan sulit untuk ditembus. Yang ada Bolo Satrio justru menjadi semakin lemah karena terperangkap di dalam air. Sedangkan Naga Bumi tubuhnya mulai remuk karena remasan tangan raksasa tersebut."Menyerahlah dan aku akan lepaskan kalian!" kata Gandi sambil menatap mereka berdua yang terlihat tersiksa.Bolo Satrio yang mendengar hal itu merasa harga dirinya diremehkan dan mulai terlihat sangat marah. Tangan kirinya pun mengarah ke Naga Bumi yang hampir hancur karena cengkraman tangan air raksasa. Kedua mata pria itu nampak menyala keemasan."Kau pikir aku sudah kalah hah!?" geram pria besar tersebut lalu dari dalam telapak tangannya keluar sinar emas. Tiba-tiba tubuh pria itu lenyap dari dalam telapak tangan air tersebut membu
Gandi melangkah ke depan sambil mengerahkan aura tenaga dalam miliknya sehingga kabut tipis itu pun tersibak. Saat itulah, terlihat satu sosok Naga dengan ukuran yang cukup besar muncul tepat di hadapannya menatap marah kearahnya. Naga tersebut memiliki warna yang serupa dengan tanah dan sedikit kehijauan pada bagian atasnya. Kedua matanya berwarna hitam dan memiliki titik merah pad pupilnya. Gandi mendengus keras lalu merubah wujudnya menjadi seekor Naga sempurna sama seperti Naga yang ada di hadapannya. Hanya saja, pada bagian kepalanya nampak mahkota Raja berwarna perak. Tubuh Naga Gandi juga lebih besar dari Naga Bumi tersebut.Naga berwarna tanah itu nampak mundur beberapa langkah setelah melihat perubahan wujud Gandi Wiratama. Dari sorot matanya jelas dia terkejut dan ketakutan karena aura yang Gandi tebarkan sangat menekan lawan."Naga Bumi, apakah kau ingin bertarung melawanku!?" tanya Gandi setelah dirinya berubah menjadi seekor Naga bersisik biru terang dengan sepasang Tandu
Setelah pembicaraan singkat di ruangan tersebut, Kusumadewi tiba-tiba mengarahkan tangannya ke depan dan saat itu juga dia membuat gerakan menebas. Nampak aura biru muncul dari bekas tebasan tersebut yang kemudian menderu ke depan sana lalu...Sring!Tiba-tiba di depan sana tercipta pecahan ruang yang tidak asing lagi bagi Gandi Wiratama. Karena pecahan ruang itu sangat mirip dengan apa yang pernah dia lihat di Turnamen Probo Lintang. Yakni pecahan ruang milik Chang Hao."Menciptakan pecahan ruang dengan mudah...Wanita ini sebenarnya sekuat apa?" batin Gandi.Kusumadewi menoleh kearah dua orang yang ada di dekatnya lalu mengajak mereka memasuki pecahan ruang tersebut. Namun sebelum pergi, dia meminta kepada Pragasena untuk tetap berada di gudang senjata karena pecahan ruang yang dia ciptakan hanya bisa dimasuki oleh tiga orang saja. Pragasena pun tidak keberatan dengan hal itu karena dia memang tidak begitu ingin memasuki wilayah yang pernah membuatnya ketakutan. Dia justru ingin meng
Kusumadewi yang awalnya berhati dingin pun menjadi lunak setelah melihat kebaikan Gandi Wiratama. Orang yang dia anggap remeh namun ternyata memiliki kemampuan yang berada di luar pemahamannya. Setelah wanita itu sembuh dari luka yang dia derita, Raja Naga Air itu pun melepaskan totokannya pada tubuh roh senjata tersebut."Kau sudah pulih," ucap Gandi sambil menyeka keringat yang membasahi dahi nya. Kusumadewi bangkit berdiri dengan wajah yang malu-malu."Terimakasih..." ucapnya dengan suara lirih dan mata menunduk. Gandi tersenyum sambil melambaikan tangan."Tak perlu berterimakasih. Biar bagaimana pun, kau itu kakak dari Dara Purbavati. Itu berarti, kau juga kakakku," kata Gandi santai tak tahu apa yang dirasakan oleh wanita di hadapannya tersebut.Kusumadewi terlihat aneh setelah mendengar ucapan Gandi. Dia menatap pemuda itu dengan sedikit sungkan. Ingin dia mengatakan sesuatu pada pemuda tersebut namun tenggorokannya terasa tersekat. Disaat yang sama, Dara datang bersama Pragasen
Nyai Kusumadewi menatap kearah Gandi yang terlihat tengah termangu. "Apa yang tengah dia pikirkan? Berani sekali dia mengalihkan perhatiannya saat berada di depanku...? Orang seperti ini akan mudah dikalahkan karena terlalu menganggap remeh lawan..." batin Kusumadewi. Namun di sisi lain dia masih sangat penasaran bagaimana cara Gandi bertahan dari serangan terkuat miliknya. Padahal serangan itu tak mudah untuk dipatahkan apalagi ledakan tersebut terkurung di dalam kubah hijau yang pastinya tingkat kekuatannya akan menjadi lebih dahsyat dari sebelumnya. Belum pernah ada yang selamat oleh serangan tersebut.Wanita itu tak tahu bahwa saat itu Gandi tengah berbincang dengan Ki Ageng Samudra Biru di dalam alam jiwa milik sang pemuda. Mereka tengah membahas tentang Kahiyang Dewi yang masih menjadi pikiran Gandi Wiratama. Pembicaraan mereka benar-benar serius karena entah mengapa Gandi kembali teringat akan wanita Naga Api tersebut setelah dia menggunakan kekuatannya untuk bertahan dari gem
Srttttt!Tubuh Gandi bergerak secepat kilat diikuti kekuatan petir miliknya. Kusumadewi tak tinggal diam melihat serangan kilat tersebut. Dia segera membuat gerakan tangan yang kemudian disusul munculnya ratusan anak panah yang melayang di belakangnya."Ingin menyerangku? Coba dulu kekuatan Panah Penghancur Surga!" teriak Kusumadewi lalu dia pun mendorong tangan kanannya ke depan. Ratusan anak panah nampak berputar dan mengeluarkan kekuatan aneh bercahaya hijau. Sesaat kemudian panah-panah tersebut menderu kearah Gandi yang tengah melesat kearah roh wanita tersebut.Raja Naga Air itu terkejut melihat ratusan anak panah yang menderu kearahnya. Gandi segera berkelit dari serangan anak panah tersebut dengan kecepatan kilat yang dia miliki. Namun rupanya anak panah itu sudah mengunci tubuhnya sehingga saat panah berhasil dihindari, anak panah tersebut berputar kembali dan menyerang pemuda tersebut tanpa henti.Geram karena dikepung serangan ratusan anak panah, Gandi pun langsung menciptak