Gandi membelai wajah ayu yang ada di hadapannya tersebut sambil tersenyum."Bagaimana caranya aku menjadi makhluk seperti yang kau katakan? Itu terdengar asing di telingaku. Tapi melihat dirimu yang memang bukan manusia, aku jadi percaya begitu saja dengan apa yang kau katakan," ucap Sekar Asih."Kau hanya perlu meminum darahku. Itu saja. Dan setelah kau meminum darahku, kau harus bertapa selama 40 hari untuk mencerna dan menyerap kekuatan yang aku berikan padamu." kata Gandi."Memium darahmu...? Apakah tidak ada cara lain selain itu?" tanya Sekar dengan wajah menunjukkan keraguan."Cara apa lagi? Kalau kita bercinta, tetap saja kau manusia aku seorang naga. Tidak ada yang berubah karena itu tidak masuk kedalam aliran darah..." kata Gandi membuat wajah Sekar memerah seketika."Kenapa kau mengarah kesana? Kau pasti sangat menginginkannya...Huh...Bukankah kau sudah memiliki dua orang istri?" gerutu Sekar dengan wajah cemberut. Gandi tertawa lalu mencubit hidung bangir nan mancung terseb
Gandi membuka tabir yang menutupi tubuhnya dan Dewi Rembulan sehingga kini mereka kembali terlihat oleh orang lain. "Sekarang kita akan mengurus keberadaan Ki Ojang lebih dulu. Waktuku hanya 10 hari untuk kembali lagi ke Kerajaan Probo Lintang karena aku masih mengikuti Turnamen 100 tahunan disana." kata Gandi."Apa yang akan kita lakukan untuk melacaknya?" tanya Sekar dengan wajah sumringah. Dia benar-benar merasa bahagia hari itu meski sedikit sedih dengan hilangnya sang guru."Aku harus ke tempat dimana dia menghilang. Dari sana aku bisa mencarinya kemana gurumu pergi." kata Gandi."Tapi...Perjalanan ke sana bukan hal yang mudah. Butuh waktu 10 hari lebih untuk bisa mencapai Gunung Ciremai. Itu pun kalau tidak menemui masalah di tengah jalan..." kata Sekar dengan wajah yang mulai tak tenang."Sebenarnya aku bisa dengan mudah membuka portal Gaib menuju ke sana. Tapi, itu cukup berbahaya jika sering dilakukan di dunia manusia. Karena portal Gaib bisa bersentuhan dengan ruang dan wak
Sementara itu, Bara Sena bersama salah satu pengikut Batara Geni telah sampai di kaki gunung Sindoro. Bara menoleh ke belakang."Hu Mo, apa kita harus berjalan kaki menuju ke puncak?" tanya Bara.Hu Mo, pengikut Batara Geni yang sudah lama menjadi kaki tangan Mahadewa tersebut adalah seorang Iblis Kabut. Kemampuan kabut nya sangat berguna untuk kabur maupun mengelabui musuh. "Kita bisa terbang rendah tuan Bara. Aku merasakan adanya aura Iblis dari puncak gunung ini," kata Hu Mo.Bara menganggukkan kepala. Mereka berdua pun melayang terbang menuju ke puncak gunung. Mereka terbang tidak tinggi dan tidak terlalu cepat agar tidak menarik perhatian. Apalagi Bara merasakan adanya kekuatan yang cukup hebat dari arah puncak sana. "Kekuatan yang setara dengan Raja Iblis. Tapi bagaimana bisa ada Raja Iblis di tempat yang ada dibawah perlindungan Batara Geni?" batin Bara.Tak berapa lama, akhirnya mereka pun sampai di puncak sebelah timur. Mereka berjalan mengendap-endap untuk mengintip ke ba
Bara Sena melayang di atas lahar yang tengah meleleh keluar dari dalam puncak gunung tersebut. Matanya terus mengawasi kearah bawah sana. "Tidak mungkin dia mati setelah adu tinju denganku. Sepertinya makhluk satu ini hebat dalam menyembunyikan aura kehadirannya," batin Bara.Lahar Gunung Sindoro mengalir menuju ke segala penjuru. Kebakaran hutan yang hebat pun terjadi hingga membuat gunung itu seperti kobaran api raksasa. Bara belum merasakan hawa kehadiran dari makhluk yang baru saja baku hantam dengan dirinya. Dia yakin makhluk itu masih hidup.Disaat dia tengah jelalatan mencari keberadaan makhluk itu, tiba-tiba dari dalam tanah yang terbakar muncul sesuatu berbentuk akar yang melesat kearah Bara Sena. Pemuda itu terkejut saat sadar ada hembusan angin dari arah bawah kakinya. Sayangnya dia terlambat menghindari akar tersebut hingga kedua kakinya terjerat. Sekejap kemudian, dari dalam akar yang masih berada di tanah itu meluncur hawa merah yang melesat dengan cepat. Blarrr!Bara
Kita tinggalkan dulu Bara yang sedang menanti kemunculan makhluk raksasa dari dalam puncak gunung Sindoro. Beralih ke tempat Raja Naga Air berada, rombongan mereka pun sampai di lereng gunung Ciremai lewat tengah malam. Naga Biru raksasa mendarat di tanah dengan perlahan.Semua orang yang ada di atas kepala makhluk suci dari Laut Selatan itu pun melompat turun. Namun sayangnya ada satu orang yang mabuk udara. Dia adalah Senapati Cakra Buana. Wajah pria itu sangat pucat. Bahkan dia yang sudah bertahan untuk tidak muntah pada akhirnya memuntahkan semua isi di dalam perutnya. Raja Sanjaya berusaha membantu pamannya dengan memijat di bagian leher agar merasa lebih baik."Hoooeekkk!" Pria bertubuh kekar dengan tampang sangar itu kembali muntah namun tak ada apa pun yang keluar dari mulutnya."Dia masuk angin. Ini pertama kalinya terbang dan orang sebesar dia masuk angin...?" batin Gandi sambil tersenyum melihat ayah mertuanya yang terlihat menganaskan. Pemuda itu pun mendatangi Cakra Bua
Gandi bersama Sekar Asih, Cakra Buana dan Ki Marga pun memasuki portal Gaib yang ada di depan mereka. Tubuh mereka lenyap secara perlahan masuk ke dalam portal. Setelah itu, lingkaran biru terang tersebut menghilang begitu saja.Dari kejauhan, Raja Sanjaya masih sempat melihat kearah portal Gaib yang membubung tinggi ke langit tersebut hingga akhirnya portal itu pun lenyap. "Semoga kalian semua baik-baik saja..." batin pria itu lalu dia pun menatap ke depan. Hanya ada kegelapan di bawah sana yang memiliki banyak misteri. Dari atas langit, Raja Sanjaya bisa melihat tanah Galuh yang luas. Senyum tipis terlintas di bibirnya."Aku akan menyatukan kembali Tanah Pasundan. Akan aku tunjukkan kepada semua orang bahwa aku adalah Raja yang hebat!" ucapnya."AKU SUKA SEMANGATMU ITU ANAK MUDA..."Raja Sanjaya terkejut mendengar sahutan suara yang berasal dari mulut sang naga."Kau berbicara...? Aku pikir kau akan diam saja wahai Naga biru..." kata Sanjaya sambil membelai sisik biru Naga tersebut
Gandi dan tiga orang yang bersamanya terkejut saat muncul di tempat yang porak poranda. Tak hanya itu, mereka juga langsung disuguhkan hal yang mengerikan. Bagaimana tidak, tak jauh dari mereka ada sosok raksasa yang tengah keluar dari dalam puncak gunung. Sekar, Cakra Buana dan Ki Marga sama-sama melotot melihat makhluk tersebut. Gandi pun terkejut setelah tiba ditempat yang dia tuju. "Bagaimana bisa portal itu menuju ke tempat ini...Makhluk itu..." Gandi mengawasi keadaan sekitar. Akhirnya kedua matanya berhenti pada satu sosok yang tergeletak di atas batu."Sekar, sepertinya dia adalah gurumu," kata Gandi sambil menunjuk kearah sosok yang tergeletak tak bergerak. Mendengar hal itu, Sekar segera melesat kearah sosok tersebut. Dan seketika dia pun terpaku melihat sosok yang sangat dia kenal."Kakek...Kenapa kau menjadi seperti ini..." lirihnya.Ki Marga dan Cakra Buana segera mendekat dan memeriksa keadaan pria tua tersebut."Ojang!" seru Ki Marga sambil meraih tangan pria tua ters
Bara dan Gandi sama-sama terkejut karena kecepatan dari makhluk yang menyambar kepala mereka berdua. Dengan cepat mereka sama-sama mengerahkan pelindung tenaga dalam saat tangan makhluk itu membenturkan kepala keduanya satu sama lain.Daaarrr!!!Terdengar ledakan keras saat dua kepala itu saling berbenturan. Untungnya itu bukan ledakan dari kepala mereka yang pecah melainkan benturan dua perisai tenaga dalam yang akhirnya menciptakan ledakan disertai gelombang tenaga dalam."Makhluk keparat!" geram Bara lalu dia meraih tangan kekar yang mencengkram kepalanya. Dari dalam tangannya keluar kekuatan api neraka yang langsung membakar tangan tersebut. Gandi tak tinggal diam. Dia langsung mengerahkan pukulan Kilat Neraka miliknya yang sudah diperkuat dengan kekuatan Batu Jiwa Naga. Tinjunya bergerak menghantam hingga keluar kilat merah yang menyambar tubuh sosok di depannya.Blaaar!Hantaman itu membuat tubuh sosok tersebut terpental ke belakang hingga belasan tombak. Namun dia masih bisa d
Bebatuan yang hancur akibat terkena serangan tak terlihat itu menciptakan suara bergemuruh dahsyat. Gandi menatap semua itu dengan perasaan yang sedikit gelisah. Hal itu dikarenakan serangan sebesar itu tak disadari olehnya dan bahkan tak terasakan sama sekali hawa kedatangannya. Padahal dampak yang ditimbulkan dari serangan itu mampu menghancurkan puncak gunung batu yang ada di belakang sana."Sungguh mustahil...Bagaimana bisa aku tak merasakan aura kekuatan sebesar itu...? Apakah ini kemampuan sebenarnya dari Pedang Naga Langit?" batin Gandi."Sepertinya dia sudah tahu kedatangan kita. Padahal jarak dari tempat kita saat ini dengannya masih sangat jauh. Tapi dia bisa melancarkan serangan sekuat ini tanpa kau sadari sama sekali. Sepertinya, lawanmu kali ini lebih hebat lagi dibanding Bolo Satrio," kata Narashansa. Gandi menghela napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan keras."Kenapa kau bisa merasakan serangan itu sedangkan aku tidak? Seandainya tak ada dirimu, mungkin aku akan
Gandi menatap kearah lereng gunung yang longsor akibat hantaman tubuh Bolo Satrio yang baru saja terkena pukulan darinya. Tangan pemuda itu pun bergerak kedepan. Dari dalam telapak tangannya muncul aura biru yang merupakan kekuatan air miliknya. Tangan air tersebut bergerak cepat memanjang dan masuk ke dalam sela-sela batu.Tubuh Bolo Satrio keluar dari dalam reruntuhan tanah dan Batu dalam keadaan mengenaskan. Zirah di tubuhnya hancur dan nampak luka yang parah pada bagian dadanya. Tangan air itu mencengkram lehernya dan menyeret roh senjata tersebut keluat dari reruntuhan."Apa kau sudah menyerah? Kau tak mungkin bisa menang melawanku," kata Gandi.Bolo Satrio yang merasa tak berdaya pun melepaskan Palu Naga Bumi hingga terjatuh ke tanah pertanda dia telah menyerah. Gandi pun melepaskan cengkraman tangan air miliknya pada leher pria besar tersebut lalu melompat di dekatnya. Pemuda itu menempelkan telapak tangan kanannya di bahu Bolo Satrio. Saat itu juga aura kuning keluar dari tang
Disaat Gandi tengah berbincang dengan Dewi Narashansa yang baru saja muncul dari dalam Pedang Guntur Saketi, Bolo Satrio yang sebelumnya terkena pukulan wanita tersebut melompat keluar dari dalam tanah yang mengubur dirinya. Wajahnya terlihat sangat marah dan tubuhnya pun nampak gosong di beberapa bagian akibat pukulan mengandung kekuatan petir dari Narashansa."Kau...Apakah kau juga roh senjata sama seperti diriku?" tanyanya sambil menunjuk kearah wanita buta yang ada di hadapan Gandi. Meski marah dan dendam, tapi rasa penasarannya terhadap sosok yang keluar dari dalam Pedang Guntur Saketi itu lebih besar. Narashansa pun menoleh lalu tersenyum."Tidak. Aku bukan roh seperti dirimu. Aku adalah janin Dewa yang baru saja terlahir tepat disaat pemilikku memanggil diriku. Sebagai seorang Roh Senjata, seharusnya kau tahu apa itu janin dewa bukan?" sahut Narashansa. Kedua mata Bolo Satrio nampak membesar mendengar jawaban dari wanita cantik dengan ikat kepala biru tersebut."Janin Dewa...?
Bolo Satrio dan Naga Bumi miliknya telah jatuh ke dalam cengkraman tangan air raksasa milik Gandi Wiratama. Keduanya meronta-ronta berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman tersebut. Namun mereka tak bisa melakukannya karena kekuatan air milik Gandi sangat besar dan sulit untuk ditembus. Yang ada Bolo Satrio justru menjadi semakin lemah karena terperangkap di dalam air. Sedangkan Naga Bumi tubuhnya mulai remuk karena remasan tangan raksasa tersebut."Menyerahlah dan aku akan lepaskan kalian!" kata Gandi sambil menatap mereka berdua yang terlihat tersiksa.Bolo Satrio yang mendengar hal itu merasa harga dirinya diremehkan dan mulai terlihat sangat marah. Tangan kirinya pun mengarah ke Naga Bumi yang hampir hancur karena cengkraman tangan air raksasa. Kedua mata pria itu nampak menyala keemasan."Kau pikir aku sudah kalah hah!?" geram pria besar tersebut lalu dari dalam telapak tangannya keluar sinar emas. Tiba-tiba tubuh pria itu lenyap dari dalam telapak tangan air tersebut membu
Gandi melangkah ke depan sambil mengerahkan aura tenaga dalam miliknya sehingga kabut tipis itu pun tersibak. Saat itulah, terlihat satu sosok Naga dengan ukuran yang cukup besar muncul tepat di hadapannya menatap marah kearahnya. Naga tersebut memiliki warna yang serupa dengan tanah dan sedikit kehijauan pada bagian atasnya. Kedua matanya berwarna hitam dan memiliki titik merah pad pupilnya. Gandi mendengus keras lalu merubah wujudnya menjadi seekor Naga sempurna sama seperti Naga yang ada di hadapannya. Hanya saja, pada bagian kepalanya nampak mahkota Raja berwarna perak. Tubuh Naga Gandi juga lebih besar dari Naga Bumi tersebut.Naga berwarna tanah itu nampak mundur beberapa langkah setelah melihat perubahan wujud Gandi Wiratama. Dari sorot matanya jelas dia terkejut dan ketakutan karena aura yang Gandi tebarkan sangat menekan lawan."Naga Bumi, apakah kau ingin bertarung melawanku!?" tanya Gandi setelah dirinya berubah menjadi seekor Naga bersisik biru terang dengan sepasang Tandu
Setelah pembicaraan singkat di ruangan tersebut, Kusumadewi tiba-tiba mengarahkan tangannya ke depan dan saat itu juga dia membuat gerakan menebas. Nampak aura biru muncul dari bekas tebasan tersebut yang kemudian menderu ke depan sana lalu...Sring!Tiba-tiba di depan sana tercipta pecahan ruang yang tidak asing lagi bagi Gandi Wiratama. Karena pecahan ruang itu sangat mirip dengan apa yang pernah dia lihat di Turnamen Probo Lintang. Yakni pecahan ruang milik Chang Hao."Menciptakan pecahan ruang dengan mudah...Wanita ini sebenarnya sekuat apa?" batin Gandi.Kusumadewi menoleh kearah dua orang yang ada di dekatnya lalu mengajak mereka memasuki pecahan ruang tersebut. Namun sebelum pergi, dia meminta kepada Pragasena untuk tetap berada di gudang senjata karena pecahan ruang yang dia ciptakan hanya bisa dimasuki oleh tiga orang saja. Pragasena pun tidak keberatan dengan hal itu karena dia memang tidak begitu ingin memasuki wilayah yang pernah membuatnya ketakutan. Dia justru ingin meng
Kusumadewi yang awalnya berhati dingin pun menjadi lunak setelah melihat kebaikan Gandi Wiratama. Orang yang dia anggap remeh namun ternyata memiliki kemampuan yang berada di luar pemahamannya. Setelah wanita itu sembuh dari luka yang dia derita, Raja Naga Air itu pun melepaskan totokannya pada tubuh roh senjata tersebut."Kau sudah pulih," ucap Gandi sambil menyeka keringat yang membasahi dahi nya. Kusumadewi bangkit berdiri dengan wajah yang malu-malu."Terimakasih..." ucapnya dengan suara lirih dan mata menunduk. Gandi tersenyum sambil melambaikan tangan."Tak perlu berterimakasih. Biar bagaimana pun, kau itu kakak dari Dara Purbavati. Itu berarti, kau juga kakakku," kata Gandi santai tak tahu apa yang dirasakan oleh wanita di hadapannya tersebut.Kusumadewi terlihat aneh setelah mendengar ucapan Gandi. Dia menatap pemuda itu dengan sedikit sungkan. Ingin dia mengatakan sesuatu pada pemuda tersebut namun tenggorokannya terasa tersekat. Disaat yang sama, Dara datang bersama Pragasen
Nyai Kusumadewi menatap kearah Gandi yang terlihat tengah termangu. "Apa yang tengah dia pikirkan? Berani sekali dia mengalihkan perhatiannya saat berada di depanku...? Orang seperti ini akan mudah dikalahkan karena terlalu menganggap remeh lawan..." batin Kusumadewi. Namun di sisi lain dia masih sangat penasaran bagaimana cara Gandi bertahan dari serangan terkuat miliknya. Padahal serangan itu tak mudah untuk dipatahkan apalagi ledakan tersebut terkurung di dalam kubah hijau yang pastinya tingkat kekuatannya akan menjadi lebih dahsyat dari sebelumnya. Belum pernah ada yang selamat oleh serangan tersebut.Wanita itu tak tahu bahwa saat itu Gandi tengah berbincang dengan Ki Ageng Samudra Biru di dalam alam jiwa milik sang pemuda. Mereka tengah membahas tentang Kahiyang Dewi yang masih menjadi pikiran Gandi Wiratama. Pembicaraan mereka benar-benar serius karena entah mengapa Gandi kembali teringat akan wanita Naga Api tersebut setelah dia menggunakan kekuatannya untuk bertahan dari gem
Srttttt!Tubuh Gandi bergerak secepat kilat diikuti kekuatan petir miliknya. Kusumadewi tak tinggal diam melihat serangan kilat tersebut. Dia segera membuat gerakan tangan yang kemudian disusul munculnya ratusan anak panah yang melayang di belakangnya."Ingin menyerangku? Coba dulu kekuatan Panah Penghancur Surga!" teriak Kusumadewi lalu dia pun mendorong tangan kanannya ke depan. Ratusan anak panah nampak berputar dan mengeluarkan kekuatan aneh bercahaya hijau. Sesaat kemudian panah-panah tersebut menderu kearah Gandi yang tengah melesat kearah roh wanita tersebut.Raja Naga Air itu terkejut melihat ratusan anak panah yang menderu kearahnya. Gandi segera berkelit dari serangan anak panah tersebut dengan kecepatan kilat yang dia miliki. Namun rupanya anak panah itu sudah mengunci tubuhnya sehingga saat panah berhasil dihindari, anak panah tersebut berputar kembali dan menyerang pemuda tersebut tanpa henti.Geram karena dikepung serangan ratusan anak panah, Gandi pun langsung menciptak