Wuussss!!!Kobaran api putih dari Naga Langit menderu kearah Sukma Geni dan Zhou Yin. Dua wanita itu tak diam begitu saja mendapat serangan dari Naga Langit. Dengan menggabungkan kekuatan api milik mereka, tercipta lah tangan api raksasa saat keduanya mendorong tangan mereka ke atas.Kobaran api putih dan tangan api raksasa bertemu di langit Hutan Perburuan Harta. Blaaaarrrr!!!Ledakan dahsyat tercipta di udara. Kobaran api merah dan api putih yang saling bertumpuk menciptakan gelombang api yang sangat dahsyat. Gemuruh badai api itu menghancurkan area yang ada dibawahnya. Sukma Geni dan Zhou Yin terpental entah kemana. Naga Langit terdorong jauh hingga hampir jatuh kebawah. Untungnya dia langsung menyeimbang kan tubuh sehingga tubuhnya tetap melayang di udara."Puih!" Nampak darah keluar dari mulutnya pertanda dia terluka dalam."Berani sekali membuatku terluka...Akan KUBUNUH kalian!" teriaknya lalu tubuhnya melesat kearah Sukma Geni yang berada paling dekat dengan dirinya.Dengan
Bara Sena membuka kedua matanya. Dia melihat Sukma Geni dan Zhou Yin yang duduk di samping kanan dan kiri tubuhnya. Pemuda itu tersenyum kecil lalu bangkit dan duduk. "Sepertinya aku kehabisan tenaga sampai tak sadarkan diri..." ucapnya sambil menatap Sukma Geni lalu beralih ke Zhou Yin."Lebih baik kau tetap beristirahat. Tempat ini seharusnya aman dari binatang buas. Aku sudah menyamarkan aroma tubuh kita dengan perisai yang aku tanam di depan mulut goa." kata Sukma Geni.Bara Sena mengangguk. Dia memang merasa sangat lemah. Setelah bertarung dengan kekuatan penuh melawan Naga Langit hingga menghabiskan tenaganya, dia juga menyalurkan tenaga miliknya kepada Sukma Geni untuk menyelamatkan wanita tersebut dari kematian."Terimakasih..." ucap Sukma Geni sambil menatap Bara yang sudah kembali merebahkan tubuhnya. Pemuda itu mengangguk sambil tersenyum kecil. Zhou Yin meraih tangan Pendekar Golok Iblis tersebut lalu dia pun menyalurkan tenaga dalam miliknya."Aku akan membantumu memulih
Gandi bersama dengan Yao Ling dan Lu Xie berhenti melangkah tepat di depan sungai kecil berwarna merah. Pemuda itu menatap sungai tersebut lalu mencelupkan jarinya kedalam sungai yang tak seberapa lebar."Sungai darah...?" ucapnya setelah mencium bau anyir namun ada aroma wewangian."Terdengar aneh dan seram, tapi untuk apa ada sungai darah di Hutan ini?" sahut Yao Ling."Bukan untuk apa, tapi siapa yang menjadikan sungai ini menjadi sungai darah. Itu lebih tepatnya." kata Gandi."Kalau begitu, kita harus pergi ke Hulu Sungai untuk mencaritahu apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Yao Ling. Gandi menganggukkan kepalanya.Lu Xie hanya diam dan mendengarkan apa yang dikatakan oleh Gandi dan saudaranya tersebut. Kemudian mereka pun pergi menuju ke Hulu Sungai merah tersebut. Cukup lama mereka berjalan hingga akhirnya Gandi menghentikan langkahnya membuat Yao Ling dan Lu Xie ikut menghentikan langkah."Ada apa?" tanya Yao Ling berbisik."Ada yang tidak beres didepan sana. Jika kita melanjut
Kojiro Geni menggenggam erat Pedang Kusanagi miliknya. Kedua matanya menyala kuning disertai aura petir kuning. Sementara Bayu Jaga Geni juga sudah siap dengan petir merah miliknya dan Pedang Pembelah Langit peninggalan Dewa Maruta.Xia Nian tak tahu lagi apa yang harus dia lakukan. Hanya ada satu yang bisa dilakukan olehnya. Dia mencoba menengahi keduanya agar tidak bertarung satu sama lain karena mereka satu kelompok. Namun sebelum dia bertindak, Kojiro Geni telah lenyap dari pandangan. Tubuhnya bergerak sangat cepat menggunakan Jurus Langkah Pedang Petir miliknya!Bayu Jaga Geni yang baru pertama kali melihat jurus itu digunakan cukup terkejut melihat kecepatan Kojiro Geni yang hampir tak terlihat oleh mata."Kau punya kecepatan, aku punya pertahanan. Mari kita lihat siapa yang terkuat di antara kita!" teriak Bayu Jaga Geni lalu dia pun menghujamkan Pedang Pembelah Petir miliknya ke dalam tanah. Saat itu juga dari arah langit melesat petir merah yang menyambar tubuhnya."Gledek Mem
Kojiro Geni dan Bayu Jaga Geni sama-sama menatap kearah manusia berkepala badak tersebut. Meski tidak ada kesepakatan antara keduanya untuk menjalin kerja sama, pada kenyataannya mereka justru sama-sama memusatkan perhatiannya pada sosok manusia berkepala badak yang baru saja berteriak keras dan membuat semua telinga orang yang ada disana merasa sakit."Makhluk sialan ini mengganggu saja...!" geram Kojiro Geni lalu dia memasang kuda-kuda menyerang dengan Pedang yang siap untuk menebas lawan dengan sekali gerak.Melihat Kojiro yang kini fokus ke makhluk yang baru saja datang tersebut membuat Bayu Jaga Geni juga bersiap untuk menyerangnya. Dengan begitu, tanpa mereka sadari keduanya tengah bersiap untuk bekerjasama membunuh manusia berkepala badak tersebut.Tapi tiba-tiba saja makhluk berwujud aneh itu sudah melompat di udara dan langsung menukik kearah Kojiro Geni yang sudah bersiap tentunya."Kau cari mati ya!?" seru pria berambut kuning tersebut lalu tubuhnya berkelebat dengan cepat
Raja Badak Besi meraung marah setelah usahanya untuk membunuh Kojiro gagal gara-gara rantai ungu raksasa yang tiba-tiba muncul dari dalam tanah dan mendorong tubuhnya menjauh. Akibatnya bola kekuatan yang tengah dia ciptakan menjadi tak terkendali dan meledak begitu saja. Dentuman nya keras menggelegar dan menimbulkan badai yang cukup kencang.Tubuh Kojiro yang melayang jatuh kearah ledakan pun berhasil selamat setelah rantai ungu yang berukuran lebih kecil melilit tubuhnya dan melemparkan nya kearah dimana Bayu Jaga Geni berada.Xia Nian mencoba kembali mengintip dan mencari tahu siapa yang telah menggagalkan serangan Raja Badak Besi. Kedua matanya terbelalak melihat Bara Sena yang melangkah mendekati Kojiro dan Bayu Jaga Geni."Dia...Bara Sena!?" batin Xia Nian."Menyedihkan sekali...Padahal aku sangat ingin menghadapi kalian. Tapi, kalian sangat payah," ucap Bara sambil berkacak pinggang."Beraninya kau mencampuri urusanku!" teriak Raja Badak Besi lalu berlari cepat dan melompat ke
Bara Sena dan Gandi sama-sama sepakat untuk tidak bertarung di Hutan tersebut karena kekuatan mereka yang dikekang yang membuat mereka merasa tidak akan puas bertarung di Ranah Pemurnian Jiwa. Mereka menanti babak ketiga dari Turnamen tersebut yang nantinya akan mempertemukan 10 teratas di babak kedua.Raja Badak Besi yang sebelumnya terbelenggu kekuatan es milik Bara Sena akhirnya bisa melepaskan diri dari kekuatan es tersebut. Setelah berhasil terlepas, makhluk tersebut berteriak keras sebelum melesat kearah Bara Sena yang berjarak lebih dekat dengan dirinya.Gandi yang baru saja mendarat sedekap tangan menyaksikan apa yang akan Bara Sena lakukan terhadap makhluk tersebut.Pendekar Golok Iblis melompat ke udara menghindari serudukan Raja Badak Besi. Dari atas dia melihat celah untuk menghantam punggung makhluk itu. Bara pun tak menyiakan kesempatan dan langsung menggunakan Palu Es raksasa yang tiba-tiba saja muncul di tangannya. Kemampuan menciptakan senjata menggunakan elemen es mi
Duuum!Dentuman dahsyat terdengar disusul gelombang kekuatan yang menyapu segala arah. Kedua mata Raja Badak Besi melotot melihat sesuatu berwujud tangan merah berukuran besar menahan tinjunya. Tangan tersebut muncul dari dalam tanah da melindungi Bara serta seseorang yang kini ada di hadapan sang pendekar. Seorang wanita berparas jelita dengan mata yang menyala hijau. Sosok yang tidak lain adalah Sukma Geni."Kau berhutang padaku, Bara," kata Sukma Geni.Bara tersenyum."Terimakasih. Makhluk ini benar-benar mengejutkan. Hati-hati saat dia mengerahkan kekuatan anehnya, kau bisa berhenti sejanak seolah tubuhmu tak bergerak sama sekali dan Pikiranmu pergi entah kemana," kata Bara."Aku sudah mengamatinya. Sekarang bukan hanya itu yang perlu kita pikirkan. Lihat sekeliling...! Mereka sudah mulai berniat untuk mengeroyok kita!" kata Sukma Geni.Bara Sena menatap sekeliling dimana makhluk-makhluk binatang buas dari berbagai jenis sudah mulai mendekat sambil menggeram."Meski mereka hanya m
Bebatuan yang hancur akibat terkena serangan tak terlihat itu menciptakan suara bergemuruh dahsyat. Gandi menatap semua itu dengan perasaan yang sedikit gelisah. Hal itu dikarenakan serangan sebesar itu tak disadari olehnya dan bahkan tak terasakan sama sekali hawa kedatangannya. Padahal dampak yang ditimbulkan dari serangan itu mampu menghancurkan puncak gunung batu yang ada di belakang sana."Sungguh mustahil...Bagaimana bisa aku tak merasakan aura kekuatan sebesar itu...? Apakah ini kemampuan sebenarnya dari Pedang Naga Langit?" batin Gandi."Sepertinya dia sudah tahu kedatangan kita. Padahal jarak dari tempat kita saat ini dengannya masih sangat jauh. Tapi dia bisa melancarkan serangan sekuat ini tanpa kau sadari sama sekali. Sepertinya, lawanmu kali ini lebih hebat lagi dibanding Bolo Satrio," kata Narashansa. Gandi menghela napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan keras."Kenapa kau bisa merasakan serangan itu sedangkan aku tidak? Seandainya tak ada dirimu, mungkin aku akan
Gandi menatap kearah lereng gunung yang longsor akibat hantaman tubuh Bolo Satrio yang baru saja terkena pukulan darinya. Tangan pemuda itu pun bergerak kedepan. Dari dalam telapak tangannya muncul aura biru yang merupakan kekuatan air miliknya. Tangan air tersebut bergerak cepat memanjang dan masuk ke dalam sela-sela batu.Tubuh Bolo Satrio keluar dari dalam reruntuhan tanah dan Batu dalam keadaan mengenaskan. Zirah di tubuhnya hancur dan nampak luka yang parah pada bagian dadanya. Tangan air itu mencengkram lehernya dan menyeret roh senjata tersebut keluat dari reruntuhan."Apa kau sudah menyerah? Kau tak mungkin bisa menang melawanku," kata Gandi.Bolo Satrio yang merasa tak berdaya pun melepaskan Palu Naga Bumi hingga terjatuh ke tanah pertanda dia telah menyerah. Gandi pun melepaskan cengkraman tangan air miliknya pada leher pria besar tersebut lalu melompat di dekatnya. Pemuda itu menempelkan telapak tangan kanannya di bahu Bolo Satrio. Saat itu juga aura kuning keluar dari tang
Disaat Gandi tengah berbincang dengan Dewi Narashansa yang baru saja muncul dari dalam Pedang Guntur Saketi, Bolo Satrio yang sebelumnya terkena pukulan wanita tersebut melompat keluar dari dalam tanah yang mengubur dirinya. Wajahnya terlihat sangat marah dan tubuhnya pun nampak gosong di beberapa bagian akibat pukulan mengandung kekuatan petir dari Narashansa."Kau...Apakah kau juga roh senjata sama seperti diriku?" tanyanya sambil menunjuk kearah wanita buta yang ada di hadapan Gandi. Meski marah dan dendam, tapi rasa penasarannya terhadap sosok yang keluar dari dalam Pedang Guntur Saketi itu lebih besar. Narashansa pun menoleh lalu tersenyum."Tidak. Aku bukan roh seperti dirimu. Aku adalah janin Dewa yang baru saja terlahir tepat disaat pemilikku memanggil diriku. Sebagai seorang Roh Senjata, seharusnya kau tahu apa itu janin dewa bukan?" sahut Narashansa. Kedua mata Bolo Satrio nampak membesar mendengar jawaban dari wanita cantik dengan ikat kepala biru tersebut."Janin Dewa...?
Bolo Satrio dan Naga Bumi miliknya telah jatuh ke dalam cengkraman tangan air raksasa milik Gandi Wiratama. Keduanya meronta-ronta berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman tersebut. Namun mereka tak bisa melakukannya karena kekuatan air milik Gandi sangat besar dan sulit untuk ditembus. Yang ada Bolo Satrio justru menjadi semakin lemah karena terperangkap di dalam air. Sedangkan Naga Bumi tubuhnya mulai remuk karena remasan tangan raksasa tersebut."Menyerahlah dan aku akan lepaskan kalian!" kata Gandi sambil menatap mereka berdua yang terlihat tersiksa.Bolo Satrio yang mendengar hal itu merasa harga dirinya diremehkan dan mulai terlihat sangat marah. Tangan kirinya pun mengarah ke Naga Bumi yang hampir hancur karena cengkraman tangan air raksasa. Kedua mata pria itu nampak menyala keemasan."Kau pikir aku sudah kalah hah!?" geram pria besar tersebut lalu dari dalam telapak tangannya keluar sinar emas. Tiba-tiba tubuh pria itu lenyap dari dalam telapak tangan air tersebut membu
Gandi melangkah ke depan sambil mengerahkan aura tenaga dalam miliknya sehingga kabut tipis itu pun tersibak. Saat itulah, terlihat satu sosok Naga dengan ukuran yang cukup besar muncul tepat di hadapannya menatap marah kearahnya. Naga tersebut memiliki warna yang serupa dengan tanah dan sedikit kehijauan pada bagian atasnya. Kedua matanya berwarna hitam dan memiliki titik merah pad pupilnya. Gandi mendengus keras lalu merubah wujudnya menjadi seekor Naga sempurna sama seperti Naga yang ada di hadapannya. Hanya saja, pada bagian kepalanya nampak mahkota Raja berwarna perak. Tubuh Naga Gandi juga lebih besar dari Naga Bumi tersebut.Naga berwarna tanah itu nampak mundur beberapa langkah setelah melihat perubahan wujud Gandi Wiratama. Dari sorot matanya jelas dia terkejut dan ketakutan karena aura yang Gandi tebarkan sangat menekan lawan."Naga Bumi, apakah kau ingin bertarung melawanku!?" tanya Gandi setelah dirinya berubah menjadi seekor Naga bersisik biru terang dengan sepasang Tandu
Setelah pembicaraan singkat di ruangan tersebut, Kusumadewi tiba-tiba mengarahkan tangannya ke depan dan saat itu juga dia membuat gerakan menebas. Nampak aura biru muncul dari bekas tebasan tersebut yang kemudian menderu ke depan sana lalu...Sring!Tiba-tiba di depan sana tercipta pecahan ruang yang tidak asing lagi bagi Gandi Wiratama. Karena pecahan ruang itu sangat mirip dengan apa yang pernah dia lihat di Turnamen Probo Lintang. Yakni pecahan ruang milik Chang Hao."Menciptakan pecahan ruang dengan mudah...Wanita ini sebenarnya sekuat apa?" batin Gandi.Kusumadewi menoleh kearah dua orang yang ada di dekatnya lalu mengajak mereka memasuki pecahan ruang tersebut. Namun sebelum pergi, dia meminta kepada Pragasena untuk tetap berada di gudang senjata karena pecahan ruang yang dia ciptakan hanya bisa dimasuki oleh tiga orang saja. Pragasena pun tidak keberatan dengan hal itu karena dia memang tidak begitu ingin memasuki wilayah yang pernah membuatnya ketakutan. Dia justru ingin meng
Kusumadewi yang awalnya berhati dingin pun menjadi lunak setelah melihat kebaikan Gandi Wiratama. Orang yang dia anggap remeh namun ternyata memiliki kemampuan yang berada di luar pemahamannya. Setelah wanita itu sembuh dari luka yang dia derita, Raja Naga Air itu pun melepaskan totokannya pada tubuh roh senjata tersebut."Kau sudah pulih," ucap Gandi sambil menyeka keringat yang membasahi dahi nya. Kusumadewi bangkit berdiri dengan wajah yang malu-malu."Terimakasih..." ucapnya dengan suara lirih dan mata menunduk. Gandi tersenyum sambil melambaikan tangan."Tak perlu berterimakasih. Biar bagaimana pun, kau itu kakak dari Dara Purbavati. Itu berarti, kau juga kakakku," kata Gandi santai tak tahu apa yang dirasakan oleh wanita di hadapannya tersebut.Kusumadewi terlihat aneh setelah mendengar ucapan Gandi. Dia menatap pemuda itu dengan sedikit sungkan. Ingin dia mengatakan sesuatu pada pemuda tersebut namun tenggorokannya terasa tersekat. Disaat yang sama, Dara datang bersama Pragasen
Nyai Kusumadewi menatap kearah Gandi yang terlihat tengah termangu. "Apa yang tengah dia pikirkan? Berani sekali dia mengalihkan perhatiannya saat berada di depanku...? Orang seperti ini akan mudah dikalahkan karena terlalu menganggap remeh lawan..." batin Kusumadewi. Namun di sisi lain dia masih sangat penasaran bagaimana cara Gandi bertahan dari serangan terkuat miliknya. Padahal serangan itu tak mudah untuk dipatahkan apalagi ledakan tersebut terkurung di dalam kubah hijau yang pastinya tingkat kekuatannya akan menjadi lebih dahsyat dari sebelumnya. Belum pernah ada yang selamat oleh serangan tersebut.Wanita itu tak tahu bahwa saat itu Gandi tengah berbincang dengan Ki Ageng Samudra Biru di dalam alam jiwa milik sang pemuda. Mereka tengah membahas tentang Kahiyang Dewi yang masih menjadi pikiran Gandi Wiratama. Pembicaraan mereka benar-benar serius karena entah mengapa Gandi kembali teringat akan wanita Naga Api tersebut setelah dia menggunakan kekuatannya untuk bertahan dari gem
Srttttt!Tubuh Gandi bergerak secepat kilat diikuti kekuatan petir miliknya. Kusumadewi tak tinggal diam melihat serangan kilat tersebut. Dia segera membuat gerakan tangan yang kemudian disusul munculnya ratusan anak panah yang melayang di belakangnya."Ingin menyerangku? Coba dulu kekuatan Panah Penghancur Surga!" teriak Kusumadewi lalu dia pun mendorong tangan kanannya ke depan. Ratusan anak panah nampak berputar dan mengeluarkan kekuatan aneh bercahaya hijau. Sesaat kemudian panah-panah tersebut menderu kearah Gandi yang tengah melesat kearah roh wanita tersebut.Raja Naga Air itu terkejut melihat ratusan anak panah yang menderu kearahnya. Gandi segera berkelit dari serangan anak panah tersebut dengan kecepatan kilat yang dia miliki. Namun rupanya anak panah itu sudah mengunci tubuhnya sehingga saat panah berhasil dihindari, anak panah tersebut berputar kembali dan menyerang pemuda tersebut tanpa henti.Geram karena dikepung serangan ratusan anak panah, Gandi pun langsung menciptak