Share

Episode 5-Derita

Author: VhyDheavy
last update Last Updated: 2020-11-23 11:28:18
Ratih terpekik ketika kepalanya baru saja dilempar sebuah gelas plastik oleh bibinya. Ia mengusap bekas lemparan itu sembari mengumpat pelan. Kekesalan membuncah di hatinya, menambahi warna kelelahan. Semestinya, ia sudah terbaring dengan nyaman tanpa harus menghadapi wanita paruh baya yang ketus itu.

“Kamu mengumpat lagi sama bibimu sendiri, hah?!” Suara sang bibi begitu lantang penuh amarah. Ia sudah benar-benar tidak habis pikir atas sikap Ratih yang kurang ajar. “Ingat, Ratih, dari kecil siapa yang ngurus kamu!”

“Aaaaa! Stop bahas hal yang sama, Bi Kani!” balas Ratih dengan sengit.

Kani tersentak. Ia memasang wajah memelas seketika. “Nasibku kenapa begini? Ngurus anak adikku yang durhaka ketika sudah besar.” Ia berucap sembari mengelus dadanya.

“Sudah deh, Bibi enggak usah sok menderita lagi. Harusnya Bibi tuh cari kerja, urus paman dan Robi dengan baik. Jangan malah nyusahin aku terus. Lagian, sebentar lagi Robi menikah, masa' iya masih dibiarin nganggur? Sudah berani hamili anak orang juga!”

Lemparan gelas kedua diberikan oleh Kani yang sudah naik pitam. Namun dengan sigap, Ratih menepisnya dengan tangan. Alhasil, gelas itu terlempar jauh ke sisi kiri dari posisi wanita cantik itu.

“Kamu ini makin sukses, kenapa makin kurang ajar begini, Ratih?! Seenggaknya kasihani pamanmu yang terbaring di kasur. Kenapa pula kamu malah beli rumah, sementara sertifikat rumah bapakmu sendiri kamu simpan, hah?! Kenapa nggak pulang dan membalas budi pada kami?!”

Ratih menghela napas beberapa kali. Ia menahan diri untuk tidak emosi. Setidaknya ia masih tahu diri, sehingga tidak menghajar bibinya tersebut. Kendati sebenarnya ia sangat lihai dalam hal bela diri, tetapi ia masih memiliki moral atas rasa hormat.

“Bilang aja, Bibi butuh uang berapa? Dan lekas pulang. Ratih capek, Bi, baru pulang kerja,” ucap Ratih dengan nada lebih lembut. Kendati rasa perih tak bisa ia tepis dari hatinya.

Kani terdiam sembari melipat tangan. Sementara pasang matanya sibuk mengedarkan pandang ke segala arah. Tak lama kemudian, Kani berdeham.

“Bibi ke sini bukan mau minta uang,” ucap wanita berwajah ketus tersebut.

Ratih tersenyum kecut. “Lalu?”

“Bibi mau kamu pulang, itu aja kok.”

“Nggak!” sahut Ratih cepat. Ia menatap tajam ke arah Kani, sehingga tatapan keduanya saling menghunus. “Ratih nggak mau. Ratih tahu kenapa Bibi minta Ratih pulang, buat ngurus paman, 'kan? Paman itu suami Bibi sendiri, kenapa terus melarikan diri sih?!”

“Udahlah, jangan ceramah! Anak kecil mau sok bijak! Seenggaknya serahin surat rumah sama Bibi, lagian kamu udah beli rumah ini, 'kan?”

“Terus kalau udah Ratih serahin, mau dijual, 'kan, rumah itu? Terus Bibi mau pindah ke sini, 'kan? Dengan alasan pengobatan paman, gitu? Setiap bulan Ratih udah kasih uang buat berobat, kenapa masih nggak cukup?”

Kani hanya berdecak, meski sebenarnya ia sudah tersudut oleh semua ucapan keponakannya tersebut. Perihal sang suami yang mengidap penyakit stroke terus saja ia gunakan untuk menekan Ratih. Padahal, setiap bulan ia selalu menerima uang pengobatan dari keponakannya tersebut.

Bagi Kani, Ratih wajib menafkahi atas nama balas budi. Sebab, sepeninggalan orang tuanya, Ratih diurus oleh wanita paruh baya itu. Namun, manusia tidak mungkin memiliki kesabaran tanpa batas. Ratih sudah lelah. Empat tahun yang lalu ia memutuskan pindah, meninggalkan rumah peninggalan ayahnya yang kini dihuni oleh keluarga Kani.

“Ratih, jaga ucapan kamu.” Kani melembutkan suaranya. “Kamu mesti inget jasa kami, Ratih.”

“Iya, Ratih inget teruuuus! Sekaligus sudah kasih duit tiap bulan. Apa lagi? Uang sekolah? Ratih selalu pakai beasiswa, 'kan? Bibi cuma kasih makan, selebihnya maksa Ratih jadi babu, 'kan? Padahal rumah itu atas namaku. Seharusnya, Bibi yang balas budi sama aku!” Ratih tak kalah kesal. Ia sudah tak mampu menepis rasa itu, sehingga masalah lama ia ungkit kembali.

“Ratih! Sudah Bibi bilang jaga bicara kamu! Pa-padahal, Bibi minta kamu pulang karena di sini gosip buruk tentangmu beredar! Kamu ini!”

Ratih tertawa kecil. Sedetik kemudian, ia berkata, ”Halah! Gosip buruk tentang aku 'kan Bibi yang nyebarin. Mau sok jadi pahlawan. Sudah deh, nggak usah gengsi, Bibi butuh duit berapa? Dan lekas pulang.”

“Anak berandal satu ini ...!”

Harga diri Kani seolah sudah hancur oleh setiap ucapan Ratih. Namun kendati begitu, ia tidak bisa pergi begitu saja. Sebab, beras di rumah sudah habis. Uang obat sekaligus belanja tak ada lagi. Niat hati ingin menekan Ratih, kini justru ia yang dipermalukan.

Yang Kani sesalkan sifat keras adiknya menurun ke keponakannya tersebut. Oleh karena itu, sifat keras dari almarhum Subandi—ayah Ratih—membentuk pribadi berandal yang kini melekat pada diri Ratih. Beruntungnya, Ratih merupakan orang yang pintar. Tak hanya di sekolah, melainkan pergaulan. Ia mampu bersikap dan bertutur kata sesuai situasi yang ada. Ia cerdas juga kuat, sehingga membuat Kani tak bisa merampas surat-surat rumah peninggalan Subandi.

Cukup lama tidak diberi jawaban, Ratih lantas berdiri. Ia menuju kamarnya dengan cepat. Mengambil seikat uang satu juta merupakan rencananya.

“Nih!” Ratih melemparkan uang itu di hadapan Kani, bahkan tanpa rasa hormat karena kadung muak. “Itu satu juta, harusnya cukup buat makan satu minggu. Asal Bibi nggak boros, jangan belanja yang nggak perlu. Turunin gengsinya, kalau obat Paman habis, langsung beli. Toh, nggak bayar uang sewa ke aku, 'kan?”

Kani mendengkus. “Durhaka kamu, Ratih!”

“Durhaka apanya lagi? Yang bikin kesulitan 'kan Bibi sendiri. Lagian sok-sokan nggak mau pakai BPJS buat Paman, sudah tahu orang miskin. Mau gegayaan aja.”

Uang mampu membuat orang membisu, sepertinya ungkapan itu benar adanya. Terbukti ketika Kani memilih mengalah. Ia meraih uang tersebut dan lantas berdiri dari sofa yang ia duduki. Tanpa pikir panjang, bahkan tanpa ucapan terima kasih, Kani berangsur melangkah dan keluar dari rumah itu.

Sepeninggalan bibinya, Ratih menundukkan kepala. Ia pasrah atas segalanya. Jika merasakan kepedihan nasibnya, air matanya selalu keluar. Pipinya yang putih nan halus itu lantas basah. Beberapa detik kemudian, ia meluruhkan badan. Ratih menangis sesenggukan, nyatanya kekuatan fisik tak lantas membuat hatinya lebih tabah menghadapi setiap masalah.

****

Di sebuah gedung tua yang merupakan salah satu aset milik Daichi Lesmana, beberapa orang berpakaian serba hitam terkumpul di sana. Kursi yang bagaikan singgasana, duduk seorang pria tampan bermata tajam menggunakan pakaian serupa. Wajahnya berekspresi datar, dengan bibir yang terkatup rapat.

“Senjata itu telah berhasil diselundupkan dan sampai di tangan pelanggan, Bos Dewa,” lapor salah satu anggota dari perkumpulan gelap tersebut.

Suga alias Dewa melirik sekilas. “Bagus, lanjutkan daftar lain dan lakukan dengan hati-hati,” ucapnya.

“Baik, Bos!”

“Nomor 245?”

Seorang pria seusia Suga lantas menghadap. “Hadir, Bos!” jawabnya.

“Tugasmu?”

“Ra-ratih?”

“Memangnya aku memberimu berapa tugas?”

“Sa-satu, Bos.”

“Kenapa harus tanya lagi?” Suga menghela napas. “Asah otakmu dengan baik, kalau nggak kuasah lidahmu dengan belati.”

“A-ampun, Bos, saya akan mengasah otak saya.”

”Bodoh ... utarakan informasi yang kamu dapat.”

Pria itu berdeham, seolah tengah mencari perhatian Suga. Ia menegakkan badan, kemudian berkata, “Ratih Kembang Gayatri, tinggal di komplek perumahan Merpati no-nomor ....” Ia melupakan digit nomor rumah, sehingga meraih sebuah catatan dari kantongnya. “No-nomor 18 EG, Rt—”

“Lanjutkan segi keluarga,” titah Suga.

Si pria 245 itu lantas berdeham. “Ratih merupakan anak semata wayang dari Subandi dan Lastri. Tapi, kedua orang tuanya telah meninggalkan dunia. Dia diasuh oleh bibinya, dan saat ini telah tinggal sendiri.”

“Yatim piatu ...?”

Suga mengusap bibir bawahnya. Ia tampak sedang memikirkan sesuatu. Tentu, untuk membuat Ratih bungkam. Jika yatim piatu tidaklah sulit membereskan wanita itu. Bahkan, ketika dibunuh pun tak menimbulkan masalah berdampak besar. Namun, Suga bukanlah seorang pembunuh melainkan monster penyiksa.

Membuat Ratih tertekan tentu saja akan menimbulkan ketakutan itu sendiri bagi wanita tersebut. Dengan begitu, ia tidak akan berani membicarakan perihal wajah Suga pada orang lain. Dan tentu saja, identitas pria itu akan aman selamanya.

“Kirim dua orang dan culik wanita itu. Lakukan dengan hati-hati tanpa ketahuan. Jangan gunakan senjata apa pun, yang kalian hadapi hanya seorang wanita. Dan setiap anggota tubuh kalian yang melakukan kesalahan, maka aku akan memotongnya tanpa belas kasihan,” titah Suga dengan tatapan nanar.

Para anggotanya yang berjumlah puluhan orang merasa terkesiap. Mereka selalu tunduk pada Suga karena kemampuan beringas juga jenius milik pria itu. Selain sisa-sisa bawahan Lesmana, anggota mafia itu sebagian besar merupakan mantan anak jalanan yang diselamatkan oleh Suga.

Tentu, dengan menjaga kesetiaan adalah cara balas budi, ketimbang mati kelaparan di jalanan. Asal selalu menurut, nyawa pun masih melekat dalam raga. Bagi mereka, Suga merupakan sosok Dewa. Sesuai namanya, Suga menyelamatnya hidup orang-orang itu. Yah, itu hanya pemikiran spontan sebagai manusia.

****

Related chapters

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 6-Percobaan Penculikan

    Hujan deras turun ketika malam telah larut. Dingin menerpa tubuh Ratih yang saat ini meringkuk di atas kasurnya. Tak ada penghangat selain selimut tebal yang ia beli sejak satu tahun yang lalu. Tak ada teman pengisi sepi kecuali bisingnya suara hujan itu.Dalam kesendirian itu, Ratih tengah merindu. Bukan pada seorang kekasih, melainkan kedua orang tuanya. Pengandaian pun ia lakukan di dalam otaknya, andai ayah dan ibunya masih ada. Ah, tentu saja hidupnya tak sesepi sekaligus semiris sekarang ini. Ia tidak perlu bersikeras menyempurnakan diri hanya untuk melindungi diri sendiri.“Ayah, Ibu, Ratih kangen," gumam wanita itu sembari meneteskan air mata.Terkadang nasib seseorang memang tidak seberuntung orang lain. Pun pada Ratih yang selalu menanggung nestapa hidup sendirian. Masih hangat dalam ingatan ketika ia mendapat cerca karena tidak punya orang tua. Cemoohan anak-anak sebaya tak terlewat untuk ia alami, bahkan hanya karena yatim piatu ia kerap dipukuli. Menginjak usia empat belas

    Last Updated : 2020-11-23
  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 7-Tak Menyangka

    Baru memasuki pintu utama perusahaannya sendiri, Suga sudah dikejutkan dengan sesuatu yang seharusnya menjadi kemustahilan. Sosok cantik tengah berjalan begitu tegas sesaat setelah melakukan scan absen. Bagaimana bisa wanita itu masuk hari ini? Pertanyaan itu terlintas di benak Suga bersama pemberhentian laju kakinya. “Apa rencana itu nggak berhasil?” gumam Suga sembari memicingkan mata memastikan kembali jika wanita itu adalah Ratih Kembang.Namun sama seperti penglihatan Suga, ia memang Ratih!Suga segera menepis keterpanaan itu dan kembali melaju kakinya. Seiring langkah yang ia ambil, pikirannya dibuat kacau atas keberadaan Ratih di perusahaannya. Tampaknya dugaan yang ia berikan memang benar, bahwasanya kedua bawahannya tidak berhasil membawa Ratih.Suga mengira jika ada orang yang menyelamatkan wanita itu ketika misi sedang dijalankan. Hanya saja terlalu mustahil jika tengah malam masih ada orang yang terjaga, kecuali sistem keamanan yang diterapkan merupakan ronda malam. Namun,

    Last Updated : 2020-11-23
  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 8-Jadi Sekretaris?

    Ratih tidak menyangka jika hidupnya akan semakin sulit setelah terlibat pertengkaran dengan Suga. Ia tidak pernah membayangkan jika dirinya akan menjadi sekretaris dari pria itu. Bagi Ratih, seorang sekretaris tidak lebih dari seorang pembantu, hanya saja memiliki sebutan dan jaminan yang jauh lebih tinggi. Dengan pemikiran tersebut, tentu saja Ratih menganggap jika saat ini jabatannya telah diturunkan.Kini, Ratih hanya bisa mematung di hadapan Suga. Kendati begitu, matanya terus menatap tajam ke arah pria itu. Ingin sekali, Ratih menghantamkan wajah Suga pada tembok pembatas antar ruangan, atau setidaknya menguliti atasannya tersebut. Bagaimana tidak merasa kesal jika saat ini ia justru dipermainkan tanpa adanya kesempatan untuk melawan.Suga menghela napas sembari bergerak dengan malas. Tak berselang lama, ia melepas kacamatanya.Tentu saja mata elangnya terlihat dengan jelas.“Kenapa?” tanya Suga dengan nada datar.Ratih mengepalkan kedua telapak tangannya demi upaya untuk menahan r

    Last Updated : 2020-11-23
  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 9-Hari Pertama

    Ratih hanya bisa menghela napas. Bagaimana tidak, baru pukul enam pagi ia justru harus hadir di sebuah apartemen elit. Selain masih sangat enggan untuk bertemu Suga, ia paling malas untuk bangun lebih pagi. Rasanya sungguh memuakkan, tetapi Ratih tidak bisa berbuat apa-apa. Suga selalu mengancamnya dengan dua milyar sebagai ganti rugi jika Ratih menolak perintah dari pria itu.Lalu-lalang beberapa orang yang tidak dikenal oleh Ratih menghiasi suasana pagi ini. Mereka merupakan pemilik sekaligus penghuni unit-unit dari gedung apartemen itu. Tentu saja, mereka orang-orang kaya yang memiliki banyak harta. Oleh sebab itu, Ratih menjadi ciut hati. Ia merasa seperti pasir di antara berlian yang bersinar.Kebiasaannya yang sering mengumpat masih saja dilakukan, meski Ratih hanya sebatas menggumamkan. “Aku sangat membenci dirinya. Demi Tuhan! Oh, Si Culun Sugantara!” ucapnya.“Hei!” Tiba-tiba suara berat dan dingin terdengar dari belakang posisi Ratih.Seruan itu sukses membuat Ratih terkejut

    Last Updated : 2020-11-23
  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 10-Terjebak

    Dengan setia Ratih mendampingi Suga di mana pun pria itu berpijak, dan tentu saja untuk urusan pekerjaan. Kendati masih terbilang baru, nyatanya, Ratih sudah mampu mengatasi semua pekerjaan sekaligus kendala beberapa kendala. Dan saat ini ia mencoba untuk tidak memikirkan perihal niat menolak mengenai jabatan barunya itu. Ratih berupaya untuk memberikan pelayanan yang terbaik pada sang tuan, alih-alih terus merengek. Ratih segera berdiri dari duduknya ketika mendapati Suga baru saja keluar dari ruangan kerja pribadi. Dengan lebih profesional Ratih memutuskan untuk merundukkan badan sebagai bentuk rasa hormatnya. Melihat sikap Ratih yang begitu tunduk, Suga lantas tersenyum bangga seolah sudah mendapatkan kemenangan secara penuh.Bagaimana tidak, musuhnya itu kini dapat ia kendalikan sesuka hati.Suga merasa dirinya sudah mampu mengendalikan wanita yang pemberani itu. “Jadwal selanjutnya? Kamu nggak laporan padaku?” tanya Suga.Ratih menghela napas, kemudian menjawab, “Sore nanti sudah

    Last Updated : 2020-11-25
  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 11-Acara Makan

    Ketika mobil yang Suga tumpangi bersama sang sopir dan sekretarisnya sampai di depan gerbang utama perusahaan, suasana ternyata sudah cukup sepi. Padahal, mereka meninggalkan tempat itu belum terhitung lama. Nurma dan Gatra juga tak lagi nampak di sana. Sepertinya mereka sudah berangkat ke tempat acara makan bersama.Suga menghela napas, seiring dengkusan kesal yang ia lakukan. Keadaan itu membuatnya mau tidak mau harus kerepotan.“Kasih tahu alamat acara itu pada nomor 081,” titah Suga pada Ratih.Ratih tersentak. “No-nomor?” tanyanya heran.Suga menelan saliva, merasa getir karena baru saja keceplosan. “Maksudku Bapak Sopir.”“Oh ... mm, tapi maksud Pak Suga alamat apa?”“Memangnya kamu pengen ke mana sekarang?”Ratih terdiam sembari memikirkan apa keinginannya yang tampaknya sudah Suga ketahui. Dan keinginannya saat ini hanyalah ingin menyelesaikan pekerjaan. Mengenai alamat tersebut, rasanya hanya satu alamat yang berkaitan, yakni alamat restoran di mana Ratih ingin bergabung di da

    Last Updated : 2020-11-27
  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 12-Insiden

    Hanya makan-makan apanya? Itulah yang dipikirkan oleh Suga saat ini. Setelah selesai menyambangi sebuah restoran, ia justru diseret untuk singgah di sebuah pusat perbelanjaan. Tadinya ia ingin menolak, tetapi Nurma dan Egy memintanya untuk ikut saja, tanggung alasannya. Seperti yang Suga sangka bahwa Ratih dan Gatra akan sangat tidak menyukai kehadirannya, seperti acara sebelumnya. Namun apa boleh buat, mereka harus terima tepat ketika Suga mengiyakan ajakan itu. Benar, Suga memang sengaja. Selain hendak mengintimidasi Ratih saat ini, rasanya akan lebih menantang jika ia melakukan sesuatu yang wanita itu benci.“Ngapain sih ke sini segala!” pekik Ratih tiba-tiba setelah asyik menggumamkan umpatan teruntuk Suga yang ada di sampingnya sej

    Last Updated : 2020-12-02
  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 13-Suga Yang Tak Terduga

    Di dalam apartemen, Suga masih memikirkan sikap baik Ratih pada dirinya dengan perasaan heran. Pasalnya, ketika Ratih benar-benar membencinya, beberapa saat yang lalu Ratih justru memberikan pertolongan untuknya. Bahkan Ratih segera membawa Suga untuk pulang. Dan kini, Ratih tampak sibuk di dapur menyajikan sesuatu, Suga pun tidak tahu.Sekian detik kemudian, akhirnya Ratih menampakkan diri lagi setelah keluar dari dapur mewah milik sang atasan. Ia membawa sebuah nampan berisi teko antik dan satu cangkir kosong. Suga lantas menatap ke arah lain karena ia tidak mau jika Ratih salah paham apalagi sampai menganggapnya sedang memperhatikan.“Saya rasa secangkir teh bisa membuat Anda merasa tenang,” ucap Ratih sembari meletakkan nampan itu di atas meja. Kemudian, ia menyajikan teh dari teko ke dalam cangkir untuk ia berikan Suga.“Apa maumu?” Suga justru melontarkan pertanyaan itu. “Kenapa kamu membantu orang yang kamu benci? Apa ini upayamu agar aku melepaskan dirimu dan mengembalikanmu ke

    Last Updated : 2020-12-05

Latest chapter

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 30-Perbicaraan Penuh Pertentangan Antara Sugantara dan Daichi Lesmana

    Pipi Suga sampai memar karena sambaran tangan Daichi Lesmana yang belum lama ini melampiaskan kemarahan cara memberikan tamparan keras. Namun setelah dipukul, Suga masih saja berdiri tegak, mungkin hanya kepalanya saja yang tertunduk. Bukan hanya perkara seorang wanita saja. Hal yang membuat Daichi Lesmana sampai murka, tidak lain dan tidak bukan adalah Suga yang tidak lekas datang ketika diminta untuk pulang, lebih tepatnya menghadap dirinya. Cara Suga yang membangkang, bahkan meski hal itu jarang Suga lakukan, tetaplah membuat Daichi Lesmana tidak terima. "Apa sekarang kamu sudah mulai berani pada Ayah?!" ucap Daichi Lesmana yang belum berkenan untuk menyudahi kekesalannya. "Kamu pikir, usia Ayah yang sudah tua ini, justru mengurangi kekuasaan dan kekuatan yang Ayah miliki, Sugantara? Tidak! Ayah masih bisa membunuhmu kapan saja, atau mungkin sekadar mengganggu kedua adikmu itu!"Mendengar ancaman yang keluar dari mulut sang ayah angkat, Suga lantas menelan saliva. Kedua telapak t

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 29-Obsesi Sugantara Terhadap Ratih

    "Aku ingin memintamu turun, tapi ...." Usai berkata demikian, Suga berangsur meraih tangan Ratih. Genggaman erat ia lakukan terhadap lentiknya jari-jemari milik wanita itu. Dan ketika ia menoleh, Ratih malah sibuk menatap ke arah depan. "Kamu masih saja merasa canggung ya? Kenapa? Apa suasana di hubungan kita ini benar-benar membuatmu enggak nyaman, Ratih?"Ratih menelan saliva dengan susah-payah. Nyatanya meskipun jago bela diri, pemberani, serta berharga diri tinggi, ia tetap mati kutu ketika Suga memperlakukan dirinya dengan cara yang berbeda. Belum lagi, status hubungannya dengan Suga yang belum jelas, sejatinya membuat Ratih terus berpikir keras; rasanya tidak pantas jika ia dan Suga sampai berciuman ketika tak ada hubungan spesial apa pun, selain atasan dan bawahan. Namun sekali lagi, ia tidak cukup percaya diri untuk menuntut kejelasan hubungan yang ia pikirkan tersebut. "Saya mau turun sekarang, Pak," ucap Ratih setelah sekian detik mampu menentukan langkahnya. Detik berikutn

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 28-Suga yang Juga Belum Berpengalaman

    Jantung Ratih tak bisa berhenti berdebar, sejak Suga merenggut ciuman pertamanya. Bahkan sekarang, ketika telah kembali ke kantor dan jam kerja sudah hampir selesai, Ratih masih belum bisa merasa lebih tenang. Konsenterasinya terus terganggu dengan bayangan keromantisan itu. Sentuhan bibir Suga seolah masih tersisa di bibir, pipi, hingga kening Ratih. Wajahnya kerap memerah setiap kali ia membayangkan itu semua.“Ugh ... bagaimana bisa aku menjadi orang yang semesum ini sih?” ucap Ratih. Detik berikutnya ia lantas mengutuk dirinya sendiri. “Kalau begini terus, aku enggak akan bisa bekerja dengan baik. Ck ....”Usai mengeluh, seulas senyuman justru tampak tertera di bibir Ratih. “Tapi, tadi ... Pak Suga ... apa dia memiliki banyak pengalaman? Kenapa dia selihai itu? Yah, enggak heran sih. Toh, tampang aslinya memang luar biasa tampan. Wanita mana yang akan menolak pesonanya itu?”“Ah, enggak boleh begini terus. Aku harus bekerja. Dan aku harus menemuinya. Mau enggak mau aku memang haru

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 27-Ciuman Pertama Ratih yang Dirampas Sugantara

    "Kenapa malah membawa saya ke apartemen sih, Pak?! Katanya tadi ada kerjaan!" omel Ratih usai dibawa ke apertemen milik atasannya tersebut. Suga tidak menjawab dan justru memasang ekspresi yang cukup datar. Meski kacamata tebalnya belum ia lepaskan, dan poni panjangnya tak ia singkirkan, rona kekesalan terlihat jelas di wajah berpenampilan culunnya tersebut. Sikap Suga tentunya membuat Ratih menjadi heran sekaligus penasaran. Namun untuk kembali mengomel, Ratih sudah tidak berani. Pasalnya, ia sendiri cukup takut dengan apa yang akan Suga lakukan terhadapnya. Terlebih ketika pria itu terus melangkah maju di hadapannya, yang otomatis membuat dirinya terpaksa berjalan mundur. "Aaaakh!" pekik Ratih saat tubuhnya menabrak sebuah meja bundar berukuran lebih kecil daripada meja lain yang juga ada di ruang tamu dari apartemen tersebut. Dengan cepat, Suga menangkap pinggang Ratih, sehingga wanita pemberani itu tak sampai terjatuh. Berkat penyelamatan dadakan yang Suga lakukan, Ratih semak

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 26-Ratih Berasa Diperebutkan-Munculnya Sang Penguntit

    "Baik, Ayah, akan saya usahakan datang secepatnya. Setidaknya sampai urusan saya kelar," ucap Suga pada sang ayah ketika ia diminta untuk pulang, usai ia menjawab panggilan dari ayahnya tersebut. "Pulanglah sekarang. Ayah tahu kamu enggak ada agenda penting! Ayah ingin bicara denganmu, Sugantara!" sahut Daichi Lesmana. Suga menggertakkan giginya usai sejenak menurunkan ponsel dari telinga dan wajahnya. Sebelum memberikan jawaban pada Daichi Lesmana, Suga lantas menatap Ratih yang masih sibuk berbincang dengan Gatra, bahkan saat ini keduanya akan melangsungkan makan siang bersama."Saya akan datang, Ayah," ucap Suga kemudian berangsur mengakhiri panggilan tersebut. Dan seharusnya ia memutar badan, lalu berangkat menuju rumah Daichi Lesmana. Sayangnya, kebimbangan justru terus menyiksa batin dan pikiran seorang Sugantara, yang otomatis membuatnya kebingungan. Ia harus segera merealisasikan perintah Daichi Lesmana, tetapi di sisi lain, ia tidak rela ketika melihat Ratih tertawa bersam

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 25-Melihat Ratih Duduk Berdua Bersama Gatra

    Ratih menuju salah satu restoran yang cukup mahal. Ia mencoba untuk melampiaskan kekesalannya pada Suga dengan membelanjakan sedikit uangnya demi seporsi steak yang lezat. Sekali-kali jajan mahal, tak masalah, bukan? Lagi pula, akhir-akhir ini Ratih juga tergolong lebih hemat, lantaran Suga selalu membayari makan siangnya sekaligus juga memberikan tumpangan untuknya. Hanya saja, dengan sikap yang sebaik itu, masih sangat disayangkan ketika Suga malah bersikap plin-plan. Pria itu sangat ambigu, bukan? Perasaan? Yang benar saja! Mengapa kata perasaan harus keluar dari mulut Suga, jika pada akhirnya tak ada kejelasan apa pun tentang hal tersebut? Yang pada akhirnya malah membuat Ratih semakin tidak habis pikir, bahkan geram. Sikap Suga yang awalnya lebih memilih dirinya daripada ajakan makan siang dari Rinjani, sang adik, mulai tak bisa membuat hati Ratih bergetar lagi."Ck, mungkinkah kebaikannya selama ini padaku memang digunakan untuk menghentikan pendekatan yang dilakukan oleh sang a

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 24-Jangan Membuat Saya Bingung, Pak!

    Kesal hati Rinjani. Bagaimana tidak, jika belakangan ini ia justru mendapatkan kabar mengenai kedekatan Sugantara dengan seorang wanita bernama Ratih Kembang Gayatri, sekretaris pria itu sendiri. Rumor yang beredar mengatakan bahwa CEO culun itu telah menjalin hubungan dengan Ratih, dan tak jarang Suga sampai mengantar Ratih pulang hingga beberapa kali terpergok sedang berjalan berduaan. Sebagai adik, yang meski angkat, tetapi sangat memahami Sugantara, termasuk mengetahui betapa Sugantara sangat tampan, Rinjani sempat merasa percaya tidak percaya. Ia yang juga masih bermimpi untuk hidup sebagai istri Suga, benar-benar berharap bahwa rumor itu hanyalah sebatas rumor tak berdasar saja. Namun ... apa mau dikata.Saat ini, ketika Rinjani sengaja datang ke perusahaan Daichi yang dipimpin oleh Suga sebagai seorang CEO, Rinjani malah mendapati kakaknya itu berjalan akrab dengan seorang wanita. Dan sekarang pun, mereka berada tepat di hadapan Rinjani yang sedang membawa bekal makan siang un

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 23-Ratih yang Jatuh Cinta

    “Aku adalah monster.” “Apa maksud Pak Suga?” “Lupakan!” Lupakan? Tidak, nyatanya kata 'monster' yang diucapkan oleh Suga berulang kali, sukses menghantui benak Ratih ketika malam telah tiba. Sejak enam bulan terakhir menjadi sekretaris Suga, dan setelah momen pertama pria itu mampir ke rumahnya, Ratih sudah melakukan sesuatu untuk mengobati rasa penasarannya. Pertama Ratih masih mempertanyakan apa arti kata 'monster', tetapi Suga tidak pernah memberikan jawaban yang memuaskan. Kedua, Ratih bergegas menyelinap di balik dinding yang pernah ia pakai untuk bersembunyi, sebelum pukul enam pagi, tetapi juga nihil. Suga bertindak seperti pria normal lainnya. Kebencian Ratih bertambah tatkala semua usahanya tidak membuahkan hasil, hingga .... Seiring waktu berjalan pun, dirinya dan Suga semakin dekat tanpa disadari. Sikap pria itu lebih hangat dan kerap m

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 22-Aku Adalah Monster!

    Ratih terlihat bingung dan gelagapan sesaat setelah Suga memundurkan posisi wajah serta tubuhnya. Seolah tidak ada sedikit pun rasa bersalah, pria itu bergegas melaju mobil mewahnya yang sebelumnya sempat dihentikan. Senandung berupa gumaman yang bernada Suga dendangkan, tetapi justru membuat Ratih dilanda rasa kesal.Pasalnya, setelah belum lama ini ucapan perihal rasa suka dikatakan oleh Suga, rasa bersalah sekaligus permintaan maaf pun sama sekali tidak ada. Ratih tidak mengerti. Namun di sisi lain, hatinya juga dibuat benar-benar syok, jantungnya berdegup kencang, serta kegugupan yang juga turut menyerang.“Apa kamu tidak memiliki jawaban untuk pertanyaan yang aku berikan, Ratih?” tanya Suga memecah kegemingan Ratih.Ratih menelan saliva, berusaha mengumpulkan energi yang sempat tercecer, ia menghela napas. Wanita itu memberanikan diri untuk menatap sosok pria misterius di sampingnya tersebut.“Apa pertanyaan itu sungguhan?” ta

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status