Share

Episode 10-Terjebak

Penulis: VhyDheavy
last update Terakhir Diperbarui: 2020-11-25 12:39:50

Dengan setia Ratih mendampingi Suga di mana pun pria itu berpijak, dan tentu saja untuk urusan pekerjaan. Kendati masih terbilang baru, nyatanya, Ratih sudah mampu mengatasi semua pekerjaan sekaligus kendala beberapa kendala. Dan saat ini ia mencoba untuk tidak memikirkan perihal niat menolak mengenai jabatan barunya itu. Ratih berupaya untuk memberikan pelayanan yang terbaik pada sang tuan, alih-alih terus merengek.

Ratih segera berdiri dari duduknya ketika mendapati Suga baru saja keluar dari ruangan kerja pribadi. Dengan lebih profesional Ratih memutuskan untuk merundukkan badan sebagai bentuk rasa hormatnya. Melihat sikap Ratih yang begitu tunduk, Suga lantas tersenyum bangga seolah sudah mendapatkan kemenangan secara penuh.Bagaimana tidak, musuhnya itu kini dapat ia kendalikan sesuka hati.

Suga merasa dirinya sudah mampu mengendalikan wanita yang pemberani itu.

“Jadwal selanjutnya? Kamu nggak laporan padaku?” tanya Suga.

Ratih menghela napas, kemudian menjawab, “Sore nanti sudah enggak ada meeting lagi, Pak.”

“Bagus! Dengan begitu aku bisa cepat pulang, ‘kan?”

“Tentu saja.”

“Mm ... tapi, aku masih membutuhkanmu hingga malam nanti.”

“Untuk apa lagi, Pak?" Tabiat asli Ratih mulai keluar ketika Suga mengaku masih membutuhkannya hingga malam hari.

“Kenapa memangnya? Kamu mau menolak?”

Ratih menelan saliva. “Tentu saja tidak, Pak!” Suaranya terdengar lantang mungkin karena kembali didera rasa kesal.

Beberapa hari ini, Suga memang terlalu sering meminta Ratih untuk mampir sampai jam delapan malam. Entah apa maksud dan tujuan Suga, yang pasti Ratih benar-benar tidak paham. Padahal, ketika Ratih sampai di apartemen pria itu tidak banyak yang perlu ia lakukan, kecuali bertindak sebagai pembantu rumah tangga. Ah, jika mengingat sikap Suga, Ratih selalu menyesal telah memberikan pelayanan terbaiknya. Andai saja, ia bisa berbuat tega dengan membiarkan Suga bekerja sendiri. Namun apa daya ancaman dua milyar masih menjadi ketakutan tersendiri bagi Ratih Kembang.

Selepas Suga kembali ke dalam ruang kerja pribadi, terdengar kebisingan yang bersumber dari hiruk-pikuk para karyawan di segala divisi perusahaan Daichi itu. Ratih melirik waktu pada jam digital yang terpasang pada pintu masuk ruangan Suga. Jam operasional memang sudah selesai. Tentu saja keadaan akan ramai karena para karyawan telah bergegas untuk pulang, membuat Ratih merasakan iri. Andai saja ia masih menjadi manajer yang bebas dari pengawasan Suga, maka saat ini pun ia sudah berlari untuk mencari taksi.

Sembari mendengkus kesal, Ratih menyibukkan kedua tangan untuk membereskan berkas-berkas pekerjaan. Semua telah Ratih susun rapi. Setelah selesai, Ratih justru bergeming dengan maksud menunggu tuannya itu alih-alih berlalu untuk melarikan diri.

“Ratih ...!” Seseorang menyebut nama Ratih dengan suara desisan. Nurma terlihat baru saja keluar dari elevator dan saat ini tengah berjalan secara mengendap-endap agar tidak menimbulkan suara tapak yang dapat membuat Suga keluar dari ruangan. Sesaat setelah menghampiri Ratih, Nurma bertanya, “Kamu masih sibuk, ya?”

Dengan gerak malas, Ratih menjawab,” Sibuk banget, Nur. Aku masih ada kerjaan sama si Culun.”

“Hmm ... sayang sekali.”

“Kenapa?”

“Ada acara makan-makan habis ini, pacarku ulang tahun. Aku udah ngajak Gatra, tapi kamu ....”

“Aku usahain, Nur, semoga bisa pulang sebelum jam enam. Kamu kirim alamatnya aja nanti kalau ada waktu aku bakal ke sana.”

“Oke deh. Tapi, jangan terlalu maksa diri ya, Tih, jangan bikin masalah sama atasan.”

“Tenang aja, Nur, aku tahu. Pulang sana, Egy pasti udah di depan dan bilang sama Gatra kalau aku telat, ya.”

“Issh ... udah jadian kalian?”

Ratih menggeleng, lesu. “Nggak. Dia sering modus sih buat jemput dengan alasan kebetulan lewat.”

“Dasar cowok itu! Bodoh banget! Ya udah ya, Tih. Bye, hati-hati.”

Ratih tersenyum, sementara Nurma berbalik dan melangkah pergi meninggalkannya. Sembari menunggu Suga yang selalu sengaja berlama-lama, Ratih mendudukkan dirinya lagi. Ia menghela napas beberapa kali sambil berharap kegalauan hatinya beranjak pergi. Ajakan Nurma menjadi keinginan yang tampaknya tidak bisa ia lakukan. Ingin bersama dengan para teman, tetapi Suga masih menjebak dirinya.

“Ck.” Suga berdecak di balik pintu yang sejak Nurma datang telah terbuka sedikit, termasuk keberadaannya di sana. “Apa aku terlalu keras padanya?” gumam Suga lagi, menyadari sikap penuh penekanan yang selalu ia berikan pada Ratih tanpa kata ampun sedikit pun.

Detik berikutnya, Suga keluar dari pintu ruangan itu. Ia bergegas menghampiri sekretaris cantiknya yang masih tampak lesu. Tapat di hadapan Ratih, Suga menelan saliva. Ia terlalu bingung. Haruskah ia memulai pembicaraan atau sekedar ajakan untuk pulang?

Menyadari keberadaan seseorang yang tengah berdiri di hadapannya, Ratih mengangkat kepala. Ia menatap Suga dengan paras terkejut. Setelah itu, ia bangkit dan kembali merundukkan badannya. Kesal memang, tetapi apa boleh buat, ia tidak bisa membayar tuntutan dua milyar sebagai penalti untuk melarikan diri.

“Ayo!” titah Suga. Tanpa memedulikan Ratih lagi, ia bergegas melangkah dengan ttega.

Ratih menyusul pria itu dengan langkah yang terburu-buru. Ia berjalan tepat di belakang Suga tanpa berbicara sedikit pun. Intinya, Ratih tidak mau berucap jika tidak ditanya. Ia malas bertengkar ketika suasana hati yang sudah runyam. Dan sudah pasti ia hanya akan dibuat kalah jika tetap nekat memberikan bantahan pada pria bertopeng culun itu.

Ratih mempersilakan Suga masuk terlebih dahulu ke dalam elevator khusus milik sang CEO. Kemudian, ia baru mengikuti ketika Suga. Ratih menekan tombol bertulis angka lantai yang hendak dituju, ia menyisip ke belakang Suga seperti yang dilakukan para sekretaris pada umumnya.

Tidak ada pembicaraan. Suasana senyap. Entah Ratih ataupun Suga, sama-sama tidak berminat membuka perbincangan. Kebencian memang masih kental di hati masing-masing memang masih terlalu besar.

Beberapa menit berlalu, mobil mewah milik Suga telah tersaji di depan aula. Sang sopir telah menunggu Suga dan Ratih dengan setia. Tanpa berpikir panjang, Suga masuk ke kabin mobil bagian belakang, sementara Ratih ada di depan. Kendaraan dilaju setelah sang penumpang telah aman di dalam.

Dari balik jendela gelap, Ratih mendapati mobil Gatra. Tampak pria itu pun berbincang dengan Nurma. Seperti yang Ratih duga, Gatra benar-benar menjemputnya. Namun apa daya, lagi-lagi ia tidak bisa datang menyapa..

Diambilnya sebuah ponsel dari dalam tas jinjing. Ratih memainkan ibu jari di atas layar benda persegi panjang itu. Sebuah pesan hendak ia kirimkan pada Gatra untuk memberitahukan mengenai jam lembur yang membuatnya tidak bisa pulang bersama. Sesaat setelah itu, ia kembali memasukkan ponsel dengan perasaan sendu.

Diam-diam, Suga mengawasi dari belakang. Helaan napas Ratih membuat Suga mengetahui bahwa perasaan wanita itu sedang tidak baik-baik saja. Suga menghela napas, wanita itu selalu berhasil mengganggu hatinya, membuatnya seperti seorang penjahat saja.

“Putar arah, Pak,” titah Suga pada sang sopir.

“Baik, Tuan,” jawab sopir itu tanpa banyak tanya.

Ratih terkesiap. Ia merasa bingung dengan permintaan Suga. Lantas, mau ke mana? Mengapa Suga tiba-tiba meminta memutar arah padahal mobil itu berjalan di arah yang bbena.

“Apa ada pekerjaan dadakan, Pak?” Sembari menoleh ke belakang, Ratih melontarkan kalimat tanya.

Suga tak menjawab, hanya tatapan dingin yang ia berikan. Detik berikutnya, ia melepas kacamatanya dan menyibak poni lebat ke atas. Tak peduli akan adanya sang sopir, karena sopir itu adalah salah satu anak buah dari perkumpulan gelap yang Suga pimpin.

“Pak?” Ratih masih tidak menyerah untuk mengetahui arah dan tujuan yang Suga kehendaki.

“Jangan banyak tanya, kamu nggak berhak untuk itu,” jawab pria angkuh itu.

Ratih berdecak. Kesal, bahkan semakin geram. Namun ia hanya bisa sebatas mengepal telapak tangan. Suga penuh kuasa, sementara dirinya hanya cacing yang bisa dipermainkan sesuka hati pria itu.

Detik berikutnya, Ratih kembali menarik diri. Ia mendekap kedua tangan ke depan. Dengan perasaan kesal itu, ia melirik wajah Suga dari kaca yang tergantung di hadapannya. Ratih menelan saliva. Bagaimana tidak, ketika pantulan wajah Suga justru terkesan begitu tampan penuh aura. Pria itu benar-benar tampan! Dan hanya seorang Ratih yang bisa melihat tanpa terhalang kacamata tebal. Sayangnya, apa yang Ratih terima bukan sebuah keburuntungan, melainkan kesialan yang membuatnya masuk ke dalam kandang macan.

****

Bab terkait

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 11-Acara Makan

    Ketika mobil yang Suga tumpangi bersama sang sopir dan sekretarisnya sampai di depan gerbang utama perusahaan, suasana ternyata sudah cukup sepi. Padahal, mereka meninggalkan tempat itu belum terhitung lama. Nurma dan Gatra juga tak lagi nampak di sana. Sepertinya mereka sudah berangkat ke tempat acara makan bersama.Suga menghela napas, seiring dengkusan kesal yang ia lakukan. Keadaan itu membuatnya mau tidak mau harus kerepotan.“Kasih tahu alamat acara itu pada nomor 081,” titah Suga pada Ratih.Ratih tersentak. “No-nomor?” tanyanya heran.Suga menelan saliva, merasa getir karena baru saja keceplosan. “Maksudku Bapak Sopir.”“Oh ... mm, tapi maksud Pak Suga alamat apa?”“Memangnya kamu pengen ke mana sekarang?”Ratih terdiam sembari memikirkan apa keinginannya yang tampaknya sudah Suga ketahui. Dan keinginannya saat ini hanyalah ingin menyelesaikan pekerjaan. Mengenai alamat tersebut, rasanya hanya satu alamat yang berkaitan, yakni alamat restoran di mana Ratih ingin bergabung di da

    Terakhir Diperbarui : 2020-11-27
  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 12-Insiden

    Hanya makan-makan apanya? Itulah yang dipikirkan oleh Suga saat ini. Setelah selesai menyambangi sebuah restoran, ia justru diseret untuk singgah di sebuah pusat perbelanjaan. Tadinya ia ingin menolak, tetapi Nurma dan Egy memintanya untuk ikut saja, tanggung alasannya. Seperti yang Suga sangka bahwa Ratih dan Gatra akan sangat tidak menyukai kehadirannya, seperti acara sebelumnya. Namun apa boleh buat, mereka harus terima tepat ketika Suga mengiyakan ajakan itu. Benar, Suga memang sengaja. Selain hendak mengintimidasi Ratih saat ini, rasanya akan lebih menantang jika ia melakukan sesuatu yang wanita itu benci.“Ngapain sih ke sini segala!” pekik Ratih tiba-tiba setelah asyik menggumamkan umpatan teruntuk Suga yang ada di sampingnya sej

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-02
  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 13-Suga Yang Tak Terduga

    Di dalam apartemen, Suga masih memikirkan sikap baik Ratih pada dirinya dengan perasaan heran. Pasalnya, ketika Ratih benar-benar membencinya, beberapa saat yang lalu Ratih justru memberikan pertolongan untuknya. Bahkan Ratih segera membawa Suga untuk pulang. Dan kini, Ratih tampak sibuk di dapur menyajikan sesuatu, Suga pun tidak tahu.Sekian detik kemudian, akhirnya Ratih menampakkan diri lagi setelah keluar dari dapur mewah milik sang atasan. Ia membawa sebuah nampan berisi teko antik dan satu cangkir kosong. Suga lantas menatap ke arah lain karena ia tidak mau jika Ratih salah paham apalagi sampai menganggapnya sedang memperhatikan.“Saya rasa secangkir teh bisa membuat Anda merasa tenang,” ucap Ratih sembari meletakkan nampan itu di atas meja. Kemudian, ia menyajikan teh dari teko ke dalam cangkir untuk ia berikan Suga.“Apa maumu?” Suga justru melontarkan pertanyaan itu. “Kenapa kamu membantu orang yang kamu benci? Apa ini upayamu agar aku melepaskan dirimu dan mengembalikanmu ke

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-05
  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 14-Mulai Penasaran

    Masih menggunakan mobil yang sama, Ratih dan Suga tengah bersama. Kecanggungan menyisip di antara mereka, menimbulkan kebisuan tanpa suara selain hela atau embusan napas saja. Sementara, laju kendaraan menggunakan kecepatan standar, tidak cepat ataupun lambat. Sesekali, entah Ratih atau Suga saling melirik. Jika tak sengaja berbarengan, keduanya kompak membuang muka dan kembali didera salah tingkah. Dari Ratih yang cukup tidak nyaman, sekalipun Suga memberikan sikap baik. Tetap saja, hanya sebuah balasan atas pertolongan yang Ratih berikan, jadi tidak mungkin Suga begitu cepat dalam berubah.Sebab, orang sekaku Suga tidak mungkin berubah dalam waktu yang cepat, bahkan beberapa saat yang lalu justru masih mengawasinya dengan tatapan elang.Rintik hujan yang turun di bulan Desember turut menemani kebersamaan tanpa suara itu. Pendingin mobil yang tidak dimatikan atau sekedar dikecilkan oleh Suga, menyebabkan rasa dingin mendera tubuh Ratih. Ingin meminta tolong, Ratih sangat enggan, lebih

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-05
  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 15-Kebimbangan Hati Mereka

    Malam ini suasana sangat dingin. Kerap terdengar embusan angin terdengar cukup kencang. Dan Gatra sedang terdiam sembari meringkuk di atas ranjang di dalam kamarnya. Benaknya kembali teringat akan kejadian tadi sore, saat dirinya berkumpul dengan Nurma, Egy, Ratih, sekaligus pria culun yang merupakan CEO dari perusahaan di mana Ratih bekerja. Sejujurnya, Gatra merasa sangat terganggu, terlepas dari fakta bahwa pria culun itu merupakan atasan dari wanita pujaannya. Namun hatinya tetap merasa bahwa sosok Sugantara bukanlah pria biasa, terlepas dari jabatannya sebagai seorang CEO. Pria berkaca mata tebal itu jika diamati lebih saksama ternyata memiliki tatapan mata yang tajam. Wajah Sugantara pun begitu halus tanpa jerawat satu pun, lalu sikap dingin semakin membuat Gatra merasa curiga pada Sugantara. Belum lagi mengenai kejadian di mal tadi, yang mana Suga justru limbung hanya karena insiden kecil. Dan Ratih menjadi penyelamat bagi pria itu. Gatra benar-benar bingung, sepertinya ada ra

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-09
  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 16-Keinginan Rinjani

    Pagi hari ini cukup cerah. Ratih pun sudah terbangun dan sedang sibuk berkutat dengan make-up untuk merias wajahnya di hadapan cermin rias. Senyumnya terulas di bibir tipis berwarna merah muda miliknya itu. Ratih yang memiliki harga diri setinggi langit memang kerap memuji kecantikan wajah yang ia miliki, begitu pun dengan semua kekuatan serta kecerdasan yang ia asah selama ini. Bangga? Tentu saja! Sesaat setelah memastikan riasan wajahnya untuk terakhir kali, Ratih memutuskan untuk berdiri. Ia memundurkan kursi tanpa sandaran yang ia duduki sejak tadi. Kemudian, Ratih berjalan menuju lemari yang memiliki cermin besar di bagian pintunya. “Wuuaah! Aku emang cantik pakai ini!” ucap Ratih dengan perasaan yang berdecak senang sembari menatap pantulan dirinya yang terbalut setelan elegan yang merupakan hadiah dari Sugantara. Sejujurnya Ratih memang sempat merasa bimbang. Haruskah ia memakai pakaian itu hari ini atau esok hari saja. Namun, Suga yang sangar sudah pasti akan mempertanyakan

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-09
  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 17-Senjata Tajam

    Di hadapan Suga, Ratih berdiri terpaku. Ada rasa bimbang di hatinya untuk memulai pembicaraan, setelah sebelumnya sempat mendengar sedikit percakapan pria itu dengan dengan sang adik. Namun, di sisi lain, ia harus segera menyelesaikan pekerjaannya sebagai seorang sekretaris yang perlu mengurus atasannya itu. Dengan gerak ragu, Ratih mendekati Sugantara yang sejak tadi sibuk menghela napas berkali-kali dan duduk di sofa tanpa beranjak. Kemudian, lebih dekat dengan pria itu, Ratih berdeham. “Tinggal 30 menit lagi, Pak,” ucapnya. Suga berangsur menatapnya. Tajam dan seolah menusuk dada Ratih. “Ya," jawabnya singkat, serta terkesan malas. “Mohon segera bersiap, karena setelah ini ada rap—” “Aku tahu, jangan cerewet!” sahut Suga keras dan tegas. Ratih mendengkus kesal. “Kalau tahu, ya jangan duduk terus dong!” Ia membungkam bibirnya dengan segera. “Ups, maaf, Pak,” lanjutnya tanpa rasa bersalah. Suga mengembuskan napasnya dengan kasar. Namu

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-10
  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 18-Senyuman Suga

    Saat hari mulai cerah membuat hawa panas kian terasa. Suasana yang menandakan jika pertengahan waktu sudah berangsur tiba. Meeting yang dilaksanakan sudah diakhiri. Para peserta keluar dari ruangan khusus itu, tanpa terkecuali Sugantara dan Ratih Kembang. Keduanya berjalan saling beriringan. Si buruk rupa dan si cantik jelita memiliki satu tujuan yang sama, yakni hendak masuk ke dalam ruang kerja CEO. Banyak orang yang melihat mereka sembari berbisik-bisik satu sama lain. Terdengar pula kata bully yang merujuk pada penampilan Suga yang tidak rapi dan juga geeky. Namun, karena memang memiliki sifat dingin dan masa bodoh, Suga tidak pernah peduli penilaian orang lain terhadap dirinya. Ia tetap berjalan lurus, seolah tidak pernah melihat siapa pun di sana kecuali dirinya sendiri.Hal itu sedikit membuat Ratih merasa prihatin. Bahkan ia mulai membenarkan ucapan Nurma, Suga sungguh bikin iba. Memiliki seorang atasan yang kerap dihina-hina sukses menumbuhkan rasa simpati di hati Ratih Kemba

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-16

Bab terbaru

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 30-Perbicaraan Penuh Pertentangan Antara Sugantara dan Daichi Lesmana

    Pipi Suga sampai memar karena sambaran tangan Daichi Lesmana yang belum lama ini melampiaskan kemarahan cara memberikan tamparan keras. Namun setelah dipukul, Suga masih saja berdiri tegak, mungkin hanya kepalanya saja yang tertunduk. Bukan hanya perkara seorang wanita saja. Hal yang membuat Daichi Lesmana sampai murka, tidak lain dan tidak bukan adalah Suga yang tidak lekas datang ketika diminta untuk pulang, lebih tepatnya menghadap dirinya. Cara Suga yang membangkang, bahkan meski hal itu jarang Suga lakukan, tetaplah membuat Daichi Lesmana tidak terima. "Apa sekarang kamu sudah mulai berani pada Ayah?!" ucap Daichi Lesmana yang belum berkenan untuk menyudahi kekesalannya. "Kamu pikir, usia Ayah yang sudah tua ini, justru mengurangi kekuasaan dan kekuatan yang Ayah miliki, Sugantara? Tidak! Ayah masih bisa membunuhmu kapan saja, atau mungkin sekadar mengganggu kedua adikmu itu!"Mendengar ancaman yang keluar dari mulut sang ayah angkat, Suga lantas menelan saliva. Kedua telapak t

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 29-Obsesi Sugantara Terhadap Ratih

    "Aku ingin memintamu turun, tapi ...." Usai berkata demikian, Suga berangsur meraih tangan Ratih. Genggaman erat ia lakukan terhadap lentiknya jari-jemari milik wanita itu. Dan ketika ia menoleh, Ratih malah sibuk menatap ke arah depan. "Kamu masih saja merasa canggung ya? Kenapa? Apa suasana di hubungan kita ini benar-benar membuatmu enggak nyaman, Ratih?"Ratih menelan saliva dengan susah-payah. Nyatanya meskipun jago bela diri, pemberani, serta berharga diri tinggi, ia tetap mati kutu ketika Suga memperlakukan dirinya dengan cara yang berbeda. Belum lagi, status hubungannya dengan Suga yang belum jelas, sejatinya membuat Ratih terus berpikir keras; rasanya tidak pantas jika ia dan Suga sampai berciuman ketika tak ada hubungan spesial apa pun, selain atasan dan bawahan. Namun sekali lagi, ia tidak cukup percaya diri untuk menuntut kejelasan hubungan yang ia pikirkan tersebut. "Saya mau turun sekarang, Pak," ucap Ratih setelah sekian detik mampu menentukan langkahnya. Detik berikutn

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 28-Suga yang Juga Belum Berpengalaman

    Jantung Ratih tak bisa berhenti berdebar, sejak Suga merenggut ciuman pertamanya. Bahkan sekarang, ketika telah kembali ke kantor dan jam kerja sudah hampir selesai, Ratih masih belum bisa merasa lebih tenang. Konsenterasinya terus terganggu dengan bayangan keromantisan itu. Sentuhan bibir Suga seolah masih tersisa di bibir, pipi, hingga kening Ratih. Wajahnya kerap memerah setiap kali ia membayangkan itu semua.“Ugh ... bagaimana bisa aku menjadi orang yang semesum ini sih?” ucap Ratih. Detik berikutnya ia lantas mengutuk dirinya sendiri. “Kalau begini terus, aku enggak akan bisa bekerja dengan baik. Ck ....”Usai mengeluh, seulas senyuman justru tampak tertera di bibir Ratih. “Tapi, tadi ... Pak Suga ... apa dia memiliki banyak pengalaman? Kenapa dia selihai itu? Yah, enggak heran sih. Toh, tampang aslinya memang luar biasa tampan. Wanita mana yang akan menolak pesonanya itu?”“Ah, enggak boleh begini terus. Aku harus bekerja. Dan aku harus menemuinya. Mau enggak mau aku memang haru

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 27-Ciuman Pertama Ratih yang Dirampas Sugantara

    "Kenapa malah membawa saya ke apartemen sih, Pak?! Katanya tadi ada kerjaan!" omel Ratih usai dibawa ke apertemen milik atasannya tersebut. Suga tidak menjawab dan justru memasang ekspresi yang cukup datar. Meski kacamata tebalnya belum ia lepaskan, dan poni panjangnya tak ia singkirkan, rona kekesalan terlihat jelas di wajah berpenampilan culunnya tersebut. Sikap Suga tentunya membuat Ratih menjadi heran sekaligus penasaran. Namun untuk kembali mengomel, Ratih sudah tidak berani. Pasalnya, ia sendiri cukup takut dengan apa yang akan Suga lakukan terhadapnya. Terlebih ketika pria itu terus melangkah maju di hadapannya, yang otomatis membuat dirinya terpaksa berjalan mundur. "Aaaakh!" pekik Ratih saat tubuhnya menabrak sebuah meja bundar berukuran lebih kecil daripada meja lain yang juga ada di ruang tamu dari apartemen tersebut. Dengan cepat, Suga menangkap pinggang Ratih, sehingga wanita pemberani itu tak sampai terjatuh. Berkat penyelamatan dadakan yang Suga lakukan, Ratih semak

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 26-Ratih Berasa Diperebutkan-Munculnya Sang Penguntit

    "Baik, Ayah, akan saya usahakan datang secepatnya. Setidaknya sampai urusan saya kelar," ucap Suga pada sang ayah ketika ia diminta untuk pulang, usai ia menjawab panggilan dari ayahnya tersebut. "Pulanglah sekarang. Ayah tahu kamu enggak ada agenda penting! Ayah ingin bicara denganmu, Sugantara!" sahut Daichi Lesmana. Suga menggertakkan giginya usai sejenak menurunkan ponsel dari telinga dan wajahnya. Sebelum memberikan jawaban pada Daichi Lesmana, Suga lantas menatap Ratih yang masih sibuk berbincang dengan Gatra, bahkan saat ini keduanya akan melangsungkan makan siang bersama."Saya akan datang, Ayah," ucap Suga kemudian berangsur mengakhiri panggilan tersebut. Dan seharusnya ia memutar badan, lalu berangkat menuju rumah Daichi Lesmana. Sayangnya, kebimbangan justru terus menyiksa batin dan pikiran seorang Sugantara, yang otomatis membuatnya kebingungan. Ia harus segera merealisasikan perintah Daichi Lesmana, tetapi di sisi lain, ia tidak rela ketika melihat Ratih tertawa bersam

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 25-Melihat Ratih Duduk Berdua Bersama Gatra

    Ratih menuju salah satu restoran yang cukup mahal. Ia mencoba untuk melampiaskan kekesalannya pada Suga dengan membelanjakan sedikit uangnya demi seporsi steak yang lezat. Sekali-kali jajan mahal, tak masalah, bukan? Lagi pula, akhir-akhir ini Ratih juga tergolong lebih hemat, lantaran Suga selalu membayari makan siangnya sekaligus juga memberikan tumpangan untuknya. Hanya saja, dengan sikap yang sebaik itu, masih sangat disayangkan ketika Suga malah bersikap plin-plan. Pria itu sangat ambigu, bukan? Perasaan? Yang benar saja! Mengapa kata perasaan harus keluar dari mulut Suga, jika pada akhirnya tak ada kejelasan apa pun tentang hal tersebut? Yang pada akhirnya malah membuat Ratih semakin tidak habis pikir, bahkan geram. Sikap Suga yang awalnya lebih memilih dirinya daripada ajakan makan siang dari Rinjani, sang adik, mulai tak bisa membuat hati Ratih bergetar lagi."Ck, mungkinkah kebaikannya selama ini padaku memang digunakan untuk menghentikan pendekatan yang dilakukan oleh sang a

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 24-Jangan Membuat Saya Bingung, Pak!

    Kesal hati Rinjani. Bagaimana tidak, jika belakangan ini ia justru mendapatkan kabar mengenai kedekatan Sugantara dengan seorang wanita bernama Ratih Kembang Gayatri, sekretaris pria itu sendiri. Rumor yang beredar mengatakan bahwa CEO culun itu telah menjalin hubungan dengan Ratih, dan tak jarang Suga sampai mengantar Ratih pulang hingga beberapa kali terpergok sedang berjalan berduaan. Sebagai adik, yang meski angkat, tetapi sangat memahami Sugantara, termasuk mengetahui betapa Sugantara sangat tampan, Rinjani sempat merasa percaya tidak percaya. Ia yang juga masih bermimpi untuk hidup sebagai istri Suga, benar-benar berharap bahwa rumor itu hanyalah sebatas rumor tak berdasar saja. Namun ... apa mau dikata.Saat ini, ketika Rinjani sengaja datang ke perusahaan Daichi yang dipimpin oleh Suga sebagai seorang CEO, Rinjani malah mendapati kakaknya itu berjalan akrab dengan seorang wanita. Dan sekarang pun, mereka berada tepat di hadapan Rinjani yang sedang membawa bekal makan siang un

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 23-Ratih yang Jatuh Cinta

    “Aku adalah monster.” “Apa maksud Pak Suga?” “Lupakan!” Lupakan? Tidak, nyatanya kata 'monster' yang diucapkan oleh Suga berulang kali, sukses menghantui benak Ratih ketika malam telah tiba. Sejak enam bulan terakhir menjadi sekretaris Suga, dan setelah momen pertama pria itu mampir ke rumahnya, Ratih sudah melakukan sesuatu untuk mengobati rasa penasarannya. Pertama Ratih masih mempertanyakan apa arti kata 'monster', tetapi Suga tidak pernah memberikan jawaban yang memuaskan. Kedua, Ratih bergegas menyelinap di balik dinding yang pernah ia pakai untuk bersembunyi, sebelum pukul enam pagi, tetapi juga nihil. Suga bertindak seperti pria normal lainnya. Kebencian Ratih bertambah tatkala semua usahanya tidak membuahkan hasil, hingga .... Seiring waktu berjalan pun, dirinya dan Suga semakin dekat tanpa disadari. Sikap pria itu lebih hangat dan kerap m

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 22-Aku Adalah Monster!

    Ratih terlihat bingung dan gelagapan sesaat setelah Suga memundurkan posisi wajah serta tubuhnya. Seolah tidak ada sedikit pun rasa bersalah, pria itu bergegas melaju mobil mewahnya yang sebelumnya sempat dihentikan. Senandung berupa gumaman yang bernada Suga dendangkan, tetapi justru membuat Ratih dilanda rasa kesal.Pasalnya, setelah belum lama ini ucapan perihal rasa suka dikatakan oleh Suga, rasa bersalah sekaligus permintaan maaf pun sama sekali tidak ada. Ratih tidak mengerti. Namun di sisi lain, hatinya juga dibuat benar-benar syok, jantungnya berdegup kencang, serta kegugupan yang juga turut menyerang.“Apa kamu tidak memiliki jawaban untuk pertanyaan yang aku berikan, Ratih?” tanya Suga memecah kegemingan Ratih.Ratih menelan saliva, berusaha mengumpulkan energi yang sempat tercecer, ia menghela napas. Wanita itu memberanikan diri untuk menatap sosok pria misterius di sampingnya tersebut.“Apa pertanyaan itu sungguhan?” ta

DMCA.com Protection Status