Share

Episode 11-Acara Makan

Penulis: VhyDheavy
last update Terakhir Diperbarui: 2020-11-27 16:40:15

Ketika mobil yang Suga tumpangi bersama sang sopir dan sekretarisnya sampai di depan gerbang utama perusahaan, suasana ternyata sudah cukup sepi. Padahal, mereka meninggalkan tempat itu belum terhitung lama. Nurma dan Gatra juga tak lagi nampak di sana. Sepertinya mereka sudah berangkat ke tempat acara makan bersama.

Suga menghela napas, seiring dengkusan kesal yang ia lakukan. Keadaan itu membuatnya mau tidak mau harus kerepotan.

“Kasih tahu alamat acara itu pada nomor 081,” titah Suga pada Ratih.

Ratih tersentak. “No-nomor?” tanyanya heran.

Suga menelan saliva, merasa getir karena baru saja keceplosan. “Maksudku Bapak Sopir.”

“Oh ... mm, tapi maksud Pak Suga alamat apa?”

“Memangnya kamu pengen ke mana sekarang?”

Ratih terdiam sembari memikirkan apa keinginannya yang tampaknya sudah Suga ketahui. Dan keinginannya saat ini hanyalah ingin menyelesaikan pekerjaan. Mengenai alamat tersebut, rasanya hanya satu alamat yang berkaitan, yakni alamat restoran di mana Ratih ingin bergabung di dalam acara makan-makan bersama teman-temannya. Namun untuk apa Suga mempertanyakan alamat tersebut?

“Kenapa? Jangan salah sangka, aku hanya malas melihat wajah masammu itu, Tih!” tegas Suga ketika Ratih menoleh padanya.

Ratih mengerutkan dahi ketika masih belum paham atas perkataan Sugantara. Apakah Suga memang ingin mengantarkannya pada teman-temannya di restoran terkait?

Dengan antusias, Ratih meraih kembali ponselnya dari dalam tas jinjing. Ratih lantas mencari pesan berisi alamat restoran yang telah Nurma kirimkan belum lama ini. Detik berikutnya, ia memperlihatkan pada sang sopir.

“Siap, Nona,” ucap sopir bernomor anggota 081 itu.

Sesaat setelah menatap Suga dan mendapat respon anggukan, sang sopir mulai melaju mobilnya untuk menuju alamat itu.

Karena Suga tak menyangkal hal yang Ratih duga, tentu saja Ratih langsung merasa kegirangan. Wajahnya yang sempat masam kini menjadi berseri-seri. Bagaimana tidak, selain akan bersama para teman, ia pun bisa terbebas dari kerja lembur serta pengawasan seorang Sugantara. Namun, ... bagaimana bisa Suga yang kejam itu mendadak melakukan kebaikan?

Ratih terdiam, dan ia segera menghapus senyuman yang sebelumnya sulit untuk memudar. Ia menatap Suga diam-diam dari pantulan kaca di depannya. Tampan. Sekali lagi, Ratih harus mengakui bahwa wajah pria itu memang begitu rupawan. Sayangnya, Suga terlalu kejam untuk diberi kasih sayang. Sikap pria itu membuat Ratih terpaksa membangun kkebencia.

Hmm ... apa dia sempat salah makan, ya? Mengapa mendadak berbuat baik? Batin Ratih bertanya-tanya. Detik berikutnya, ia segera menggeleng-gelengkan kepala dan mengabaikan hal yang tidak harus ia ketahui jawabannya. Yang terpenting sekarang adalah ia bisa berpesta dengan teman-temannya.

Setelah mengarungi panjangnya jalan beraspal, akhirnya mobil itu sampai di tempat tujuan. Ratih kembali dibuat kegirangan. Sementara Suga masih terus terdiam. Karena bagi Suga memang tidak ada yang istimewa, bahkan dirinya masih sangat enggan untuk sekedar memberikan ssenyuman

“Pak ...?” Ratih bermaksud ingin berpamitan sebelum turun dari mobil itu. Namun tatapan tajam mata Suga yang tanpa terhalang kacamata membuatnya sempat menelan saliva. “Sa-saya pamit.”

“Ya.” Hanya itu yang Suga berikan sebagai jawaban. Tidak terlalu antusias, bahkan benar-benar tidak peduli.

Ratih menghela napas, ada sedikit umpatan yang ia katakan di dalam hati. Pasalnya, Suga tak lebih dari seonggok raga mati dan lagi-lagi bersikap acuh tak acuh dan seenaknya sendiri.

“Pak Sopir, terima kasih ya?” ucap Ratih beralih pada si nomor 081.

Sopir itu berangsur mengangguk. ”Sama-sama, Nona,” jawabnya.

Tanpa menunggu lama, Ratih segera membuka pintu mobil itu dan segera turun. Namun sebelum melangkahkan kakinya, Nurma, Egy—kekasih Nurma, serta Gatra datang menghampiri dirinya. Tampaknya mereka pun baru saja sampai.

“Ratih, kamu?” Nurma berucap, sedangkan matanya melirik ke dalam mobil di mana sopir Suga masih terjebak dirinya yang masih berdiri di depan. “Ini?” Nurma berjalan meninggalkan tempatnya berpijak karena tak ingin lagi menjadi penghalang laju kendaraan.

Ratih tidak tinggal diam. Ia teringat jika Suga sedang tidak memakai kacamata. Dengan sigap, Ratih berlari. Ia menutupi jendela mobil yang belum tertutup rapat di mana Suga berada di bagian dalam mobil itu.

Segera setelah itu, Ratih mencengkeram tangan Nurma. “A-ayo masuk, Nur!” ajaknya.

“I-iya,” jawab Nurma masih mencoba mengetahui siapa sosok yang ada di dalam sana. “Di dalam ada Pak Suga, 'kan? Ajak aja, Tih!”

“Jangan ngaco kamu, Nur.”

“Ih, jarang-jarang lho dan bakal nggak sopan ada atasan malah nggak ditawari.”

Gatra mendengkus dari sisi kiri. “Jangan aneh-aneh, Nurma! Ada-ada aja lo!”

“Tapi, ...?”

“Nggak apa-apa sih, kalau si atasan juga mau,” timpal Egy.

Ratih menelan saliva. Tidak boleh! Karena baginya kehadiran Sugantara hanya akan membawa malapetaka. Selain itu, bagaimana jika wajah asli Suga terbongkar? Mau bagaimanapun, Ratih harus melindungi identitas atasannya itu. Selain merasa ada alasan khusus di balik keputusan Suga, Ratih juga tidak mau lagi dituntut dengan uang dua milyar.

Suara pintu mobil terdengar dibuka, membuat Ratih terkejut dan lantas mundur. Wanita cantik itu memutar badan hendak memastikan. Suga berangsur keluar, mata elangnya kembali terbingkai kacamata tebal. Sementara poni panjangnya pun telah tergerai ke depan.

“Mau sampai kapan kalian menghalangi jalan mobil—” Suga belum berhasil menyelesaikan ucapannya karena sikap Nurma.

“Pak, mari makan bersama,” aajakNurma.

“Nurma!” seru Ratih dan Gatra berbarengan.

Nurma memandang kedua temannya itu, kemudian berkata, “Ayolah! Kita harus sopan sama atasan.”

“Jangan konyol!” tegas Ratih.

Sementara mereka bertiga berdebat perihal ajakan Nurma, Suga justru terdiam. Di sisi lain, Egy berupaya melerai perdebatan itu. Kehangatan sebuah persahabatan, dan Suga tidak pernah merasakan kehangatan yang menyelimuti ke empat orang tersebut. Hatinya terenyak menimbulkan rasa sesak yang menjalar ke dalam dadanya. Suga iri, sebab ia tidak bisa hidup senormal keempat orang itu.

“Aku ikut,” celetuk Suga pada akhirnya, membuat keempat orang itu seketika diam. “Anggap saja sebagai rasa menghargai.”

Ratih menelan saliva, Nurma tersenyum senang, Egy biasa saja, dan Gatra tidak suka. Bagi Gatra, Suga merupakan orang asing, tidak peduli jabatan apa yang kini dimiliki oleh pria culun itu, ia tetap tidak mau jika Suga sampai bergabung. Apalagi meski berpenampilan tak menarik, Suga justru terkesan angkuh. Suga tidak memiliki seulas senyuman dan tentu saja membuat Gatra tidak nyaman. Ditambah Gatra sudah mengetahui sikap Suga yang kejam yang ia dengar dari Ratih Kembang, membuat hatinya semakin tidak senang.

Pun pada Ratih yang kini merasa sangat kesal. Pasalnya, ia tidak jadi terbebas dari pengawasan Suga. Diantarkan ke tempat acara pun seolah percuma, Suga masih ada dan akan terus memberikan penekanan yang luar biasa.

Sementara Ratih yang merasa kesalahan, Nurma justru lega, sebab ia bisa menarik Suga ke sebuah pergaulan yang pasti tidak pernah Suga alami. Sejak dulu, Nurma memang sangat ingin membantu Suga agar tidak lagi jadi bahan cacian banyak orang. Namun bukan karena ia menyukai sosok atasannya itu, ia hanya merasa iba. Lagi pula, Nurma pernah mengalami masa di mana tidak punya satu pun seorang teman.

Mereka lantas berjalan untuk memasuki restoran bergaya millenial itu. Tak ada perbincangan yang terjadi, kecuali obrolan manis sepasang kekasih yang masih dimabuk asmara—Egy dan Nurma.

“Ratih?” Gatra menyisip di antara Ratih dan Suga yang tidak sengaja melangkah berdampingan. “Kamu capek?” tanyanya.

“Enggak?” Dahi Ratih berkerut samar. “Lo sakit, Gat? Kenapa mendadak sok perhatian begitu?”

Mendengar respon Ratih, Gatra dibuat cukup malu. Maksud hati ingin lebih lembut malah dibalas sedemikian rupa. Namun, Gatra berusaha cuek saja, ia hanya melirik sinis pada Suga.

Tak ada yang Suga lakukan kecuali berjalan dengan diam dan sesekali menghela napas dalam-dalam. Detik di mana Gatra kembali beralih pada Ratih, ia baru tersenyum merendahkan. Lucu saja, itu yang ia pikirkan. Ia tahu betul bahwa Gatra hendak memamerkan kemesraan, sayangnya Ratih tidak sepeka itu. Lagipula, untuk apa Gatra ingin memperlihatkan keakraban itu pada Suga yang bahkan tidak menyukai Ratih sama sekali?

Sebuah meja dengan lima buah kursi telah mereka singgahi pilih. Seorang pelayan wanita datang membawa buku menu. Kelima orang itu pun lantas memilih makanan sesuai keinginan. Ratih sudah gelap mata jika berkaitan dengan hidangan, terlebih saat makanan itu akan dibayarkan oleh teman. Ia menjadi antusias dan melupakan perihal kejengkelan.

“Gatra masih somay lagi?” tanya Ratih pada pria yang ia sukai dalam diam itu.

Gatra mengangguk mantap. “Itu wajib! Kamu mau makan apa? Biar aku yang pesankan, Babe,” balasnya.

Ratih menggedikkan bahu. “Jijik gue, biasa aja kali ah!”

“Mencoba lebih lembut padamu bukan sesuatu yang buruk, Tih.”

“Nggak! Tapi, buruk banget!”

Nurma tertawa. “Udah deh, Gat, tinggal nembak doang apa susahnya sih?”

“Iya, lo, Gat. Sikap aja manis, jadian mah kagak. Mau lo apa? Gimana kalau Ratih terpikat sama orang lain coba?”

Blush! Wajah Gatra seketika memerah. Bahkan, untuk menatap Ratih saja ia tidak mampu. Apalagi, menyatakan cinta. Sialnya, Nurma dan Egy justru menggoda, mereka tidak peduli akan rasa hati Gatra.

Pun pada Ratih yang kini mulai salah tingkah, bingung harus bagaimana. Menunggu pernyataan cinta dari Gatra seperti menunggu jatuhnya uang dua milyar rupiah. Sedangkan, menyatakan cinta terlebih dahulu tentu saja bukan keputusan yang bagus. Ratih malu dan tidak mau jika harga dirinya jatuh. Bagaimana pula jika Ratih ditolak, belum lagi ia harus memikirkan Hesvi—ibunda Gatra—yang sangat membencinya.

Suga menghela napas. Ia berdecak sembari menggeleng-gelengkan kepala. Tatapan matanya mengarah pada Ratih yang masih salah tingkah. Sementara Ratih memberikan cibiran bibir pada dirinya. Toh bukan di kantor, begitu yang ia pikirkan sehingga berani melakukan sikap kurang sopan.

“Udahlah, ayo makan! Sebelum Gatra dan Ratih mati kutu karena semakin malu,” seru Nurma ketika sang pelayan datang membawa hidangan. Kemudian ia beralih pada Gatra. “Mari, Pak,” lanjutnya santun.

“Mm ....” Gatra menjawab singkat saja, terkesan mau tidak mau.

Melihat ketidakramahan Suga yang merupakan orang luar, Ratih dan Gatra lantas memberikan tatapan tajam. Tatapan tak kalah tajam diberikan oleh Suga sebagai balasan, tetapi hanya pada Ratih saja. Ia mengangkat satu alisnya dengan maksud mengancam; kamu masih berada dalam pengawasanku, Ratih!

Ratih berdecak, seiring munculnya bunyi napas yang ia embuskan secara kasar. “Panas banget!” serunya sembari mengipas-ngipaskan tangan.

“Apaan sih, Tih, AC juga nyala tuh,” sahut Egy.

“Ratih kepanasan gara-gara Gatra hihi.” Nurma turut menimpali. “Maaf ya, Pak, sekiranya kami memang bersikap kurang sopan,” tambahnya sembari menatap Suga.

“Tak masalah,” jawab Suga, tetapi matanya justru mengarah pada Ratih.

Nurma menyadari sikap Suga tersebut. Ia menghentikan cibiran. Mengapa Suga bersikap demikian perhatian pada Ratih meski hanya sekadar perhatian berupa sebuah tatapan? Pertanyaan itu terlintas di benak Nurma.

Apa karena Pak Suga menyukai Ratih sehingga merekrut Ratih sebagai sekretarisnya secara mendadak? Batin Nurma. Rasa penasarannya pun mulai mencuat. Matanya terus menatap Ratih dan Suga ketika mereka masih saling berpandangan.

Terus Gatra gimana, dong? Nurma bertanya-tanya lagi. Tatapan matanya beralih ke arah Gatra. Ia merasa tidak tega. Yang benar saja! Masa' Gatra harus kehilangan cinta?

***

Bab terkait

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 12-Insiden

    Hanya makan-makan apanya? Itulah yang dipikirkan oleh Suga saat ini. Setelah selesai menyambangi sebuah restoran, ia justru diseret untuk singgah di sebuah pusat perbelanjaan. Tadinya ia ingin menolak, tetapi Nurma dan Egy memintanya untuk ikut saja, tanggung alasannya. Seperti yang Suga sangka bahwa Ratih dan Gatra akan sangat tidak menyukai kehadirannya, seperti acara sebelumnya. Namun apa boleh buat, mereka harus terima tepat ketika Suga mengiyakan ajakan itu. Benar, Suga memang sengaja. Selain hendak mengintimidasi Ratih saat ini, rasanya akan lebih menantang jika ia melakukan sesuatu yang wanita itu benci.“Ngapain sih ke sini segala!” pekik Ratih tiba-tiba setelah asyik menggumamkan umpatan teruntuk Suga yang ada di sampingnya sej

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-02
  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 13-Suga Yang Tak Terduga

    Di dalam apartemen, Suga masih memikirkan sikap baik Ratih pada dirinya dengan perasaan heran. Pasalnya, ketika Ratih benar-benar membencinya, beberapa saat yang lalu Ratih justru memberikan pertolongan untuknya. Bahkan Ratih segera membawa Suga untuk pulang. Dan kini, Ratih tampak sibuk di dapur menyajikan sesuatu, Suga pun tidak tahu.Sekian detik kemudian, akhirnya Ratih menampakkan diri lagi setelah keluar dari dapur mewah milik sang atasan. Ia membawa sebuah nampan berisi teko antik dan satu cangkir kosong. Suga lantas menatap ke arah lain karena ia tidak mau jika Ratih salah paham apalagi sampai menganggapnya sedang memperhatikan.“Saya rasa secangkir teh bisa membuat Anda merasa tenang,” ucap Ratih sembari meletakkan nampan itu di atas meja. Kemudian, ia menyajikan teh dari teko ke dalam cangkir untuk ia berikan Suga.“Apa maumu?” Suga justru melontarkan pertanyaan itu. “Kenapa kamu membantu orang yang kamu benci? Apa ini upayamu agar aku melepaskan dirimu dan mengembalikanmu ke

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-05
  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 14-Mulai Penasaran

    Masih menggunakan mobil yang sama, Ratih dan Suga tengah bersama. Kecanggungan menyisip di antara mereka, menimbulkan kebisuan tanpa suara selain hela atau embusan napas saja. Sementara, laju kendaraan menggunakan kecepatan standar, tidak cepat ataupun lambat. Sesekali, entah Ratih atau Suga saling melirik. Jika tak sengaja berbarengan, keduanya kompak membuang muka dan kembali didera salah tingkah. Dari Ratih yang cukup tidak nyaman, sekalipun Suga memberikan sikap baik. Tetap saja, hanya sebuah balasan atas pertolongan yang Ratih berikan, jadi tidak mungkin Suga begitu cepat dalam berubah.Sebab, orang sekaku Suga tidak mungkin berubah dalam waktu yang cepat, bahkan beberapa saat yang lalu justru masih mengawasinya dengan tatapan elang.Rintik hujan yang turun di bulan Desember turut menemani kebersamaan tanpa suara itu. Pendingin mobil yang tidak dimatikan atau sekedar dikecilkan oleh Suga, menyebabkan rasa dingin mendera tubuh Ratih. Ingin meminta tolong, Ratih sangat enggan, lebih

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-05
  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 15-Kebimbangan Hati Mereka

    Malam ini suasana sangat dingin. Kerap terdengar embusan angin terdengar cukup kencang. Dan Gatra sedang terdiam sembari meringkuk di atas ranjang di dalam kamarnya. Benaknya kembali teringat akan kejadian tadi sore, saat dirinya berkumpul dengan Nurma, Egy, Ratih, sekaligus pria culun yang merupakan CEO dari perusahaan di mana Ratih bekerja. Sejujurnya, Gatra merasa sangat terganggu, terlepas dari fakta bahwa pria culun itu merupakan atasan dari wanita pujaannya. Namun hatinya tetap merasa bahwa sosok Sugantara bukanlah pria biasa, terlepas dari jabatannya sebagai seorang CEO. Pria berkaca mata tebal itu jika diamati lebih saksama ternyata memiliki tatapan mata yang tajam. Wajah Sugantara pun begitu halus tanpa jerawat satu pun, lalu sikap dingin semakin membuat Gatra merasa curiga pada Sugantara. Belum lagi mengenai kejadian di mal tadi, yang mana Suga justru limbung hanya karena insiden kecil. Dan Ratih menjadi penyelamat bagi pria itu. Gatra benar-benar bingung, sepertinya ada ra

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-09
  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 16-Keinginan Rinjani

    Pagi hari ini cukup cerah. Ratih pun sudah terbangun dan sedang sibuk berkutat dengan make-up untuk merias wajahnya di hadapan cermin rias. Senyumnya terulas di bibir tipis berwarna merah muda miliknya itu. Ratih yang memiliki harga diri setinggi langit memang kerap memuji kecantikan wajah yang ia miliki, begitu pun dengan semua kekuatan serta kecerdasan yang ia asah selama ini. Bangga? Tentu saja! Sesaat setelah memastikan riasan wajahnya untuk terakhir kali, Ratih memutuskan untuk berdiri. Ia memundurkan kursi tanpa sandaran yang ia duduki sejak tadi. Kemudian, Ratih berjalan menuju lemari yang memiliki cermin besar di bagian pintunya. “Wuuaah! Aku emang cantik pakai ini!” ucap Ratih dengan perasaan yang berdecak senang sembari menatap pantulan dirinya yang terbalut setelan elegan yang merupakan hadiah dari Sugantara. Sejujurnya Ratih memang sempat merasa bimbang. Haruskah ia memakai pakaian itu hari ini atau esok hari saja. Namun, Suga yang sangar sudah pasti akan mempertanyakan

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-09
  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 17-Senjata Tajam

    Di hadapan Suga, Ratih berdiri terpaku. Ada rasa bimbang di hatinya untuk memulai pembicaraan, setelah sebelumnya sempat mendengar sedikit percakapan pria itu dengan dengan sang adik. Namun, di sisi lain, ia harus segera menyelesaikan pekerjaannya sebagai seorang sekretaris yang perlu mengurus atasannya itu. Dengan gerak ragu, Ratih mendekati Sugantara yang sejak tadi sibuk menghela napas berkali-kali dan duduk di sofa tanpa beranjak. Kemudian, lebih dekat dengan pria itu, Ratih berdeham. “Tinggal 30 menit lagi, Pak,” ucapnya. Suga berangsur menatapnya. Tajam dan seolah menusuk dada Ratih. “Ya," jawabnya singkat, serta terkesan malas. “Mohon segera bersiap, karena setelah ini ada rap—” “Aku tahu, jangan cerewet!” sahut Suga keras dan tegas. Ratih mendengkus kesal. “Kalau tahu, ya jangan duduk terus dong!” Ia membungkam bibirnya dengan segera. “Ups, maaf, Pak,” lanjutnya tanpa rasa bersalah. Suga mengembuskan napasnya dengan kasar. Namu

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-10
  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 18-Senyuman Suga

    Saat hari mulai cerah membuat hawa panas kian terasa. Suasana yang menandakan jika pertengahan waktu sudah berangsur tiba. Meeting yang dilaksanakan sudah diakhiri. Para peserta keluar dari ruangan khusus itu, tanpa terkecuali Sugantara dan Ratih Kembang. Keduanya berjalan saling beriringan. Si buruk rupa dan si cantik jelita memiliki satu tujuan yang sama, yakni hendak masuk ke dalam ruang kerja CEO. Banyak orang yang melihat mereka sembari berbisik-bisik satu sama lain. Terdengar pula kata bully yang merujuk pada penampilan Suga yang tidak rapi dan juga geeky. Namun, karena memang memiliki sifat dingin dan masa bodoh, Suga tidak pernah peduli penilaian orang lain terhadap dirinya. Ia tetap berjalan lurus, seolah tidak pernah melihat siapa pun di sana kecuali dirinya sendiri.Hal itu sedikit membuat Ratih merasa prihatin. Bahkan ia mulai membenarkan ucapan Nurma, Suga sungguh bikin iba. Memiliki seorang atasan yang kerap dihina-hina sukses menumbuhkan rasa simpati di hati Ratih Kemba

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-16
  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 19-Tinggallah Bersamaku, Ratih

    Bayangan wajah Rinjani justru muncul di pikiran Sugantara ketika matanya sedang terpejam. Ia menghela napas, saat mengingat permintaan adik angkatnya itu. Suga membenarkan upaya Rinjani dalam mendapatkan hatinya, dengan dalih bahwasanya wanita itu yang bisa menjaga rahasianya, termasuk mencintainya dengan tulus. Namun di sisi lain, Suga tetap tidak ingin jika Rinjani hidup bersamanya yang sudah menjadi monster kejam. Rinjani harus hidup normal dan bahagia, seperti apa yang dipilih oleh Reindra Lesmana Dewa—adik angkat laki-laki Suga—yang saat ini sudah bekerja sebagai seorang pengacara andal pada salah satu firma hukum. Suga ingat betapa keras usahanya untuk membebaskan Reindra dari jerat paksa seorang Daichi Lesmana. Dan ia tidak keberatan jika ia harus melakukannya lagi demi bisa membebaskan Rinjani.Dan pada akhirnya, Reindra bisa berhasil dalam mendapatkan cita-citanya sendiri. Lalu, dengan kkeberhasilan Reindra, bukankah Rinjani pun memiliki kesempatan untuk mencapai apa pun yan

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-04

Bab terbaru

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 30-Perbicaraan Penuh Pertentangan Antara Sugantara dan Daichi Lesmana

    Pipi Suga sampai memar karena sambaran tangan Daichi Lesmana yang belum lama ini melampiaskan kemarahan cara memberikan tamparan keras. Namun setelah dipukul, Suga masih saja berdiri tegak, mungkin hanya kepalanya saja yang tertunduk. Bukan hanya perkara seorang wanita saja. Hal yang membuat Daichi Lesmana sampai murka, tidak lain dan tidak bukan adalah Suga yang tidak lekas datang ketika diminta untuk pulang, lebih tepatnya menghadap dirinya. Cara Suga yang membangkang, bahkan meski hal itu jarang Suga lakukan, tetaplah membuat Daichi Lesmana tidak terima. "Apa sekarang kamu sudah mulai berani pada Ayah?!" ucap Daichi Lesmana yang belum berkenan untuk menyudahi kekesalannya. "Kamu pikir, usia Ayah yang sudah tua ini, justru mengurangi kekuasaan dan kekuatan yang Ayah miliki, Sugantara? Tidak! Ayah masih bisa membunuhmu kapan saja, atau mungkin sekadar mengganggu kedua adikmu itu!"Mendengar ancaman yang keluar dari mulut sang ayah angkat, Suga lantas menelan saliva. Kedua telapak t

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 29-Obsesi Sugantara Terhadap Ratih

    "Aku ingin memintamu turun, tapi ...." Usai berkata demikian, Suga berangsur meraih tangan Ratih. Genggaman erat ia lakukan terhadap lentiknya jari-jemari milik wanita itu. Dan ketika ia menoleh, Ratih malah sibuk menatap ke arah depan. "Kamu masih saja merasa canggung ya? Kenapa? Apa suasana di hubungan kita ini benar-benar membuatmu enggak nyaman, Ratih?"Ratih menelan saliva dengan susah-payah. Nyatanya meskipun jago bela diri, pemberani, serta berharga diri tinggi, ia tetap mati kutu ketika Suga memperlakukan dirinya dengan cara yang berbeda. Belum lagi, status hubungannya dengan Suga yang belum jelas, sejatinya membuat Ratih terus berpikir keras; rasanya tidak pantas jika ia dan Suga sampai berciuman ketika tak ada hubungan spesial apa pun, selain atasan dan bawahan. Namun sekali lagi, ia tidak cukup percaya diri untuk menuntut kejelasan hubungan yang ia pikirkan tersebut. "Saya mau turun sekarang, Pak," ucap Ratih setelah sekian detik mampu menentukan langkahnya. Detik berikutn

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 28-Suga yang Juga Belum Berpengalaman

    Jantung Ratih tak bisa berhenti berdebar, sejak Suga merenggut ciuman pertamanya. Bahkan sekarang, ketika telah kembali ke kantor dan jam kerja sudah hampir selesai, Ratih masih belum bisa merasa lebih tenang. Konsenterasinya terus terganggu dengan bayangan keromantisan itu. Sentuhan bibir Suga seolah masih tersisa di bibir, pipi, hingga kening Ratih. Wajahnya kerap memerah setiap kali ia membayangkan itu semua.“Ugh ... bagaimana bisa aku menjadi orang yang semesum ini sih?” ucap Ratih. Detik berikutnya ia lantas mengutuk dirinya sendiri. “Kalau begini terus, aku enggak akan bisa bekerja dengan baik. Ck ....”Usai mengeluh, seulas senyuman justru tampak tertera di bibir Ratih. “Tapi, tadi ... Pak Suga ... apa dia memiliki banyak pengalaman? Kenapa dia selihai itu? Yah, enggak heran sih. Toh, tampang aslinya memang luar biasa tampan. Wanita mana yang akan menolak pesonanya itu?”“Ah, enggak boleh begini terus. Aku harus bekerja. Dan aku harus menemuinya. Mau enggak mau aku memang haru

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 27-Ciuman Pertama Ratih yang Dirampas Sugantara

    "Kenapa malah membawa saya ke apartemen sih, Pak?! Katanya tadi ada kerjaan!" omel Ratih usai dibawa ke apertemen milik atasannya tersebut. Suga tidak menjawab dan justru memasang ekspresi yang cukup datar. Meski kacamata tebalnya belum ia lepaskan, dan poni panjangnya tak ia singkirkan, rona kekesalan terlihat jelas di wajah berpenampilan culunnya tersebut. Sikap Suga tentunya membuat Ratih menjadi heran sekaligus penasaran. Namun untuk kembali mengomel, Ratih sudah tidak berani. Pasalnya, ia sendiri cukup takut dengan apa yang akan Suga lakukan terhadapnya. Terlebih ketika pria itu terus melangkah maju di hadapannya, yang otomatis membuat dirinya terpaksa berjalan mundur. "Aaaakh!" pekik Ratih saat tubuhnya menabrak sebuah meja bundar berukuran lebih kecil daripada meja lain yang juga ada di ruang tamu dari apartemen tersebut. Dengan cepat, Suga menangkap pinggang Ratih, sehingga wanita pemberani itu tak sampai terjatuh. Berkat penyelamatan dadakan yang Suga lakukan, Ratih semak

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 26-Ratih Berasa Diperebutkan-Munculnya Sang Penguntit

    "Baik, Ayah, akan saya usahakan datang secepatnya. Setidaknya sampai urusan saya kelar," ucap Suga pada sang ayah ketika ia diminta untuk pulang, usai ia menjawab panggilan dari ayahnya tersebut. "Pulanglah sekarang. Ayah tahu kamu enggak ada agenda penting! Ayah ingin bicara denganmu, Sugantara!" sahut Daichi Lesmana. Suga menggertakkan giginya usai sejenak menurunkan ponsel dari telinga dan wajahnya. Sebelum memberikan jawaban pada Daichi Lesmana, Suga lantas menatap Ratih yang masih sibuk berbincang dengan Gatra, bahkan saat ini keduanya akan melangsungkan makan siang bersama."Saya akan datang, Ayah," ucap Suga kemudian berangsur mengakhiri panggilan tersebut. Dan seharusnya ia memutar badan, lalu berangkat menuju rumah Daichi Lesmana. Sayangnya, kebimbangan justru terus menyiksa batin dan pikiran seorang Sugantara, yang otomatis membuatnya kebingungan. Ia harus segera merealisasikan perintah Daichi Lesmana, tetapi di sisi lain, ia tidak rela ketika melihat Ratih tertawa bersam

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 25-Melihat Ratih Duduk Berdua Bersama Gatra

    Ratih menuju salah satu restoran yang cukup mahal. Ia mencoba untuk melampiaskan kekesalannya pada Suga dengan membelanjakan sedikit uangnya demi seporsi steak yang lezat. Sekali-kali jajan mahal, tak masalah, bukan? Lagi pula, akhir-akhir ini Ratih juga tergolong lebih hemat, lantaran Suga selalu membayari makan siangnya sekaligus juga memberikan tumpangan untuknya. Hanya saja, dengan sikap yang sebaik itu, masih sangat disayangkan ketika Suga malah bersikap plin-plan. Pria itu sangat ambigu, bukan? Perasaan? Yang benar saja! Mengapa kata perasaan harus keluar dari mulut Suga, jika pada akhirnya tak ada kejelasan apa pun tentang hal tersebut? Yang pada akhirnya malah membuat Ratih semakin tidak habis pikir, bahkan geram. Sikap Suga yang awalnya lebih memilih dirinya daripada ajakan makan siang dari Rinjani, sang adik, mulai tak bisa membuat hati Ratih bergetar lagi."Ck, mungkinkah kebaikannya selama ini padaku memang digunakan untuk menghentikan pendekatan yang dilakukan oleh sang a

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 24-Jangan Membuat Saya Bingung, Pak!

    Kesal hati Rinjani. Bagaimana tidak, jika belakangan ini ia justru mendapatkan kabar mengenai kedekatan Sugantara dengan seorang wanita bernama Ratih Kembang Gayatri, sekretaris pria itu sendiri. Rumor yang beredar mengatakan bahwa CEO culun itu telah menjalin hubungan dengan Ratih, dan tak jarang Suga sampai mengantar Ratih pulang hingga beberapa kali terpergok sedang berjalan berduaan. Sebagai adik, yang meski angkat, tetapi sangat memahami Sugantara, termasuk mengetahui betapa Sugantara sangat tampan, Rinjani sempat merasa percaya tidak percaya. Ia yang juga masih bermimpi untuk hidup sebagai istri Suga, benar-benar berharap bahwa rumor itu hanyalah sebatas rumor tak berdasar saja. Namun ... apa mau dikata.Saat ini, ketika Rinjani sengaja datang ke perusahaan Daichi yang dipimpin oleh Suga sebagai seorang CEO, Rinjani malah mendapati kakaknya itu berjalan akrab dengan seorang wanita. Dan sekarang pun, mereka berada tepat di hadapan Rinjani yang sedang membawa bekal makan siang un

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 23-Ratih yang Jatuh Cinta

    “Aku adalah monster.” “Apa maksud Pak Suga?” “Lupakan!” Lupakan? Tidak, nyatanya kata 'monster' yang diucapkan oleh Suga berulang kali, sukses menghantui benak Ratih ketika malam telah tiba. Sejak enam bulan terakhir menjadi sekretaris Suga, dan setelah momen pertama pria itu mampir ke rumahnya, Ratih sudah melakukan sesuatu untuk mengobati rasa penasarannya. Pertama Ratih masih mempertanyakan apa arti kata 'monster', tetapi Suga tidak pernah memberikan jawaban yang memuaskan. Kedua, Ratih bergegas menyelinap di balik dinding yang pernah ia pakai untuk bersembunyi, sebelum pukul enam pagi, tetapi juga nihil. Suga bertindak seperti pria normal lainnya. Kebencian Ratih bertambah tatkala semua usahanya tidak membuahkan hasil, hingga .... Seiring waktu berjalan pun, dirinya dan Suga semakin dekat tanpa disadari. Sikap pria itu lebih hangat dan kerap m

  • Geeky CEO Is A Mafia (INDONESIA)   Episode 22-Aku Adalah Monster!

    Ratih terlihat bingung dan gelagapan sesaat setelah Suga memundurkan posisi wajah serta tubuhnya. Seolah tidak ada sedikit pun rasa bersalah, pria itu bergegas melaju mobil mewahnya yang sebelumnya sempat dihentikan. Senandung berupa gumaman yang bernada Suga dendangkan, tetapi justru membuat Ratih dilanda rasa kesal.Pasalnya, setelah belum lama ini ucapan perihal rasa suka dikatakan oleh Suga, rasa bersalah sekaligus permintaan maaf pun sama sekali tidak ada. Ratih tidak mengerti. Namun di sisi lain, hatinya juga dibuat benar-benar syok, jantungnya berdegup kencang, serta kegugupan yang juga turut menyerang.“Apa kamu tidak memiliki jawaban untuk pertanyaan yang aku berikan, Ratih?” tanya Suga memecah kegemingan Ratih.Ratih menelan saliva, berusaha mengumpulkan energi yang sempat tercecer, ia menghela napas. Wanita itu memberanikan diri untuk menatap sosok pria misterius di sampingnya tersebut.“Apa pertanyaan itu sungguhan?” ta

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status