Halo, jangan lupa follow ya. update setiap 2x sehari jam 12.00 WIB dan jam 15.30 atau jam 16.00 WIB. Met baca ya. Jangan lupa beli koin buat buka bab yg terkunci 🤗
"Kau adalah kesempurnaan yang diciptakan Tuhan hanya untukku."===♡♡♡===Amy memejamkan mata. Lalu mengeratkan pelukannya. “Ya, Ali. Aku sudah gila. Aku bagaikan barang rusak dan tak berharga lagi sekarang,” isak Amy perlahan. “Aku sudah rusak sepenuhnya,” ucapnya pedih. Reinaldi segera mencengkeram pundak Amy dan menjauhkan perempuan itu dari tubuhnya. “Kau mabuk. Kau tidak menyadari hal yang kau lakukan ini. Sadarlah! Pergilah dari sini ...,” sergahnya keras.Amy menatap hampa wajah Reinaldi yang mengeras. Lalu tersenyum sinis dan berujar, “Tentu saja ...,” ucapnya bergetar. Ia melepaskan pelukannya. Berdiri tegak. Tampak benar tersinggung. “Untuk perempuan yang sudah rusak dan tak lagi berharga, semua bisa diusir dan dibuang sekehendak hati.” Bibirnya bergetar menahan sakit hati dan malu. Menyadari, jika Reinaldi ikut tak menginginkannya.“Amy ..., bukan begitu. Ini salah. Ini berdosa. Ingat Tuhan Amy ..., ingat ...”“Aku selalu mengingatnya, Ali. Tepat di hari kita berpisah dan ku
Kau tahu dengan tepat, bagaimanacara menyakitiku. ===♡♡♡=== Amy mengerjapkan matanya perlahan. Sinar mentari di pagi hari menelusup jatuh ke atas wajahnya hingga membuatnya terbangun. Kepalanya terasa pusing dengan tubuh yang hampir remuk. Sakit di sekujur tubuh, terutama di selangkangannya. Ia mengernyit ketika mencoba bergerak. Di mana ini? batinnya lirih. Lalu, seketika, ingatan patah-patah malam tadi mulai berkumpul. Memori kelabu dengan cepat menyusun puzzle dalam pikirannya. Hingga ia tersentak mendapati tubuhnya berada di dalam pelukan seseorang. Amy menoleh. Perlahan, wajah damai seseorang jatuh ke dalam netranya. Wajah Reinaldi. Ali.Tertidur dengan pulas. Dalam wajah damai dan tenang. Cambang halus menghiasi atas bibir dan pipi serta dagunya. Begitu dekat hingga ia bisa merasakan detak jantung lelaki itu. Berdetak dengan pelan di telinganya. Matanya sebagian ditutupi oleh rambut legam. Menguarkan aroma maskulin yang membuat Amy malam tadi menggila ter
[Jangan cari aku. Kita sudah usai.]Netranya membaca tulisan dengan lipstik merah menyala. Di sana. Di permukaan cermin besar di dekat tempat tidur. Begitu sinis. Dan tak manusiawinya. Usai?! Jangan bercanda! Kita baru saja ‘mulai’, Amy! Serunya geram di dalam pikirannya. Ia memaksa dirinya bangun dan segera mandi. Tubuh kekarnya berdiri gemetar menahan amarah di bawah shower. Dinginnya air tak juga menenangkan pikirannya yang kalut. Mengingat sikap depresi Amy yang merubahnya seratus delapan puluh derajat berbeda dari kepribadian perempuan itu. Lalu, Sakit sekali. Ditinggalkan begitu saja oleh orang yang setengah mati kau cintai. Setelah malam sebelumnya, mereguk kebahagiaan bersamanya. Setelah bertahun hanya bisa memimpikannya. Memiliki dirinya yang nyata. Di dalam pelukannya. Tak terkira luka hati Reinaldi karena perlakuan Amy. ***Dengan tergesa, Reinaldi menghampiri rumah Poppy yang telah ramai kembali setelah pulang dari liburan. Tak diperdulikannya, pandangan heran Poppy,
Hamam pulang dalam keadaan lusuh dan letih. Akan tetapi tidak juga bisa menyembunyikan aura ketampanan dan kegagahannya. Tubuhnya sedikit panas dengan emosi yang masih meledak-ledak dikarenakan masalah-masalah yang terjadi di kantor. Dengan jengkel ia melirik ke arah garasi, dan mendengkus kuat saat mendapati mobil istrinya tidak ada di sana. Dengan gontai ia menenteng tas kerja dan berlalu masuk ke dalam rumah. Seketika, seorang pembantu datang menghampirinya. Wanita paruh baya itu datang dengan menunduk-nunduk penuh khimad. Takut bila tuan besar melampiaskan kekesalan padanya."Mana Nyonya?" tanya Hamam dingin sambil melemparkan tas kerja kepada pembantu itu. Wanita itu menangkap tas kerja dengan takut. Sudah dapat dipastikan, Hamam sedang dalam keadaan murka."Nyonya belum pulang, Tuan ..., beliau pesan, katanya Tuan makan malam duluan aja," jawabnya perlahan dan hati-hati.Hamam berteriak memaki lalu berlalu masuk ke dalam kamarnya. Meninggalkan pembantu malang itu terduduk gemet
Sungguh. Allah Maha Pembolak-balik hati manusia. Dialah yang menentukan segala rasa yang berkembang di dalam hati makhluknya.***♡♡♡***"Ini ..., apa artinya, Mbok?" tanyanya tak percaya. Tetapi lebih ditujukan untuk dirinya sendiri. Tentu saja ia tahu. Bukankah bertahun-tahun yang lalu, ia selalu melakukannya setiap pagi. Dan selalu kecewa dengan hasilnya. Tidak seperti hari ini.Dua garis merah jatuh tepat di netra Mbok Napsiah. Dengan segera wanita tua itu mengatupkan kedua tangan di mulutnya. Air mata penuh syukur jatuh membasahi pipinya yang keriput. Tentu saja ia tahu artinya. Anak laki-lakinya dulu pernah menunjukkan padanya dengan rasa bahagia membuncah, saat mantunya akan mengandung cucu pertamanya."Nya ..., Nyonya hamil," ucapnya pelan dengan suara bergetar, menguatkan dugaan perempuan itu. Seketika Amy luruh di atas lantai kamar mandi. Sungguh. Kuasa Allah tidak bisa ditebak dengan akal pikiran manusia.***Apa sedemikian inginnya kau memiliki anak, My, sampai berbuat s
Lubuklinggau, Sebelumnya, Amy mengira keputusannya untuk melarikan diri ke kota kecil ini amatlah tepat. Dalam bayangannya, sebuah kota di ujung selatan kota Palembang ini tentulah terpencil dan tidak begitu banyak yang tahu keberadaannya. Tetapi, ternyata ia salah. Kota ini begitu pesat perkembangannya. Sebagai sebuah kota transit dari berbagai kota lain, Lubuklinggau tidaklah sehening perkiraannya. Daerah ini ramai. Bahkan macet pada jam-jam sibuk. Meskipun tidak semacet Jakarta. Bisnis yang berjalan di sini juga maju pesat. Hingga Lily Fazo mau berinvestasi mengembangkan bisnisnya yang menggurita itu. Alur komunikasi dan transportasi juga bergerak cepat dan dinamis, seiring dengan kemajuan layanan data dan internet yang memudahkan untuk bertukar informasi. Entahlah. Saat itu dia hanya memikirkan bagaimana secepat dan sejauh mungkin menghindari Hamam, terlebih Ali. Hingga begitu saja menerima tawaran Lily. Dia tahu, bagaimana kerasnya watak Ali yang tidak akan menyerah begitu s
Hanya dengan ilmu yang akan membawamu jauh melebihi dari apa yang kau harapkan.***♡♡♡***Reinaldi Ghazali.Apa yang bisa diceritakan tentang dia?Bahwa ia ditemukan di antara sampah, terbungkus di dalam plastik kresek hitam. Berjuang untuk mencuri udara dari simpul kuat yang mengikat kresek itu. Atau, ia menjadi sebuah cerita usang di dekat perumahan warga. Yang sering mendapat 'kiriman' berupa anak-anak yang tak berdosa. Buah hasil perbuatan keji berujung maut. Ditinggalkan begitu saja. Di antara sampah. Di tepi sungai kecil. Atau, yang paling halus, diletakkan di depan pintu panti asuhan, yang terletak tak jauh dari kompleks perumahan itu. Reinaldi salah-satunya. Wak Hasan, pria terhormat yang disegani di kampung itu, terenyuh hatinya ketika mencurigai sebuah kantung kresek berwarna hitam bergerak-gerak lemah tanpa suara. Dengan gemetar, tangannya mengangkat benda itu dan beristigfar ketika menemukan bayi merah penuh luka. Tubuhnya mulai membiru dan dikerubungi semut merah. Tak b
Ternyata hanya seekor kucing hitam yang masuk menaiki jendela rumah.Wak Hasan kembali menghela nafas dalam. Ia segera berdiri dan membimbing tubuh kurus itu ke dalam rumahnya. “Tak usah malu. Allah mencukupkan rezeki Uwak melebihi yang bisa kami makan. Ayo, sebentar lagi Mahgrib. Isilah perutmu lalu mandi dan pergilah ke Masjid. Sebentar lagi kau khatam Qur’an. Sayang jika tak kau teruskan,” bujuk Wak Hasan sambil mengantarkan Ali ke meja makan. Membuka tudung makanan dan menyuruh Ali duduk. Tak lama, Poppy, anak perempuan satu-satunya lewat dan seketika berseru melihat Ali. “Ayah, Ali tadi bolos sekolah. Dia bawa krecekan, ngamen di lampu merah. Padahal dia ada ulangan di sekolah, kata Kak Bastian.” Wajah Ali merah padam mendengar aduan Poppy kepada ayahnya. Wak Hasan tersenyum lalu membelai rambut anaknya dengan sayang. “Ya. Biar Kak Ari dan Kak Bastian yang mengajari Ali nanti. Sekarang, biarkan ia makan dulu,” ucapnya sambil menunduk mengecup ubun-ubun Poppy. Anak perempuan ber
“Jadi?” tanya Lily Fazo sambil duduk bersandar di kursi belakang rumah. Tangannya menyanggah kepalanya di satu sisi dan matanya memandang ke arah semak-semak pohon mawar liar yang bergerombol di pagar halaman. Amy memandang ke arah wanita itu dengan pandangan bertanya. “Jadi, bagaimana?” tanya Amy heran. Ia duduk menyandar lalu tersenyum. Cahaya matahari sore memantul dari kaca jendela dan mengenai rambutnya. Ia tampak begitu cantik dan bahagia. Lily Fazo memandanginya lama. Merasa ikut bahagia bersama ibu hamil itu. “Aku bersyukur kau lepas dari Hamam. Sebuah pernikahan yang tidak sehat, hanya akan membawa luka bagi semua. Terutama anak-anak. Mereka tidak akan mudah untuk memaafkan orang-orang yang telah menyakitinya, seperti halnya Bella,” ucap Lily Fazo dalam. Matanya yang cokelat gelap memandang Amy dengan sayang. “Namun, kau harus memaafkan, Amy. Saat itu akan datang. Dan kau akan berhadapan dengan itu semua.” Lily Fazo memandang Amy lembut. Sesuatu berdesir di dalam hati wani
Reinaldi pulang dengan membawa sejuta perasaan. Campur aduk di dalam dirinya. Dan saat melihat Amy duduk di bangku kayu di samping rumah, ia merasakan ketenangan dan kedamaian seketika menyelimutinya. Wanita itu tampak sedang merenung. Gurat kesedihan menghiasi wajah cantiknya. Reinaldi duduk di samping istrinya, merengkuh pundak Amy hingga perempuan itu tersadar dari lamunannya. “Assalammualaikum,” ucap suami dari Amy tersebut. Amy segera menoleh. Matanya yang sendu menatap Reinaldi dengan penuh kerinduan. Betapa tidak, tepat seminggu mereka tidak bertemu. “Ada apa, Kekasihku?” tanya Reinaldi lembut. Tangannya mengelus perut besar istrinya. Amy menghembuskan nafas. Sebenarnya, dia sangat ingin menceritakan ihwal pertemuan dan perkelahiannya dengan Angelique beberapa hari lalu. Namun, pengertiannya akan sifat Reinaldi membuatnya berusaha menahan lidahnya.Reinaldi tentu akan langsung terbang kembali dan menemui Angelique. Amy bisa memastikan permasalahan ini akan lebih panjang jik
“J*laaang!! Apa yang kau lakukan pada adikku!!” Teriakan menggelegar terdengar dari arah belakang, diiringi dengan sentakan pada rambut Agelique yang ditarik dengan kuat. Sementara lengannya dicekal dan dipiting ke belakang. Tubuh perempuan itu seketika jatuh dengan punggung menghantam lantai duluan. Angelique meringis lalu membuka mata dan seketika terkejut ketika melihat tubuh besar Poppy telah berdiri di hadapannya. Berkacak pinggang dengan wajah memerah murka. Sebelah tangan perempuan itu sudah memegang sesuatu. Sebuah bantal yang besar sekali sedangkan sebelahnya lagi sibuk menggenggam payung kecil yang kembali dipukulkannya pada tubuh Angelique yang sebagian sangat terbuka sehingga membuat beberapa pengunjung lelaki yang lewat mengambil kesempatan untuk menyaksikan pertarungan tak imbang itu sambil melotot.Sementara, Mbok Napsiah, pembantu yang setia itu segera saja cepat-cepat menangkap tubuh Amy yang limbung dan menariknya menjauh dari tiang selasar. Hatinya berdegup kencan
Perempuan cantik bergaun merah itu sedang menunggu saudari sepupunya, di depan pintu sebuah butik terkenal, yang menjual perlengkapan bayi. Amy berdiri dalam balutan gaun hamil midi buatan perancang Indonesia yang terkenal. Rambutnya yang hitam bergelombang di ikat dengan model putri Perancis, menambah kesan wanita cantik nan elegan. Bibirnya terus-menerus menyunggingkan senyum penuh kebahagiaan dan keharuan, mensyukuri segala nikmat dan bahagia yang telah diraihnya sekarang. Gawainya berdering. Ia menatap layar dan tertawa kecil. Belum sampai sepuluh menit yang lalu, Ali, suaminya yang luar biasa tampan itu meneleponnya.“Assalamuaikum, Cinta. Belum genap sepuluh menit yang lalu, engkau menekan tombol end,” sapa Amy geli. Suara tawa renyah yang dalam dan berat menyambutnya di sana.“Tidak. Aku hanya ingin memastikan, apakah kau baik-baik saja di sana, Kekasihku,” jawab suara bariton itu lembut.“Aku dan anak kita, baik-baik saja, Cinta. Tenang-tenanglah di kantor sana. Aku tak mau m
“Mamih, bantulah aku, Mamih. Aku tak mau berpisah dengan Hamam. Aku hanya mau Hamam dalam hidupku,” ujar Angelique terus menghiba pada ibu mertuanya. “Kami telah mengenal sedari kecil. Kami selalu bersama, Mamih. Semenjak dulu. Bahkan, aku rela melepas keperawananku dulu hanya untuk Hamam, Mamih. Pada malam pesta perpisahan sekolah SMU dulu, Mamih, kami ...,”“Cukup, Angelique. Cukup. Tak perlu kau jabarkan perihal masa lalu kalian yang sudah sama-sama rusak itu,” tukas Bu Sonia risih. Angelique terdiam. Berusaha menahan kegelisahan hati yang tak bisa disembunyikannya. Ibu mertuanya memandang risau. Mempertanyakan semua kesalahan yang telah dilakukannya.“Aku mencintainya, Mamih ...,” gugunya. Sesenggukan menangis di sudut sofa ruang keluarga Bu Sonia. Ia datang tanpa memperdulikan larangan ayahnya. Keluarga besarnya menentang keras keinginannya untuk rujuk dengan Hamam. Setelah peristiwa KDRT itu. Ah, cinta memang seaneh ini.“Tetapi, mengapa kau menyia-nyiakan semua kesempatan yang
Tanpa diminta, Angelique duduk di hadapan lelaki itu."Halo, Reinaldi," sapa perempuan itu ramah. Senyumnya yang paling manis terkembang begitu saja.Laki-laki itu tampak kurang senang ketika harus berhadapan dengan Angelique."Kursi itu sudah ada yang punya," ujarnya masam. "Aku tidak pernah mengundangmu untuk duduk di situ."Kebiasaan lelaki ini yang apa adanya membuat Angelique tertawa renyah. Deretan giginya tampak berkilau ditimpa cahaya sore musim dingin kota Vienna."Oww, belum ada yang punya," ejek perempuan itu sambil menyentuh jemari manis Reinaldi yang masih kosong.Lelaki itu secara spontan menarik tangannya menjauhi Angelique."Apa maumu, Angel?" desis Reinaldi waspada. Angel tapi kelakuan melebihi devil.Angelique kembali tertawa. Dia mengedarkan pandang ke sekeliling kafe, dan melihat beberapa pria memandang balik ke arahnya. Dia memang semenarik itu dengan blouse sutera sepadan dengan pantalon rajut yang semakin menampakkan keindahan tubuhnya yang jenjang. Seuntai ka
"Sayang ..., tidak apa-apa mami tinggal?"Panggilan lembut Bu Sonia ditanggapi dengan dingin oleh Angelique. Perempuan itu hanya membuang muka sambil meringis menahan sakit akibat bengkak di wajahnya. Pukulan Hamam benar-benar meluluhlantakkan tubuhnya.'Bagaimana mungkin Amy tahan hidup bersama Hamam setelah dipukuli seperti ini berulangkali? Terbuat dari apa tubuh wanita itu? Apakah ot*aknya terbuat dari baja atau bubur kertas sehingga mau menerima penyiksaan begini selama bertahun-tahun?' batin Angelique sambil memperhatikan dedaunan pohon mangga yang rimbun di ujung halaman rumah sakit.Setelah mendapat keker*san dari Hamam, keluarganya secepat kilat mengangkut Angelique ke rumah sakit. Ruangan VVIP segera disiapkan dengan kawalan ketat dari bodyguard keluarga Noto.Mereka sedapat mungkin meredam hal-hal yang bisa menjadi santapan para paparazi untuk konsumsi tabloid-tabloid murahan maupun acara-acara gosip tentang keadaan Angelique. Bukan main kemarahan yang ditunjukkan Tuan No
Hari telah menjelang sore, ketika pintu rumah Amy diketuk oleh seseorang. Dengan susah payah, ia bangkit dari sofa dan bergerak perlahan menuju pintu. Usia kandungannya telah mencapai delapan bulan, sehingga membuatnya sedikit sulit bergerak. Anaknya kemungkinan kembar. Hal yang patut ia syukuri dengan baik.“Ibu?” ucapnya terkejut. Saat sosok Bu Sonia berdiri di hadapannya dengan wajah masgyul. Tubuh perempuan tua itu tampak lebih kurus dari waktu terakhir mereka bertemu. Tanpa diduga, mantan mertuanya itu segera menubruk Amy dan mulai menangis tersedu-sedu. “Ib ..., ibu ...? Apa-apaan ini?” seru Amy sambil berusaha menjauhkan diri dari ibu Hamam. Tetapi, Bu Sonia semakin bergeming, lalu memegang sebelah tangan perempuan hamil itu sambil terisak-isak.“Amy ..., menantuku ..., anakku ..., mohon ..., mohon maafkan ibumu ini,” ucapnya sambil tersedu-sedu. Amy mengibaskan tangannya, berusaha melepaskan tangan wanita itu dengan takut. Bayangan wajah bengis mantan mertuanya dulu masih te
Reinaldi berdiri di depan jendela. Berusaha menyesap udara dan bernafas dengan normal. Ada sesak yang hendak menyeruak keluar dari rongga dadanya. Betapa belasan tahun lalu ia menginginkan momen tadi. Sebuah sentuhan halus menyapa punggungnya. Bertahan di sana dalam waktu yang lama. Menepuk-nepuk pelan otot-otot yang tegang lalu merangkul bahunya dengan hangat."Kau puas, Ali?" tanya Ari tanpa memandang wajah Reinaldi. Wajah tampan kakak iparnya itu menatap keluar jendela. Ke arah gedung-gedung pencakar langit di bawah sana. Reinaldi memandangnya. Merasakan kehangatan yang menenangkan dari rangkulan lengan kokoh Ari. Belasan tahun lalu, laki-laki inilah yang menguatkannya melewati semua cobaan terberat Ali. Saat-saat terburuknya. Lelaki yang kasih sayangnya melebihi saudara kandung.Air matanya merebak, hingga sosok itu bagai bayangan di hadapannya. Ari menoleh dan tersenyum. Menepuk-nepuk pundak dengan hangat, lalu mengeratkan rangkulan di bahu lebarnya, membiarkan Reinaldi menunduk