Share

Part 12

"Kalian brengs*k! Dasar b*jingaaan!!" pekikku.

Rasanya seperti hatiku yang di sobek oleh mereka, lalu direndam air garam. Perih, pilu, tidak berdaya. Bagaimana mereka bisa berlaku keji seperti ini, pada Mutiara. Bukankah darah mereka mengalir di tubuh mungil anakku. Apa yang ada di pikiran mereka! Apakah usaha yang kubangun bertambah pesat, sehingga layak untuk menghilangkan kami berdua. Tangis meraung-raung dan sumpah serapah terucap lagi.

"Nak, bawa mama ... Bawa mama! Mama enggak mau sendirian, Mutiara. Bawa mama pergi," Tangisku mengundang tatapan dari para peziarah lainnya.

Ada pengunjung yang berbicara nyelekit, "ini makam, tidak elok teriak dan menangis di sini! Berilah bekal doa untuk mereka yang ada di sini!"

Namun, aku mengabaikannya. Memilih memeluk makam anakku yang masih basah.

"Keluarkan semua yang ada di hatimu, legakan dadamu yang sesak bagai terhimpit batu besar. Namun, kamu harus bangkit, untuk memberi mereka pelajaran, ujar Tante Rebecca. Tante Rose menepuk
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status