Di sisi lain buggy car, Agler meletakkan bawaan di dekat Abdus yang sedang mengarahkan staf yang bertugas untuk menyusun barang-barang yang dibawa. Dia tidak merecoki pengaturan sang ayah. Asal orang tuanya senang sajalah.
Lagipula Agler sedang tidak bisa bicara lepas. Abdus sangat pas mengambil perannya dalam mempekerjakan bawahannya di situasi ini. Fasilitas All Park dibuka eksklusif untuk keluarga bos baru pemilik tempat, atasan dari atasan.
"Sudah semua menurut Ayah sekarang," ujar Abdus pada Agler terkait persiapan ke danau bagian dalam All Park.
Anggukan menjadi tanggapan Agler. Dia perlu memastikan apakah ada hal tambahan yang perlu dia siapkan untuk kegiatan memancing sang ayah. Tepatnya memancing ala piknik dadakan.
Agler tahu jika hanya dia dan sang ayah yang memancing, mereka hanya perlu bawa peralatan pancing dan sebotol air saja. Nyatanya kini harus berbeda karena kehadiran sang ibunda dan perempuan yang berstatus istrinya.
Tadinya Agler agak terkejut menyaksikan Owai, si perempuan asing serasa familiar tersebut mengiyakan ajakan sang ayah untuk ikut kegiatan favorit Agler bersama Abdus ini. Dasar jodoh pilihan ibunda!
Meskipun Agler diam-diam belajar memahami istrinya lewat layar berkat seringnya dia terima video-video kiriman Amanda yang bahagia punya anak perempuan, sepertinya Owai lebih menarik secara nyata ini.
"Terima kasih, ya. Ayah akan naik buggy," ucap Abdus pamit seraya menepuk sayang bahu Agler, "Oh, iya. Atur waktu agar tidak berlama-lama rapat dan jangan sampai membuat istrimu lupa punya suami."
Ditutup karena dampak bisnis terhadap situasi buruk Pandemi Covid dan diakuisisi oleh Nara Nature, perusahan lini bisnis lainnya milik NN Group.
Beberapa minggu belakangan situasi pandemi berada di masa reda, sebab masyarakat telah hampir merata mendapatkan distribusi vaksin penyakit yang meresahkan dan menyebar di seluruh dunia itu.Berkat berhasilnya upaya kesehatan dan kondisi membaik, aturan pembatasan gerak yang diberlakukan dalam protokol kesehatan telah bisa dilonggarkan. Yang berarti, kehidupan normal versi baru mulai diadaptasi.***
Sepasang mata Owai terus memperhatikan hingga batas jarak pandangnya. Memandangi interaksi Agler dengan orang-orang mengenakan seragam berlogo All Park. Seolah Owai menilai Agler dari sisinya pribadi.Hah?
Sungguh, dia tak enak karena sudah salah paham.
Mungkin, Owai juga harusnya lebih bersabar dan belajar sebagai istri, kan?
Hanya saja, dua hari telah berlalu. Selama itu pula Owai dan Agler lebih banyak berinteraksi dalam diam.Untungnya, keduanya pintar memahami gerak-gerik satu sama lain. Diam-diam memahami apa yang masing-masing lakukan.Namun, di malam hari, mereka hanya benar-benar beristirahat.Bukan tidur dalam artian berhubungan suami istri nan intim.
Pelukan seperti di hari pertama? Jangan harap!Setiap sarapan, Owai juga berusaha melayani makan dan minum sang suami sebaik-baiknya dan Agler juga tidak mempersulit.Pemandangan manis dari harmoni sepasang pengantin baru yang duduk berdampingan. Ruang makan makin hangat ditempati oleh personel lengkap."Pagi ini ke dokter, kan?" ujar Amanda kepada Agler di sela-sela mengisi ulang piring sarapan Abdus.Anggukan Agler menanggapi sang ibunda."Benar mau sendiri ke sana?" tanya Amanda lagi.Agler kembali mengangguk. Amanda pun mengangkat bahu, isyarat terima. Terserah anaknya itu sajalah jika memang begitu maunya.Owai tidak tahu harus menanggapi apa. Dia hanya terua menyimak percakapan, kombinasi komunikasi suara yang ditanggapi dengan bahasa tubuh antara Amanda dan Agler."Putriku, hari ini agendanya penuh?" tanya Amanda beralih pada Owai penuh harap.Deg!"Tidak. Ada apa, Ibunda?" Owai akhirnya membalas selembut cara Amanda bicara."Kosong di jam berapa?" Nada Amanda bertanya terdengar lebih antusias dan wajah cantiknya tampak lebih berseri-seri. "Dari jam tiga sore sampai tujuh malam. Karena aku menyesuaikan jam kerja lembur dari tim baru," terang Owai.Tentu Owai yang bekerja pada jabatan CEO tidak mengikuti aturan tetap jam kerja kantor yang nine to five tiap lima hari seminggu. Terlebih perusahaan rintisan bernama Temund masih dalam periode berkembang. Maka pekerjaannya mengikuti naik turun situasi."Okay, perfect. Jam empat nanti Ibunda jemput. Kamu kerja dari rumah, kan?" seru Amanda riang."Iya," sambut Owai antusias pula. "Kita ke mana, ya, Ibunda?""Ke tempat menyenangkan hati. Ada yang baru dari Bangtan Boys," ujar Amanda. Dia suka menggunakan nama tersebut untuk merujuk pada BTS, K-Pop idol yang merekatkannya dengan Owai di awal dulu.Fiuh!Mendengar itu, Owai langsung lega."Siap, ARMY," sahut Owai penuh semangat."Aduh,
Pukul setengah satu malam ditunjukkan jam yang Owai lihat. Seperti yang sudah diperkirakan, maraton rapat virtual selesai larut malam. Mau bagaimana lagi, bahasan pekerja yang dibutuhkan Temund harus bertambah.Owai juga cuma CEO, bukan Tuhan yang berkemampuan tanpa batas melaksanakan peran. Walau bagaimanapun itu bentuk dari rezeki besar anugrah Tuhan, Temund terus bertumbuh. Yang mana banyaknya bisnis usaha orang lain di luar sana mati satu per satu karena kondisi sulit Masa Pandemi.'Alhamdulillah,' syukur Owai dalam hati.Pundak Owai yang rasanya tegang karena berjam-jam fokus pada layar dekstop akhirnya bisa disandarkan ke bantalan kursi kerja. Lalu bagian bawah kursi ditarik untuk menopang kaki.Owai mengistirahatkan tubuhnya dengan rebah menuruti mode berbaring versi kursi kerja pilihan sang ibunda. Tempat duduk itu lebih dari sekedar untuk diduduki. Jika Owai bukan menantu Amanda, pikirnya sampai mati pun mungkin dia tidak akan pernah punya furnitur canggih yang harga dan kual
Tingkah Agler itu membuat Owai kehilangan kata-kata. Padahal mulut Owai masih bisa mengeluarkan suara karena tidak ikut ditutup."Nanti saja," sela Agler lalu tegas berkata, "Tidur!"Owai terdiam membeku. Perlakuan Agler sungguh mengejutkan.'Tiba-tiba skinship!'Dari kejadian Owai tidak sengaja memeluk Agler waktu itu, tidak ada kontak fisik di antara mereka. Setidaknya selalu ada jarak, minimal satu inchi.Detik ini, jauh di luar perkiraan Owai. Tubuhnya dipeluk oleh Agler. Tangan sang suami itu telah berpindah dari matanya.Owai bertanya-tanya dalam hati. 'Makna tidur yang mana dimaksud Agler sekarang, sama kah dengan artian tidur sebelum-sebelumnya?'"Tetap pejamkan mata. Tidur. Sekarang!" titah Agler bersamaan dengan Owai merasakan usapan lembut di kepala.Keinginan Owai untuk melanjutkan perkataannya tadi seolah menguap. Ditambah mukanya dihadapkan ke dada bidang Agler yang berbalut piyama hitam, cahaya pun semakin redup karena terhalang.'Sudahlah, aku memang butuh tidur,' pasr
"Iya, weekend itu kita kumpul-kumpul dulu. Kangen banget sama wajah-wajah yang dua setengah tahun cuma dilihat lewat layar," kata Owai di hadapan kamera dekstop.Pembahasan masalah rapat telah selesai sehingga obrolan Owai dan para C-level, pimpinan Temund, beralih santai. Mereka dulunya teman kuliah di kota yang sama lalu setelah bertahun-tahun terpisah bidang kerja masing-masing, bekerja sama membangun startup.Hingga suatu waktu, kecanduan berteknologi membuat para perempuan yang tertarik dengan virtual meeting via aplikasi membuat platform bernama Temund dan berlanjut dibuat menjadi sebuah perusahaan tech-start-up."Masih enggak sangka harinya kita bareng-bareng lagi semakin di depan mata. Aku kira kita bakal berantakan ketika Owai kena Covid," sendu seorang perempuan yang menggunakan behel gigi di tampilan layar monitor Owai."Kalo ingat kondisi waktu itu, panik banget. Sumpah!" sahut perempuan berkacamata yang tampil di bagian lainnya."Tapi dipikir-pikir lagi sekarang, itu mus
"Udag, mau temani aku masuk dan berkeliling? Supaya aku enggak berdua saja dengan karyawan yang hadir. Soalnya dia laki-laki dan rekannya sesama penanggung jawab mendadak izin karena perlu ke rumah sakit."Owai menjelaskan penyebab dirinya yang buru-buru kembali menemui Agler."Lagipula, suamiku sedang ada sekarang," tambah Owai dengan nada agak manja, berupaya bertingkah dengan ringan.Seakan-akan Owai tidak punya beban dalam hatinya. Berpura-pura kadang bisa agak meringankan suasana hati yang kacau-balau.Namun sebagai keturunan konglomerat yang menguasai berbagai tempaan pelatihan sejak dini, Agler tetap mampu menangkap getar suara dan raut wajah yang setengahnya tertutup masker itu. Dia bisa tahu istrinya sedang berusaha memainkan peran sebagai perempuan bersuami."Oke!" jawab Agler setelah membiarkan waktu berlalu beberapa saat. Setelahnya, ia pun bergegas mengenakan masker sesuai protokol kesehatan dan mengunci mobil.Dalam hati, Agler tidak bisa tak tertawa.Rasanya permintaan O
"Ya Tuhan, mohon bantu hamba-Mu ini. Please!"Owai memohon dengan kusyuk di atas kasurnya. Sejak ibu mertuanya mengatakan bahwa suami--yang dinikahinya lewat video call saat sekarat di masa pandemi--akan datang besok pagi, hatinya tak tenang. Bagaimana dia menghadapi CEO NN Group itu nanti? Kilas balik seketika terputar dalam memori Owai. "Ibuk mau lamar kamu buat anak Ibuk." "Ini ibuk lakukan supaya kamu menjadi bagian keluarga ibuk. Nanti, Ibuk bisa pindahkan kamu ke ruang eksklusif keluarga kami. Anak ibuk setuju dijodohkan denganmu. Hanya saja, dia sedang berada di Sumatera, dekat daerah tinggal orangtuamu. Cukup kamu bilang iya, maka semua urusan pernikahan dapat langsung dikerjakan, Owai," tutur wanita itu lagi--penuh ketulusan.Bisa Owai lihat dengan jelas raut wajah lembut pada lawan bicara meski daya pandang matanya dipengaruhi komplikasi sakit oleh infeksi virus Covid.Dia jadi ikut emosional. Berhari-hari kondisinya tidak kunjung membaik dan dengar kalimat sarat ketu
Selesai beribadah, Owai masih saja betah duduk di atas sajadah.Kebetulan sang ibu mertua juga ada di sana. Dipandanginya wanita tua itu yang sedang asik sendiri di saf bagian depan. Rasanya, Owai begitu damai karena menikmati peran menantu yang berlimpah kasih sayang bagai anak kandung.Hanya saja, Owai belum siap menghadapi Agler.CEO konglomerat sekaligus misterius macam pria itu...."Owai!"Suara ibu mertuanya di seberang meja makan, membuat fokus Owai ditarik kembali. Kini, mereka memang hendak sarapan. "Iya, Ibunda?" sahut Owai sembari mengalihkan tatapannya di piring ke arah orang yang memanggilnya."Apa kamu baik-baik saja, Putriku?" ucap Amanda lembut dan perhatian pas bertemu tatap dengan Owai.Seperti biasanya. Perlakuan penuh kasih dan panggilan sayang khusus dari sang mama mertua. Sungguh, Owai belum mau kehilangan hal yang selama sebelas bulan ini dinikmatinya itu.Tapi kenyataan bahwa anaknya sang ibunda sudah pulang, yang berarti kedudukan Owai sebagai menantu ibar
"Udag, mau temani aku masuk dan berkeliling? Supaya aku enggak berdua saja dengan karyawan yang hadir. Soalnya dia laki-laki dan rekannya sesama penanggung jawab mendadak izin karena perlu ke rumah sakit."Owai menjelaskan penyebab dirinya yang buru-buru kembali menemui Agler."Lagipula, suamiku sedang ada sekarang," tambah Owai dengan nada agak manja, berupaya bertingkah dengan ringan.Seakan-akan Owai tidak punya beban dalam hatinya. Berpura-pura kadang bisa agak meringankan suasana hati yang kacau-balau.Namun sebagai keturunan konglomerat yang menguasai berbagai tempaan pelatihan sejak dini, Agler tetap mampu menangkap getar suara dan raut wajah yang setengahnya tertutup masker itu. Dia bisa tahu istrinya sedang berusaha memainkan peran sebagai perempuan bersuami."Oke!" jawab Agler setelah membiarkan waktu berlalu beberapa saat. Setelahnya, ia pun bergegas mengenakan masker sesuai protokol kesehatan dan mengunci mobil.Dalam hati, Agler tidak bisa tak tertawa.Rasanya permintaan O
"Iya, weekend itu kita kumpul-kumpul dulu. Kangen banget sama wajah-wajah yang dua setengah tahun cuma dilihat lewat layar," kata Owai di hadapan kamera dekstop.Pembahasan masalah rapat telah selesai sehingga obrolan Owai dan para C-level, pimpinan Temund, beralih santai. Mereka dulunya teman kuliah di kota yang sama lalu setelah bertahun-tahun terpisah bidang kerja masing-masing, bekerja sama membangun startup.Hingga suatu waktu, kecanduan berteknologi membuat para perempuan yang tertarik dengan virtual meeting via aplikasi membuat platform bernama Temund dan berlanjut dibuat menjadi sebuah perusahaan tech-start-up."Masih enggak sangka harinya kita bareng-bareng lagi semakin di depan mata. Aku kira kita bakal berantakan ketika Owai kena Covid," sendu seorang perempuan yang menggunakan behel gigi di tampilan layar monitor Owai."Kalo ingat kondisi waktu itu, panik banget. Sumpah!" sahut perempuan berkacamata yang tampil di bagian lainnya."Tapi dipikir-pikir lagi sekarang, itu mus
Tingkah Agler itu membuat Owai kehilangan kata-kata. Padahal mulut Owai masih bisa mengeluarkan suara karena tidak ikut ditutup."Nanti saja," sela Agler lalu tegas berkata, "Tidur!"Owai terdiam membeku. Perlakuan Agler sungguh mengejutkan.'Tiba-tiba skinship!'Dari kejadian Owai tidak sengaja memeluk Agler waktu itu, tidak ada kontak fisik di antara mereka. Setidaknya selalu ada jarak, minimal satu inchi.Detik ini, jauh di luar perkiraan Owai. Tubuhnya dipeluk oleh Agler. Tangan sang suami itu telah berpindah dari matanya.Owai bertanya-tanya dalam hati. 'Makna tidur yang mana dimaksud Agler sekarang, sama kah dengan artian tidur sebelum-sebelumnya?'"Tetap pejamkan mata. Tidur. Sekarang!" titah Agler bersamaan dengan Owai merasakan usapan lembut di kepala.Keinginan Owai untuk melanjutkan perkataannya tadi seolah menguap. Ditambah mukanya dihadapkan ke dada bidang Agler yang berbalut piyama hitam, cahaya pun semakin redup karena terhalang.'Sudahlah, aku memang butuh tidur,' pasr
Pukul setengah satu malam ditunjukkan jam yang Owai lihat. Seperti yang sudah diperkirakan, maraton rapat virtual selesai larut malam. Mau bagaimana lagi, bahasan pekerja yang dibutuhkan Temund harus bertambah.Owai juga cuma CEO, bukan Tuhan yang berkemampuan tanpa batas melaksanakan peran. Walau bagaimanapun itu bentuk dari rezeki besar anugrah Tuhan, Temund terus bertumbuh. Yang mana banyaknya bisnis usaha orang lain di luar sana mati satu per satu karena kondisi sulit Masa Pandemi.'Alhamdulillah,' syukur Owai dalam hati.Pundak Owai yang rasanya tegang karena berjam-jam fokus pada layar dekstop akhirnya bisa disandarkan ke bantalan kursi kerja. Lalu bagian bawah kursi ditarik untuk menopang kaki.Owai mengistirahatkan tubuhnya dengan rebah menuruti mode berbaring versi kursi kerja pilihan sang ibunda. Tempat duduk itu lebih dari sekedar untuk diduduki. Jika Owai bukan menantu Amanda, pikirnya sampai mati pun mungkin dia tidak akan pernah punya furnitur canggih yang harga dan kual
"Tidak. Ada apa, Ibunda?" Owai akhirnya membalas selembut cara Amanda bicara."Kosong di jam berapa?" Nada Amanda bertanya terdengar lebih antusias dan wajah cantiknya tampak lebih berseri-seri. "Dari jam tiga sore sampai tujuh malam. Karena aku menyesuaikan jam kerja lembur dari tim baru," terang Owai.Tentu Owai yang bekerja pada jabatan CEO tidak mengikuti aturan tetap jam kerja kantor yang nine to five tiap lima hari seminggu. Terlebih perusahaan rintisan bernama Temund masih dalam periode berkembang. Maka pekerjaannya mengikuti naik turun situasi."Okay, perfect. Jam empat nanti Ibunda jemput. Kamu kerja dari rumah, kan?" seru Amanda riang."Iya," sambut Owai antusias pula. "Kita ke mana, ya, Ibunda?""Ke tempat menyenangkan hati. Ada yang baru dari Bangtan Boys," ujar Amanda. Dia suka menggunakan nama tersebut untuk merujuk pada BTS, K-Pop idol yang merekatkannya dengan Owai di awal dulu.Fiuh!Mendengar itu, Owai langsung lega."Siap, ARMY," sahut Owai penuh semangat."Aduh,
Di sisi lain buggy car, Agler meletakkan bawaan di dekat Abdus yang sedang mengarahkan staf yang bertugas untuk menyusun barang-barang yang dibawa. Dia tidak merecoki pengaturan sang ayah. Asal orang tuanya senang sajalah.Lagipula Agler sedang tidak bisa bicara lepas. Abdus sangat pas mengambil perannya dalam mempekerjakan bawahannya di situasi ini. Fasilitas All Park dibuka eksklusif untuk keluarga bos baru pemilik tempat, atasan dari atasan."Sudah semua menurut Ayah sekarang," ujar Abdus pada Agler terkait persiapan ke danau bagian dalam All Park.Anggukan menjadi tanggapan Agler. Dia perlu memastikan apakah ada hal tambahan yang perlu dia siapkan untuk kegiatan memancing sang ayah. Tepatnya memancing ala piknik dadakan.Agler tahu jika hanya dia dan sang ayah yang memancing, mereka hanya perlu bawa peralatan pancing dan sebotol air saja. Nyatanya kini harus berbeda karena kehadiran sang ibunda dan perempuan yang berstatus istrinya.Tadinya Agler agak terkejut menyaksikan Owai, si
Selesai beribadah, Owai masih saja betah duduk di atas sajadah.Kebetulan sang ibu mertua juga ada di sana. Dipandanginya wanita tua itu yang sedang asik sendiri di saf bagian depan. Rasanya, Owai begitu damai karena menikmati peran menantu yang berlimpah kasih sayang bagai anak kandung.Hanya saja, Owai belum siap menghadapi Agler.CEO konglomerat sekaligus misterius macam pria itu...."Owai!"Suara ibu mertuanya di seberang meja makan, membuat fokus Owai ditarik kembali. Kini, mereka memang hendak sarapan. "Iya, Ibunda?" sahut Owai sembari mengalihkan tatapannya di piring ke arah orang yang memanggilnya."Apa kamu baik-baik saja, Putriku?" ucap Amanda lembut dan perhatian pas bertemu tatap dengan Owai.Seperti biasanya. Perlakuan penuh kasih dan panggilan sayang khusus dari sang mama mertua. Sungguh, Owai belum mau kehilangan hal yang selama sebelas bulan ini dinikmatinya itu.Tapi kenyataan bahwa anaknya sang ibunda sudah pulang, yang berarti kedudukan Owai sebagai menantu ibar
"Ya Tuhan, mohon bantu hamba-Mu ini. Please!"Owai memohon dengan kusyuk di atas kasurnya. Sejak ibu mertuanya mengatakan bahwa suami--yang dinikahinya lewat video call saat sekarat di masa pandemi--akan datang besok pagi, hatinya tak tenang. Bagaimana dia menghadapi CEO NN Group itu nanti? Kilas balik seketika terputar dalam memori Owai. "Ibuk mau lamar kamu buat anak Ibuk." "Ini ibuk lakukan supaya kamu menjadi bagian keluarga ibuk. Nanti, Ibuk bisa pindahkan kamu ke ruang eksklusif keluarga kami. Anak ibuk setuju dijodohkan denganmu. Hanya saja, dia sedang berada di Sumatera, dekat daerah tinggal orangtuamu. Cukup kamu bilang iya, maka semua urusan pernikahan dapat langsung dikerjakan, Owai," tutur wanita itu lagi--penuh ketulusan.Bisa Owai lihat dengan jelas raut wajah lembut pada lawan bicara meski daya pandang matanya dipengaruhi komplikasi sakit oleh infeksi virus Covid.Dia jadi ikut emosional. Berhari-hari kondisinya tidak kunjung membaik dan dengar kalimat sarat ketu