Suara tangis kecil yang terdengar di telinga Ni El perlahan tidak terdengar lagi. Ni El menoleh kecil menatap pintu Rumahku sejenak, lalu menghembuskan nafas berat dari mulutnya.
Ia menatap ponselnya yang menunjukkan balasanku atas pesan yang di kirimnya
"apa kau baik - baik saja?"
"hmm, aku lelah! Aku tidur dulu, sampai besok!"
Ia pun berbalik melangkahkan kakinya perlahan, meninggalkan Rumahku dengan langkah berat sambil sesekali kembali menoleh ke belakang.
000
Ni El duduk terdiam di atas tempat tidurnya, berpikir keras berusaha mencari cara untuk menghiburku. Matanya tiba - tiba melebar kecil, membuatnya meraih ponselnya cepat lalu menempelkan ponselnya ke telinga setelah menghubungi seseorang. Ia menunggu nada panggil yang terdengar di telinganya penuh harap, matanya pun melebar kecil mendengar suara wanita di seberang telfon
"hallo."
"Nona Hwang Mi Do!"
Mi Do terdiam dengan alis berkerut bingung. Ia merasa canggung
Aku duduk di atas pasir menatap pemandangan Laut malam yang membentang di hadapanku. Angin yang berhembus keras, menerbangkan terus menerbangkan helaian rambutku acak, sekaligus menusuk dingin kulitku.Ni El yang melihatku mengusap kedua lenganku kedinginan, langsung melepas jaketnya cepat menyampirkannya ke bahuku. Aku pun menoleh menatapnya lurus, membuat pria itu tersenyum kecil"sama - sama..." sahutnya ringan.Aku hanya melepaskan senyum termanisku kembali menatap pemandangan di hadapanku. Kami terdiam menikmati suasana Pantai yang menenangkan hati, keheningan yang menyelimuti kami membuatku teringat akan apa yang sempat aku lupakan sebelumnya. Aku menunduk kecil sambil menghembuskan nafas pelan, membuat Ni El menoleh menatapku lurus"apa kau masih tidak bisa melupakannya?"Aku mengangguk pelan "hmm,"gumamku. Aku kembali melepaskan nafas besar dari mulutku "aku... mengharapkan...""penjelasannya?" Timpal Ni El cepat.Aku menoleh
Ni El melirik punggungku yang perlahan mengecil, dari kaca spion mobilnya yang berjalan semakin jauh dari Rumahku. Nafas besarnya terhembus cepat, seiring tangannya yang mengepal erat mengcengkram roda kemudi mobilnya.Kergauan di hatinya untuk meninggalkan Rumahku semakin memaksanya untuk berhenti. Namun, Ni El berusaha mengabaikan perasaannya itu, berharap aku dapat menyelesaikan semuanya dengan baik.000Langkahku terhenti canggung di hadapan Eugene yang menungguku dengan senyum kecil yang di paksakan di ujung bibirnya. Aku menghembuskan nafas pelan berusaha menatap wajah pria muda di hadapanku lurus, mengangkat tanganku melambai pelan"Sunbae(Senior)," sapaku canggung.Eugene yang merasakan kecanggungan itu berdeham kecil, sambil memasukan sebelah tangannya ke dalam saku celana. Ia menoleh pelan menunjuk acak ke arah dari mana aku datang "kau pergi dengan Ni El?" Tanyanya."Hmm, HongDaepyo(CEO) mengaja
Segalanya berubah dalam hitungan detik. Hari itu, aku jatuh cinta dalam hitungan detik. Kini, aku pun patah hati dalam hitungan detik.Air mata semakin deras membasahi pipiku, luka yang sebelumnya belum sempat kering kini semakin menganga karena luka yang baru aku rasakan.Namun, aku kembali tersadar akan kenyataan kejam dunia ini. Aku tidak bisa menghindarinya, aku tidak bisa melindungi diriku sendiri dengan baik.000Kakiku melangah masuk menyusuri Lobby Kantor yang tampak ramai, aku berhenti di depan pintulift,menunggu pintu besi di hadapanku terbuka beberapa menit lagi. Dentingan kecil yang terdengar di telingaku, membuatku menghembuskan nafas kecil tersadar dari lamunanku. Pintu yang perlahan terbuka di hadapanku, membuatku memutar mataku menatap ke dalamlift lurus.Langkahku terhenti begitu saja, mataku langsung bertemu lurus dengan mata Eugene yang berdiri terdiam di dalamlift. Kakiku
Nafas kecil terhembus dari mulut Eugene pelan, tangannya terkepal erat menatap mata Ni El yang tajam dan penuh keseriusan.Ni El pun berdiri dari kursinya cepat lalu membuka mulutnya "aku tidak akan merebutnya secara paksa, aku akan menghargai keputusannya jika dia tetap memilihmu, aku harap kau juga begitu!" Sahutnya tegas.Eugene hanya terdiam menatap Ni El lurus, ia menarik nafas dalam lalu membuka mulutnya "baiklah!" Jawabnya singkat.Eugene membalikkan badannya cepat meninggalkan ruangan Ni El, membuat nafas panjang terhembus cepat dari mulut Ni El. Ia menjatuhkan dirinya ke atas kursinya, menunduk kecil memikirkan persaingan yang akhirnya di mulai secara terang - terangan ini.000Aku duduk terdiam di Kedai bersama Mi Do dan Ha Na yang sedang asik bergurau kecil, sambil mengaksoju(minuman beralkohol khas Korea Selatan) mereka cepat. Mereka yang melihatku terdiam melamun, langsung terdiam menatapku lurus dengan alis berker
Ni EL menghembuskan nafas kecil menatap mobil Eugene yang perlahan menghilang dari jendela Kedai, ia berpaling cepat sambil menyunggingkan senyum kecilnya. Langkahnya terhenti di depan mejaku dan teman - temanku gagah, ia menunduk pelan"salam kenal, aku Hong Ni El!" Sapanya sopan.Ha Na yang baru pertama kali bertemu dengan Ni El, menatapnya lurus dengan mata kagum dan mulut terbuka hampa tidak tahu harus berkata apa. Sementara Mi Do membungkukkan badannya sopan"selamat malam, HongDaepyo(CEO)," balasnya menyapa sopan.Aku langsung mengangkat jariku menunjuk Ni El dan Mi Do bergantian dengan kening berkerut bingung. Ni El pun menangkap jariku cepat "tidak semua hal harus kau ketahui..." tepisnya cepat, sambil menjatuhkan dirinya nyaman di kursi kosong sebelahku. Ha Na dan Mi Do pun langsung mengepalkan tangan mereka geli melihat sikap manis Ni El barusan, Ha Na langsung membuka mulutnya memulai sesi introgasi yang memalukan bagiku
"Cuti?"Aku mengangguk kuat di hadapan Ni El tanpa rasa canggung ataupun takut dalam hatiku. Aku menunjuk surat permohonan cuti yang di terimanya dari HRD sebelum ia memanggilku"saya sudah melakukan sesuai prosedurnya, jadi aku harap anda menerima permohonan cuti sayaDaepyonim(CEO)!"Ni El menaikkan sebelah alisnya, ia mengangguk kecil lalu menurunkan pandangannya membaca surat permohonan cutiku "alasan pengajuan karena kepentingan pribadi?" Sahutnya sambil melirikku sinis.Aku pun mengangguk kuat dengan senyum cerah. Ni El pun mendorong mapp di hadapannya "aku tidak akan menandatanganinya, kepentingan apa yang kau lakukan sampai Satu minggu? Apa kau sudah malas bekerja?" Hinanya kesal.Aku pun membuka mulutku hampa, hendak melepaskan protes kesalku tidak terima akan penghinaan yang aku dengar itu, namun aku menahan diriku cepat. Aku memutar mataku sambil menghembuskan nafas panjang menenangkan diri, sebelum akhirnya membuka m
Aku duduk di Halte Bus dengan koper Hitam di sampingku, menatap langit cerah dengan senyum kecil di ujung bibirku. Getar panjang ponsel yang membuyarkan pikirannku, membuatku bergerak cepat mengeluarkan ponselku dari tasku cepat "hallo, Pa!" Sapaku ceria. "Kira - kira jam berapa pesawatmu mendarat?" "Mungkin sekitar setengah Enam nanti, kenapa?" "Kenapa lagi? Tentu saja Papa akan menjemputmu!" Tawa cerahku pecah mendengar ucapan Ayahku dari seberang telfon, aku pun mengangguk kecil "baiklah! Aku akan menunggu Papa kalau begitu!" Timpalku yakin. Setelah mengucapkan salam perpisahan singkat, aku menurunkan ponselku dari telinga dengan senyum cerah sambil menghembuskan nafas kecil. Tiba - tiba suara familiar terdengar di sampingku "apa kau sangat senang?" Tubuhku melonjak kecil kaget mendengar suara Ni El di sampingku, membuatku menoleh cepat dengan mata melebar. Mulutku langsung terbuka hampa, menatapnya lurus dari ujung kaki ke ujung kepala. "Hey..." panggilku tidak percaya. N
Aku melangkahkan kakiku pelan menerobos gerombolan penumpang lain yang sibuk mengatur barang - barang mereka dalam bagasi kabin, aku menunduk sopan pada setiap orang yang memberiku jalan sambil memperhatikan setiap nomor kursi yang aku lewati. Setelah memasukan baragku bagasi kabin di atas kursiku, aku menjatuhkan diriku nyaman lalu memasang sabuk pengamanku.Alisku terangkat kecil teringat akan Ni El, aku pun menoleh ke sekeliling cepat mencari dimana dia duduk dengan kening bekerut kecil. Aku langsung mengeluarkan ponselku, menggerakkan jari cepat, mengirim pesan padanya."Apa kau sudah di dalam pesawat?"Aku menunggu jawaban atas pesanku sambil menoleh menatap sekeliling sekali lagi, dering singkat ponselku membuatku langsung menatap ponselku membaca pesan yang masuk."Sudah.""Kau dimana? Aku tidak melihatmu disini..." balasku penasaran."Di pesawat."Aku pun memutar mataku kesal sambil menghembuskan nafas kecil dari mulutku memba