Aku duduk di atas pasir menatap pemandangan Laut malam yang membentang di hadapanku. Angin yang berhembus keras, menerbangkan terus menerbangkan helaian rambutku acak, sekaligus menusuk dingin kulitku.
Ni El yang melihatku mengusap kedua lenganku kedinginan, langsung melepas jaketnya cepat menyampirkannya ke bahuku. Aku pun menoleh menatapnya lurus, membuat pria itu tersenyum kecil
"sama - sama..." sahutnya ringan.
Aku hanya melepaskan senyum termanisku kembali menatap pemandangan di hadapanku. Kami terdiam menikmati suasana Pantai yang menenangkan hati, keheningan yang menyelimuti kami membuatku teringat akan apa yang sempat aku lupakan sebelumnya. Aku menunduk kecil sambil menghembuskan nafas pelan, membuat Ni El menoleh menatapku lurus
"apa kau masih tidak bisa melupakannya?"
Aku mengangguk pelan "hmm,"gumamku. Aku kembali melepaskan nafas besar dari mulutku "aku... mengharapkan..."
"penjelasannya?" Timpal Ni El cepat.
Aku menoleh
Ni El melirik punggungku yang perlahan mengecil, dari kaca spion mobilnya yang berjalan semakin jauh dari Rumahku. Nafas besarnya terhembus cepat, seiring tangannya yang mengepal erat mengcengkram roda kemudi mobilnya.Kergauan di hatinya untuk meninggalkan Rumahku semakin memaksanya untuk berhenti. Namun, Ni El berusaha mengabaikan perasaannya itu, berharap aku dapat menyelesaikan semuanya dengan baik.000Langkahku terhenti canggung di hadapan Eugene yang menungguku dengan senyum kecil yang di paksakan di ujung bibirnya. Aku menghembuskan nafas pelan berusaha menatap wajah pria muda di hadapanku lurus, mengangkat tanganku melambai pelan"Sunbae(Senior)," sapaku canggung.Eugene yang merasakan kecanggungan itu berdeham kecil, sambil memasukan sebelah tangannya ke dalam saku celana. Ia menoleh pelan menunjuk acak ke arah dari mana aku datang "kau pergi dengan Ni El?" Tanyanya."Hmm, HongDaepyo(CEO) mengaja
Segalanya berubah dalam hitungan detik. Hari itu, aku jatuh cinta dalam hitungan detik. Kini, aku pun patah hati dalam hitungan detik.Air mata semakin deras membasahi pipiku, luka yang sebelumnya belum sempat kering kini semakin menganga karena luka yang baru aku rasakan.Namun, aku kembali tersadar akan kenyataan kejam dunia ini. Aku tidak bisa menghindarinya, aku tidak bisa melindungi diriku sendiri dengan baik.000Kakiku melangah masuk menyusuri Lobby Kantor yang tampak ramai, aku berhenti di depan pintulift,menunggu pintu besi di hadapanku terbuka beberapa menit lagi. Dentingan kecil yang terdengar di telingaku, membuatku menghembuskan nafas kecil tersadar dari lamunanku. Pintu yang perlahan terbuka di hadapanku, membuatku memutar mataku menatap ke dalamlift lurus.Langkahku terhenti begitu saja, mataku langsung bertemu lurus dengan mata Eugene yang berdiri terdiam di dalamlift. Kakiku
Nafas kecil terhembus dari mulut Eugene pelan, tangannya terkepal erat menatap mata Ni El yang tajam dan penuh keseriusan.Ni El pun berdiri dari kursinya cepat lalu membuka mulutnya "aku tidak akan merebutnya secara paksa, aku akan menghargai keputusannya jika dia tetap memilihmu, aku harap kau juga begitu!" Sahutnya tegas.Eugene hanya terdiam menatap Ni El lurus, ia menarik nafas dalam lalu membuka mulutnya "baiklah!" Jawabnya singkat.Eugene membalikkan badannya cepat meninggalkan ruangan Ni El, membuat nafas panjang terhembus cepat dari mulut Ni El. Ia menjatuhkan dirinya ke atas kursinya, menunduk kecil memikirkan persaingan yang akhirnya di mulai secara terang - terangan ini.000Aku duduk terdiam di Kedai bersama Mi Do dan Ha Na yang sedang asik bergurau kecil, sambil mengaksoju(minuman beralkohol khas Korea Selatan) mereka cepat. Mereka yang melihatku terdiam melamun, langsung terdiam menatapku lurus dengan alis berker
Ni EL menghembuskan nafas kecil menatap mobil Eugene yang perlahan menghilang dari jendela Kedai, ia berpaling cepat sambil menyunggingkan senyum kecilnya. Langkahnya terhenti di depan mejaku dan teman - temanku gagah, ia menunduk pelan"salam kenal, aku Hong Ni El!" Sapanya sopan.Ha Na yang baru pertama kali bertemu dengan Ni El, menatapnya lurus dengan mata kagum dan mulut terbuka hampa tidak tahu harus berkata apa. Sementara Mi Do membungkukkan badannya sopan"selamat malam, HongDaepyo(CEO)," balasnya menyapa sopan.Aku langsung mengangkat jariku menunjuk Ni El dan Mi Do bergantian dengan kening berkerut bingung. Ni El pun menangkap jariku cepat "tidak semua hal harus kau ketahui..." tepisnya cepat, sambil menjatuhkan dirinya nyaman di kursi kosong sebelahku. Ha Na dan Mi Do pun langsung mengepalkan tangan mereka geli melihat sikap manis Ni El barusan, Ha Na langsung membuka mulutnya memulai sesi introgasi yang memalukan bagiku
"Cuti?"Aku mengangguk kuat di hadapan Ni El tanpa rasa canggung ataupun takut dalam hatiku. Aku menunjuk surat permohonan cuti yang di terimanya dari HRD sebelum ia memanggilku"saya sudah melakukan sesuai prosedurnya, jadi aku harap anda menerima permohonan cuti sayaDaepyonim(CEO)!"Ni El menaikkan sebelah alisnya, ia mengangguk kecil lalu menurunkan pandangannya membaca surat permohonan cutiku "alasan pengajuan karena kepentingan pribadi?" Sahutnya sambil melirikku sinis.Aku pun mengangguk kuat dengan senyum cerah. Ni El pun mendorong mapp di hadapannya "aku tidak akan menandatanganinya, kepentingan apa yang kau lakukan sampai Satu minggu? Apa kau sudah malas bekerja?" Hinanya kesal.Aku pun membuka mulutku hampa, hendak melepaskan protes kesalku tidak terima akan penghinaan yang aku dengar itu, namun aku menahan diriku cepat. Aku memutar mataku sambil menghembuskan nafas panjang menenangkan diri, sebelum akhirnya membuka m
Aku duduk di Halte Bus dengan koper Hitam di sampingku, menatap langit cerah dengan senyum kecil di ujung bibirku. Getar panjang ponsel yang membuyarkan pikirannku, membuatku bergerak cepat mengeluarkan ponselku dari tasku cepat "hallo, Pa!" Sapaku ceria. "Kira - kira jam berapa pesawatmu mendarat?" "Mungkin sekitar setengah Enam nanti, kenapa?" "Kenapa lagi? Tentu saja Papa akan menjemputmu!" Tawa cerahku pecah mendengar ucapan Ayahku dari seberang telfon, aku pun mengangguk kecil "baiklah! Aku akan menunggu Papa kalau begitu!" Timpalku yakin. Setelah mengucapkan salam perpisahan singkat, aku menurunkan ponselku dari telinga dengan senyum cerah sambil menghembuskan nafas kecil. Tiba - tiba suara familiar terdengar di sampingku "apa kau sangat senang?" Tubuhku melonjak kecil kaget mendengar suara Ni El di sampingku, membuatku menoleh cepat dengan mata melebar. Mulutku langsung terbuka hampa, menatapnya lurus dari ujung kaki ke ujung kepala. "Hey..." panggilku tidak percaya. N
Aku melangkahkan kakiku pelan menerobos gerombolan penumpang lain yang sibuk mengatur barang - barang mereka dalam bagasi kabin, aku menunduk sopan pada setiap orang yang memberiku jalan sambil memperhatikan setiap nomor kursi yang aku lewati. Setelah memasukan baragku bagasi kabin di atas kursiku, aku menjatuhkan diriku nyaman lalu memasang sabuk pengamanku.Alisku terangkat kecil teringat akan Ni El, aku pun menoleh ke sekeliling cepat mencari dimana dia duduk dengan kening bekerut kecil. Aku langsung mengeluarkan ponselku, menggerakkan jari cepat, mengirim pesan padanya."Apa kau sudah di dalam pesawat?"Aku menunggu jawaban atas pesanku sambil menoleh menatap sekeliling sekali lagi, dering singkat ponselku membuatku langsung menatap ponselku membaca pesan yang masuk."Sudah.""Kau dimana? Aku tidak melihatmu disini..." balasku penasaran."Di pesawat."Aku pun memutar mataku kesal sambil menghembuskan nafas kecil dari mulutku memba
Mataku melebar kecil melihat kedatangan Ayahku dengan senyum yang melebar cerah"PAPAAA!!!" Panggilku senang.Aku segera berlari menghampirinya, membuat Sony membuka tangannya lebar menyambutku masuk ke dalam pelukannya erat. Tawa kecil kami pecah bersamaan, aku pun mengusap pelan punggung Ayahku sambil menghembuskan nafas besar melepaskan rinduku.000Aku tidak berhenti menceritakan hari - hariku di Korea yang ku lewati penuh kesan, sementara Sony mendengarnya dengan senyum kecil sambil sesekali menimpali dengan pertanyaan.Mobil yang kami tumpangi berhenti di dalam Gedung Parkir bawah tanah sebuah Hotel, Sony pun melepas sabuk pengamannya"kita mampir sembentar ya! Papa ada jadwal wawancara dengan pebisnis terkenal di Hotel ini," mintanya.Aku pun menaikkan alisku sambil mengangguk kecil "baiklah!" Timpalku tenang, sambil melepas sabuk pengamanku.Aku pun turun dari mobil, menuju bagasi membantu Ayahku membawakan barang - bar
Langkahku terhenti menatap mobil yang tampak aku kenali berhenti di depan tangga menuju Rumahku, si pemilik mobil yang menyadari kedatanganku turun dari mobilnya, dia menatapku lurus. Aku menghela nafas dalam sebelum kembali melanjutkan langkahku pelan, berhenti tak jauh dari pria yang sudah menungguku entah sejak kapan. "Dimana kau tidur semalam?" "Rumah Mi Do, sejak kapanSunbae(Senior) menungguku?" Timpalku balik bertanya. Eugene melepaskan nafas panjang sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, ia mengangguk pelan "lupakan, apa kau baik - baik saja?" Tepisnya mengalihkan topik. Aku mengarahkan pandanganku menatap Eugene lurus - lurus, aku pun langsung menyadari bahwa ia menyembunyikan sesuatu dariku saat ini. Aku menganggukkan kepalaku pelan "hmm, aku baik - baik saja,Sunbae(Senior) sendiri?" Tanyaku canggung. Eugene ikut mengangguk kecil "aku baik," timpalnya cepat. Nafa
Aku berguling gelisah memikirkan masalah yang menimpaku ini, aku tidak mungkin hidupa dalam persembunyian terus seperti ini. Aku juga merasa bahwa ini masalahku, jadi aku harus menyelesaikannya sendiri.Aku bangun dari tidurku cepat, meraih ponselku di samping tempat tidur. Jariku bergerak sibuk mencari tahu berita terbaru tentang kasusuku ini, membuat keningku mulai berkerut. Aku membenarkan posisi duduku, menggerakkan jariku semakin cepat, mencari lebih teliti."Apa yang terjadi?" Tanyaku sendiri.Aku menurunkan ponselku dengan nafas besar terhembus begitu saja dari mulutku, kepalaku mulai berpikir keras tentang kejadian aneh ini. Aku pun kembali mengangkat ponselku, memastikan apa yang aku lihat ini benar. Aku tidak percaya akan apa yang aku lihat."Kenapa semuanya menghilang begitu saja?" Tanyaku bingung.Aku membuka selimutku turun dari tempat tidur cepat, menghampiri Ha Na yang tidur di sofa depan. Aku menggoyang tubuh Ha Na cepat membangunka
Aku terdiam menatap ponselku lurus, rasa cemas dalam hatiku semakin menghantuiku seiring usahaku untuk menahannya. Ponselku yang tiba - tiba bergetar, membuat mataku melebar dan harapanku bangkit. Aku langsung menatap ponselku lurus - lurus, namun harpan itu terasa hancur dalam hitungan detik.[Apa kau baik - baik saja?]Pesan itu terlihat hangat, hanya saja pesan itu datang bukan dari orang yang aku harapkan saat ini. Aku terdiam menatap nama Eugene sebagai pengirim pesan itu, aku pun menghembuskan nafas pelan "apa yang kau harapkan Sophie," keluhku tersadar.Aku menggerakkan jariku cepat, membalas pesan itu lalu mengirimkannya dengan rasa kecewa di hatiku. Aku menyisir rambutku ke belakang, menunduk dalam berusaha menenangkan diriku sendiri. Mi Do dan Ha Na yang melihat kegelisahanku pun menghembuskan nafas besra kompak, Ha Na menutup ponselnya cepat sambil membuka mulutnya"sebaiknya kau tidak berusaha untuk mencari tahu keadaan di luar sana lebih dulu
Eugene duduk menatap Eun Kyung yang tersenyum penuh kemenangan tajam. Wanita di hadapanya terdiam menatapnya lurus dengan tangan terlipat di depan dada anguh, sambil menyandarkan tubuhnya nyaman di kursi."Aku tahu cepat atau lambat kau akan mencariku," buka Eun Kyung percaya diri.Eugene memalingkan wajahnya dengan air muka kesal, sambil menghembuskan nafas besar dari mulutnya keras. Ia menelan berat air liurnya sebelum akhirnya membuka mulutnya"kau yang melakukan semua ini bukan?" Tanyanya menuduh.Eun Kyung melepaskan tawa keras mendengar nada kesal Eugene yang semakin memuaskan hatinya, wanita itu melepaskan nafas lega berusaha mengendalikan tawanya "aku tidak menyangka membuatmu marah akan semudah ini, sangat menarik..." timpalnya.Eugene mengepalkan tangannya perlahan mendengar perkataan Eun Kyung itu, ia menunduk sambil menjilat kecil bibirnya berusaha menahan emosinya yang semakin mendidih. Matanya berputar tajam menatap Eun Kyung lurus, m
Kerutan terlihat samar di keningku saat aku mengetahui ponselku yang mati sejak tadi, aku meghembuskan nafas teringat bahwa aku belum sempat menyalakan ponselku sejak dari Bandara tadi.Mataku melebar kecil merasakan getaran berturut - turut dari ponselku, pemberitahuan pesan masuk bergantian, nomor - nomor yang tidak di kenal pun terlihat menghubungiku. Keningku langsung berkerut dalam seiring rasa curiga yang memenuhi hatiku. Aku langsung menggerakkan jariku cepat mengetuk layar ponselku, membuka ruang obrolanku dengan teman - temanku yang meninggalkan banyak pemberitahuan.[Hey, Sophie dimana kau? Kau sudah melihat berita ini?][Sophie, apa kau baik - baik saja?][Hey, kau membuat kami takut... hubungi kami secepatnya!]Aku pun mengetuk tautan yang Mi Do kirimkan, membaca semua isi berita yang terpajang di layar ponselku cepat, mataku mulai melebar dan aku membekap mulutku yang terbuka hampa kaget melihat berita itu. Aku tidak percaya apa
Mobil Ni El yang melanju cepat menuyusi jalan raya membuatku cemas akan keselamatan kami, aku menoleh kesal sambil terus menggenggam erat sabuk pengamanku."Hey, pelan - pelan saja! Kita bisa celaka kalau begini terus!" Protesku kesal.Ni El menginjak gasnya semakin dalam, mengabaikan perkataanku hanyut dalam emosinya sendiri. Aku yang semakin kesal dengan sikap itu pun kembali membuka mulutku "HEY!" Teriakku. Ni El langsung memutar roda kemudinya, menepikan mobil yang kami tumpangi, memindahkan kakinya cepat, menginjak dalam rem mobilnya.Tubuhku yang terbanting keras ke sandaran kursi membuat amarahku semakin tersulut, aku menyampirkan poniku yang berantakan, menatap Ni El sinis "HEY! APA KAU SUDAH GILA?" Amukku kesal."KAU SENDIRI APA MASIH WARAS?" Bentaknya menatapku dengan maa melotot kesal.Ni El memalingkan wajahnya sambil melepaskan nafas besar, berusaha mengendalikan emosinya. Ia kembali menoleh menatapku lurus, membuatku mencengkram sabuk
Ni El mengusap darah segar yang mengalir dari luka di ujung bibirnya, ia melepaskan nafas besar lalu menoleh menatap Eugene lurus "maafkan aku," sahutnya canggung.Eugene hanya diam tertunduk dalam dengan tatapan kosong, mengabaikan permintaan maaf Ni El itu. Ia melepaskan nafas besar, membalikkan badannya hendak meninggalkan ruangan Ni El, namun Ni El menahan langkahnya."Sophie belum mengetahui apapun yang terjadi!"Tangan Eugene mengepal kuat mendengar kata - kata itu, ia menoleh kecil menatap Ni El sinis "lalu? Apa maumu sekarang?" Tanyanya menantang.Ni El kembali menghembuskan nafas besar dari mulutnya, ia menundukkan kepalanya sambil menggeleng kecil "aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang, tapi aku ingin meminta bantuanmu..." jawabnya meninggalkan harga dirinya.Amarah Eugene yang semakin tersulut, membuatnya melepaskan nafas kecil sambil menggeleng heran "apa aku terlihat seperti akan memberimu bantuan?" Tanyanya menghina. Euge
Dae Gil menghembuskan nafas panjang dari mulutnya, kembali mengarahkan pandangannya lurus padaku. Ia memaksakan senyum kecil sebelum kembali membuka mulutnya "aku menyesalinya..." sahutnya. Dae Gil meremas erat kedua tangannya sambil menunduk dalam, nafas berat kembali terdengar dari mulut Dae Gil. Ia menggelengkan kepalanya pelan "aku tidak seharusnya membohongi Ni El saat kami bercerai," lanjutnya penuh penyesalan.Mataku melebar kecil mendengar kejujuran itu, mulutku terbuka kecil hampa, aku terdiam tidak tahu harus mengatakan apa menanggapi perkataan itu.Dae Gil pun kembali mengeluarkan suaranya "aku tidak ingin ia terluka jika semua orang tahu bahwa kami bercerai karena ia memilih pria itu," bukanya. Dae Gil melepaskan nafas pelan "jadi aku berbohong pada wartawan, aku mengatakan kami bercerai karena perebutan ahli waris," lanjutnya terdengar berat."Tapi anda tidak menyangka bahwa itu akan sangat menyakiti HongDaepyo (CEO)?" Timpalku begitu
Waktu berlalu dengan senyuman, membuat Dae Gil semakin yakin bahwa semuanya kini baik - baik saja.Segalanya terasa seperti sebagaimana harusnya, seperti apa yang Dae Gil harapkan. Kebahagiaan Dae Gil semakin memuncak setelah mendengar kabar kehamilan Seo Hwa, sukacita yang tidak terbilang dengan kata - kata semkin memenuhi hati Dae Gil.Kelahiran Ni El, menjadi awal perjalanan baru mereka menuju kebahagiaan yang lebih dari sebelumnya.000Dae Gil terdiam menatap kosong keluar jendela teringat akan kebahagiaan mereka saat menggendong Ni El di hari kelahirannya. Senyumnya mengembang kecil meskipun sorot matanya sangat sayu.Aku hanya terdiam hanyut dalam keheningan, hatiku tiba - tiba ikut merasakan kesedihan yang Dae Gil simpan di dalam hatinya saat ini."Saat Ni El lahir dulu, aku sangat bahagia..." bukanya. Dae Gil memalingkan wajahnya menatapku lurus "hari itu aku berjanji akan membuatnya bahagia, aku berjanji akan memberikannya keluarga