Segalanya berubah dalam hitungan detik. Hari itu, aku jatuh cinta dalam hitungan detik. Kini, aku pun patah hati dalam hitungan detik.
Air mata semakin deras membasahi pipiku, luka yang sebelumnya belum sempat kering kini semakin menganga karena luka yang baru aku rasakan.
Namun, aku kembali tersadar akan kenyataan kejam dunia ini. Aku tidak bisa menghindarinya, aku tidak bisa melindungi diriku sendiri dengan baik.
000
Kakiku melangah masuk menyusuri Lobby Kantor yang tampak ramai, aku berhenti di depan pintu lift, menunggu pintu besi di hadapanku terbuka beberapa menit lagi. Dentingan kecil yang terdengar di telingaku, membuatku menghembuskan nafas kecil tersadar dari lamunanku. Pintu yang perlahan terbuka di hadapanku, membuatku memutar mataku menatap ke dalam lift lurus.
Langkahku terhenti begitu saja, mataku langsung bertemu lurus dengan mata Eugene yang berdiri terdiam di dalam lift. Kakiku
Nafas kecil terhembus dari mulut Eugene pelan, tangannya terkepal erat menatap mata Ni El yang tajam dan penuh keseriusan.Ni El pun berdiri dari kursinya cepat lalu membuka mulutnya "aku tidak akan merebutnya secara paksa, aku akan menghargai keputusannya jika dia tetap memilihmu, aku harap kau juga begitu!" Sahutnya tegas.Eugene hanya terdiam menatap Ni El lurus, ia menarik nafas dalam lalu membuka mulutnya "baiklah!" Jawabnya singkat.Eugene membalikkan badannya cepat meninggalkan ruangan Ni El, membuat nafas panjang terhembus cepat dari mulut Ni El. Ia menjatuhkan dirinya ke atas kursinya, menunduk kecil memikirkan persaingan yang akhirnya di mulai secara terang - terangan ini.000Aku duduk terdiam di Kedai bersama Mi Do dan Ha Na yang sedang asik bergurau kecil, sambil mengaksoju(minuman beralkohol khas Korea Selatan) mereka cepat. Mereka yang melihatku terdiam melamun, langsung terdiam menatapku lurus dengan alis berker
Ni EL menghembuskan nafas kecil menatap mobil Eugene yang perlahan menghilang dari jendela Kedai, ia berpaling cepat sambil menyunggingkan senyum kecilnya. Langkahnya terhenti di depan mejaku dan teman - temanku gagah, ia menunduk pelan"salam kenal, aku Hong Ni El!" Sapanya sopan.Ha Na yang baru pertama kali bertemu dengan Ni El, menatapnya lurus dengan mata kagum dan mulut terbuka hampa tidak tahu harus berkata apa. Sementara Mi Do membungkukkan badannya sopan"selamat malam, HongDaepyo(CEO)," balasnya menyapa sopan.Aku langsung mengangkat jariku menunjuk Ni El dan Mi Do bergantian dengan kening berkerut bingung. Ni El pun menangkap jariku cepat "tidak semua hal harus kau ketahui..." tepisnya cepat, sambil menjatuhkan dirinya nyaman di kursi kosong sebelahku. Ha Na dan Mi Do pun langsung mengepalkan tangan mereka geli melihat sikap manis Ni El barusan, Ha Na langsung membuka mulutnya memulai sesi introgasi yang memalukan bagiku
"Cuti?"Aku mengangguk kuat di hadapan Ni El tanpa rasa canggung ataupun takut dalam hatiku. Aku menunjuk surat permohonan cuti yang di terimanya dari HRD sebelum ia memanggilku"saya sudah melakukan sesuai prosedurnya, jadi aku harap anda menerima permohonan cuti sayaDaepyonim(CEO)!"Ni El menaikkan sebelah alisnya, ia mengangguk kecil lalu menurunkan pandangannya membaca surat permohonan cutiku "alasan pengajuan karena kepentingan pribadi?" Sahutnya sambil melirikku sinis.Aku pun mengangguk kuat dengan senyum cerah. Ni El pun mendorong mapp di hadapannya "aku tidak akan menandatanganinya, kepentingan apa yang kau lakukan sampai Satu minggu? Apa kau sudah malas bekerja?" Hinanya kesal.Aku pun membuka mulutku hampa, hendak melepaskan protes kesalku tidak terima akan penghinaan yang aku dengar itu, namun aku menahan diriku cepat. Aku memutar mataku sambil menghembuskan nafas panjang menenangkan diri, sebelum akhirnya membuka m
Aku duduk di Halte Bus dengan koper Hitam di sampingku, menatap langit cerah dengan senyum kecil di ujung bibirku. Getar panjang ponsel yang membuyarkan pikirannku, membuatku bergerak cepat mengeluarkan ponselku dari tasku cepat "hallo, Pa!" Sapaku ceria. "Kira - kira jam berapa pesawatmu mendarat?" "Mungkin sekitar setengah Enam nanti, kenapa?" "Kenapa lagi? Tentu saja Papa akan menjemputmu!" Tawa cerahku pecah mendengar ucapan Ayahku dari seberang telfon, aku pun mengangguk kecil "baiklah! Aku akan menunggu Papa kalau begitu!" Timpalku yakin. Setelah mengucapkan salam perpisahan singkat, aku menurunkan ponselku dari telinga dengan senyum cerah sambil menghembuskan nafas kecil. Tiba - tiba suara familiar terdengar di sampingku "apa kau sangat senang?" Tubuhku melonjak kecil kaget mendengar suara Ni El di sampingku, membuatku menoleh cepat dengan mata melebar. Mulutku langsung terbuka hampa, menatapnya lurus dari ujung kaki ke ujung kepala. "Hey..." panggilku tidak percaya. N
Aku melangkahkan kakiku pelan menerobos gerombolan penumpang lain yang sibuk mengatur barang - barang mereka dalam bagasi kabin, aku menunduk sopan pada setiap orang yang memberiku jalan sambil memperhatikan setiap nomor kursi yang aku lewati. Setelah memasukan baragku bagasi kabin di atas kursiku, aku menjatuhkan diriku nyaman lalu memasang sabuk pengamanku.Alisku terangkat kecil teringat akan Ni El, aku pun menoleh ke sekeliling cepat mencari dimana dia duduk dengan kening bekerut kecil. Aku langsung mengeluarkan ponselku, menggerakkan jari cepat, mengirim pesan padanya."Apa kau sudah di dalam pesawat?"Aku menunggu jawaban atas pesanku sambil menoleh menatap sekeliling sekali lagi, dering singkat ponselku membuatku langsung menatap ponselku membaca pesan yang masuk."Sudah.""Kau dimana? Aku tidak melihatmu disini..." balasku penasaran."Di pesawat."Aku pun memutar mataku kesal sambil menghembuskan nafas kecil dari mulutku memba
Mataku melebar kecil melihat kedatangan Ayahku dengan senyum yang melebar cerah"PAPAAA!!!" Panggilku senang.Aku segera berlari menghampirinya, membuat Sony membuka tangannya lebar menyambutku masuk ke dalam pelukannya erat. Tawa kecil kami pecah bersamaan, aku pun mengusap pelan punggung Ayahku sambil menghembuskan nafas besar melepaskan rinduku.000Aku tidak berhenti menceritakan hari - hariku di Korea yang ku lewati penuh kesan, sementara Sony mendengarnya dengan senyum kecil sambil sesekali menimpali dengan pertanyaan.Mobil yang kami tumpangi berhenti di dalam Gedung Parkir bawah tanah sebuah Hotel, Sony pun melepas sabuk pengamannya"kita mampir sembentar ya! Papa ada jadwal wawancara dengan pebisnis terkenal di Hotel ini," mintanya.Aku pun menaikkan alisku sambil mengangguk kecil "baiklah!" Timpalku tenang, sambil melepas sabuk pengamanku.Aku pun turun dari mobil, menuju bagasi membantu Ayahku membawakan barang - bar
Mendengar suara Ayahku memanggil, aku pun menoleh cepat dengan alis terangkat "hmm," gumamku. Sony menepuk kursi di hadapannya"bisa kau duduk disini sembentar! Papa ingin menentukan sudut pandang kameranya," perintahnya ringan.Aku pun mengangguk cepat, melangkahkan kakiku ringan lalu duduk di tempat yang di perintahkan.000Ni El menoleh kecil menatap wartawan yang sedang bersiap di Ruang Tengah, ia pun menyunggingkan senyum kecil"baik, tidak apa, saya akan menunggu anda!" Jawabnya ringan.Ni El pun kembali menoleh menatap gerombolan wartawan itu seklias, lalu membalikkan badannya menatap pemandangan kota di hadapannya. Ia menghembuskan nafas pelan, mengeluarkan ponselnya mengetik pesan pada seseorang.000Aku mengeluarkan ponselku cepat, melihat pesan baru yang masuk."Dimana kau?"Senyumku mengembang kecil melihat pesan Ni El itu, aku pun menggerakkan jariku cepat membalas pesan itu. Tanpa ku sadari, Henry se
Aku berdeham kecil, membuka mulutku cepat "ini Bossku," sahutku memperkenalkan Ni El. Aku menoleh cepat, memanggil Ayahku maju lebih dekat pada kami. Aku menoleh menatap Ni El canggung"ini... Ayahku..." sahutku.Mata Ni El melebar kecil mendengar siapa yang aku perkenalkan itu, ia pun membungkuk dalam sambil mengulurkan tangannya "nice to meet you, sir!" Sapanya.Sony pun mengulurkan tangannya menjabat tangan Ni El "nice to meet you,"balasnya. Ia menepuk pelan dadanya "Sony," ucapnya kaku. Sony menunjukku lurus "Sophie papa!" Lanjutnya singkat.Aku menahan tawa kecilku melihat bahasa Inggris Ayahku yang sedikit payah. Ayahku pun melepaskan senyum kecil, lalu menyikut pelan lenganku malu.Mata Henry dan Ni El pun kembali bertemu, membuat ketegangan di antara keduanya bisa aku rasakan dengan jelas. Ni El mengulurkan tangannya"nice to meet you, my name isDaniel Hong! I'm her Boss," bukanya memperkenalkan