Para penata rias mulai bergerak cepat mengelilingiku melakukan tugas mereka. Aku hanya berdiri kaku sambil melirik sekeliling canggung, berusaha membiasakan diriku dengan situasi yang tidak nyata ini. Bagiku ini hanya potongan adegan fiksi drama yang hanya aku lihat di TV, namun kini aku mengalaminya sendiri, pengalaman ini semakin tidak nyata bagiku. Perasaan aneh terus saja menggelitik hatiku, aku merasa seperti pemeran utama wanita dalam dongeng yang bertemu dengan pangeran tampan. Fantasi indah itu terus menarikku hanyut dalam kebahagiaan kecil ini.
Ponselku berdering kecil, membuatku membuka tasku cepat melihat pesan yang masuk
"bagaimana perasaanmu?" Tulis Eugene.
"Aneh..." jawabku singkat.
"Aku pikir kau akan menolakku," balasnya mengubah topik.
Aku menyunggingkan senyum kecil lalu menggerakkan jariku cepat membalas pesan Eugene, aku menghembuskan nafas pelan sebelum memasukkan ponselku kembali ke dalam tas. Eugene tersenyum kecil membaca pe
Eun Kyung tersenyum sambil melirik pantulan diriku yang menatap mobilnya menjauh dari kaca spion. Ia mengeluarkan ponsel daru tas tangannya cepat lalu mengetuk pelan layarnya, sebelum menempelkan ponselnya ke telinga. Jarinya bergerak kecil menunggu nada panggil yang berdering panjang dari seberang telfon. Matanya melebar kecil mendengar suara pria yang menyapanya dari seberang telfon"Nona Kim, lama tidak bicara," sapa pria itu sopan."ParkGija(Reporter), ada berita yang menarik untuk anda liput," sahutnya langsung.Senyum Eun Kyung melebar membayangkan kejadian menarik yang di rancangnya, ia menatap keluar jendela dengan wajah penuh kemenagan puas.000Mulut Ni El terbuka hampa melihat kedatanganku dan Eugene yang disambut meriah para wartawan yang telah menunggu di balik pintu. Ia pun menoleh cepat menatap Eun Kyung tajam dengan tangan mengepal menahan amarahnya yang mendidih. Senyum Eun Kyung melebar puas melihat rencananya
Ni El tertunduk dalam keheningan, nafas besar terhembus dari mulutnya membuat rasa penyesalan dalam hatinya semakin membesar setiap detiknya. Ia mengangkat pandangannya menatap kursi kosong di hadapannya, kembali teringat apa yang aku katakan padanya sebelum meninggalkan Apartemennya beberapa menit lalu.000Ni El mengigit bibir bawahnya ragu menyampaikan isi pikirannya, perasaan aneh terus menahan mulutnya namun ia tersadar tidak ada pilihan lain untuk melepaskanku dari masalah ini. Ni El pun terpaska membuka mulutnya"akuilah di depan wartawan soal hubungan kalian!" Bukanya.Mataku melebar mendengar perkataan Ni El barusan, bibirku terasa bergetar kecil dan detak jantungku terasa semakin cepat setiap detiknya. Perasaan aneh perlahan menyerang hatiku, perasaan yang tidak seharusnya aku rasakan pada Ni El. Aku kecewa padanya. Eugene menggeleng kecil lalu membuka mulutnya"tidak, itu akan semakin menyusahkan Sophie!" Tolaknya tanpa berpikir panjang.
Mataku berputar canggung berusaha mengabaikan pandangan serta bisikan semua orang di sekelilingku. Aku melangkah cepat dengan kepala tertunduk dan rambut panjang terurai menutupi wajahku. Setelah artikel tentang hubungan palsuku dengan Eugene tersebar, banyak pesan dan telfon membanjiri ponselku. Mulai dari nomor yang aku kenal, sampai yang tidak ku kenal. Namun yang membuat hatiku tidak tenang, bukanlah pesan atau telfon yang membanjiriku itu. Aku menatap ponselku semalaman penuh harap, entah mengapa... aku berharap Ni El menghubungiku. Namun, seberapa panjang penantianku, pesan atau telfon darinya tak kunjung datang. Tangan lembut Eugene meraih tanganku cepat, membuatku menoleh menatapnya lurus. Eugene tesenyum cerah, menggenggam erat tanganku sambil melangkahkan kakinya sejajar dengan langkahku. Senyum kecil perlahan tersungging di ujung bibirku, tangan hangat Eugene yang menggenggam erat tanganku juga membawa kehangatan bagi hatiku. Eugene menunduk kecil mendekatkan bi
Aku melangkahkan kakiku pelan menyusuri jalan sepi menuju Rumahku. Angin musim semi yang berhembus malam itu, terasa menusuk bagaikan angin musim dingin. Suasana hatiku membuat semuanya terasa dingin. Nafas kecil terhembus dari mulutku cepat, tiba - tiba suara familair terdengar membuatku mengangkat pandanganku lurus.Ni El berdiri menatapku yang berjalan dengan langkah lesu dan kepala tertunduk. Nafas kecil yang terhembus dari mulutku membuatnya tersenyum kecil, membuka mulutnya geli“apa hidupmu sesusah itu?” Mata kami bertemu dalam hitungan detik. Entah kenapa senyum kecil langsung tersunging perlahan menghiasi bibirku.000Ni El duduk canggung di sofa ruang tengah Rumahku, melihat ke sekeliling canggung. Matanya meneluasuri setiap sudut Rumah kecil di atas atap gedung Rumah Susun. Aku datang dengan dua kaleng bir di tanganku, menjatuhkan diriku santai di atas sofa. Ni El bergeser pelan memperbaiki posisi duduknya, membuka mulutnya memulai pembicaraan
Aku duduk terdiam menatap sekeliling Ruang Rapat, yang di penuhi wajah tidak familiar canggung. Keringat dingin mulai membasahi keningku dan telapak tanganku mulai terasa basah. Jajaran wajah penting terlihat memenuhi Ruang Rapat siang itu, ini adalah rapat perdana proyek kolaborasi Soul Fashion Week tahun ini. Setiap orang mengenakan setelan jas rapi, mereka saling berjabat tangan, bertukar kartu nama, dan berbincang ringan. Suasana ini terasa sangat tidak nyaman bagiku. Tiba - tiba pintu Ruang Rapat terbuka lebar menunjukkan Ni El dan Eugene yang berjalan masuk dengan Eun Kyung di belakang keduanya. Semua orang di dalam Ruang Rapat pun langsung membungkuk kecil memyambut kedatangan mereka, beberapa dari mereka mengulurkan tangan menjabat tegas tangan Ni El dengan senyum lebar mengiasi bibirnya. Dalam hitungan detik, suasana Ruang Rapat menjadi sangat hening dan serius. Ni El melangkahkan kakinya naik ke atas podium, ia membenarkan dasinya sambil berdeham kecil sebe
Aku langsung mengayunkan kakiku cepat, menendang keras kaki Ni El begitu saja. Pria itu langsung menjatuhkan garpu di tangannya sambil berteriak kecil kesakitan atas tendanganku. Semua mata langsung tertuju pada Ni El, membuatnya menunduk kecil menyembunyikan wajahnya yang terlihat memerah. Aku langsung menunduk dalam menyembunyikan wajahku sambil menahan tawa puasku, melihat Ni El yang tampak salah tingkah sambil membungkuk kecil meminta maaf pada semua orang di dalam Restoran itu.000Aku duduk sambil tertawa kecil menikmati siaran komedi televisi yang bermain di depan mataku. Getar panjang dari ponselku, membuatku menglurukan tangan meraba - raba sekeliling sofa dengan mata masih terpaku pada layar televisi. Aku menunduk kecil melihat layar ponselku, mataku langsung melebar dan aku menegakkan tubuhku cepat sebelum mengetuk layar ponselku, menempelkan kotak kecil itu ke depan telinga. Mataku melirik kecil"hallo?" Sapaku hati - hati.Suara nafas besar t
Tanggal terselenggaranya Seoul Fashio Week yang semakin dekat, membuat persiapan yang kami lakukan semakin banyak. Waktu kami untuk bermain - main semakin sedikit dan pekerjaan yang harus kami selesaikan semakin menumpuk.Aku menjatuhkan kepalaku lemas ke atas meja sambil mengerang lelah. Waktu terasa cepat berputar membuatku tidak menyadari Matahari telah terbenam, Bulan telah bersinar indah, dan Bintang - bintang telah menghiasi langit.Seluruh anggota timku berjalan melewatiku sambil melambai dengan bahu tertunduk lelah dan langkah yang terlihat lemas. Setelah melamabaikan tanganku dengan senyum yang di paksakan, aku kembali menjatuhkan diriku lemas mengisi tenagaku sebelum kembali melanjutkan sisa tugasku.000Ni El memandang ke sekeliling tersadar setelah sekian lama fokus pada layar komputernya. Matanya melebar melihat sekeliling kantor yang sudah gelap gulita, ia memutar lengannya melihat jam yang melingkar. Pria itu berkedip kecil melihat waktu ya
MUSIM HUJAN. JAKARTA.Aku selalu duduk menattap keluar jendela setiap kali hujan turun. Melihat titik air yang perlahan membasahi tanah selalu mengingatkanku pada Ibuku. Karena itu, aku membenci hujan.Setiap kali Musim Hujan tiba, ibuku akan mengeluarkan perlatannya dari Gudang dan duduk membuat lilin dengan berbagai aroma yang menenangkan. Aku pun selalu duduk di samping ibuku, melihat apa yang ia kerjakan dengan senyum dan tatapan kagum akan hasil tangannya yang bagiku sangat menakjubkan itu.Suatu hari, ketika hujan turun, kami duduk bersama seperti seharusnya. Ibuku menoleh dengan wajah berseri"Sophie, apa kau ingin coba membuatnya sendiri?" Tanya Ibuku lembut.Pertanyaan yang ibuku tanyakan hari itu, langsung membuat senyumku mengembang cerah dan aku pun mengangguk kuat menyetujui tawaran itu.Hari itu, adalah hari pertama aku menciptakan aromaku sendiri.000Setiap musim hujan datang membuat lilin menjadi tradisi kecilku dan Ibu. Hingga suatu hari, pujian yang keluar dari mulu