Share

Klub Malam

Auteur: Mommykai22
last update Dernière mise à jour: 2025-02-05 09:36:25

"Mana Kak Tama? Kartu Kak Hanna sudah dikembalikan?" 

Gio menatap cemas pada Hanna yang akhirnya kembali ke kamarnya. Hanna yang sudah biasa menahan perasaannya pun mengangguk. 

"Sudah dikembalikan sama Kak Tama," dusta Hanna menenangkan Gio.  

"Syukur, Kak. Kalau kartunya belum dikembalikan, bagaimana mau bayar rumah sakit." 

Hanna ingin menangis lagi mendengarnya, tapi ia hanya mengacak ringan rambut adiknya itu. 

"Bagaimana membayar rumah sakit itu bukan urusanmu, Gio. Itu urusan Kak Hanna. Tapi karena sudah malam, kau tidur dulu ya. Kakak lupa Kakak masih ada urusan." 

"Tapi Kakak kan baru datang. Temani Gio tidur dulu!" 

Hanna terdiam sejenak. Hanna benar-benar harus mencari Tama, tapi Hanna juga tidak tega meninggalkan Gio. Hanna pun akhirnya tersenyum singkat dan mengangguk. 

"Tentu! Kakak akan menemani Gio tidur dulu baru Kakak pergi ya." 

Gio mengangguk patuh dan segera berbaring di ranjangnya. Hanna pun menatap teman sekamar Gio di sana dan menunduk sopan. 

Gio dirawat di kamar yang berisi beberapa pasien dalam satu kamar. Kebetulan hari itu, yang terisi hanya dua ranjang. 

Sambil menatap langit-langit kamar, Gio terus mengerjapkan matanya, tapi bukannya tidur, Gio malah bercerita. 

"Kakak tahu, kemarin teman Gio bisa lari lima putaran lapangan sekolah. Cepat sekali seperti flash. Gio lari satu putaran sudah mau pingsan," seru Gio dengan polosnya. 

"Kalau Gio rajin minum obat, Gio juga bisa lari seperti flash ya? Biar nanti Gio bisa kejar Kak Tama kalau Kak Tama lari-lari ...." 

Hati Hanna miris mendengarnya. Di umurnya yang sudah sembilan tahun, Gio sudah mengerti banyak hal. Gio juga sudah mengerti bahwa ia punya sakit jantung yang membuatnya mudah lelah. 

Namun, Gio tidak benar-benar paham betapa bahaya penyakitnya dan Gio juga masih ada di umur yang sangat antusias untuk terus bergerak aktif serta mencoba banyak hal. 

Itulah yang membuat Hanna berusaha keras, sangat keras untuk membuat Gio bisa merasakan masa kecil yang normal dan bahagia seperti anak lainnya. 

Hanna pun membelai sayang kepala adiknya itu dan mendaratkan kecupan sayang di dahinya. 

"Bisa, Sayang. Bisa. Gio pasti bisa lari kencang seperti flash. Bahkan, besok besar, Gio bisa menjadi atlet lari." 

Tatapan Gio berbinar-binar. "Lari putar lapangan sepak bola seperti di YouTube!" 

Hanna mengangguk. "Tentu, Sayang! Tentu! Tapi sekarang Gio tidur dulu ya agar tenaga Gio cepat pulih dan Gio cepat sembuh." 

"Okee, Kak!" sahut Gio yang langsung memejamkan matanya dan begitu cepat terlelap. 

Hanna menghapus air matanya, tidak ada waktu untuk menangis lagi dan Hanna pun segera pergi dari rumah sakit menuju ke sebuah klub malam di sudut kota, klub malam elit tempat Tama biasa menghabiskan uangnya. 

Hanna masuk ke klub itu dan ia pun langsung disambut oleh suara musik yang sangat keras, pencahayaan yang remang-remang, dan suasana yang sama sekali tidak Hanna sukai. 

Bahkan jeduk jeduk musik di sana membuat jantung Hanna makin menghentak tidak karuan, tapi ia tetap harus mencari Tama karena Tama membawa semua uang yang ia punya. 

"Gelap sekali! Bagaimana aku bisa menemukan Tama di sini?" 

"Semoga aku menemukannya, ya Tuhan! Aku benar-benar tidak tahu harus mencari di mana kalau dia tidak di sini!"  

Hanna melangkah sambil mengedarkan pandangan ke sekelilingnya.

"Maaf, permisi!" ucap Hanna tanpa henti setiap kali ia menabrak seseorang. 

Hanna pun terus melangkah sampai akhirnya ia melihat sosok pria yang ia cari. Pria tinggi dengan pakaian kasualnya yang acak-acakan. Tama terlihat sedang minum sambil tertawa bersama beberapa pria lainnya dan kemarahan Hanna pun membuncah melihatnya. 

Tanpa mempedulikan apa pun, Hanna menghampiri Tama dan menarik tubuh Tama menghadap ke arahnya. 

"Kembalikan uangku, Sialan!" geram Hanna cukup keras sampai beberapa orang langsung menoleh menatapnya. 

Beberapa teman Tama pun kaget, tapi mereka langsung saling melirik melihat wanita cantik di samping Tama. 

"Wow, apa kau tidak mau mengenalkan wanita cantik ini pada kami, Tama?" 

Tama sendiri kaget melihat Hanna, tapi ia langsung mengibaskan tangannya. 

"Jangan yang ini! Yang ini macan galak! Minggir dulu! Biar aku yang mengatasinya!" 

Teman Tama hanya tertawa, sebelum mereka pergi meninggalkan Tama, sedangkan Tama langsung menatap adiknya itu. 

"Aku tidak percaya kau menyusulku sampai ke sini, Hanna! Bukankah kau adalah wanita yang paling suci yang tidak mau masuk ke tempat seperti ini, hah?" 

"Jangan banyak bicara! Kembalikan uangku dan kartu ATM-ku! Di mana hatimu, hah? Gio sedang ada di persimpangan hidup dan mati setiap kali penyakitnya kambuh, tapi kau malah membawa pergi semua uang yang sudah kutabung untuknya!" bentak Hanna yang suaranya tertelan oleh kerasnya musik di sana. 

"Hei! Hei! Bukan hanya Gio yang butuh uang, aku juga kakakmu! Mengapa kau hanya peduli pada Gio?"

"Kakak? Kau ingat kalau kau kakakku? Seharusnya kau yang berjuang untukku, bukan hanya bisa menyusahkan aku! Dan apa? Kau butuh uang? Cari saja sendiri! Bekerja sana! Jangan hanya tahu menghabiskan uang dengan cara seperti ini! Kau hanya beban keluarga!" 

"Jaga mulutmu, Hanna! Kau mau kutampar, hah? Tapi sial! Baiklah, uangnya sudah habis jadi aku hanya akan mengembalikan kartumu! Aku masih pengertian dengan tidak mengambil semuanya, tapi aku mau berpesan padamu, jangan bodoh, Hanna! Mana ada orang jaman sekarang yang masih memakai tanggal lahir sebagai pin ATM? Itu terlalu mudah." 

Tatapan Hanna goyah mendengarnya. Ya, memang Hanna adalah wanita bodoh yang masih sangat jadul. Namun, ia menolak dihina oleh kakaknya itu. 

"Itu bukan urusanmu, Dasar Pria Brengsek!" 

"Ck, kau benar-benar macan menyebalkan! Tapi baiklah, ambil kembali kartumu, Adikku Sayang!" 

Tama memberikan kartu Hanna dan Hanna langsung meraihnya kasar. Tama pun tersenyum miring sambil menarik tengkuk Hanna lalu mendaratkan bibirnya ke pelipis Hanna sampai Hanna menarik mundur kepalanya dengan jijik. 

"Dasar menjijikkan! Jangan menyentuhku!" 

"Itu tandanya aku menyayangi adikku kan? Terus hasilkan banyak uang untukku juga ya! Sampai jumpa!" 

Tama melambaikan tangannya dan langsung melangkah santai pergi dari sana bersama teman-temannya sampai Hanna hanya bisa menatap punggung itu dengan begitu lelah. 

"Sial! Pergi saja dari hidupku kalau kau hanya bisa menyusahkan aku, Tama! Brengsek!" geram Hanna tertahan.

Hanna pun langsung menyimpan kartunya dan berniat pergi dari sana saat mendadak suara seorang pria terdengar. Suara berat yang membuat debar jantung Hanna memacu makin tidak karuan. 

"Baru saja menikah tapi kau sudah selingkuh dariku, Hanna?" 

**

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Related chapter

  • Gairah sang Pengganti: Berbagi Suami dengan Bosku    Sebotol Obat

    Louis meneguk minumannya di sebuah klub malam itu. Pikirannya kusut, rasanya ia hampir gila setelah menjadi pria brengsek yang beristri dua. Bahkan, dalam mimpi pun, Louis tidak pernah membayangkan akan punya dua istri. Louis mencintai Indira hingga ia tidak peduli sekalipun wanita yang sudah dinikahinya selama tiga tahun itu divonis mandul. Tapi sialnya, ambisi Indira untuk punya anak demi mendapat warisan membuat semuanya kacau seperti ini. "Seharusnya sejak awal aku tegas dan menolak pernikahan ini!" geram Louis sambil kembali meneguk minumannya sampai tandas. Baru saja Louis akan memanggil pelayan untuk mengisi lagi gelasnya saat ia melihat seorang wanita yang familiar di meja sudut. Cahaya remang-remang membuat tatapannya tidak jelas, tapi entah mengapa Louis masih bisa mengenali wanita itu. Hanna. Tidak sendiri, tapi bersama seorang pria yang memberikan sebuah kartu padanya. Louis pun makin membelalak saat melihat pria itu memeluk dan mencium pelipis Hanna. "Indira b

    Dernière mise à jour : 2025-02-07
  • Gairah sang Pengganti: Berbagi Suami dengan Bosku    Gejolak Tidak Tertahan

    "Ingat, malam ini kau harus berhasil, Hanna!" Pesan Indira terus menggema di benak Hanna saat ia sudah berdiri di sudut ballroom hotel mewah milik Mahardhika Group, perusahaan Indira. Malam itu ada acara tahunan yang dihadiri oleh para karyawan dan klien perusahaan.Para tamu pun mulai berdatangan, termasuk seorang pria gagah yang melangkah masuk dengan jas hitam sempurna yang membalut tubuhnya.Aura dingin dan berwibawa yang pria itu pancarkan langsung menyedot perhatian banyak orang dan membuat debar jantung Hanna memacu tidak karuan, apalagi saat tangannya tanpa sengaja menyentuh botol obat di kantongnya. "Maafkan aku, aku juga terpaksa melakukannya," bisik Hanna bergetar. Di sisi lain, Louis sudah disambut banyak kenalannya di sana. Louis mempunyai perusahaan yang berbeda dengan Indira, namun Louis selalu mendukung pekerjaan istri tercintanya."Selamat malam, Pak Louis!" "Selamat malam!" "Senang sekali bertemu Anda di sini." Louis dan beberapa orang terlibat pembicaraan seri

    Dernière mise à jour : 2025-02-12
  • Gairah sang Pengganti: Berbagi Suami dengan Bosku    Masih Perawan

    Hanna melangkah begitu cepat menuju ke kamar Indira, tempat Indira sudah menunggunya di sana. Tangan Hanna masih gemetar dan napasnya masih sangat tersengal, tapi Indira malah tersenyum puas mendengar laporan Hanna. "Bagus, Hanna. Kau juga sudah menyampaikan pesanku kalau aku tidak enak badan kan?" "Aku sudah melakukannya seperti yang Anda perintahkan, Bu." "Baiklah, sekarang kau tinggal menunggunya di sini. Dia akan ke sini dan melampiaskan hasratnya, jadi layani dia dengan baik!" Hanna menahan napasnya sejenak mendengar kata melayani, tapi ia mengangguk. "Aku ... mengerti, Bu." "Aku akan meninggalkanmu dan kembali ke pesta karena pasti banyak orang mencariku saat ini." Indira pun segera melangkah ke arah pintu, tapi sebelum ia keluar, Indira mematikan semua lampunya sampai Hanna tersentak kaget. "Bu Indira ... lampunya ...." "Yang kau butuhkan hanya benihnya, dia tidak perlu melihat wajahmu!" ucap Indira, sebelum wanita itu keluar dan menutup pintunya rapat-rapat. Hanna sam

    Dernière mise à jour : 2025-02-13
  • Gairah sang Pengganti: Berbagi Suami dengan Bosku    Meminta Uangnya

    Louis benar-benar mematung sejenak merasakan perawan untuk pertama kalinya. Pertahanan Hanna sulit ditembus, sangat berbeda dengan Indira ketika mereka melakukan malam pertama.Napas Louis memburu. Sensasi yang baru saja ia rasakan seolah membekukan otaknya sesaat. Mustahil wanita murahan seperti Hanna masih perawan!Hanna sendiri sudah meneteskan air matanya karena rasa sakit yang menyiksa yang mencabik-cabik dirinya, tapi ia tidak bisa membiarkan Louis berhenti sampai ia berhasil mendapatkan benih pria itu. "Jangan berhenti, Pak! Kumohon..." lirih Hanna dengan tidak tahu malu. Louis ingin sekali mengumpati Hanna. Sisa kewarasannya pun mendesak ia mengakhiri semua--hentakan ini. Tapi sial! Ia sudah terlanjur masuk terlalu jauh. Tubuhnya sudah tenggelam dalam gairah yang tidak bisa dihentikan. Dan saat ia sudah berhasil menembusnya, ia tidak bisa berhenti begitu saja."Ini semua salahmu, Hanna!"Dan, memenangkan hasrat kelelakiannya, Louis melanjutkan gerakannya yang tadi sempat te

    Dernière mise à jour : 2025-02-19
  • Gairah sang Pengganti: Berbagi Suami dengan Bosku    Tinggal Bersama

    Indira masih duduk sendirian di ruang tamu rumahnya pagi itu. Rumahnya begitu sepi karena Louis belum pulang. Tentu saja Indira tahu di mana suaminya berada. Ya, Louis menghabiskan malam bersama Hanna. Bukan hal yang menyenangkan bagi Indira, tapi ini adalah rencananya sendiri. Jika ingin mendapatkan keturunan, Indira harus menyingkirkan egonya dan menerima kenyataan bahwa suaminya akan berbagi ranjang dengan wanita lain.Indira pun masih hanyut dalam lamunannya sendiri saat ponselnya berbunyi dan Indira langsung mengangkat telepon dari Hanna itu. "Bu Indira, aku sudah berhasil tidur dengan Pak Louis. Karena itu, bolehkah aku mendapatkan uang yang Anda janjikan?" Suara Hanna sedikit bergetar, tapi Indira tersenyum puas mendengarnya. "Bagus, Hanna! Aku juga sudah tahu kalau kau berhasil melakukannya semalam. Dan tentu saja aku bukan orang yang ingkar janji. Aku akan memberikan uangnya." Mendengar suara tegas Indira, Hanna pun bernapas lega. Namun, kelegaan itu tidak bertahan lama

    Dernière mise à jour : 2025-03-01
  • Gairah sang Pengganti: Berbagi Suami dengan Bosku    Hasrat Berbahaya

    Hanna berbaring di tempat tidur yang asing, menatap langit-langit kamar tamu yang terasa begitu dingin dan sunyi.Hanna tidak ingin ada di sini. Ia tidak ingin tinggal serumah dengan Louis dan Indira, tapi lagi-lagi, ia kalah."Ini juga perintah, Hanna! Aku tidak sedang bertanya kau mau atau tidak!" Suara Indira masih terngiang di kepalanya. "Aku harus memastikan kau segera hamil!"Hanna menghela napas panjang, menekan rasa frustrasinya.Bagaimana bisa ia tinggal di rumah pria yang begitu membencinya?Bagaimana bisa ia tidur nyenyak di tempat ini sementara setiap tatapan Louis padanya penuh dengan kemarahan dan penghinaan?Sementara itu, Louis akhirnya pulang ke rumah begitu larut dengan perasaan yang sangat buruk. Louis sengaja pergi karena Indira memaksanya makan malam bersama Hanna. Louis tidak sudi. Louis pun langsung masuk ke kamarnya dan melihat Indira yang sudah berbaring di ranjang dengan gaun tidur seksinya. Darah Louis selalu berdesir melihat istrinya yang seksi, tapi entah

    Dernière mise à jour : 2025-03-02
  • Gairah sang Pengganti: Berbagi Suami dengan Bosku    Kepercayaan Diri Seorang Istri

    Louis dan Hanna masih sama-sama mematung dengan debar jantung yang berkejaran. Keduanya sama-sama terpengaruh dengan kedekatan mereka. Namun, Hanna tersadar duluan dan langsung memalingkan wajahnya. "M-maafkan aku, Pak," ucap Hanna yang langsung bergerak menegakkan dirinya. Louis sendiri tersentak. Untuk sekian detik, sungguh Louis sempat berpikir untuk mencium Hanna lagi, tapi untung saja suara Hanna menyadarkannya dari kekhilafannya. Tanpa aba-aba, Louis pun melepaskan pelukannya dari Hanna dengan kasar sampai Hanna kembali terhuyung. Untungnya, Hanna langsung berpegangan pada meja di sampingnya. "Jadi ini modusmu lagi, hmm? Menyodorkan dirimu agar aku memelukmu? Aku tidak habis pikir dengan semua cara murahanmu ini, Hanna! Kau benar-benar tidak tahu malu!" Hanna menahan napasnya sejenak. Hanna bukan wanita lemah yang hanya bisa pasrah saat dihina dan direndahkan. Hanna pun sudah terus menahan dirinya menghadapi semua hinaan Louis padanya. "Apa hanya ada hal buruk tentang aku

    Dernière mise à jour : 2025-03-03
  • Gairah sang Pengganti: Berbagi Suami dengan Bosku    Penyelamat Dadakan

    "Kau menghilang di pesta kemarin dan aku tidak bisa meneleponmu, Hanna! Terpaksa aku yang melayani Bu Indira di sana." Susan, teman sekantor Hanna langsung menyambut Hanna begitu ia tiba di kantor pagi itu. Hanna berangkat terlalu siang sampai ia tidak sempat mampir ke rumah sakit lagi. "Maafkan aku, aku ada urusan mendadak waktu itu," sahut Hanna beralasan karena Susan juga tidak tahu tentang pernikahannya. "Setidaknya kau harus memberitahuku agar aku tahu harus melakukan apa, Hanna.""Baiklah, maafkan aku. Aku tidak akan mengulanginya." "Hmm, ya sudah. Eh, tapi kau tahu kalau malam itu Pak Louis juga menghilang? Banyak sekali yang menanyakan Pak Louis karena Bu Indira menyambut tamunya sendiri." Hanna memaksakan senyum dan tidak menjawabnya. Susan pun terus mengoceh sendiri dan Hanna hanya mendengarkan omelan temannya itu, sebelum mereka melanjutkan pekerjaan mereka hari itu. Hanna pun bisa bernapas lega karena Indira tidak ke kantor hari itu. Saat jam makan siang, Hanna juga b

    Dernière mise à jour : 2025-03-04

Latest chapter

  • Gairah sang Pengganti: Berbagi Suami dengan Bosku    Manipulatif

    "Kau yakin tidak apa meninggalkan bosmu seperti itu, Hanna?" Martin dan Hanna sudah duduk berdua di kantin rumah sakit. Awalnya Martin sungkan mengajak Hanna makan hanya di "kantin," tapi ia masih punya tanggung jawab yang tidak bisa ia tinggalkan lama-lama. Hanna, yang sejak awal tidak ingin meninggalkan rumah sakit, merasa cukup lega bisa makan dengan tenang di kantin rumah sakit yang sederhana ini. Setidaknya, ia tidak merasa terlalu terikat dengan suasana formal."Ah, tidak apa, Dokter," jawab Hanna, mencoba terdengar santai. "Seperti yang kubilang tadi, dia ... hanya mampir. Dia juga buru-buru.""Begitu ya?" Martin menyimpulkan sambil mengunyah. "Tapi dia bos yang sangat baik, Hanna. Masih sempat mampir di tengah kesibukannya. Kau beruntung punya bos seperti itu."Hanna memaksakan senyuman, tapi hatinya terasa berat. Martin terus saja memberikan pujian, yang sepertinya tak ada habisnya."Dia peduli pada karyawannya," lanjut Martin tanpa menyadari ketegangan yang mulai dirasakan

  • Gairah sang Pengganti: Berbagi Suami dengan Bosku    Pertama Kali Membohonginya

    "Ke mana kita ini? Sepertinya salah jalan!" "Haha, ini menuju ruang operasi!" "Ya ampun, benar-benar salah jalan." Linda dan temannya baru saja akan menjenguk orang di rumah sakit saat mereka salah jalan dan malah melangkah ke arah ruang operasi. Mereka pun berniat berbalik arah saat Linda melihat seseorang yang familiar di depan ruang tunggu operasi. "Eh, itu seperti menantuku, siapa yang bersamanya itu?" seru Linda yang posisinya tidak terlalu jauh dari Louis. Linda bisa melihat Louis yang sedang menghampiri seorang wanita dan memberikan sesuatu untuk wanita itu. "Siapa? Louis Sagala suami Indira itu?" tanya temannya. Linda berdecak. "Ck, anakku hanya satu, menantuku ya jelas hanya satu juga!" "Ah, kau tidak menghitung istri Joseph ya." "Cih, dia bukan anakku! Tapi ayo kita sapa dia dulu!" Baru saja Linda melangkah mendekati Louis dan berniat menyapanya, tapi sedetik kemudian, ia menghentikan langkahnya saat ia mengenali wanita yang bersama Louis. "Ya Tuhan, itu kan Han

  • Gairah sang Pengganti: Berbagi Suami dengan Bosku    Seseorang yang Melihatnya

    Louis masih terdiam menatap Hanna. Sekalipun ia kesal pada penolakan Hanna, nyatanya kemarahan wanita itu tidak membuatnya mundur."Kau benar-benar keras kepala, Hanna! Dengar ya! Aku di sini bukan untuk bertengkar denganmu, aku membawakanmu makanan, jadi lebih baik kau makan dengan patuh saja!" "Ini bukan di kantor, mengapa aku harus menuruti Anda? Aku tidak mau makan!" "Sial, Hanna! Bisakah kau tidak membantahku? Kau belum makan sejak tadi, kau mau adikmu sembuh tapi kau yang sakit, hah? Apa susahnya menerima makanan dariku?" Tatapan Hanna goyah menatap Louis, ia tidak mengerti apa yang sedang Louis lakukan sekarang, marah tapi juga seolah peduli padanya. "Bisakah Anda tidak usah berpura-pura peduli padaku, Pak? Aku ini hanya pembohong dan wanita murahan, aku makan atau tidak, itu tidak ada hubungannya dengan Anda!" Louis kehabisan kata-kata. Ada apa dengan wanita itu yang mendadak mengaum seperti singa dan terus mengungkit kesalahan Louis? Namun, Louis juga tidak akan merenda

  • Gairah sang Pengganti: Berbagi Suami dengan Bosku    Penolakan Tidak Terduga

    "Hanna, bagaimana?" Suara Susan yang berlari di koridor membuat Hanna menoleh. Hanna langsung tersenyum melihat sahabatnya di sana. "Susan!" Susan buru-buru ke rumah sakit begitu jam istirahat tiba agar ia bisa menjenguk Gio yang dioperasi, tapi ternyata operasinya belum selesai. "Bagaimana di dalam?" tanya Susan yang sudah duduk di samping Hanna. "Aku belum tahu, operasinya belum selesai padahal ini sudah tiga jam berlalu. Aku sampai tidak bisa bernapas lega." "Oh, sabar, Hanna! Semuanya akan baik-baik saja, aku yakin itu." "Terima kasih, Susan." "Tapi apa kau sudah makan? Ayo kita makan bersama!" Hanna menggeleng. "Aku tidak bisa makan. Perutku mual dan aku sama sekali tidak lapar. Aku terlalu tegang, Susan." Susan mendesah. "Ya ampun, aku paham, Hanna. Tapi kau harus makan sedikit, kau bisa lemas kalau seperti ini!" "Nanti saja! Aku mau menunggu dokter keluar." Susan terdiam sejenak sebelum bertanya, "Berapa lama seharusnya operasinya berlangsung?" "Empat sampai enam j

  • Gairah sang Pengganti: Berbagi Suami dengan Bosku    Pertama Kali Ingin di Sampingnya

    Hanna menggenggam tangan Gio erat saat para perawat mendorong ranjang rumah sakit ke arah ruang operasi pagi itu. Hanna melangkah di sampingnya. Tubuh kecil itu terbaring dengan wajah tegang. Hanna sendiri juga tegang, tapi sebisa mungkin, Hanna menenangkan adiknya itu. "Kak Hanna ...." Suara Gio lirih dan bergetar. "Jangan takut ya, Sayang. Ada Uncle Dokter yang akan menjaga Gio di dalam." "Kak Hanna boleh ikut masuk saja? Temani Gio ...." "Tidak bisa, Sayang." Mata Hanna memanas. "Kakak tidak boleh masuk ke ruang operasi, tapi semuanya akan baik-baik saja ya." Air mata Hanna sudah mau jatuh, tapi Hanna menahannya. Mengantar adiknya yang masih kecil ke ruang operasi sangat mematahkan hatinya. Tidak ada yang bisa memastikan apa yang akan terjadi di dalam ruang operasi nanti, apalagi yang dioperasi adalah jantung Gio. Tapi hanya ini satu-satunya jalan untuk Gio bisa bertahan. Selama di rumah sakit sendiri, kondisi Gio naik turun, dan Hanna percaya ini yang terbaik.Hanna pun sud

  • Gairah sang Pengganti: Berbagi Suami dengan Bosku    Alasan yang Sesungguhnya

    "Eh, mana Hanna?" Samuel dan Louis akhirnya keluar dari ruang kerja menjelang siang itu dan Samuel pun langsung mencari Hanna di meja Refi. Baru saja Refi akan menjawabnya, tapi Louis sudah menyelanya duluan. "Untuk apa kau mencarinya, Samuel? Itu tidak penting!" geram Louis. "Tidak ada, hanya ingin menyapanya saja. Tapi apa kau sadar kalau kau sangat aneh, Kak? Sejak kemarin kau aneh, sekarang pun kau aneh. Memangnya ada apa dengan Hanna sampai kau terlihat sangat membencinya?" Louis mengembuskan napas panjangnya. "Siapa yang membencinya? Jangan berpikir yang tidak-tidak!" "Haha, benarkah? Mama sangat menyukainya, Kak." "Ck, Mama baru bertemu dengannya satu kali, Mama belum mengenalnya. Kita tidak boleh melihat orang dari penampilannya saja!" "Apa maksudnya?" "Tidak ada! Tapi ayolah, kita makan siang bersama!" ajak Louis yang langsung membawa Samuel bersamanya. Refi yang mendengarnya sampai merasa tidak enak hati."Apa Hanna pernah memberitahu Bos alasannya menerima tawara

  • Gairah sang Pengganti: Berbagi Suami dengan Bosku    Kau Tidak Pantas Untuknya

    "Samuel?" Suara Louis terdengar saat Hanna dan Samuel masih saling bertatapan sambil melempar senyum. Sontak keduanya kaget dan menoleh ke arah Louis. "Kak Louis!" sapa Samuel yang langsung meninggalkan Hanna dan menghampiri kakaknya itu. "Mengapa kau kemari?" tanya Louis tiba-tiba dengan begitu tajam sampai Samuel mengernyit mendengarnya. "Hei, mengapa kau bertanya begitu? Apa sekarang aku tidak boleh ke sini, hah?" Louis menatap Samuel sejenak sambil mengembuskan napas panjangnya. Emosinya pada Hanna membuat sikapnya menjadi menyebalkan pada adiknya itu. "Ah, bukan begitu. Aku hanya terkejut. Maafkan aku, tapi tunggulah di dalam dulu, kita mengobrol sebentar lagi, setelah aku menyelesaikan urusanku sebentar! Refi, temani Samuel!" "Ah, baik, Bos!" Refi segera menemani Samuel masuk ke dalam ruang kerja Louis, sedangkan Louis langsung meraih lengan Hanna dan menyeretnya kasar. "Pak, apa-apaan?" pekik Hanna sambil mengikuti langkah cepat Louis agar tidak ada karyawan lain yang

  • Gairah sang Pengganti: Berbagi Suami dengan Bosku    Kedatangan yang Tidak Disukai

    Hanna tidak pernah menyangka kedatangannya ke sini akan membuat Louis marah besar, padahal ia hanya menjalankan perintah bosnya. Hanna pun begitu tegang saat Louis dan Samuel saling bertatapan di hadapannya sampai Hanna jadi sungkan sendiri. "Ah, maaf, Pak. Permisi! Tidak apa ... maksudku ... aku memang harus pulang sekarang, aku hanya datang mengantar hadiah dan aku harus kembali ke kantor," seru Hanna akhirnya. Namun, Louis sudah terlanjur marah sampai ia mengembuskan napas kesalnya. "Kalian dengar kan? Dia harus pergi, jadi pergilah, Hanna! Cepat!" Hanna mengerjapkan matanya dan dengan cepat ia mengangguk. "Baiklah! Permisi semua, maaf aku menganggu acaranya!" "Ya ampun, tidak ada yang terganggu, Hanna. Kau benar-benar tidak mau makan sedikit?" Sena mencoba menahan Hanna. Namun, Hanna tetap tersenyum dengan sopan. "Maaf, Bu, lain kali kalau ada waktu lebih, aku akan mampir. Terima kasih. Permisi!" Buru-buru Hanna pergi dari sana sampai Sena begitu kecewa dan langsung melot

  • Gairah sang Pengganti: Berbagi Suami dengan Bosku    Marah Tanpa Sebab

    Hanna menyetir mobil kantor menuju ke sebuah rumah mewah seperti alamat yang diberikan oleh Indira. Untuk sesaat, Hanna menatap rumah besar di depannya, sama mewahnya dengan rumah Indira. "Orang kaya memang beda. Hanya dengan melihat rumahnya saja sudah membuatku merasa kecil." Seorang security langsung menyapa Hanna dan mempersilakan Hanna masuk karena memang sedang ada acara di rumah itu. Terlihat mobil-mobil mewah berjejer di depan rumah sampai membuat Hanna makin menciut. Walaupun sebagai asisten Indira, Hanna sudah terbiasa berinteraksi dengan orang kaya, tapi entah mengapa, jantungnya berdebar kencang saat ini. Sampai akhirnya seorang pelayan mengantarnya ke ruang keluarga, tempat semua orang sedang berkumpul di sana. "Selamat malam semua! Maaf aku menganggu waktunya!" sapa Hanna sopan. Jantungnya masih berdebar kencang menatap begitu banyak orang di sana yang semuanya rupawan, sama seperti Louis. Tatapan Hanna pun dengan cepat bertemu dengan tatapan Louis dan Hanna bisa

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status