Share

Bab 7: Luka dalam Diam

Penulis: perdy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-26 22:23:23

Hari-hari terus berlalu, tetapi beban yang dirasakan Reno semakin berat. Meskipun ia telah mendapatkan pekerjaan sebagai teknisi lepas, penghasilannya tidak cukup untuk menutupi kebutuhan rumah tangga mereka. Reno mulai merasa kehilangan kendali atas hidupnya. Ia adalah seorang suami, seorang pria yang seharusnya menjadi penopang keluarga, tetapi situasi sekarang membuatnya merasa gagal.

Setiap kali ia pulang ke rumah dan melihat Alena yang sibuk dengan kerajinan tangannya, Reno tidak bisa menghindari rasa bersalah yang menghantui. Ia mulai membandingkan dirinya dengan suami-suami lain yang memiliki pekerjaan tetap dan mampu memberi istri mereka kehidupan yang lebih layak.

“Kenapa aku tidak bisa seperti mereka?” pikir Reno dalam hati.

Pada suatu malam, Reno dan Alena duduk bersama di meja makan. Reno tampak gelisah, jarang mengangkat pandangan dari piringnya. Alena, yang mulai menyadari perubahan sikap suaminya, mencoba membuka pembicaraan.

“Ren, apa yang kamu pikirkan? Akhir-akhir ini kamu kelihatan murung,” tanya Alena dengan lembut.

Reno menggeleng pelan, berusaha menghindari tatapan istrinya. “Tidak ada, Lena. Aku hanya lelah.”

Namun, Alena tahu itu bukanlah jawaban yang sebenarnya. Ia menyentuh tangan Reno, mencoba memberinya rasa nyaman. “Kamu tahu, Ren, aku ada di sini untukmu. Apa pun yang kamu rasakan, aku ingin tahu. Kita bisa melewati semuanya bersama, seperti biasa.”

Kata-kata itu seharusnya memberi Reno rasa tenang, tetapi justru membuat hatinya terasa lebih berat. Ia menarik tangannya perlahan, menunduk dengan wajah penuh penyesalan. “Aku tidak seperti biasa lagi, Lena. Aku tidak bisa memberimu kehidupan yang layak. Aku bahkan tidak bisa memastikan kita punya cukup uang untuk kebutuhan sehari-hari. Apa gunanya aku sebagai suami?”

Alena terkejut mendengar Reno berbicara seperti itu. Ia mendekat, memeluk Reno dengan erat. “Kamu adalah suami yang baik, Ren. Jangan pernah meragukan itu. Kita memang sedang berada di masa sulit, tapi itu tidak membuatku berpikir lebih rendah tentangmu. Kamu sudah berjuang sekeras mungkin, dan itu yang penting bagiku.”

Meski Alena berusaha menghibur, Reno tetap merasa ada dinding tak terlihat yang mulai tumbuh di antara mereka. Ia merasa bahwa perjuangan mereka sekarang lebih banyak ditopang oleh Alena daripada dirinya, dan itu melukai harga dirinya sebagai pria. Ia mulai lebih sering menyendiri, menghabiskan waktu di luar rumah lebih lama dengan alasan mencari pekerjaan tambahan.

Namun, di dalam hatinya, Reno mulai merasa hampa. Ia sering berjalan tanpa tujuan di jalanan kota, merenungkan nasibnya yang tidak kunjung membaik. Ia mengingat impian-impian yang dulu pernah ia ceritakan kepada Alena—membelikan rumah yang lebih besar, membawa Alena berlibur, memberikan kehidupan yang layak. Semua itu kini terasa seperti bayangan yang semakin jauh.

Satu malam, ketika Reno pulang larut, Alena menunggunya di ruang tamu. Wajahnya penuh kecemasan, tetapi juga tersirat kelelahan.

“Ren, kenapa kamu pulang selarut ini? Aku khawatir,” tanya Alena, mencoba tetap tenang.

Reno menatapnya dengan mata yang lelah. “Aku hanya butuh waktu untuk sendiri, Lena. Aku tidak ingin pulang dengan membawa semua beban ini.”

“Tapi aku juga ada di sini untuk membantumu. Kamu tidak harus memikul semuanya sendirian. Aku suamimu, Ren. Kita adalah tim,” kata Alena, suaranya bergetar.

Namun, Reno, dalam keadaannya yang penuh emosi, membalas dengan suara yang sedikit meninggi. “Tim apa, Lena? Aku bahkan tidak merasa seperti aku berkontribusi apa-apa! Kamu yang melakukan segalanya sekarang. Aku ini cuma beban untukmu!”

Kata-kata itu menusuk hati Alena. Ia tidak menyangka Reno merasakan hal seperti itu, dan lebih dari itu, menyalahkan dirinya sendiri atas keadaan yang terjadi.

Alena Tetap Bertahan

Meski sakit hati mendengar perkataan Reno, Alena tahu bahwa semua itu lahir dari rasa frustrasi dan keputusasaan yang Reno pendam. Ia menahan air matanya dan mencoba merangkul Reno lagi. “Kita akan keluar dari ini, Ren. Aku tidak pernah menganggapmu sebagai beban. Kamu adalah alasan aku tetap kuat. Tolong jangan pernah melupakan itu.”

Reno akhirnya menangis dalam pelukan Alena, meluapkan segala rasa yang selama ini ia pendam. Meski perasaan rendah dirinya belum sepenuhnya hilang, ia tahu bahwa Alena tidak akan menyerah padanya.

Malam itu, mereka berdua tidur dengan hati yang sedikit lebih tenang, meski masih dibayangi oleh tantangan yang belum selesai. Reno tahu bahwa ia harus menemukan cara untuk bangkit, bukan hanya demi Alena, tetapi juga demi dirinya sendiri.

Namun, dalam benaknya, ia tidak bisa menghindari pertanyaan besar yang terus menghantuinya: “Sampai kapan aku bisa bertahan dalam keadaan seperti ini?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 8: Peluang Tak Terduga

    Pagi itu, Alena sedang duduk di meja makan dengan secangkir kopi yang sudah mulai dingin. Ia menatap layar ponselnya, membuka-buka media sosial untuk mencari inspirasi baru bagi kerajinan tangannya. Di sela-sela aktivitas tersebut, sebuah iklan lowongan pekerjaan menarik perhatiannya.“Perusahaan Adrian Global mencari teknisi dengan pengalaman di bidang permesinan. Gaji menarik, fasilitas lengkap.”Alena membaca deskripsi lowongan itu dengan seksama. Perusahaan Adrian Global adalah salah satu perusahaan besar yang terkenal di kota mereka. Mendapatkan pekerjaan di sana tentu akan menjadi langkah besar bagi Reno dan keluarga mereka.“Ini mungkin kesempatan yang kita cari,” gumam Alena dengan semangat baru.Tanpa membuang waktu, ia menyimpan detail iklan itu dan segera menunjukkan kepada Reno saat suaminya kembali dari pekerjaannya sebagai teknisi lepas.Ketika Reno tiba di rumah, wajahnya terlihat lelah. Namun, Alena tetap menyambutnya dengan senyuman. Ia tahu, meski Reno sedang dalam t

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 9: Sebuah Langkah Berani

    Sejak Reno menerima panggilan wawancara dari Adrian Global, harapan kecil mulai tumbuh di hati Alena. Namun, ia sadar bahwa hanya mengandalkan peluang Reno mungkin tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka yang terus menumpuk. Dengan segala keberanian, Alena memutuskan untuk ikut mencari pekerjaan di perusahaan yang sama.Suatu pagi, sambil menyeruput teh hangat, Alena membuka laptop dan menelusuri situs resmi Adrian Global. Ia membaca beberapa lowongan pekerjaan hingga matanya tertuju pada sebuah posisi: Asisten Administratif. Persyaratannya terlihat cukup sesuai dengan kemampuan Alena—minimal lulusan SMA, mampu bekerja secara terorganisir, dan memiliki keterampilan dasar dalam komputer.“Mungkin aku bisa mencoba ini,” pikirnya sambil mencatat detail lowongan tersebut.Namun, bayangan tentang kurangnya pengalaman kerja mulai menghantuinya. “Apa mereka akan mempertimbangkan seseorang seperti aku?” pikirnya lagi. Tetapi, mengingat Reno yang sudah melangkah lebih dulu dengan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 10: Awal yang Baru

    Pagi itu, Alena sedang sibuk membuat kerajinan tangan di ruang tengah ketika ponselnya berdering. Ia segera meraihnya dan melihat nama pengirim yang tertera: Adrian Global Recruitment. Jantungnya berdegup kencang, tangan gemetar saat ia menggeser layar untuk menjawab panggilan tersebut.“Selamat pagi, Ibu Alena. Saya Rina dari Adrian Global. Kami ingin memberi tahu bahwa Anda diterima untuk posisi Asisten Administratif di perusahaan kami. Selamat!”Alena hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Ia menutup mulutnya dengan tangan, menahan air mata bahagia. “Terima kasih, Bu Rina. Terima kasih banyak atas kepercayaannya. Saya tidak akan mengecewakan,” jawabnya dengan suara bergetar.Setelah panggilan itu berakhir, ia berlari keluar rumah mencari Reno yang sedang memperbaiki motor tua mereka di halaman belakang. Dengan penuh antusias, ia mengabarkan berita baik itu.“Ren! Aku diterima kerja! Aku diterima!” serunya sambil memeluk Reno erat-erat.Reno tertawa lebar dan meme

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 11: Langkah Pertama di Dunia Baru

    Pagi itu, Alena berdiri di depan gedung pencakar langit Adrian Global, mengenakan setelan kerja sederhana dengan tas selempang kecil di pundaknya. Gedung itu menjulang tinggi, dinding kacanya memantulkan sinar matahari pagi yang menyilaukan. Untuk sesaat, Alena merasa kecil dibandingkan kemegahan yang ada di hadapannya.“Ini benar-benar di luar bayanganku,” gumamnya, sambil menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri.Ketika memasuki gedung, Alena disambut oleh suasana profesional yang sangat berbeda dari apa yang pernah ia alami sebelumnya. Lantai marmer yang mengilap, lampu gantung modern, dan aroma kopi yang harum dari kafe kecil di sudut lobi membuat tempat itu terasa seperti dunia lain. Para karyawan berlalu-lalang dengan langkah cepat, mengenakan pakaian formal dan memegang gadget canggih.“Selamat pagi, Ibu Alena,” sapa seorang resepsionis dengan senyum ramah. “Ruangan Anda ada d

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-27
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 12: Pertemuan Pertama yang Menggetarkan

    Hari itu, Alena tiba di kantor dengan semangat yang lebih tinggi dari biasanya. Ia telah mulai terbiasa dengan lingkungan Adrian Global, meski masih banyak hal yang harus ia pelajari. Namun, suasana hari itu terasa berbeda. Ada bisik-bisik di antara karyawan di lantai tempatnya bekerja.“Adrian akan datang ke lantai ini hari ini,” kata Rina dengan nada setengah berbisik saat melewati meja Alena.Alena menoleh dengan kaget. “Maksudmu Adrian? Pemilik perusahaan ini?” tanyanya.Rina mengangguk. “Iya. Dia biasanya jarang turun langsung, tapi kalau dia datang, itu berarti ada hal penting. Dia tipe pemimpin yang sangat detail dan terorganisir, tapi juga tidak segan menegur kalau ada kesalahan.”Alena merasa gugup. Nama Adrian bukan hanya terpampang di logo perusahaan, tapi juga dikenal sebagai salah satu pebisnis paling sukses di negara itu. Sosoknya sering muncul di berita,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 13: Bayangan Dingin Adrian

    Hari-hari berikutnya di kantor terasa berbeda bagi Alena. Setelah pertemuan pertamanya dengan Adrian, ia berpikir bahwa mungkin pria itu akan lebih memperhatikannya atau setidaknya mengenali keberadaannya. Namun, yang terjadi justru sebaliknya.Adrian tampak semakin dingin, seolah-olah perbincangan mereka sebelumnya tidak pernah terjadi. Saat melewati meja Alena, ia bahkan tidak menoleh sedikit pun. Jika dulu Alena bisa menangkap tatapan pria itu secara tidak sengaja, kini Adrian nyaris tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia mengenalnya lebih dari sekadar pegawai biasa.Alena mencoba meyakinkan dirinya bahwa ini hal yang wajar. “Dia atasanmu. Tidak ada alasan baginya untuk terus memperhatikanmu.” Namun, jauh di lubuk hatinya, ia tidak bisa menahan perasaan kecil dan tidak berarti setiap kali diabaikan seperti itu.Suatu hari, saat makan siang di kantin bersama rekan-rekan kerja, Alena tidak bisa menyembunyikan kegelisahannya.“Kamu kelihatan murung, Alena,” ujar Rina, salah satu senio

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 14: Getaran yang Tak Disadari

    Suatu sore, ketika Alena sedang bersiap-siap untuk pulang, ia menerima pesan dari sekretaris Adrian yang memintanya mengantarkan laporan mendesak ke ruang rapat. Dengan cepat, ia membawa dokumen yang diminta dan menuju lantai atas.Saat ia sampai, ruang rapat sudah hampir kosong. Hanya ada Adrian yang masih duduk di kursinya, membaca sesuatu di layar laptopnya.Alena ragu-ragu sejenak sebelum mengetuk pintu. “Permisi, Pak. Ini laporan yang diminta.”Adrian mengangkat kepalanya, menatapnya dengan ekspresi sulit ditebak. Lalu, untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ia berbicara lebih dari sekadar satu atau dua kata.“Kamu yang mengetik laporan ini?” tanyanya sambil mengambil berkas dari tangan Alena.Alena mengangguk. “Ya, Pak. Saya mencoba menyusunnya sejelas mungkin.”Adrian membaca laporan itu sebentar, lalu mengangguk kecil. “Bagus. Kamu teliti.”Itu hanya pujian singkat, tetapi entah kenapa dada Alena terasa hangat mendengarnya.Namun, sebelum ia sempat mengatakan apa pun, Adri

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 15: Perhatian yang Tak Terduga

    Hari itu, suasana kantor terasa lebih sibuk dari biasanya. Alena duduk di mejanya, fokus menyelesaikan laporan keuangan yang diminta oleh atasannya. Sejak hari pertama bekerja, ia telah berusaha sebaik mungkin untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Nadine, rekan kerja yang ramah, telah banyak membantunya dalam memahami budaya perusahaan.Salah satu tugas yang diberikan kepadanya adalah menyusun laporan anggaran bulanan untuk Adrian, sang CEO. Meski awalnya merasa gugup, Alena tetap berusaha memberikan yang terbaik. Ia membaca kembali data yang dikumpulkannya, memastikan setiap angka dan detail tersusun rapi sebelum akhirnya mengirimkannya ke meja Adrian.Tak lama setelah itu, telepon di mejanya berdering. Dengan sedikit ragu, ia mengangkatnya."Alena, bisa ke ruangan saya sekarang?" Suara berat Adrian terdengar di ujung telepon, tegas dan tak terbaca emosinya.Jantung Alena berdebar. Ini pertama kalinya ia dipanggil langsung oleh Adrian setela

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01

Bab terbaru

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 142

    Dalam sebuah pertemuan bisnis, Adrian memberikan perhatian yang lebih pribadi pada Alena. Ia memastikan untuk memberi pengakuan atas kerja kerasnya, dan meskipun tidak mengungkapkan perasaan secara langsung, Alena merasa ada kehangatan dalam sikap Adrian. Ia sering kali merasakan perhatian yang lebih dari sekadar profesionalisme, dan itu membuatnya semakin terikat. "Apakah ini hanya perasaan simpati?" Alena bertanya pada dirinya sendiri. "Atau ada sesuatu yang lebih dalam?" Ia mulai merasa bingung tentang perasaannya yang berkembang lebih jauh dari sekadar rasa kasihan atau simpati.Ruang rapat di lantai 15 gedung Elysium Corp itu dipenuhi dengan eksekutif dari berbagai divisi. Suasana formal terasa kental dengan presentasi dan laporan yang silih berganti dipaparkan. Di tengah atmosfer profesional ini, Alena duduk di samping Adrian, sadar akan kehadirannya yang terasa begitu dekat."Selanjutnya, Ibu Alena akan mempresentasikan laporan keuangan kuartal ini," kata Direktur Utama, member

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 141

    Alena merasa bahwa simpati yang tumbuh dalam dirinya mulai membuatnya semakin terikat pada Adrian. Setiap kali ia melihatnya, hatinya berdebar. Meskipun ia berusaha keras untuk tetap menjaga batas-batas profesional, ia tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa kedekatan mereka semakin kuat. Adrian, meskipun masih menjaga jarak emosionalnya, mulai lebih sering mendekati Alena, baik di kantor maupun dalam pertemuan pribadi. Setiap kali mereka berinteraksi, Alena merasakan semacam koneksi yang lebih dari sekadar hubungan atasan dan bawahan.Minggu-minggu berlalu sejak pembicaraan mereka di taman belakang kantor. Musim semi mulai berganti dengan kehangatan musim panas yang menyenangkan. Dedaunan hijau menaungi jalanan kota, menciptakan bayangan yang menyejukkan di tengah teriknya matahari. Alena mengamati perubahan ini dari balik jendela ruang kerjanya, seraya merenungkan perubahan dalam hidupnya sendiri."Sedang melamun?" Suara Adrian membuyarkan lamunannya.Alena berbalik, mendapati Adrian

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 140

    Beberapa hari setelah percakapan mereka, Alena merasa gelisah. Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak terus memikirkan Adrian. Tentu saja, dia merasa kasihan pada Adrian, tetapi sekarang ada sesuatu yang lebih—sesuatu yang membuatnya merasa ingin melindungi pria itu, meskipun ia tahu bahwa hal itu bisa membawanya ke dalam hubungan yang rumit. Ia bahkan merasa cemas setiap kali Adrian datang untuk bekerja, khawatir akan perasaan yang semakin mendalam ini. "Apa aku bisa terus bekerja dengannya seperti ini?" tanyanya pada dirinya sendiri.Pagi itu, Alena sengaja datang lebih awal ke kantor. Ia berharap bisa menenangkan pikirannya sebelum bertemu Adrian. Kantor yang sunyi memberikannya kesempatan untuk berpikir jernih. Alena duduk di kursinya, menatap tumpukan dokumen yang belum selesai, tapi pikirannya melayang jauh.Sejak Adrian menceritakan tentang masa lalunya, ada sesuatu yang berubah dalam diri Alena. Bukan hanya rasa simpati, tapi juga kekaguman atas ketangguhan pria itu. Adrian te

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 139

    Setelah pengakuan yang begitu emosional dari Adrian, Alena merasa hatinya dipenuhi dengan rasa simpati yang mendalam. Setiap kata yang diucapkan Adrian tentang masa kecilnya membuatnya semakin memahami kompleksitas pria itu. Di sisi lain, perasaan itu mulai membingungkan Alena. Ia merasa seperti sedang terjebak dalam hubungan yang tidak hanya profesional, tetapi juga emosional."Aku hanya ingin dia baik-baik saja," pikir Alena, merasa cemas setiap kali memikirkan luka yang ada dalam diri Adrian. Hal ini mulai mempengaruhi cara ia melihat hubungan mereka—sebuah simpati yang perlahan berkembang menjadi keterikatan yang lebih dalam.Keesokan paginya, Alena terbangun dengan pikiran yang masih berputar pada percakapan mereka semalam. Sinar matahari pagi menembus tirai tipis kamarnya, menciptakan pola-pola cahaya yang menari di lantai kayu. Ia duduk di tepi tempat tidur, memandangi hamparan sawah yang terlihat dari jendela kamarnya."Apa yang sedang kau lakukan, Alena?" bisiknya pada diri s

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 138

    Adrian menarik napas panjang, dan dengan suara pelan ia berkata, "Aku tahu, mungkin aku terlihat dingin dan tak peduli. Tapi itu hanya caraku untuk bertahan. Aku takut jika aku memberikan hatiku sepenuhnya, aku akan terluka lagi."Alena tidak bisa menahan diri untuk tidak berbicara. "Adrian, aku tidak ingin memaksamu untuk membuka dirimu lebih dari yang kau siap. Tetapi aku ingin kamu tahu, bahwa aku di sini, dan aku tidak akan pergi begitu saja."Ada keheningan sesaat sebelum Adrian menatapnya, mata mereka bertemu dengan penuh pengertian yang belum pernah ada sebelumnya.Keheningan itu terasa berat namun hangat, seperti selimut tebal di malam musim dingin. Kedua alam pikiran mereka saling menjelajahi tanpa kata-kata, mencoba memahami dan dimengerti. Cicada bernyanyi di kejauhan, memberikan melodi lembut yang mengiringi momen intim tersebut."Aku sudah lama tidak mendengar kata-kata seperti itu," ucap Adrian akhirnya, matanya masih terpaku pada Alena. Ada kilatan rasa takjub di sana,

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 137

    "Aku merasa terjebak dalam pola itu. Cinta seolah menjadi sebuah jebakan bagi aku," lanjut Adrian. "Aku takut membuka hatiku, takut memberikan kepercayaan sepenuhnya. Aku tak ingin merasakan sakit yang sama lagi. Itu sebabnya aku memilih untuk menjaga jarak. Aku membangun dinding tebal di sekeliling hatiku, tidak memberi ruang untuk orang lain, bahkan untuk orang yang aku sayangi."Alena menatapnya dengan penuh empati. Ia bisa merasakan luka yang dalam di hati Adrian, dan meskipun ia belum sepenuhnya bisa mengerti, ia merasa semakin dekat dengan pria ini.Malam itu, di teras rumah kayu yang menghadap danau, kesunyian menyelimuti mereka. Langit berbintang menjadi saksi bisu pengakuan Adrian yang baru saja terucap. Alena masih diam, membiarkan kata-kata Adrian meresap dalam benaknya."Berapa lama kau hidup seperti ini?" tanya Alena lembut, suaranya nyaris berbisik.Adrian menghela napas panjang. Tatapannya menerawang jauh ke permukaan danau yang berkilauan ditimpa cahaya bulan. "Terlalu

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 136: Luka Masa Lalu

    Adrian menundukkan kepalanya, seolah-olah sedang memeriksa kembali kenangan yang telah lama terkubur. "Aku masih ingat bagaimana rasanya ketika ayahku menghukumku karena hal-hal yang tak pernah aku pahami. Aku selalu berusaha memenuhi ekspektasinya, tetapi tak pernah cukup. Di sisi lain, ibuku selalu menghindar dan akhirnya pergi. Saat mereka berpisah, aku merasa seolah-olah aku telah ditinggalkan dua kali lipat. Itulah yang membuatku percaya bahwa orang yang kucintai, pada akhirnya, akan pergi." Alena menggenggam tangannya erat-erat, berusaha memberikan kenyamanan meskipun kata-kata itu hampir tak tertahankan untuk didengar.Hujan di luar masih turun dengan deras, menciptakan simfoni lembut yang mengisi keheningan di antara mereka. Cahaya lilin yang bergoyang di meja mereka membuat bayangan Adrian menari di dinding, seolah-olah masa lalunya sedang mengelilinginya."Seperti apa dia?" tanya Alena lembut, memecah keheningan. "Ayahmu."Adrian menarik napas dalam-da

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 135: Keterbukaan yang Tak Terduga

    "Aku rasa aku belum menceritakan semuanya," kata Adrian sambil menatap kosong ke luar jendela restoran. "Cinta... itu adalah konsep yang sulit bagi aku. Aku selalu merasa tidak pantas untuk dicintai. Bukan hanya karena ayahku yang kasar atau ibu yang meninggalkanku. Tapi karena setiap orang yang kupercayai, selalu meninggalkanku."Alena merasa ada kedalaman dalam suara Adrian, yang jarang ia dengar sebelumnya. Ia tidak bisa tidak merasa terenyuh oleh keterbukaan Adrian, yang selama ini tampak begitu tegar dan penuh kontrol.Hujan mulai turun di luar, membuat jendela kaca besar itu dipenuhi aliran air yang semakin deras. Suasana restoran yang remang-remang, dengan cahaya lilin yang bergoyang pelan di meja mereka, menciptakan atmosfer intim yang tidak pernah mereka alami sebelumnya."Kenapa kau berpikir seperti itu?" tanya Alena lembut, jemarinya perlahan menyentuh tangan Adrian yang terkepal di atas meja.Adrian menarik napas dalam-dalam. Ada jeda panjang

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 134: Teman

    Alena menunggu dengan sabar."Proyek baru yang kita tangani sekarang—proyek revitalisasi kawasan Kota Tua—ini adalah proyek yang sangat penting bagiku. Bukan hanya karena nilai kontraknya yang besar..." ia ragu sejenak sebelum melanjutkan, "...tapi karena ini adalah impian Elena yang tidak pernah terwujud.""Apa maksudmu?" tanya Alena, terkejut dengan pengungkapan ini."Elena selalu memiliki visi untuk menghidupkan kembali bagian kota yang terlupakan, membawa kembali kehidupan dan keindahan ke tempat-tempat yang telah kehilangan jiwanya." Adrian tersenyum kecil, terlihat tenggelam dalam kenangannya. "Kota Tua adalah salah satu tempat favoritnya di Jakarta. Dia selalu berkata bahwa di balik bangunan-bangunan tua yang melapuk itu, tersimpan jiwa dan cerita yang begitu kaya.""Itu sebabnya kau begitu terobsesi dengan detail-detail proyek ini," gumam Alena, kini memahami mengapa Adrian menghabiskan begitu banyak waktu untuk proyek tersebut.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status