Beranda / Rumah Tangga / Gairah di Balik Tirai Kehidupan / Bab 13: Bayangan Dingin Adrian

Share

Bab 13: Bayangan Dingin Adrian

Penulis: perdy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-31 22:08:30

Hari-hari berikutnya di kantor terasa berbeda bagi Alena. Setelah pertemuan pertamanya dengan Adrian, ia berpikir bahwa mungkin pria itu akan lebih memperhatikannya atau setidaknya mengenali keberadaannya. Namun, yang terjadi justru sebaliknya.

Adrian tampak semakin dingin, seolah-olah perbincangan mereka sebelumnya tidak pernah terjadi. Saat melewati meja Alena, ia bahkan tidak menoleh sedikit pun. Jika dulu Alena bisa menangkap tatapan pria itu secara tidak sengaja, kini Adrian nyaris tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia mengenalnya lebih dari sekadar pegawai biasa.

Alena mencoba meyakinkan dirinya bahwa ini hal yang wajar. “Dia atasanmu. Tidak ada alasan baginya untuk terus memperhatikanmu.” Namun, jauh di lubuk hatinya, ia tidak bisa menahan perasaan kecil dan tidak berarti setiap kali diabaikan seperti itu.

Suatu hari, saat makan siang di kantin bersama rekan-rekan kerja, Alena tidak bisa menyembunyikan kegelisahannya.

“Kamu kelihatan murung, Alena,” ujar Rina, salah satu senio
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 14: Getaran yang Tak Disadari

    Suatu sore, ketika Alena sedang bersiap-siap untuk pulang, ia menerima pesan dari sekretaris Adrian yang memintanya mengantarkan laporan mendesak ke ruang rapat. Dengan cepat, ia membawa dokumen yang diminta dan menuju lantai atas.Saat ia sampai, ruang rapat sudah hampir kosong. Hanya ada Adrian yang masih duduk di kursinya, membaca sesuatu di layar laptopnya.Alena ragu-ragu sejenak sebelum mengetuk pintu. “Permisi, Pak. Ini laporan yang diminta.”Adrian mengangkat kepalanya, menatapnya dengan ekspresi sulit ditebak. Lalu, untuk pertama kalinya setelah sekian lama, ia berbicara lebih dari sekadar satu atau dua kata.“Kamu yang mengetik laporan ini?” tanyanya sambil mengambil berkas dari tangan Alena.Alena mengangguk. “Ya, Pak. Saya mencoba menyusunnya sejelas mungkin.”Adrian membaca laporan itu sebentar, lalu mengangguk kecil. “Bagus. Kamu teliti.”Itu hanya pujian singkat, tetapi entah kenapa dada Alena terasa hangat mendengarnya.Namun, sebelum ia sempat mengatakan apa pun, Adri

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-31
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 15: Perhatian yang Tak Terduga

    Hari itu, suasana kantor terasa lebih sibuk dari biasanya. Alena duduk di mejanya, fokus menyelesaikan laporan keuangan yang diminta oleh atasannya. Sejak hari pertama bekerja, ia telah berusaha sebaik mungkin untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Nadine, rekan kerja yang ramah, telah banyak membantunya dalam memahami budaya perusahaan.Salah satu tugas yang diberikan kepadanya adalah menyusun laporan anggaran bulanan untuk Adrian, sang CEO. Meski awalnya merasa gugup, Alena tetap berusaha memberikan yang terbaik. Ia membaca kembali data yang dikumpulkannya, memastikan setiap angka dan detail tersusun rapi sebelum akhirnya mengirimkannya ke meja Adrian.Tak lama setelah itu, telepon di mejanya berdering. Dengan sedikit ragu, ia mengangkatnya."Alena, bisa ke ruangan saya sekarang?" Suara berat Adrian terdengar di ujung telepon, tegas dan tak terbaca emosinya.Jantung Alena berdebar. Ini pertama kalinya ia dipanggil langsung oleh Adrian setela

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 16: Ketegangan yang Mulai Terbangun

    Hari-hari berlalu dengan cepat sejak Alena mulai bekerja di perusahaan Adrian. Seiring waktu, ia mulai memahami ritme kerja di kantor, menyelesaikan tugasnya dengan lebih cepat, dan membiasakan diri dengan ekspektasi tinggi yang selalu diterapkan oleh atasannya. Namun, ada satu hal yang terus menghantuinya—hubungannya dengan Adrian yang terasa semakin rumit.Adrian, CEO yang dikenal dingin dan tidak mudah didekati, sering kali berbicara dengan nada tajam kepada Alena. Ia tidak pernah berbasa-basi dan selalu langsung ke inti masalah. Meskipun awalnya Alena hanya menganggapnya sebagai bagian dari profesionalisme Adrian, lambat laun ia mulai merasakan ketegangan yang berbeda dalam interaksi mereka.Pagi itu, Alena tengah sibuk mempersiapkan materi presentasi untuk rapat penting Adrian dengan para investor. Ia telah menghabiskan semalaman untuk memastikan semua dokumen dalam keadaan sempurna. Saat rapat dimulai, ia duduk di kursinya, mencatat setiap poin yang dibahas

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 17: Ketidakseimbangan dalam Rumah Tangga

    Alena menatapnya dengan kaget. “Bukankah Anda yang mengatakan bahwa saya harus memastikan semuanya sempurna?”Adrian tersenyum tipis. “Benar. Tapi aku tidak pernah bilang kamu harus menyiksa diri sendiri.”Untuk pertama kalinya, Alena melihat sesuatu yang berbeda dalam tatapan Adrian—sesuatu yang lebih dari sekadar atasan yang menuntut kesempurnaan dari bawahannya. Ia melihat ketulusan, meskipun hanya sekejap.Ketegangan di antara mereka tetap ada, tapi kini ada sesuatu yang lain menyelinap di dalamnya. Sebuah ketertarikan yang perlahan mulai tumbuh, meskipun mereka berdua belum sepenuhnya menyadarinya.Hari-hari Alena di perusahaan Adrian semakin sibuk. Ia mulai mendapatkan lebih banyak tanggung jawab, sering kali harus pulang larut malam. Reno, yang sebelumnya selalu mendukungnya, mulai merasa ada sesuatu yang berubah. Ia merindukan Alena yang dulu selalu ada untuknya, tetapi kini seolah-olah waktu dan perhatian istrinya le

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 18: Ujian dari Adrian

    Sejak awal, Adrian adalah sosok yang tidak mudah dipahami. Ia bukan hanya seorang CEO yang sukses, tetapi juga pria yang penuh perhitungan. Setiap keputusan yang ia buat selalu memiliki tujuan tersembunyi. Alena, meskipun masih baru di perusahaan itu, mulai merasakan tekanan yang semakin besar dari Adrian.Suatu pagi, Alena menerima email dari sekretaris Adrian. Ia diminta untuk menghadap ke ruangannya segera setelah tiba di kantor. Jantungnya berdebar, mencoba menebak alasan panggilan itu.Saat memasuki ruangan Adrian, Alena melihat pria itu sedang berdiri di dekat jendela besar yang menghadap ke pusat kota. Tangannya bersedekap, matanya tajam menatap keluar seakan sedang menimbang sesuatu yang besar."Duduk," kata Adrian tanpa menoleh.Alena menurut, merasa ada sesuatu yang berbeda dalam pertemuan ini. Biasanya, komunikasi mereka bersifat profesional, tetapi kali ini suasana terasa lebih intens."Kau telah bekerja di sini

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 19: Sebuah Momen Canggung

    Hari itu, suasana di kantor terasa lebih tegang dari biasanya. Alena merasa ada yang berbeda, seperti ada sebuah ketegangan yang mengambang di udara. Proyek besar yang ia tangani bersama Adrian sudah mulai mencapai puncaknya, dan meskipun ia berusaha keras untuk mempertahankan fokus, pikirannya sering teralihkan oleh perasaan yang tidak bisa ia jelaskan. Di satu sisi, ia merasa bangga dengan pencapaiannya, tetapi di sisi lain, ada rasa cemas yang terus mengganggu—terutama terkait dengan hubungan profesionalnya dengan Adrian.Pagi itu, setelah rapat penting dengan klien, Adrian mengundangnya untuk berbicara sejenak di ruangannya. Biasanya, pertemuan mereka hanya membahas hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan, namun hari itu, ada sesuatu yang berbeda. Alena merasa sedikit gugup saat memasuki ruangan Adrian. Pria itu sedang berdiri di depan meja kerjanya, dengan mata yang tajam namun ekspresi yang lebih lembut dari biasanya."Alena," kata Adrian, memecah keheningan di antara mereka. "A

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 20: Gosip yang Terbentuk

    Di kantor, suasana mulai berubah. Meskipun Alena berusaha keras untuk tetap fokus pada pekerjaannya, ia tak bisa menutup mata terhadap perubahan yang perlahan terjadi di sekitarnya. Rumor mulai menyebar, dari meja ke meja, dari rekan kerja ke rekan kerja. Ada bisik-bisik yang semakin jelas terdengar saat ia melintas di lorong atau memasuki ruang rapat. Orang-orang mulai berbicara, dan meskipun Alena berusaha untuk tidak memperdulikannya, hatinya mulai resah.Segalanya berawal dari kebiasaan Adrian yang semakin sering meminta Alena untuk menangani tugas-tugasnya secara langsung. Alena yang sebelumnya hanya bertanggung jawab untuk beberapa laporan dan koordinasi kecil, kini lebih sering terlibat dalam rapat-rapat penting bersama Adrian, bahkan menjadi tangan kanan untuk sejumlah keputusan strategis. Perhatian yang diberikan Adrian padanya, walaupun mungkin hanya berfokus pada pekerjaannya, mulai menimbulkan perasaan tidak nyaman di kalangan rekan-rekan lainnya.Vanessa, salah satu rekan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 21: Sisi Lembut Adrian

    Hari-hari setelah gosip itu mulai menyebar, Alena merasa semakin terjebak dalam perasaan canggung yang sulit dijelaskan. Setiap kali ia melewati meja rekan-rekannya, ia bisa merasakan tatapan yang penuh pertanyaan dan kadang-kadang ada bisikan pelan di belakangnya. Meskipun ia mencoba tetap fokus pada pekerjaannya, Alena tak bisa menghindari kenyataan bahwa perhatian yang tiba-tiba tertuju padanya membuatnya merasa lebih terasing.Namun, ada satu hal yang aneh—Adrian tampaknya tidak terpengaruh oleh semua itu. Ia tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa gosip-gosip yang beredar di kantor memengaruhinya sedikit pun. Bahkan, Adrian tetap memperlakukannya dengan cara yang sama, penuh profesionalisme, seperti yang selalu ia lakukan sejak pertama kali Alena bergabung dengan perusahaan itu. Tidak ada sikap yang berubah, tidak ada penilaian atau perlakuan yang berbeda. Jika ada, Adrian justru semakin sering memberinya tantangan lebih besar dalam pekerjaannya.Namun, pada suatu hari, semuanya beru

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03

Bab terbaru

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 80: Puncaknya

    "Salah paham? Semua orang di kantormu membicarakan hubunganmu dengan Adrian, dan kau bilang aku salah paham?""Mereka hanya iri karena karirku maju dengan cepat!""Karena bosmu memberikan perhatian khusus, tentu saja!" balas Reno sarkastik.Alena menggelengkan kepala, air matanya mulai jatuh. "Aku tidak percaya kau mempertanyakan integritas profesionalku. Kau pikir aku tidur dengan bosku untuk naik jabatan?"Kata-kata itu menggantung di udara, berat dengan implikasi yang tidak pernah Reno ucapkan tapi jelas terpikir olehnya. Ia terdiam, terkejut dengan arah pembicaraan mereka."Lena, aku tidak—""Tidak usah disangkal. Itu yang kau pikirkan, kan?" Alena menyeka air matanya dengan kasar. "Itu sebabnya kau menyelidikiku seperti detektif. Itu sebabnya kau bertanya pada orang-orang di kantorku tentang aku. Kau tidak percaya padaku!""Bagaimana aku bisa percaya jika kau terus menyembunyikan hal-hal dariku?" Reno berusaha mengendalikan

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 79: Investigasi Hati

    Reno memandangi layar ponselnya, jemarinya mengetuk-ngetuk meja kafe dengan gelisah. Ia telah menunggu selama lima belas menit, dan kesabarannya mulai menipis. Hujan rintik-rintik di luar menambah kegelisahan yang sudah menggerogoti pikirannya selama berminggu-minggu."Maaf, aku terlambat," ucap Bima, teman kuliahnya dulu yang kini bekerja di departemen IT di perusahaan tempat Alena bekerja. Pria berkacamata itu melepas jaket yang basah oleh air hujan dan duduk di hadapan Reno."Tidak masalah," jawab Reno, meski nadanya kontradiktif dengan kata-katanya. "Terima kasih sudah mau bertemu."Bima memesan kopi pada pelayan yang lewat, lalu menatap Reno dengan sorot mata penasaran. "Jadi, ada apa sampai harus bertemu mendadak begini? Tidak biasanya kau menghubungiku."Reno menarik napas dalam-dalam, mengumpulkan keberanian. "Ini tentang Alena.""Pacarmu? Ada apa dengannya?""Kau bekerja di perusahaan yang sama, kan? Aku ingin tanya... apa kau mende

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 78: Batasan yang Memudar

    Alena menatap email di layar komputernya dengan jantung berdebar. Pesan singkat dari Adrian, memintanya datang ke ruangan direktur pukul dua siang. Tidak ada penjelasan, tidak ada agenda meeting yang terlampir. Hanya permintaan untuk bertemu empat mata.Sejak insiden Reno datang ke kantor minggu lalu, Alena sengaja mengurangi interaksi dengan Adrian. Pertemuan langsung dibatasi pada rapat tim, diskusi pekerjaan selalu dilakukan dengan kehadiran orang lain. Strategi yang bisa mengurangi gosip, sekaligus menjaga jarak profesional dengan Adrian—setidaknya itu yang ia katakan pada dirinya sendiri.Namun kini, saat jarum jam menunjukkan pukul dua kurang lima menit, Alena tidak bisa mengabaikan kegugupan yang melandanya. Ia merapikan dokumen di mejanya, mengambil notes kecil—setidaknya untuk memberi kesan ini adalah pertemuan formal—lalu berjalan menuju ruangan Adrian di ujung koridor."Masuk," suara Adrian terdenga

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 77: Bisikan-bisikan

    Alena merasakan tatapan-tatapan itu bahkan sebelum ia melangkahkan kaki ke ruang pantry. Pembicaraan yang tiba-tiba terhenti ketika ia masuk, lalu dilanjutkan dengan bisikan-bisikan pelan—semua itu menjadi rutinitas barunya selama seminggu terakhir."Pagi," sapanya pada sekelompok kecil staf yang sedang berkumpul di meja. Beberapa hanya tersenyum tipis, sementara yang lain mengangguk singkat. Sari, staf bagian keuangan yang biasanya ramah, kini hanya melirik sekilas sebelum kembali sibuk dengan kopinya.Alena mengambil cangkir dan menyeduh kopi dalam diam. Telinganya menangkap potongan percakapan yang sengaja dipelankan."...kemarin mereka makan malam berdua lagi...""...katanya sampai jam sebelas malam masih di restoran itu...""...jelas dia naik jabatan karena itu..."Tangannya sedikit gemetar saat menuangkan kopi, membuat beberapa tetes tumpah di meja. Ia cepat-cepat membersihkannya dengan tisu."Hai, butuh bantuan?"

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 76: Dilema Hati

    Alena memijat pelipisnya pelan, mencoba mengusir rasa pening yang semakin menjadi. Layar komputer di hadapannya menampilkan data yang seharusnya ia analisis sejak dua jam lalu, namun pikirannya melayang entah kemana. Ia meneguk kopi yang sudah mendingin, berharap kafein bisa memfokuskan pikirannya kembali."Deadlinenya besok pagi, Lena," gumamnya pada diri sendiri.Suara ketukan di pintu ruangannya membuat Alena tersentak. Jantungnya berdegup kencang ketika pintu terbuka perlahan, menampilkan sosok Adrian dengan senyum tipis di wajahnya yang tampan."Boleh saya masuk?" tanyanya, meskipun tubuhnya sudah setengah berada di dalam ruangan.Alena mengangguk kaku. "Tentu, Pak. Ada yang bisa saya bantu?"Adrian melangkah masuk dan menutup pintu di belakangnya. Alena merasakan kegelisahan merayapi tubuhnya. Sudah dua minggu ini Adrian semakin sering muncul di ruangannya dengan berbagai alasan. Terkadang hanya untuk menanyakan progress pekerjaan, kadang unt

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 75: Kabar yang Sampai

    Alena berjalan menuju ruangan Adrian dengan perasaan berat. Setiap langkah terasa seperti melewati medan ranjau, mata-mata yang mengawasi dari sudut-sudut kantor membuat jantungnya berdegup kencang. Ketika sampai di ruangan Adrian, ia mengetuk pintu pelan."Masuk," suara Adrian terdengar dari dalam.Alena membuka pintu dan menemukan Adrian sedang berdiri di depan jendela besar yang menghadap ke panorama kota. Ia berbalik dan tersenyum lebar melihat Alena."Ah, Alena. Terima kasih sudah datang." Adrian mengisyaratkan agar Alena duduk di kursi di depan mejanya. "Jadi, tentang presentasi besok..."Sementara Adrian berbicara tentang detail presentasi, pikiran Alena melayang. Bagaimana ia akan menjelaskan situasi ini pada Reno nantinya? Ia merasa terjebak dalam pusaran yang semakin dalam, dan setiap usahanya untuk keluar justru menariknya lebih jauh ke dalamnya."Alena? Kamu mendengarkan?" tanya Adrian, membuya

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 74: Tatapan yang Menghakimi

    Alena hampir tidak bisa tidur malam itu. Pesan misterius di ponselnya terus menghantui pikirannya. Ketika Reno pulang larut malam, ia berpura-pura sudah tertidur, tidak siap menghadapi pertanyaan tentang bagaimana ia pulang kerja atau tentang gosip di kantornya.Pagi berikutnya, Alena tiba di kantor dengan wajah lelah. Ia segera mengembalikan kunci mobil ke resepsionis, berharap tidak ada yang memperhatikan. Namun, saat ia berjalan menuju mejanya, ia bisa merasakan tatapan-tatapan yang mengikutinya—tatapan penuh arti yang seolah menganalisis setiap gerak-geriknya."Pagi, Alena," sapa Adrian saat berpapasan di lorong. "Bagaimana perjalanan pulangmu semalam? Mobilnya nyaman, kan?"Suara Adrian yang cukup keras membuat beberapa kepala menoleh ke arah mereka. Alena merasakan wajahnya memanas."Ya, terima kasih, Pak," jawabnya singkat sebelum bergegas menuju mejanya.Sepanjang pagi, Alena berusaha fokus pada pekerjaannya, tetapi sulit rasanya mengabaikan bisikan-bisikan yang sesekali terde

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 73: Hadiah yang Meresahkan

    "Dian menghubungi Reno?" Alena terpaku di tempatnya, jari-jarinya mencengkeram ponsel dengan kuat. "Aku... aku akan menelponmu kembali, sayang."Dengan tangan gemetar, Alena mengirim pesan pada Dian: "Kenapa kamu menghubungi suamiku?"Tak lama, balasan dari Dian masuk: "Tenang, aku hanya ingin mengajaknya bergabung untuk acara anniversary kantor bulan depan. Memangnya kenapa?"Alena menghela napas panjang, campuran antara lega dan frustrasi. Ia segera menelepon Reno kembali dan menjelaskan tentang acara anniversary kantor. Meski begitu, sepanjang perjalanan menuju restoran, kekhawatiran terus menggerogoti pikirannya.Keesokan harinya, Alena sengaja datang lebih awal ke kantor, berharap bisa menyelesaikan beberapa pekerjaan sebelum rekan-rekannya datang. Ia terkejut mendapati Adrian sudah ada di ruangannya."Selamat pagi, Alena," Adrian menyapa dengan senyum ramah. "Bisa bicara sebentar?"Alena mengangguk dan mengikuti Adrian ke ruangannya. Ia berdiri dengan canggung, sementara Adrian

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 72: Bisikan di Balik Punggung

    Suara ketukan keyboard dan denting pelan notifikasi email mengisi ruang kerja pagi itu. Alena menyesap kopi dari mug keramik biru favoritnya, matanya terfokus pada layar komputer. Namun, ia merasakan sesuatu yang berbeda. Sesekali ia menangkap lirikan cepat dari rekan-rekan di sekitarnya, diikuti bisikan pelan dan tawa tertahan."Hei, Alena," sapa Nina, rekan kerjanya dari divisi marketing, yang tiba-tiba muncul di samping mejanya. "Kami akan makan siang di Café Lumiere. Kamu ikut?"Alena tersenyum, merasa sedikit lega ada yang mengajaknya. "Tentu, aku sudah lapar sejak tadi."Di Café Lumiere, Alena duduk di antara Nina dan Dian. Percakapan mengalir lancar sampai Dian dengan santai bertanya, "Jadi, bagaimana proyekmu dengan Pak Adrian? Dia sepertinya sangat memperhatikanmu."Alena hampir tersedak minumannya. "Maksudmu?"Nina mengibaskan tangannya dengan gestur nakal. "Oh ayolah, kami semua melihatnya. Cara dia melihatmu saat meeting, bagaimana dia selalu memanggil namamu dengan nada y

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status