Home / Rumah Tangga / Gairah di Balik Tirai Kehidupan / Bab 21: Sisi Lembut Adrian

Share

Bab 21: Sisi Lembut Adrian

Author: perdy
last update Last Updated: 2025-02-03 23:27:09

Hari-hari setelah gosip itu mulai menyebar, Alena merasa semakin terjebak dalam perasaan canggung yang sulit dijelaskan. Setiap kali ia melewati meja rekan-rekannya, ia bisa merasakan tatapan yang penuh pertanyaan dan kadang-kadang ada bisikan pelan di belakangnya. Meskipun ia mencoba tetap fokus pada pekerjaannya, Alena tak bisa menghindari kenyataan bahwa perhatian yang tiba-tiba tertuju padanya membuatnya merasa lebih terasing.

Namun, ada satu hal yang aneh—Adrian tampaknya tidak terpengaruh oleh semua itu. Ia tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa gosip-gosip yang beredar di kantor memengaruhinya sedikit pun. Bahkan, Adrian tetap memperlakukannya dengan cara yang sama, penuh profesionalisme, seperti yang selalu ia lakukan sejak pertama kali Alena bergabung dengan perusahaan itu. Tidak ada sikap yang berubah, tidak ada penilaian atau perlakuan yang berbeda. Jika ada, Adrian justru semakin sering memberinya tantangan lebih besar dalam pekerjaannya.

Namun, pada suatu hari, semuanya beru
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 22: Malam yang Mempesona dan Canggung

    Malam itu, suasana di hotel mewah tempat acara perusahaan diadakan terasa sangat berbeda dari apa yang biasa Alena alami. Ruangan penuh dengan tamu yang berpakaian formal, suasana yang tampak lebih seperti gala daripada sebuah acara bisnis biasa. Alena mengenakan gaun malam hitam sederhana, berusaha untuk terlihat profesional, meskipun ia merasa sangat canggung dalam lingkungan yang begitu mewah dan penuh dengan orang-orang yang jauh lebih berpengalaman darinya. Semua orang tampak begitu fasih dalam percakapan dan sikap mereka, sementara Alena merasa seperti ikan kecil di tengah lautan besar.Ia memandang sekeliling dengan cemas. Meja-meja terhias rapi dengan lilin-lilin kecil yang berkelip, para tamu berbincang dengan gelas anggur di tangan, dan percakapan penuh canda tawa terdengar di seluruh ruangan. Alena merasa seperti anak baru yang belum sepenuhnya tahu cara berperilaku di dunia yang penuh dengan penampilan dan etiket sosial yang rumit.Adrian, yang tampaknya sangat nyaman deng

    Last Updated : 2025-02-04
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 23: Menyentuh Sisi Gelap Adrian

    Hari-hari setelah acara makan malam itu terasa berbeda bagi Alena. Interaksi dengan Adrian semakin intens. Di satu sisi, mereka tetap terikat oleh hubungan profesional mereka—tugas-tugas yang diberikan padanya semakin menantang dan kompleks. Namun, di sisi lain, ada sebuah kedekatan yang tak terucapkan, sebuah koneksi yang mulai tumbuh di antara mereka berdua, meski Alena berusaha menahan diri untuk tidak terlalu mengandalkannya.Adrian yang dulu tampak sangat tertutup kini mulai lebih sering mengajaknya berbicara tentang hal-hal di luar pekerjaan. Mereka mulai membahas lebih banyak topik pribadi, meskipun pembicaraan itu tetap dipenuhi dengan keheningan yang mengisi ruang antara mereka. Adrian mulai berbicara tentang ambisinya yang tak terwujud, tentang impian-impian yang harus ia korbankan untuk mencapai puncak karirnya. Tetapi, meski pembicaraan mereka semakin mendalam, ada satu hal yang masih belum bisa Alena pahami—mengapa Adrian selalu tampak begitu dingin, seolah ia terisolasi

    Last Updated : 2025-02-04
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 24: Kepercayaan yang Terbuka

    Hari-hari setelah pertemuan malam itu, hubungan Alena dan Adrian semakin rumit. Ada banyak hal yang belum ia pahami tentang Adrian, tetapi ia juga semakin merasakan ikatan yang semakin kuat di antara mereka. Namun, di kantor, ada seseorang yang tidak senang dengan kedekatan ini—Vanessa.Vanessa, yang sejak awal merasa tersaingi oleh Alena, mulai memainkan taktik liciknya untuk menjebak Alena. Ia melihat kesempatan itu ketika Alena sedang sibuk dengan proyek besar yang ditugaskan oleh Adrian. Vanessa tahu bahwa Alena belum sepenuhnya terbiasa dengan dinamika di perusahaan yang besar ini, dan ia merasa inilah saat yang tepat untuk meruntuhkan citra Alena di mata Adrian.Pada suatu hari, ketika Alena sedang mempersiapkan presentasi untuk klien besar, Vanessa dengan sengaja memberikan informasi yang salah mengenai detail presentasi tersebut. Alena yang sibuk dengan tenggat waktu dan tekanan pekerjaan tidak menyadari kesalahan tersebut. Ketika ia memberikan presentasinya kepada Adrian dan

    Last Updated : 2025-02-04
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 25: Perasaan yang Tumbuh di Antara Batas

    Hari-hari berlalu, dan Alena mulai merasakan bahwa ada perubahan halus dalam hubungannya dengan Adrian. Meskipun mereka berdua masih menjaga profesionalisme di kantor, sesuatu yang lebih dari sekadar hubungan atasan dan bawahan mulai terjalin di antara mereka. Momen-momen kecil—yang awalnya ia anggap biasa—sekarang terasa berbeda.Suatu pagi, saat Alena sedang bekerja di meja kantornya, Adrian datang dengan secangkir kopi untuknya. Itu bukan hal yang sering dilakukan oleh atasan. Biasanya, Adrian lebih memilih untuk mengatur segala sesuatu dengan sangat terstruktur dan tepat waktu, tetapi kali ini, ada sesuatu yang tampak lebih pribadi."Saya pikir kamu butuh ini," kata Adrian sambil meletakkan kopi di meja Alena dengan senyum singkat.Alena terkejut, meskipun ia berusaha menyembunyikan ekspresi itu. "Terima kasih, Pak. Tapi Anda tidak perlu repot-repot," jawabnya, mencoba menjaga jarak profesional seperti biasa.Namun, Adrian tidak menjawab, hanya duduk di kursinya sejenak, mengamati

    Last Updated : 2025-02-05
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 26: Kecemburuan yang Terpendam

    Hari-hari berlalu, dan meskipun Alena berusaha untuk tetap seimbang antara pekerjaan dan rumah tangga, sesuatu mulai terasa berubah. Reno, yang sebelumnya sangat mendukung karier Alena, mulai menunjukkan ketegangan yang semakin jelas. Kecemburuan, yang semula tersembunyi, kini muncul ke permukaan, terutama setiap kali Alena pulang terlambat dari lembur di kantor.Suatu malam, saat Alena baru saja pulang setelah lembur, ia merasa sangat lelah. Seperti biasa, ia masuk ke rumah dengan tas laptop yang berat dan sepatu hak tinggi yang sudah mulai terasa tidak nyaman. Reno sedang duduk di ruang tamu, menonton televisi dengan tampak tidak terlalu antusias. Wajahnya terlihat lebih serius dari biasanya.Alena meletakkan tasnya di meja, berusaha tersenyum lelah. "Maaf, Ren. Lembur lagi. Ada banyak hal yang harus diselesaikan di kantor," ujarnya, sambil melepaskan sepatunya.Reno hanya mengangguk pelan, tidak mengatakan apapun. Namun, Alena bisa merasakan ketegangan di udara. Ada sesuatu yang be

    Last Updated : 2025-02-05
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 27: Perhatian yang Mulai Terungkap

    Hari-hari berlalu, dan Alena mulai merasa bahwa hubungan profesionalnya dengan Adrian semakin bergeser. Meskipun mereka masih berada di dalam batasan yang jelas, ada momen-momen kecil yang menunjukkan perhatian pribadi dari Adrian yang semakin sulit untuk diabaikan.Suatu pagi, saat Alena sedang menatap layar komputer di ruang kantornya, Adrian datang ke mejanya. Ia membawa secangkir kopi seperti biasa, namun kali ini, ada sesuatu yang berbeda dalam cara dia mendekatinya. Alih-alih langsung memberikan kopi itu dan meninggalkan ruangannya, Adrian berdiri di depan meja Alena, memperhatikannya sejenak sebelum berbicara."Alena, aku baru saja ingat, kamu bilang suka berjalan di taman saat akhir pekan. Masih sering melakukannya?" tanyanya dengan nada yang terkesan lebih personal, meskipun matanya tetap tampak serius.Alena terkejut, karena selama ini percakapan mereka selalu berfokus pada pekerjaan. Meskipun Adrian pernah berbicara tentang kehidupan pribadi sesekali, itu tidak pernah sebes

    Last Updated : 2025-02-05
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 28: Tertekan oleh Perhatian yang Terlihat

    Hari-hari di kantor semakin berat bagi Alena. Semakin lama, perhatian Adrian terhadapnya semakin sulit untuk disembunyikan. Meskipun mereka berdua berusaha menjaga batas profesionalisme, ada momen-momen kecil yang tidak dapat dihindari—momen yang terlalu jelas bagi rekan-rekan kerja mereka.Di sebuah rapat penting yang dihadiri oleh hampir seluruh tim, Alena merasakan ketegangan yang semakin meningkat. Adrian meminta Alena untuk menjelaskan salah satu proyek yang sedang mereka kerjakan, dan meskipun Alena berbicara dengan lancar, ada perasaan canggung yang terus membebani bahunya. Setiap kali Adrian menatapnya, dia merasa seperti ada lebih dari sekadar profesionalisme yang tersirat dalam pandangan itu.Setelah rapat selesai, beberapa rekan kerja mendekati Alena, memberikan senyum-senyum yang tidak bisa ia artikan dengan mudah. Vanessa, yang selalu memandang Alena dengan rasa iri, tidak bisa menahan diri untuk tidak berkomentar."Sepertinya Adrian sangat memperhatikanmu akhir-akhir ini

    Last Updated : 2025-02-06
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 29: Hadiah yang Terlalu Pribadi

    Pagi itu, suasana di kantor terasa sedikit berbeda. Alena baru saja menyelesaikan sebuah proyek besar yang menjadi ujian nyata bagi kemampuannya. Selama berhari-hari ia bekerja tanpa henti, berusaha memenuhi ekspektasi Adrian yang semakin tinggi. Terkadang ia merasa tercekik oleh beban yang ada, tetapi ia tahu bahwa setiap langkah yang ia ambil adalah untuk masa depannya—baik di perusahaan maupun dalam hidup pribadi.Saat Alena tengah duduk di meja kerjanya, tiba-tiba pintu ruangan terbuka, dan sekilas bayangan Adrian muncul di ambang pintu. Dengan langkah mantap, pria itu mendekatinya sambil memegang sebuah kotak kecil berwarna hitam. Alena menatapnya dengan penasaran, mencoba menyembunyikan kegugupannya."Alena," suara Adrian terdengar serius namun lembut, "Aku ingin memberikan sesuatu sebagai tanda terima kasih atas kerja kerasmu belakangan ini. Proyek ini berhasil berkat usaha yang tak kenal lelah darimu."Dengan perlahan, Adrian meletakkan kotak kecil itu di meja Alena. Alena mer

    Last Updated : 2025-02-06

Latest chapter

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 84: Simpang Siur Perasaan

    Malam itu, udara di sekitar restoran Italia klasik terasa begitu berat. Alena menggenggam gelas wine-nya, mencoba meredakan getaran halus pada tangannya. Cahaya lilin di meja menyinari wajahnya yang tampak lelah, bayangan keraguan terpantul di antara bayangan api yang bergoyang.Sebenarnya, sudah berpekan-pekan ia hidup dalam ketegangan yang mencekam. Setiap gerak-gerik Reno yang mencoba menyelidiki masa lalunya, setiap pertanyaan Adrian yang menusuk ke dalam lapisan terdalam perasaannya, semua terasa seperti jaring yang perlahan-lahan menciutkan ruang geraknya.Adrian duduk di hadapannya, tampan dengan kemeja abu-abu yang rapi. Tatapannya tajam namun lembut, seolah-olah ia bisa membaca setiap pikiran tersembunyi di balik topeng yang Alena kenakan selama ini."Kamu sudah memesan risotto jamur?" tanya Adrian, memecah keheningan yang mencekam.Alena tersenyum tipis. "Sudah. Kamu tahu aku selalu suka masakan Italia."Mereka berbincang tentang pekerjaan awalnya. Proyek besar yang tengah m

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 84: Terpojok

    Alena menatap layar laptop dengan pandangan kosong. Presentasi yang seharusnya dia selesaikan sejak dua jam lalu masih terbuka pada slide yang sama. Pikirannya tak bisa fokus; bayang-bayang wajah Reno yang curiga dan tatapan Adrian yang penuh harap silih berganti memenuhi benaknya."Alena?"Suara Mira, rekan kerjanya, menyadarkan Alena dari lamunan."Ya? Maaf, aku sedang—""Melamun," potong Mira sambil tersenyum. "Aku memanggilmu tiga kali."Alena menghela napas, menutup laptopnya. "Hari yang panjang.""Kau oke? Belakangan ini kau sering terlihat... tidak di sini.""Aku baik-baik saja," Alena memaksakan senyum, jawaban otomatis yang belakangan ini terlalu sering dia ucapkan.Mira melirik jam dinding. "Sudah jam enam. Pulang?""Kau duluan saja. Aku masih harus menyelesaikan slide presentasi."Setelah Mira pergi, Alena memeriksa ponselnya. Dua pesa

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 83: Penyelidikan

    Reno menatap layar komputernya tanpa benar-benar melihat. Pikirannya melayang jauh, kembali pada percakapan dengan Alena semalam. Bagaimana air mata wanita itu mengalir saat dia mengungkapkan rencananya untuk melamar. Bagaimana Alena tidak mampu menjawab pertanyaan sederhana tentang perasaannya."Reno? Reno!"Suara keras menyadarkannya. Bayu, rekan kerjanya, berdiri di depan mejanya dengan tumpukan dokumen."Maaf, Bay. Ada apa?" Reno mengusap wajahnya, berusaha kembali fokus."Ini laporan untuk meeting besok. Kau oke? Wajahmu seperti orang yang tidak tidur seminggu."Reno tersenyum lemah. "Hampir benar. Ada... masalah pribadi."Bayu menarik kursi, duduk di hadapan Reno. "Alena?"Reno mengangguk pelan. "Bagaimana kau tahu?""Kawan, wajahmu seperti buku terbuka," Bayu tertawa kecil. "Ada apa? Kalian bertengkar?"Reno terdiam sejenak, menimbang apakah sebaiknya dia membicarakan hal ini. Tapi beban di dadanya terasa terlalu

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 82: Pengakuan yang Tertahan

    Cahaya temaram restoran menyinari wajah Reno yang terlihat lebih kaku dari biasanya. Suasana restoran Italia yang biasanya menjadi favorit mereka kini terasa mencekam. Alunan musik klasik yang lembut di latar belakang bahkan tidak mampu melunakkan ketegangan yang menggantung di antara mereka.Alena mengaduk pasta di hadapannya tanpa minat. Sudah hampir lima belas menit mereka duduk dalam diam. Reno sesekali melirik Alena, sementara wanita itu terus menghindari tatapannya."Kamu tidak menyentuh makananmu," ucap Reno akhirnya, memecah keheningan.Alena mengangkat wajahnya, mencoba tersenyum. "Aku tidak terlalu lapar.""Kamu yang memilih restoran ini." Reno meletakkan garpunya perlahan. "Kamu yang bilang ingin pasta carbonara mereka. Tapi sekarang kamu bahkan tidak menyentuhnya."Alena menghela napas. "Maaf. Hari ini melelahkan.""Sudah berapa lama kita seperti ini, Len?" tanya Reno tiba-tiba. Matanya menatap Alena dalam-dalam. "Berapa lama kit

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 81: Kecurigaan

    Reno mengaduk kopinya tanpa semangat. Matanya tak lepas dari pemandangan di sudut kantin kantor. Alena dan Adrian. Mereka duduk berhadapan, terlalu dekat untuk sekadar rekan kerja. Tawa Alena terdengar renyah—tawa yang sudah jarang Reno dengar belakangan ini. "Mereka cuma rekan kerja," gumam Reno pada dirinya sendiri, berusaha menenangkan pikiran yang mulai liar. Namun, matanya menangkap sesuatu yang berbeda. Cara Alena menatap Adrian, cara jemarinya gugup memainkan sedotan minumannya, cara dia menunduk saat Adrian membisikkan sesuatu. Reno tahu gelagat itu. Lima tahun bersama Alena membuatnya hafal setiap bahasa tubuhnya. Ponsel Reno bergetar. Pesan dari klien yang harus segera ditanggapi. Dengan enggan, dia beranjak dari kantin, melemparkan pandangan terakhir ke arah meja Alena. Tepat saat itu, mata mereka bertemu. Alena tersentak, seolah tertangkap basah. Waj

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 80: Puncaknya

    "Salah paham? Semua orang di kantormu membicarakan hubunganmu dengan Adrian, dan kau bilang aku salah paham?""Mereka hanya iri karena karirku maju dengan cepat!""Karena bosmu memberikan perhatian khusus, tentu saja!" balas Reno sarkastik.Alena menggelengkan kepala, air matanya mulai jatuh. "Aku tidak percaya kau mempertanyakan integritas profesionalku. Kau pikir aku tidur dengan bosku untuk naik jabatan?"Kata-kata itu menggantung di udara, berat dengan implikasi yang tidak pernah Reno ucapkan tapi jelas terpikir olehnya. Ia terdiam, terkejut dengan arah pembicaraan mereka."Lena, aku tidak—""Tidak usah disangkal. Itu yang kau pikirkan, kan?" Alena menyeka air matanya dengan kasar. "Itu sebabnya kau menyelidikiku seperti detektif. Itu sebabnya kau bertanya pada orang-orang di kantorku tentang aku. Kau tidak percaya padaku!""Bagaimana aku bisa percaya jika kau terus menyembunyikan hal-hal dariku?" Reno berusaha mengendalikan

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 79: Investigasi Hati

    Reno memandangi layar ponselnya, jemarinya mengetuk-ngetuk meja kafe dengan gelisah. Ia telah menunggu selama lima belas menit, dan kesabarannya mulai menipis. Hujan rintik-rintik di luar menambah kegelisahan yang sudah menggerogoti pikirannya selama berminggu-minggu."Maaf, aku terlambat," ucap Bima, teman kuliahnya dulu yang kini bekerja di departemen IT di perusahaan tempat Alena bekerja. Pria berkacamata itu melepas jaket yang basah oleh air hujan dan duduk di hadapan Reno."Tidak masalah," jawab Reno, meski nadanya kontradiktif dengan kata-katanya. "Terima kasih sudah mau bertemu."Bima memesan kopi pada pelayan yang lewat, lalu menatap Reno dengan sorot mata penasaran. "Jadi, ada apa sampai harus bertemu mendadak begini? Tidak biasanya kau menghubungiku."Reno menarik napas dalam-dalam, mengumpulkan keberanian. "Ini tentang Alena.""Pacarmu? Ada apa dengannya?""Kau bekerja di perusahaan yang sama, kan? Aku ingin tanya... apa kau mende

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 78: Batasan yang Memudar

    Alena menatap email di layar komputernya dengan jantung berdebar. Pesan singkat dari Adrian, memintanya datang ke ruangan direktur pukul dua siang. Tidak ada penjelasan, tidak ada agenda meeting yang terlampir. Hanya permintaan untuk bertemu empat mata.Sejak insiden Reno datang ke kantor minggu lalu, Alena sengaja mengurangi interaksi dengan Adrian. Pertemuan langsung dibatasi pada rapat tim, diskusi pekerjaan selalu dilakukan dengan kehadiran orang lain. Strategi yang bisa mengurangi gosip, sekaligus menjaga jarak profesional dengan Adrian—setidaknya itu yang ia katakan pada dirinya sendiri.Namun kini, saat jarum jam menunjukkan pukul dua kurang lima menit, Alena tidak bisa mengabaikan kegugupan yang melandanya. Ia merapikan dokumen di mejanya, mengambil notes kecil—setidaknya untuk memberi kesan ini adalah pertemuan formal—lalu berjalan menuju ruangan Adrian di ujung koridor."Masuk," suara Adrian terdenga

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 77: Bisikan-bisikan

    Alena merasakan tatapan-tatapan itu bahkan sebelum ia melangkahkan kaki ke ruang pantry. Pembicaraan yang tiba-tiba terhenti ketika ia masuk, lalu dilanjutkan dengan bisikan-bisikan pelan—semua itu menjadi rutinitas barunya selama seminggu terakhir."Pagi," sapanya pada sekelompok kecil staf yang sedang berkumpul di meja. Beberapa hanya tersenyum tipis, sementara yang lain mengangguk singkat. Sari, staf bagian keuangan yang biasanya ramah, kini hanya melirik sekilas sebelum kembali sibuk dengan kopinya.Alena mengambil cangkir dan menyeduh kopi dalam diam. Telinganya menangkap potongan percakapan yang sengaja dipelankan."...kemarin mereka makan malam berdua lagi...""...katanya sampai jam sebelas malam masih di restoran itu...""...jelas dia naik jabatan karena itu..."Tangannya sedikit gemetar saat menuangkan kopi, membuat beberapa tetes tumpah di meja. Ia cepat-cepat membersihkannya dengan tisu."Hai, butuh bantuan?"

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status