Home / Rumah Tangga / Gairah di Balik Tirai Kehidupan / Bab 27: Perhatian yang Mulai Terungkap

Share

Bab 27: Perhatian yang Mulai Terungkap

Author: perdy
last update Last Updated: 2025-02-05 23:46:20

Hari-hari berlalu, dan Alena mulai merasa bahwa hubungan profesionalnya dengan Adrian semakin bergeser. Meskipun mereka masih berada di dalam batasan yang jelas, ada momen-momen kecil yang menunjukkan perhatian pribadi dari Adrian yang semakin sulit untuk diabaikan.

Suatu pagi, saat Alena sedang menatap layar komputer di ruang kantornya, Adrian datang ke mejanya. Ia membawa secangkir kopi seperti biasa, namun kali ini, ada sesuatu yang berbeda dalam cara dia mendekatinya. Alih-alih langsung memberikan kopi itu dan meninggalkan ruangannya, Adrian berdiri di depan meja Alena, memperhatikannya sejenak sebelum berbicara.

"Alena, aku baru saja ingat, kamu bilang suka berjalan di taman saat akhir pekan. Masih sering melakukannya?" tanyanya dengan nada yang terkesan lebih personal, meskipun matanya tetap tampak serius.

Alena terkejut, karena selama ini percakapan mereka selalu berfokus pada pekerjaan. Meskipun Adrian pernah berbicara tentang kehidupan pribadi sesekali, itu tidak pernah sebes
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 28: Tertekan oleh Perhatian yang Terlihat

    Hari-hari di kantor semakin berat bagi Alena. Semakin lama, perhatian Adrian terhadapnya semakin sulit untuk disembunyikan. Meskipun mereka berdua berusaha menjaga batas profesionalisme, ada momen-momen kecil yang tidak dapat dihindari—momen yang terlalu jelas bagi rekan-rekan kerja mereka.Di sebuah rapat penting yang dihadiri oleh hampir seluruh tim, Alena merasakan ketegangan yang semakin meningkat. Adrian meminta Alena untuk menjelaskan salah satu proyek yang sedang mereka kerjakan, dan meskipun Alena berbicara dengan lancar, ada perasaan canggung yang terus membebani bahunya. Setiap kali Adrian menatapnya, dia merasa seperti ada lebih dari sekadar profesionalisme yang tersirat dalam pandangan itu.Setelah rapat selesai, beberapa rekan kerja mendekati Alena, memberikan senyum-senyum yang tidak bisa ia artikan dengan mudah. Vanessa, yang selalu memandang Alena dengan rasa iri, tidak bisa menahan diri untuk tidak berkomentar."Sepertinya Adrian sangat memperhatikanmu akhir-akhir ini

    Last Updated : 2025-02-06
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 29: Hadiah yang Terlalu Pribadi

    Pagi itu, suasana di kantor terasa sedikit berbeda. Alena baru saja menyelesaikan sebuah proyek besar yang menjadi ujian nyata bagi kemampuannya. Selama berhari-hari ia bekerja tanpa henti, berusaha memenuhi ekspektasi Adrian yang semakin tinggi. Terkadang ia merasa tercekik oleh beban yang ada, tetapi ia tahu bahwa setiap langkah yang ia ambil adalah untuk masa depannya—baik di perusahaan maupun dalam hidup pribadi.Saat Alena tengah duduk di meja kerjanya, tiba-tiba pintu ruangan terbuka, dan sekilas bayangan Adrian muncul di ambang pintu. Dengan langkah mantap, pria itu mendekatinya sambil memegang sebuah kotak kecil berwarna hitam. Alena menatapnya dengan penasaran, mencoba menyembunyikan kegugupannya."Alena," suara Adrian terdengar serius namun lembut, "Aku ingin memberikan sesuatu sebagai tanda terima kasih atas kerja kerasmu belakangan ini. Proyek ini berhasil berkat usaha yang tak kenal lelah darimu."Dengan perlahan, Adrian meletakkan kotak kecil itu di meja Alena. Alena mer

    Last Updated : 2025-02-06
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 30: Ketegangan yang Meningkat

    Hari itu, Alena pulang lebih awal dari biasanya. Setelah seharian bekerja keras di kantor dan menerima hadiah dari Adrian, ia merasa sedikit tertekan. Hadiah itu—sebuah jam tangan elegan—terus berputar dalam pikirannya. Meskipun ia berusaha untuk tidak memikirkan hal itu terlalu dalam, ada perasaan yang semakin mengganggu hati dan pikirannya.Sesampainya di rumah, ia merasa agak canggung. Reno sedang di ruang tamu, sibuk menonton televisi. Alena meletakkan tasnya di meja dan menuju ke kamar untuk melepaskan kelelahan sejenak. Ketika membuka lemari untuk mengganti pakaian, matanya tertumbuk pada jam tangan yang tadi ia letakkan begitu saja di atas meja.Namun, sebelum ia sempat mengalihkan pandangannya, Reno muncul di pintu kamar. Alena bisa melihat ekspresi wajahnya yang langsung berubah saat matanya tertuju pada jam tangan yang tergeletak di meja itu."Apa itu?" tanya Reno, nada suaranya terdengar datar, namun ada ketegangan yang mulai terasa di udara.Alena merasa terperangah. Ia ta

    Last Updated : 2025-02-06
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 31: Makan Malam yang Berbeda

    Alena merasa sedikit cemas ketika ia menerima undangan makan malam dari Adrian. Dalam email yang dikirimnya, Adrian menjelaskan bahwa mereka perlu membahas sebuah proyek penting yang membutuhkan perhatian lebih dari keduanya. Awalnya, Alena tidak berpikir banyak—itu adalah pertemuan bisnis, seperti biasa, untuk membahas detail dan strategi lebih lanjut. Ia bahkan sedikit lega, karena bisa mengalihkan pikirannya dari ketegangan yang semakin memuncak di rumah dengan Reno.Namun, saat Alena tiba di restoran yang disebutkan dalam undangan, sebuah perasaan aneh mulai menyelimuti dirinya. Restoran ini jauh lebih mewah daripada yang biasa ia kunjungi, dengan suasana yang sangat tenang dan elegan. Lantai marmer yang mengkilap, pencahayaan lembut, dan dekorasi yang penuh dengan kemewahan terasa sangat berbeda dari lingkungan kerjanya yang biasanya. Seakan-akan, semua ini bukan hanya tentang bisnis.Ketika ia memasuki ruang makan, Adrian sudah menunggunya di sebuah meja yang terletak di sudut r

    Last Updated : 2025-02-07
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 32: Sisi Lain Adrian

    Makan malam itu berlangsung dengan suasana yang jauh berbeda dari pertemuan-pertemuan bisnis sebelumnya. Adrian, yang biasanya begitu serius dan terfokus pada pekerjaan, tampak lebih santai. Ia bahkan lebih sering tersenyum, dan alih-alih berbicara tentang proyek atau laporan, percakapan mereka meluas ke topik-topik yang lebih personal—sesuatu yang jarang terjadi di antara mereka.Saat pelayan membawa hidangan utama, Adrian mulai menceritakan tentang makanan favoritnya, sesuatu yang tampaknya tidak pernah ia bicarakan sebelumnya. "Aku suka pasta," katanya sambil menyandarkan punggung ke kursi, matanya tampak lebih hidup dari biasanya. "Tapi bukan pasta yang terlalu rumit, hanya yang sederhana—spaghetti dengan saus tomat dan keju parmesan. Itu selalu membuatku merasa seperti di rumah."Alena tersenyum mendengarnya. Ia tak pernah membayangkan Adrian, yang selalu tampil begitu terorganisir dan penuh perhitungan, bisa menikmati sesuatu yang sederhana seperti itu. "Itu terdengar enak," jaw

    Last Updated : 2025-02-07
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 33: Berbagi Cerita

    Setelah makan malam yang santai itu, interaksi antara Alena dan Adrian mulai berubah. Percakapan mereka yang biasanya terfokus pada pekerjaan kini meluas ke topik-topik pribadi. Adrian, yang awalnya selalu menjaga jarak, mulai bertanya tentang kehidupan Alena di luar kantor. Suatu sore, setelah rapat yang panjang, Adrian mengundangnya untuk duduk di ruang kerjanya."Saya ingin tahu lebih banyak tentangmu, Alena," ujar Adrian sambil menatapnya dengan mata tajam namun penuh perhatian. "Aku sudah banyak mendengar tentang kemampuanmu di kantor, tapi belum banyak yang kutahu tentang kehidupanmu di luar sini."Alena merasa canggung mendengar itu. Ia selalu menjaga kehidupannya terpisah dari pekerjaan, dan berbagi kisah pribadi bukanlah sesuatu yang mudah baginya. Namun, melihat keseriusan dalam tatapan Adrian, ia merasa ada niat baik di balik pertanyaannya. Mungkin, ini adalah kesempatan untuk membuka sedikit pintu ke kehidupannya yang lebih personal."Seperti apa yang ingin kamu tahu?" tan

    Last Updated : 2025-02-07
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 34: Pertanyaan yang Mengejutkan

    Malam itu, suasana di ruang kerja Adrian terasa lebih santai daripada biasanya. Mereka duduk berhadapan, duduk di kursi empuk yang nyaman, setelah percakapan panjang tentang berbagai hal di luar pekerjaan. Alena merasa lebih lega daripada yang ia kira, dengan suasana yang lebih terbuka antara mereka. Meskipun ia sadar bahwa hubungan mereka tetap dibatasi oleh profesionalisme, ia mulai merasa lebih mengenal Adrian, dan entah mengapa, ada ketenangan yang muncul setiap kali ia berbicara dengannya.Namun, suasana nyaman itu tiba-tiba berubah ketika Adrian melontarkan sebuah pertanyaan yang langsung menghentikan percakapan mereka."Pernahkah kau berpikir untuk mencari seseorang yang bisa mendukungmu, bukan hanya secara finansial, tetapi juga secara emosional?" tanya Adrian, suara lembut namun penuh makna. Tatapannya tetap tajam, seakan menunggu jawaban dari Alena.Alena terkejut. Jantungnya berdegup kencang, dan sejenak ia merasa seperti ada beban berat yang mendekat. Ia mengalihkan pandan

    Last Updated : 2025-02-08
  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 35: Ketegangan Emosional yang Tak Terucap

    Malam itu, setelah makan malam yang penuh makna, Alena merasa seperti ada sesuatu yang berubah, meskipun belum bisa ia definisikan dengan jelas. Suasana antara dirinya dan Adrian begitu berbeda dari pertemuan-pertemuan sebelumnya. Bukan hanya percakapan mereka yang lebih dalam, tetapi juga energi yang terasa mengalir di antara mereka—energi yang terasa asing namun menggoda.Alena berjalan pulang dengan langkah lambat, pikirannya terombang-ambing. Ia tidak bisa mengabaikan perasaan yang tumbuh di dalam hatinya. Seiring dengan setiap kata yang diucapkan Adrian, ia semakin merasa tersentuh, seolah pria itu mulai melihat sisi lain dalam dirinya—sisi yang jarang ia tunjukkan pada orang lain. Ia selalu berusaha menjaga batas, menjaga jarak antara dirinya dan Adrian, tetapi semakin ia berusaha menahannya, semakin ia merasa ketegangan emosional yang tak terelakkan.Pikiran-pikiran itu terus berputar di benaknya. Apakah yang ia rasakan ini hanya ketertarikan biasa? Ataukah ini adalah sesuatu y

    Last Updated : 2025-02-08

Latest chapter

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 84: Simpang Siur Perasaan

    Malam itu, udara di sekitar restoran Italia klasik terasa begitu berat. Alena menggenggam gelas wine-nya, mencoba meredakan getaran halus pada tangannya. Cahaya lilin di meja menyinari wajahnya yang tampak lelah, bayangan keraguan terpantul di antara bayangan api yang bergoyang.Sebenarnya, sudah berpekan-pekan ia hidup dalam ketegangan yang mencekam. Setiap gerak-gerik Reno yang mencoba menyelidiki masa lalunya, setiap pertanyaan Adrian yang menusuk ke dalam lapisan terdalam perasaannya, semua terasa seperti jaring yang perlahan-lahan menciutkan ruang geraknya.Adrian duduk di hadapannya, tampan dengan kemeja abu-abu yang rapi. Tatapannya tajam namun lembut, seolah-olah ia bisa membaca setiap pikiran tersembunyi di balik topeng yang Alena kenakan selama ini."Kamu sudah memesan risotto jamur?" tanya Adrian, memecah keheningan yang mencekam.Alena tersenyum tipis. "Sudah. Kamu tahu aku selalu suka masakan Italia."Mereka berbincang tentang pekerjaan awalnya. Proyek besar yang tengah m

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 84: Terpojok

    Alena menatap layar laptop dengan pandangan kosong. Presentasi yang seharusnya dia selesaikan sejak dua jam lalu masih terbuka pada slide yang sama. Pikirannya tak bisa fokus; bayang-bayang wajah Reno yang curiga dan tatapan Adrian yang penuh harap silih berganti memenuhi benaknya."Alena?"Suara Mira, rekan kerjanya, menyadarkan Alena dari lamunan."Ya? Maaf, aku sedang—""Melamun," potong Mira sambil tersenyum. "Aku memanggilmu tiga kali."Alena menghela napas, menutup laptopnya. "Hari yang panjang.""Kau oke? Belakangan ini kau sering terlihat... tidak di sini.""Aku baik-baik saja," Alena memaksakan senyum, jawaban otomatis yang belakangan ini terlalu sering dia ucapkan.Mira melirik jam dinding. "Sudah jam enam. Pulang?""Kau duluan saja. Aku masih harus menyelesaikan slide presentasi."Setelah Mira pergi, Alena memeriksa ponselnya. Dua pesa

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 83: Penyelidikan

    Reno menatap layar komputernya tanpa benar-benar melihat. Pikirannya melayang jauh, kembali pada percakapan dengan Alena semalam. Bagaimana air mata wanita itu mengalir saat dia mengungkapkan rencananya untuk melamar. Bagaimana Alena tidak mampu menjawab pertanyaan sederhana tentang perasaannya."Reno? Reno!"Suara keras menyadarkannya. Bayu, rekan kerjanya, berdiri di depan mejanya dengan tumpukan dokumen."Maaf, Bay. Ada apa?" Reno mengusap wajahnya, berusaha kembali fokus."Ini laporan untuk meeting besok. Kau oke? Wajahmu seperti orang yang tidak tidur seminggu."Reno tersenyum lemah. "Hampir benar. Ada... masalah pribadi."Bayu menarik kursi, duduk di hadapan Reno. "Alena?"Reno mengangguk pelan. "Bagaimana kau tahu?""Kawan, wajahmu seperti buku terbuka," Bayu tertawa kecil. "Ada apa? Kalian bertengkar?"Reno terdiam sejenak, menimbang apakah sebaiknya dia membicarakan hal ini. Tapi beban di dadanya terasa terlalu

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 82: Pengakuan yang Tertahan

    Cahaya temaram restoran menyinari wajah Reno yang terlihat lebih kaku dari biasanya. Suasana restoran Italia yang biasanya menjadi favorit mereka kini terasa mencekam. Alunan musik klasik yang lembut di latar belakang bahkan tidak mampu melunakkan ketegangan yang menggantung di antara mereka.Alena mengaduk pasta di hadapannya tanpa minat. Sudah hampir lima belas menit mereka duduk dalam diam. Reno sesekali melirik Alena, sementara wanita itu terus menghindari tatapannya."Kamu tidak menyentuh makananmu," ucap Reno akhirnya, memecah keheningan.Alena mengangkat wajahnya, mencoba tersenyum. "Aku tidak terlalu lapar.""Kamu yang memilih restoran ini." Reno meletakkan garpunya perlahan. "Kamu yang bilang ingin pasta carbonara mereka. Tapi sekarang kamu bahkan tidak menyentuhnya."Alena menghela napas. "Maaf. Hari ini melelahkan.""Sudah berapa lama kita seperti ini, Len?" tanya Reno tiba-tiba. Matanya menatap Alena dalam-dalam. "Berapa lama kit

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 81: Kecurigaan

    Reno mengaduk kopinya tanpa semangat. Matanya tak lepas dari pemandangan di sudut kantin kantor. Alena dan Adrian. Mereka duduk berhadapan, terlalu dekat untuk sekadar rekan kerja. Tawa Alena terdengar renyah—tawa yang sudah jarang Reno dengar belakangan ini. "Mereka cuma rekan kerja," gumam Reno pada dirinya sendiri, berusaha menenangkan pikiran yang mulai liar. Namun, matanya menangkap sesuatu yang berbeda. Cara Alena menatap Adrian, cara jemarinya gugup memainkan sedotan minumannya, cara dia menunduk saat Adrian membisikkan sesuatu. Reno tahu gelagat itu. Lima tahun bersama Alena membuatnya hafal setiap bahasa tubuhnya. Ponsel Reno bergetar. Pesan dari klien yang harus segera ditanggapi. Dengan enggan, dia beranjak dari kantin, melemparkan pandangan terakhir ke arah meja Alena. Tepat saat itu, mata mereka bertemu. Alena tersentak, seolah tertangkap basah. Waj

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 80: Puncaknya

    "Salah paham? Semua orang di kantormu membicarakan hubunganmu dengan Adrian, dan kau bilang aku salah paham?""Mereka hanya iri karena karirku maju dengan cepat!""Karena bosmu memberikan perhatian khusus, tentu saja!" balas Reno sarkastik.Alena menggelengkan kepala, air matanya mulai jatuh. "Aku tidak percaya kau mempertanyakan integritas profesionalku. Kau pikir aku tidur dengan bosku untuk naik jabatan?"Kata-kata itu menggantung di udara, berat dengan implikasi yang tidak pernah Reno ucapkan tapi jelas terpikir olehnya. Ia terdiam, terkejut dengan arah pembicaraan mereka."Lena, aku tidak—""Tidak usah disangkal. Itu yang kau pikirkan, kan?" Alena menyeka air matanya dengan kasar. "Itu sebabnya kau menyelidikiku seperti detektif. Itu sebabnya kau bertanya pada orang-orang di kantorku tentang aku. Kau tidak percaya padaku!""Bagaimana aku bisa percaya jika kau terus menyembunyikan hal-hal dariku?" Reno berusaha mengendalikan

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 79: Investigasi Hati

    Reno memandangi layar ponselnya, jemarinya mengetuk-ngetuk meja kafe dengan gelisah. Ia telah menunggu selama lima belas menit, dan kesabarannya mulai menipis. Hujan rintik-rintik di luar menambah kegelisahan yang sudah menggerogoti pikirannya selama berminggu-minggu."Maaf, aku terlambat," ucap Bima, teman kuliahnya dulu yang kini bekerja di departemen IT di perusahaan tempat Alena bekerja. Pria berkacamata itu melepas jaket yang basah oleh air hujan dan duduk di hadapan Reno."Tidak masalah," jawab Reno, meski nadanya kontradiktif dengan kata-katanya. "Terima kasih sudah mau bertemu."Bima memesan kopi pada pelayan yang lewat, lalu menatap Reno dengan sorot mata penasaran. "Jadi, ada apa sampai harus bertemu mendadak begini? Tidak biasanya kau menghubungiku."Reno menarik napas dalam-dalam, mengumpulkan keberanian. "Ini tentang Alena.""Pacarmu? Ada apa dengannya?""Kau bekerja di perusahaan yang sama, kan? Aku ingin tanya... apa kau mende

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 78: Batasan yang Memudar

    Alena menatap email di layar komputernya dengan jantung berdebar. Pesan singkat dari Adrian, memintanya datang ke ruangan direktur pukul dua siang. Tidak ada penjelasan, tidak ada agenda meeting yang terlampir. Hanya permintaan untuk bertemu empat mata.Sejak insiden Reno datang ke kantor minggu lalu, Alena sengaja mengurangi interaksi dengan Adrian. Pertemuan langsung dibatasi pada rapat tim, diskusi pekerjaan selalu dilakukan dengan kehadiran orang lain. Strategi yang bisa mengurangi gosip, sekaligus menjaga jarak profesional dengan Adrian—setidaknya itu yang ia katakan pada dirinya sendiri.Namun kini, saat jarum jam menunjukkan pukul dua kurang lima menit, Alena tidak bisa mengabaikan kegugupan yang melandanya. Ia merapikan dokumen di mejanya, mengambil notes kecil—setidaknya untuk memberi kesan ini adalah pertemuan formal—lalu berjalan menuju ruangan Adrian di ujung koridor."Masuk," suara Adrian terdenga

  • Gairah di Balik Tirai Kehidupan   Bab 77: Bisikan-bisikan

    Alena merasakan tatapan-tatapan itu bahkan sebelum ia melangkahkan kaki ke ruang pantry. Pembicaraan yang tiba-tiba terhenti ketika ia masuk, lalu dilanjutkan dengan bisikan-bisikan pelan—semua itu menjadi rutinitas barunya selama seminggu terakhir."Pagi," sapanya pada sekelompok kecil staf yang sedang berkumpul di meja. Beberapa hanya tersenyum tipis, sementara yang lain mengangguk singkat. Sari, staf bagian keuangan yang biasanya ramah, kini hanya melirik sekilas sebelum kembali sibuk dengan kopinya.Alena mengambil cangkir dan menyeduh kopi dalam diam. Telinganya menangkap potongan percakapan yang sengaja dipelankan."...kemarin mereka makan malam berdua lagi...""...katanya sampai jam sebelas malam masih di restoran itu...""...jelas dia naik jabatan karena itu..."Tangannya sedikit gemetar saat menuangkan kopi, membuat beberapa tetes tumpah di meja. Ia cepat-cepat membersihkannya dengan tisu."Hai, butuh bantuan?"

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status