"Sayang, kenapa kamu menatapku seperti itu?" tanya Feri setelah sampai di depan istrinya."Seharusnya kamu mikir sendiri, coba lihat ponsel kamu sini!" Lola yang sedikit geram langsung meminta handphone milik suaminya."Handphone?" beo Feri."Iya, handphone. Mana handphone nya?" tanya Lola, tangannya menengadah di depan wajah Feri. " Aku itu sejak tadi khawatir tahu sama kamu, aku hubungi juga tidak kamu angkat. Coba kamu lihat ponselmu itu, pasti banyak panggilan dari aku yang kamu abaikan," ucap Lola dengan wajah kesalnya."Tunggu sebentar," ucap Feri. Lelaki itu merogoh saku celananya untuk mencari keberadaan ponselnya, namun sepertinya tidak ada di sana. Lalu ia kembali mencari di dalam tas kecil miliknya yang masih melekat di tubuhnya."Kok tidak ada ya, apa terjatuh," gumam Feri, namun masih terdengar oleh sang istri."Maksud kamu, ponselnya hilang?" tanya Lola memastikan."Entahlah Sayang, tapi memang tidak ada padaku," jelas Feri lagi. Lelaki itu masih mencoba mencari di dalam
Ayuna menatap sahabatnya, gadis itu masih menunggu kelanjutan dari pembahasan yang membuatnya sempat terkejut sekaligus tidak percaya."Kamu mau tahu apa bukti yang aku dapatkan Ay?" tanya Lola sambil menatap wajah sahabatnya. Ayuna menganggukan kepalanya dengan cepat, karena merasa sangat penasaran dengan bukti yang Lola maksud tersebut. Terlihat Lola menghela nafasnya, setelah cukup lama diam, wanita itu kembali bersuara. "Sewaktu aku berkunjung ke rumah Paman Joko dan Bi Uut, aku sempat melihat ada Poto Feri di laci lemari pakaiannya," ucap Lola."Hah? Gimana- gimana?" tanya Ayuna yang masih looding."Waktu itu, tidak sengaja baju aku basah, karena tertimpa minuman, terus Bi Uut meminjamkan aku pakaian miliknya, dan kebetulan juga, dia yang menyuruhku untuk mengambilnya di dalam lemari yang ada di kamarnya, awalnya aku menolak karena merasa tidak enak, namun Paman Joko meyakinkanku, hingga akhirnya aku mau tidak mau menurutinya, karena tidak enak juga memakai pakaian yang basah,"
Saat ini Ayuna sudah berada di atas motor tua milik Jaka, sepanjang perjalanan gadis itu hanya diam, bahkan rona di wajahnya terlihat masih tampak, karena merasa malu dengan pertanyaan yang sempat Jaka tanyakan padanya. Untung saja saat itu dirinya bisa berdalih, jika debaran jantungnya tadi karena ia masih merasa syok dengan kejadian yang ia alami, dan saat itu Jaka langsung mempercayainya. Namun meskipun begitu, Ayuna tetap saja masih tidak bisa mengkondisikan jantungnya saat ini. Entah kenapa, berdekatan dengan Jaka dengan jarak sedekat ini, membuat tubuhnya bereaksi, ada sesuatu yang aneh dalam diri gadis itu, hingga membuatnya sedikit gelisah.Jaka melihat raut wajah Ayuna dari kaca spion, sepertinya gadis itu sedang meringis menahan rasa sakit dipergelangan kakinya. "Neng Ayuna apakah sakit sekali?" tanya Jaka, matanya masih menatap dari kaca spion motor miliknya."Iya, rasanya sedikit ngilu," jawab Ayuna. Gadis itu membalas tatapan Jaka dari kaca spion, lalu mencoba tersenyum ,
Ayuna dan Jaka masih berada didalam satu kamar, setelah membantu Ayuna dan memastikan keadaan kakinya yang terluka dalam keadaan yang baik, Jaka langsung berpamitan, pemuda itu mengatakan jika dirinya akan menjemput bidan desa yang sering menangani orang sakit, dikampung tersebut."Jaka apa kamu sungguh akan meninggalkan aku sendirian di sini dalam keadaan seperti ini?" ucap Ayuna dengan tatapan sendu."Saya hanya akan memanggilkan bidan, lagi pula sebentar lagi Juragan Wildan akan pulang, bukankah Neng Ayuna sudah mendengar sendiri tadi, begitu khawatirnya beliau saat mengetahui jika putrinya kecelakaan," ucap Jaka. Ayuna memang sudah menghubungi ayahnya, dan memberitahukan tentang kecelakaan yang menimpanya, dan tentu saja Juragan Wildan yang mendengar putrinya kecelakaan menjadi panik dan khawatir, dan tanpa pikir panjang, lelaki paruh baya itu langsung memutuskan sambungan telponnya, untuk melihat keadaan Ayuna langsung."Tetapi aku takut," ucap Ayuna dengan suara lirih."Takut? T
Feri menatap Lola, lelaki tersebut masih menunggu jawaban dari istrinya itu. Entah kenapa belakangan ini feri merasa jika istrinya Lola selalu mencurigai dirinya, memiliki hubungan dengan bibinya sendiri. Ya kalaupun Feri sendiri sempat melihat gelagat aneh dari istri pamannya itu, namun Feri yakin jika Uut tidak mungkin menaruh rasa padanya."Katakan! Apa yang Bi Uut bilang padamu saat kau menemuinya tadi siang, sehingga kau bisa menjadi seperti ini," tanya Feri yang kembali mendesak."Bi Uut memang tidak mengatakan apapun, tetapi entah kenapa aku merasa kalau dia itu menyukaimu Feri, kamu sadar tidak sih? Aku bisa melihat raut wajahnya yang berbeda saat setiap dia membicarakan mu," jelas Lola.Feri menghela nafasnya berat, saat mendengar ucapan sang istri. Meskipun awalnya dirinya juga sempat merasakan hal yang sama seperti yang dikatakan Lola, tapi tetap saja, Feri tetap akan menyangkalnya, tidak perduli jika semua itu memang benar adanya, dia tidak perduli, jika memang istri paman
Juragan Wildan dan Jaka masuk ke dalam kamar, pandangan keduanya langsung tertuju ke arah tempat tidur, di mana saat ini Ayuna berada."Ada apa Nak? Kenapa kamu menjerit?" tanya Juragan Wildan. Lelaki paruh baya itu masih terlihat panik."Sakit Ayah, sepertinya kaki ku ini patah deh," adu Ayuna. Gadis itu memperhatikan bidan desa tersebut yang sedang mengobati kakinya, sebagai mana mestinya.Mendengar ucapan putrinya, pandangan Juragan Wildan langsung tertuju ke arah Bu Anjar, untuk meminta penjelasan, begitu juga dengan Jaka yang terlihat masih penasaran dengan kondisi kaki Ayuna yang sebenarnya."Begini Juragan, setelah saya periksa, sepertinya tulang kaki putri Juragan, saya rasa tidak mengalami masalah yang parah, hanya cidera saja, keseleo, saya akan kasih resep obat, nanti silahkan ditebus," jelas Bu Anjar."Benarkah Bu Anjar? Tapi tadi kenapa dia menjerit?" Bukan Juragan Wildan, namun Jaka lah yang bertanya."Oh, itu tadi karena saya menyentuh bagian yang sakit, yang memar kare
Tepat pukul 7 malam, Jaka sampai di depan rumah Indah kekasihnya, setelah memarkirkan motor miliknya, pemuda itu langsung melangkah menuju rumah bercat putih tersebut. Sejenak langkah pemuda itu terhenti, saat matanya melihat kendaraan yang terparkir di depan rumah sang kekasih."Ini motor siapa? Apa di dalam sedang ada tamu?" gumam Jaka, matanya terus mengamati motor tersebut, lelaki itu merasa pernah melihat motor yang terparkir di depan matanya saat ini, namun Jaka lupa, di mana dirinya pernah melihat motor tersebut."Bang Jaka sudah datang?" Terdengar suara seseorang yang sangat Jaka kenal suara tersebut, membuat lelaki itu langsung mengalihkan pandangannya dari motor tersebut pada sosok yang menyapanya."Neng Indah," ucap ya sambil tersenyum. Lelaki itu menatap ke arah seorang gadis yang sedang melangkah ke arahnya dengan senyum yang terus mengembang di bibirnya, membuat senyum itu menulari Jaka. "Ayo masuk Bang, Ayah sudah menunggu,""Ayah? Maksud Neng, Ayah kamu sedang menungg
Jaka tersentak, mendengar ucapan Pak Wongso, ayah dari kekasihnya itu sungguh menguji kesabaran Jaka, pemuda itu dibuat ketar-ketir hanya dengan kata-kata lelaki tersebut. Jaka dapat menyimpulkan dengan jelas, jika Pak Wongso tidak akan merestui pernikahan mereka jika Jaka masih belum bisa membujuk orang tuanya untuk menjual lahan tanah milik keluarga mereka."Pak Wongso bercandanya sangat keterlaluan, coba lihat wajahnya Jaka, sampai pucat begitu saat mendengar ucapanmu tadi," ujar Pak Bandi. Sedangkan Pak Wongso hanya tersenyum menanggapi ucapan temannya tersebut.Tatapan Pak Wongso beralih pada Jaka, yang saat itu terlihat masih diam, tidak lama seringai tipis terlihat di wajahnya. "Kau kenapa Jaka? Syok mendengar ucapan saya tadi? Benar apa yang dikatakan Pak Bandi, saya hanya bercanda. Saya tahu sebagai calon menantu yang baik, kau tidak akan mengecewakan saya, iya kan." Sarkas Pak Wongso dengan senyum smirk nya.Mendengar ucapan Pak Wongso, Jaka tersenyum. "Ah, tidak. Saya hanya
Indah masih melamun memikirkan perasaan Jaka terhadapnya sekarang, apakah perasaan pemuda itu telah berubah terhadapnya? Atau yang lebih menyakitkan apakah mungkin sekarang pemuda yang sangat dicintainya tersebut sudah tidak perduli lagi dengannya, dan sudah jatuh cinta kepada istrinya? "Bang, apa kamu sudah tidak perduli lagi denganku?" Jaka menghela nafas panjang, lalu menatap wanita di depannya yang menunduk dengan wajah sedih karna perkataan Jaka barusan. "Justru karena aku perduli padamu Neng, sebaiknya kamu turuti saja permintaan Bapakmu, dan cobalah, walaupun kamu belum mencintai Ciko, tetapi cinta itu bisa tumbuh dengan seiring berjalannya waktu," "Bang! Kenapa Bang Jaka berubah? Kenapa kamu tega memintaku untuk menerima lelaki lain di hidupku? Aku tidak mau Bang, aku cinta kamu, dan aku maunya hanya sama kamu Bang Jaka," pekik Indah dengan suara lantang, membuat dada seseorang bergemuruh karena ucapan tersebut. "Mengapa kau berteriak kepada suamiku?" Deg Indah k
Jaka masih membeku, merasa bingung tidak tahu harus menjawab apa, sedangkan Ayuna yang melihat keterdiaman suaminya, kembali memeluk Jaka. Namun kali ini Jaka pasrah, tidak mungkin dirinya kembali menolak, bisa-bisa Ayuna akan semakin bertingkah dan kembali mengomel padanya. "Uh, nyaman sekali memeluk suami," gumam Ayuna sambil mencari kenyamanan dari tubuh sang suami. Ayuna mendongak untuk melihat Jaka, lelaki itu sedikit gelisah, dan merasa kurang nyaman dengan pelukan sang istri, namun Jaka tidak bisa melakukan apapun, matanya mencoba fokus menatap layar televisi yang ada di depannya. "Kenapa sih Mas, kok sepertinya gelisah banget?" Jaka menunduk, untuk melihat Ayuna yang ternyata juga sedang menatap kearahnya. Deg Tatapan keduanya bertemu, jarak wajah mereka hanya satu jengkal, bahkan hembusan nafas dari keduanya dapat mereka rasakan, Ayuna tersenyum manis, lalu tanpa aba-aba gadis itu langsung menempelkan bibirnya di atas bibir Jaka. Glek Jaka menelan ludah saat mer
Ayuna masih menunggu jawaban yang akan diberikan oleh Jaka, Ayuna berharap jika suaminya itu akan mengatakan tidak. Namun jika pemuda itu memang ingin berpisah darinya, mungkin gadis itu akan mempertimbangkan permintaan suaminya tersebut. 'Ya Tuhan, begini kah rasanya mencintai tanpa dicintai? Padahal belum ada satu bulan kami menikah, namun rasanya hati ini sudah tidak kuat. Kenapa sangat sulit bagiku untuk mendapatkan cinta suamiku Tuhan? Apa karena aku tidak pantas untuknya? Atau karena aku telah menyakiti hati Indah, makanya Engkau menghukum ku dengan cara ini? Agar aku juga merasakan sakit hati, seperti apa yang Indah rasakan karena aku telah merebut Jaka darinya? Jika memang dengan cara ini Engkau mau mengampuniku, aku ikhlas Tuhan. Aku rela sakit hati, asalkan Engkau mau bermurah hati untuk membuat suamiku mencintaiku,' batin Ayuna penuh permohonan kepada yang Maha Kuasa. Jaka sendiri masih membeku, bingung. Itulah yang Jaka rasakan saat ini, dalam hati pemuda itu merutuki
Saat ini Ayuna dan Ciko sudah berada di depan rumah Indah, namun tidak begitu dekat dengan rumah tersebut, karena Ayuna tidak ingin dicurigai sebagai penguntit oleh para tetangga, saat ini keduanya berada di bawah pohon mangga yang cukup rindang, di pinggir jalan, keduanya duduk di atas motor masing-masing sambil memperhatikan rumah yang ada di depan mereka. "Bukankah itu motor milik Ayahmu? Jadi aku tidak berbohong kan, saat mengatakan jika suamimu sekarang ada di dalam rumah mantannya," ucap Ciko sambil menyeringai. Ayuna tidak menjawab, gadis itu hanya diam sambil terus memperhatikan rumah tersebut. Di dalam hatinya, Ayuna sangat penasaran dengan apa yang Jaka lakukan di dalam rumah mantan kekasihnya itu. Sedangkan di dalam rumah, terlihat Pak Wongso menatap Jaka dengan tajam, pemuda itu baru saja menyampaikan maksud dan kedatangannya ke rumah itu, seperti permintaan Indah. Yang meminta dirinya untuk bicara pada orang tua Indah, agar mereka mau membatalkan perjodohan tersebut
Saat ini Jaka sedang di sibukkan oleh pekerjaannya, memantau setiap pekerjaan karyawan perkebunan. Di sisi lain terlihat ada beberapa orang pemuda yang sedang bergosip sambil menatap kearah Jaka. "Enak ya jadi Jaka, sekarang kerjaannya sudah terjamin, tinggal suruh sana, suruh sini," "Kau benar, sudah gitu dapat istri cantik pula, anak tunggal, warisannya banyak pula," sambung yang lain. "Huus, kalian jangan bergosip terus, nanti kedengaran Juragan Wildan bisa kena marah, kalian jangan iri, itu namanya nasib Jaka yang mujur, jadi jangan sirik," sambung Wawan sahabat Jaka. "Hem, iya deh yang punya sahabat," "Sudah-sudah sebaiknya kita kerja lagi," sambung yang lain. Di saat Jaka sibuk dengan pekerjaannya, tiba-tiba ponsel miliknya berdering, membuat Jaka langsung mengangkat panggilan tersebut, yang ternyata berasal dari Indah, mantan kekasihnya.Meskipun malas, Jaka tetap mengangkat panggilan dari wanita itu. "Iya Indah, ada apa?" "Aku ada di depan Bang, Abang bisa ke s
Saat ini sepasang suami istri tersebut ada di sebuah gazebo, yang berada di belakang rumah orang tua Jaka. Di samping gazebo tersebut ada beberapa tanaman sayur dan juga beberapa pohon buah-buahan, seperti pepaya, jambu air, dan juga mangga. Ayuna tidak menyangka jika di belakang rumah mertuanya ada kebun, yang membuat matanya terasa di manjakan. Terlihat sejuk karena rindangnya pohon mangga yang ada di samping gazebo tersebut. "Maaf karena saya tidak memberitahumu tentang kondisi Bapak," jelas Jaka setelah dia beberapa saat. "Tidak masalah, toh aku tidak terlalu penting untuk mengetahuinya, benarkan?" Jaka yang tadinya menatap lurus ke depan, langsung menoleh pada sosok wanita cantik di sampingnya. "Kenapa berkata seperti itu?" "Lalu harus bagai mana? Toh kenyataannya memang seperti itu kan? Sekarang aku tanya sama kamu Mas, apa kamu ada memikirkan aku saat kamu memeluk wanita itu?" Jaka membeku, sejujurnya Jaka memang tidak memikirkan perasaan Ayuna saat memeluk Indah, s
Ayuna membeku kala matanya melihat pemandangan yang tidak seharusnya dilihatnya. Tangannya terkepal kuat, apa lagi saat wanita dalam pelukan suaminya tersebut tersenyum menyeringai kearahnya. Ya, saat ini Ayuna tengah menatap suaminya yang sedang memeluk wanita lain, yang tidak lain adalah Indah. Entah apa alasan dari pelukan tersebut yang pasti Ayuna yang melihatnya semakin bertambah kecewa. "Nak Kenapa kamu hanya berdiri di depan pintu? Kenapa tidak masuk?" tanya Juragan Wildan yang tiba-tiba mengagetkan Ayuna. "Assalamu'alaikum ..." Ayuna mengucapkan salam dengan suara keras, berharap dua orang yang tidak tahu malu di depannya segera melepaskan diri, sebelum ayahnya melihat perbuatan memalukan suaminya. Dan benar saja, Jaka yang kaget replek melepaskan pelukan Indah, saat mendengar suara yang di kenalnya, sedangkan Indah hanya mendengus kesal karena gangguan Ayuna. "Hei Nak, kenapa mengucapkan salamnya seperti itu? Nanti menggangu Pak Agus yang sedang sakit," tegur Juragan
"Kamu menganggapku istri mu, dan saat lelaki lain menyentuhku kamu marah? Lucu sekali, dengar ya suamiku tercinta, Ahmad itu memelukku hanya karena ingin berpamitan, dia akan kembali ke kota asalnya, itu tadi hanya pelukan perpisahan saja," jawab Ayuna dengan santai. Sedangkan Jaka semakin berangkat melihat sikap santai istrinya itu. 'Apa dia bilang? Benar-benar tidak bisa di percaya, bisa-bisanya dia membiarkan tubuhnya di peluk oleh lelaki yang baru di kenalnya, aku saja sebagai suaminya belum pernah berinisiatif untuk memeluknya duluan, lelaki itu malah dengan kurang ajarnya memeluk istriku di depanku,' batin Jaka merasa darahnya mendidih. Entah mengapa Jaka merasakan perasaan demikian. 'Dia kenapa? Kenapa jadi melamun begitu? Apa rencanaku dan Ahmad telah gagal membuatnya cemburu?' batin Ayuna. Sebenarnya pelukan tadi adalah bagian dari rencana Ayuna dan Ahmad, gadis itu terpaksa meminta bantuan Ahmad untuk membuat suaminya itu cemburu. Ayuna beralasan kepada Ahmad jika saat i
Perlahan Ayuna menuangkan minyak tersebut diatas telapak tangannya, setelah itu gadis tersebut langsung mengoleskannya di atas perut Jaka yang terlihat menggoda di indra penglihatan gadis itu. "Em, Jaka sedikit melenguh saat Ayuna mengusap lembut perutnya, pemuda itu merasakan detak jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya, terlebih saat ini Ayuna seolah dengan sengaja meraba tubuhnya, membuat Jaka yang baru pertama kali bersentuhan seperti ini dengan wanita langsung di buat tegang. Ayuna melirik kearah Jaka yang terlihat memejamkan mata, mencoba menahan sesuatu yang mulai bergejolak dalam dirinya. Sebenarnya Ayuna juga tidak kalah tegang, ini adalah pertama kalinya bagi gadis itu menyentuh tubuh seorang pria, dan untungnya itu adalah suaminya sendiri. Ayuna tersentak kaget saat tiba-tiba saja Jaka menahan lengannya yang tanpa sengaja sudah memegang sesuatu milik sang suami. "Ja-jaka," ucap lirih Ayuna. Gadis itu menelan ludahnya saat merasakan tangannya memegang sesuatu y