"Temukan bandot tua sialan itu. Aku tak peduli dia hidup atau mati. Berpencar!" Teriakan kasar penuh amarah seorang pria bercambang tipis dalam penampilan perlente menggema di ruang tamu kosong sebuah rumah tepi pantai mewah berdinding full kaca di Malibu, Los Angeles.
Sekitar selusin pria bersetelan jas hitam mengobrak-abrik seisi rumah tak berpenghuni itu untuk mencari Lawrence Brickman. Mereka sudah menyisir dua lantai dari rumah milik pria tersebut, tetapi nihil.
"Maaf, Tuan Jordan. Nampaknya pria itu sudah kabur entah kemana!" lapor kepala pengawal pria muda bertampang bengis yang bertolak pinggang di tengah lantai 1 rumah tepi pantai itu.
"Bangsat! Dia membawa kabur uang penyertaan modalku senilai 50 juta dolar. Itu nilai yang tidak kecil, Donovan. HUH!" Jordan Fremantle menjambak sendiri rambut cepaknya yang tadinya tertata rapi saking kesalnya.
Rasa depresi akibat kehilangan banyak uang dalam satu waktu membuatnya mengalami gejala depresi. Dia ingin membunuh pria tua yang begitu licik dan telah memperdayainya hingga setuju menggelontorkan dana untuk megaproyek pembangunan kota masa depan di Amerika Utara.
Tanpa dia sadari kamera CCTV yang terpasang di titik-titik tersembunyi di rumah tepi pantai itu merekam segalanya. Dan tua-tua keladi sang pemilik rumah tertawa pongah menikmati adegan yang terekam di sana dari tempat persembunyiannya.
***
Kepulauan Karibia.
"Hahaha. Dasar anak muda yang bodoh! Dia boleh memiliki banyak uang di usia belia. Namun, pengalaman adalah milik pria matang sepertiku. Terima kasih Jordan, kini aku bisa menikmati masa pensiunku tanpa bersusah-susah," ujar Lawrence Brickman sambil mengepulkan asap cerutu Cohiba Talisman favoritnya dengan kaki berselonjor di bangku berjemur tepi pantai.
Sebuah ipad dalam posisi berdiri tersangga di meja samping kursinya. Dia memutar secara live rekaman CCTV kamera yang terpasang di rumah tepi pantai miliknya di Malibu. Namun, ketika Lawrence menyesap Tequila Sunrise dingin yang ada di tangan kanannya, dia nyaris tersedak dengan mata melotot nyaris copot melihat adegan tak terduga yang terekam secara candid masih di tempat yang sama.
"Ohh My God! Chantal—" Desisan terkejut seakan tak percaya itu meluncur dari bibirnya. Dia melupakan satu hal paling berarti dalam hidupnya yang seharusnya layak membusuk di neraka karena dosa-dosanya. Malaikat kecilnya masuk ke sarang macan dengan langkah kaki ringan.
***
Malibu, Los Angeles.
"Hello, Tuan-tuan. Apakah aku melewatkan sebuah pesta di sini? Kenapa begitu banyak orang?" Suara merdu nan riang menyentakkan kepala Jordan Fremantle ke balik punggungnya.
Sesosok wanita berambut cokelat terang keemasan bergelombang sepanjang punggung dengan berpakaian gaun fit body sepanjang setengah paha warna kuning terang senada. Dia mengenakan sepatu stiletto kuning berhak setinggi 10 cm dan berkaca mata hitam lebar di wajahnya yang mungil berbentuk oval berdiri menatap langsung ke arah Jordan dari ambang pintu masuk rumah tepi pantai itu.
'Siapa wanita riang sialan ini?!' batin Jordan sembari menatap penasaran sosok di hadapannya dari ujung kepala hingga ujung kaki. 'Cantik. Sexy. Sekalipun terlalu ramai hingga nyaris konyol penampilannya,' nilai Jordan dalam hatinya.
"Maaf, kalau kalian sudah selesai melakukan pekerjaan apa pun itu di sini. Tolong tutup lagi pintunya!" ujar Chantal Brickman seraya melangkah santai melewati Jordan yang berdiri mematung tanpa sepatah kata pun terucap dari mulutnya.
Tiba-tiba tangan Chantal dicengkeram dan disentakkan hingga tubuhnya terpental menubruk badan keras berupa anyaman otot yang tersembunyi di balik setelan jas Armani kelabu itu.
Chantal sontak kesal dan mencopot kaca matanya dengan tangan kirinya. "Siapa kau—berani-beraninya bersikap kasar kepadaku?!" tuntutnya.
"HA–HA–HA! Siapa aku? Kau boleh tahu setelah kau memberi tahukan terlebih dahulu siapa Anda, Nona?" balas Jordan sinis.
Wanita cantik itu mengendikkan bahunya lalu mendorong dada Jordan agar melepaskan dirinya dari dekapan erat pria itu. Dia lalu mengulurkan tangan kanannya ke hadapan Jordan yang terpaksa dijabat oleh lawan bicaranya. "Chantal Brickman. Dan siapa Anda, Tuan?" ujarnya dengan nada ringan.
"Jordan Fremantle. Rupanya kedatanganmu di sini sanggup mencerahkan hariku yang kelabu, Nona Chantal ... Brickman. Sebuah unfinished business sepertinya menemukan sebuah titik terang!" tutur pria bermata biru terang bak batu saphire itu dengan seringai iblis nan berbahaya.
"Unfinished business?!" ulang Chantal membeo.
Lengkungan alis kiri Jordan yang tebal terangkat sembari menatap wajah kebingungan Chantal. "Ceritanya panjang dan aku memiliki gejala maag yang dapat mendadak kambuh bila harus menceritakannya kepadamu sekarang. Jadi—ikutlah aku!" jawab Jordan merangkul pinggang ramping Chantal yang berlekuk seperti huruf S itu.
"Hey! Jangan menyeretku, Bodoh—kakiku bisa terkilir dengan stiletto 10 centi!" protes Chantal berisik saat dia harus mengimbangi langkah kaki cepat dan lebar pria jangkung setinggi nyaris 2 meter di sisinya.
Langkah Jordan terhenti. Dia sejenak seolah berpikir sembari menatap Chantal. Sesaat setelahnya tubuh ringan gadis itu terangkat dari permukaan bumi dan tenggelam dalam gendongan Jordan. "Begini sepertinya lebih aman bukan, Chantal?" ucapnya lalu bergegas keluar dari pintu rumah tepi pantai milik Lawrence Brickman.
Selusin lebih pengawalnya mengikuti kepergian Jordan. Seorang pria di antara mereka menutup pintu rumah tepi pantai yang tak berpenghuni tadi. Kemudian Donovan Bailey, membukakan pintu limousine untuk bosnya yang menggendong puteri musuh pria itu. Diam-diam Donovan merasa lega untuk keberuntungan Jordan. Sekalipun pria tua bangka penipu itu kabur, tetapi mereka berhasil menawan puterinya.
"Kau mau membawaku kemana, Jordan?! Mobil Lexus milikku masih ada di depan rumah papaku! Aku sebaiknya mengemudikannya sendiri—" Chantal berbicara tak henti mencoba mencari alasan agar dia bisa lepas dari cengkeraman pria misterius di sebelahnya.
Jordan tersenyum lebar melirik Chantal, dia mengulurkan telapak tangannya. "Kemarikan kunci mobilnya. Biarkan anak buahku yang membawakannya untukmu!"
Helaan napas putus asa meluncur dari Chantal, dia membuka tas mini yang ada di kempitan lengannya dan mengeluarkan kunci mobil Lexus miliknya. "Silakan!"
Sebelum limousine itu melaju, Jordan membuka kaca jendela mobil dan memanggil Donovan Bailey untuk mengurus mobil sedan hitam milik Chantal. Lalu dia pun menyuruh sopir memulai perjalanan pulang mereka ke tengah kota Los Angeles dimana penthouse miliknya berada.
"Kau ingin membawaku kemana? Bisakah kau menjelaskan kejadian membingungkan yang terjadi ini padaku, Jordan? Aku merasa sangat tak nyaman!" gerutu Chantal merasa bahwa ada hal yang tidak benar sedang menimpanya.
"Ayahmu menipuku senilai 50 juta dolar. Apa kau bisa memberi tahuku dimana dia berada saat ini, Chantal yang cantik?" jawab Jordan sambil menatap wajah itu lekat-lekat sembari menilai dalam hatinya.
Mulut gadis itu terperangah. 'Papa, sepertinya kau meninggalkan sebuah masalah yang super duper besar untukku kali ini!' batin Chantal gundah. Dia sudah dua minggu terakhir tidak dapat menghubungi Lawrence Brickman sehingga memutuskan untuk mengunjungi rumah tepi pantai di Malibu, tempat tinggal ayahnya.
"Aku tak tahu dimana dia—"
"Hmm ... artinya kau akan lama menghabiskan waktu bersamaku nanti, Chantal! Mungkin papamu berminat untuk menebusmu bila dia kuberi tahu bahwa kau ada bersamaku via surelnya," jawab Jordan sembari membelai pipi halus Chantal dengan buku-buku jari tangannya yang besar.
Hening. Lalu Chantal pun berkata, "Bagaimana kalau aku tak mau?"
"Tak ada pilihan bagimu, Cantik!" tukas Jordan seraya menarik kasar punggung Chantal hingga tubuh ramping itu menubruknya.
"Hey, bisakah kau pelankan langkahmu, Jordan!" seru Chantal yang terseok-seok mengikuti Jordan Fremantle yang mencengkeram pergelangan tangannya melintasi lobi sebuah apartment mewah di tengah kota Los Angeles.Kepala berambut cokelat tua mahoni itu menoleh ke belakang. "Dasar wanita manja! Lain kali jangan pakai sepatu berhak tinggi, itu rawan membuat kakimu terkilir," cerca Jordan dengan tatapan sinis yang membuat Chantal yang biasanya riang menjadi bermuka masam."Tolong kau ingat baik-baik, aku tidak ingin ikut denganmu ke mari. Lepaskan saja aku dan pasti kau tidak perlu repot dengan langkah kakiku yang lambat di atas high heel cantik, Tuan Fremantle!" sembur Chantal sembari mencoba melepaskan tangannya dari tangan sekuat borgol yang memeganginya agar tidak kabur.Lift yang ditunggu oleh Jordan akhirnya sampai di lantai lobi, dia pemilik dari properti mewah pencakar langit berlantai 80 ini. Bangunan futuristik yang memiliki banyak fungsi selain sekadar hunian. Sky Eternity Interc
"TING TONG." Bel pintu penthouse milik Jordan Fremantle berbunyi. Pria yang sedang memerangkap tubuh Chantal Brickman pun terpaksa membatalkan niatnya untuk menggoda gadis itu dengan sedikit agresif. Jordan bangkit dari kasurnya lalu berjalan membukakan pintu untuk tamunya.Pintu itu pun mengayun terbuka dan sosok berseragam putih khas dokter tersenyum memamerkan sederet gigi putihnya yang tersusun rapi. "Selamat petang, Mister Fremantle. Siap melayani Anda, Sir!" ucapnya."Selamat petang, Dokter Damian Brinkeley. Silakan masuk," sambut Jordan dengan sopan seraya menggeser tubuhnya agar tamunya dapat masuk ke penthousenya."Jadi, dimana pasien saya, Mister Fremantle?" tanya Dokter Damian seraya mengedarkan pandangannya di ruangan luas berinterior mewah itu mencari-cari manusia selain mereka berdua.Jordan pun berjalan mendahului dokter pribadinya menuju ke tempat tidurnya. "Kucing kecil yang terluka itu ada di atas ranjangku, Dok. Hati-hati karena dia sedikit bengal!" Tawa Jordan ter
"Aku tak mau menikah denganmu! Singkirkan tangan kotormu itu dariku, Mister Fremantle!" sembur Chantal dengan galak usai kesadaran kembali menguasai dirinya pasca syok mendengar ucapan Jordan.Pria itu menggelengkan kepalanya dan mengetatkan dekapan kedua lengannya di sekeliling tubuh ramping Chantal. Bulatan kembar di dada wanita itu terdesak hingga menyembul di hadapan Jordan. "Sangat menggairahkan bukan?" desis pria itu menatap terang-terangan aset berharga milik Chantal.Rasanya Chantal ingin menampar-nampar wajah pria mesum yang tengah memeluknya dengan tidak senonoh. "Dasar pria keparat! Menjijikkan. Rendahan!" Amarahnya memuncak seiring berlalunya waktu yang harus dijalaninya bersama Jordan. Jelas sekali mereka bagaikan kucing dan tikus yang saling membenci.Tawa Jordan membahana di penthouse mewah miliknya. Kemarahan Chantal justru menggemaskan baginya dan memberikan hiburan tersendiri baginya. Dengan girang dia mendaratkan ciuman-ciuman iseng di wajah wanita yang meronta-ront
"Ayo kita berangkat sekarang, Chant!" Suara maskulin dari belakang punggung sofa itu membuat Chantal menolehkan kepalanya.Tatapan mata wanita itu terjatuh dari ujung sepatu fantofel hitam di atas lantai kayu mengkilap itu hingga naik ke wajah berkarakter yang tak dapat dipungkiri memang istimewa. 'He's charming actually!' batin Chantal tanpa ingin mengungkapkan isi kepalanya."Tentu saja, mari kita pergi berpesta, Jordan!" sahut Chantal seraya melemparkan senyumnya kepada lelaki gagah berparas tampan di hadapannya.Jordan tidak mencukur bulu-bulu gelap kecoklatan di wajahnya yang membuat penampilannya macho dan nampak jantan sekalipun setelan tuxedo warna khaki yang dikenakannya sangatlah rapi. Tak ada kesan nerdy atau culun sama sekali dalam pancaran aura kuatnya.Langkah kaki Chantal anggun mendekati Jordan lalu meletakkan tangannya di lengan pria yang tengah menawannya itu. "Welcome to Holywood life, Chantal. Kamu akan bertemu banyak selebritis dan kaum jetset di pesta nanti," uj
"Chant, ingat bahwa kau harus tetap bersamaku!" desak Jordan menatap wanita di tengah dirinya dan David Guilermo itu dengan serius.Chantal menoleh ke arah Jordan. Namun, David meraih tangan kirinya untuk ditarik menjauh dari Jordan. "Jauhi pria bodoh dan sinting itu, Sayang!" ujar David seraya menarik pacarnya melangkah cepat di atas high heels hingga terhuyung-huyung bertabrakan dengan pengunjung pesta lainnya.Tentu saja Jordan tak terima begitu saja tawanannya dibawa kabur pria yang tak dikenalnya dan mengaku-ngaku sebagai pacar Chantal. Dia mengerang lalu mengejar pasangan muda mudi tersebut seraya berseru, "Stop! Jangan kabur dariku!"Kepala Chantal menoleh ke belakang dengan wajah kebingungan dengan situasi yang serba salah itu. Dia masih terus diseret oleh David menuju ke arah lift.Langkah lebar kaki jenjang Jordan memangkas jarak di antara mereka hingga dia dapat menangkap pinggang ramping Chantal dan menghentikan langkah wanita itu. Pegangan tangan David pada kekasihnya son
"Jordan, jangan seret aku seperti ini!" teriak Chantal bernada kesal karena tangan kirinya lagi-lagi ditarik dan dia dipaksa mengikuti langkah cepat pria setinggi nyaris 2 meter itu.Sekalipun Jordan hanya berjalan biasa, tetapi jangkauan langkahnya sangat lebar dan termasuk cepat bagi Chantal yang tubuhnya lebih mungil. Pria itu mendadak berhenti melangkah hingga Chantal menubruk tubuh bagaikan Tembok Raksasa China yang kokoh itu.Sebelum wanita cerewet itu benjol mencium lantai Jordan pun segera menangkap tubuh berlekuk sexy itu ke dalam pelukannya. "Hey, kau aman. Bukalah matamu, Chant!" ujar Jordan terkekeh menatap wajah Chantal yang sedang memejamkan matanya rapat-rapat karena mengira dia akan jatuh ke lantai.Sepasang mata hijau bak Zamrud Colombia itu pun terbuka menatap lurus ke mata biru Jordan. Dia merasa limbung dan tak tahu harus berkata apa terhanyut dalam tatapan mata sebiru langit cerah di hadapannya."Mungkin kau lelah, mari kugendong saja kembali ke penthouseku di lan
Bunyi anak kunci diputar dari dalam kamar mandi membuat Jordan menyeringai lebar. Ancamannya berhasil dengan efektif. Seraut wajah pucat pasi menatap dirinya dengan memelas hingga dia pun tak tega melakukan ancamannya."Kucing kecilku rupanya menyembunyikan ekornya, hmm?" sindir Jordan menaikkan sebelah alisnya membalas tatapan Chantal.Wanita itu mengatupkan kedua telapak tangannya di depan dadanya. "Kumohon jangan sakiti aku—" "Aku ingin membawamu ke surga dunia bukannya mau melukaimu, apa salahku?" Jordan bersedekap seraya tertawa mengejek."Sudah kukatakan tadi, aku tak mau!" tolak Chantal bersikukuh."Kenapa?" tanya Jordan datar sekalipun dirinya penasaran. Toh dirinya diinginkan oleh banyak wanita selama ini tanpa harus mengejar-ngejar salah satu dari mereka hingga ke kamar mandi seperti saat ini. Chantal adalah satu-satunya yang berbeda. "Kau sangat kekanak-kanakan, Chant!" tukas Jordan seraya menyandarkan kedua tangannya di bingkai pintu kamar mandi di mana Chantal berdiri b
Saat Jordan sedang mandi di bawah shower tiba-tiba lampu kamar mandi padam, lampu dari daya cadangan yang masih menyala redup di sudut langit-langit ruangan penthouse. "Damn, apa-apaan ini?! Kenapa bisa terjadi mati listrik sepagi ini?" rutuk pria itu segera menyelesaikan mandinya lalu mengeringkan tubuhnya dengan handuk. Dengan pinggul berlilitkan handuk setengah basah, Jordan keluar dari kamar mandi dan menghampiri tempat tidurnya. "Kuharap kau tidak takut dengan gelap, Chant. Apa kau baik-baik saja?" tanya Jordan dengan sebersit nada kekuatiran."Aku baik-baik saja. Apa ada pemadaman listrik dari pusat?" balas Chantal karena jarang sekali mati listrik kecuali ada badai besar melanda kota.Jordan mengendikkan bahunya seraya menjawab, "Entahlah, mungkin saja begitu. Aneh sekali karena ini masih pagi. Aku akan menanyakan ke pengelola gedung. Tunggu di sini saja, jangan kemana-mana!" Pria itu pun melangkah cepat menuju ke walk in closet miliknya untuk memilih pakaian kerjanya dengan p
"Hello, Gorgeous!" Perempuan itu tersenyum miring di ambang pintu penthouse Calvin Fremantle yang berada di Queens, New York.Calvin mendengkus geli sembari bersedekap menghadapi Jessica Carrera. Dia sudah sebulan ini menghindari wanita muda yang merengek meminta alamat tempat tinggalnya sekarang."Bagaimana bisa kau mendapatkan alamat tempat tinggalku, Jess?" tanya Calvin menghela napas dalam-dalam lalu mempersilakan wanita yang jauh-jauh terbang dari Los Angeles ke tempatnya itu masuk.Ketika Calvin menutup pintu penthousenya, Jessica segera memeluknya erat dari belakang punggungnya. "Aku mendesak Jordan agar memberi tahukan alamatmu. Kau tega meninggalkanku, Honey!" rajuknya."Hmm ... memang hanya Jordan yang mengetahui tempat tinggalku dan beberapa kolega dekatku yang pastinya tak kau kenal," jawab Calvin dengan perasaan bercampur aduk. Dia lalu bertanya, "Jess, untuk apa kau mencariku? Bukankah banyak pemuda yang berlutut di bawah kakimu untuk mendapatkan perhatian darimu?"Jessi
"Welcome home, Jordan, Chantal!" sambut Calvin di ruangan CEO Sky Eternity Intercontinental Tower. Dia memeluk hangat putera dan menantu kesayangannya bergantian. Kemudian dia menggendong cucu pertamanya sembari menyapa Raphael juga yang menjawab dengan bahasa bayi."Papa, maaf telah merepotkanmu begitu lama!" ujar Jordan sambil terkekeh mengamati kakek dan cucunya yang cepat sekali akrab itu."Hey, it's okay. Duduk dulu di sofa dan mengobrol," ajak Calvin berjalan menuju ke sofa vinyl hitam.Setelah duduk Jordan bertanya, "Apa Papa tertarik untuk menetap di LA? Aku akan suruh bawahanku menyiapkan unit mewah yang kosong di SEI Tower."Penthouse Jordan hanya memiliki sebuah ranjang dan dia telah kembali meninggalinya tak lama lagi. Calvin pun mengerti itu tanpa harus dikatakan secara lugas oleh puteranya. Maka dia pun menjawab, "Lebih baik sore nanti Papa kembali ke Queens, tak perlu repot-repot menyiapkannya, Jordan!""Aku ikut apa yang baik menurut Papa saja. Di SEI Tower banyak unit
Pemberhentian kapal Fortune Marine selanjutnya adalah Norwegia. Negara yang tenang dan sedikit penduduknya itu alamnya masih banyak yang tak tersentuh karena terdiri dari fyord, pegunungan tinggi yang tertutup salju, dan lembah bertebing curam. Julukannya adalah The Land of Midnight Sun karena pada puncak musim panas bulan Mei dan Juni, matahari masih tampak bersinar pada malam hari. Namun, saat itu bulan Oktober.Kapal Jordan mengarungi perairan Laut Norwegia menuju ke Kepulauan Lofoten di malam hari dengan kecepatan yang diperlambat oleh Kapten Andres Fuller. Malam itu Jordan sengaja mengajak Chantal naik ke dek kapal untuk melihat langit menakjubkan yang bertabur bintang dan dapat melihat perubahan cahaya warna-warni di kejauhan di atas daratan."Indah bukan?" tanya Jordan memegangi gelas berisi port wine dengan seringai lebar di wajahnya sembari menemani Chantal yang sedang mengamati langit dengan teleskop tersangga sebuah tripod.Donovan dan John sekali lagi beralih profesi menja
Tiga minggu lamanya Jordan dan Chantal berada di Afrika Selatan. Mereka berpidah-pindah kota dari Johannesburg ke ibu kota Pretoria yang jalanannya dinaungi pohon Jacaranda di tepian kanan kiri hingga nampak rindang. Pada musim semi bunganya yang berwarna ungu penuh mengiasi setiap rantingnya yang subur.Kemudian juga mereka mengunjungi Pantai Nahoon di East London yang berombak dan cocok untuk berselancar. Jordan menyukai surfing, dia menyewa papan selancar di tempat persewaan bersama Donovan serta beberapa rekan pengawalnya yang memang bisa berselancar. Sedangkan, Chantal duduk bersantai di tepi pantai bersama Raphael menikmati sinar hangat matahari sambil minum air kelapa muda asli yang banyak dijual di sana.Setelah itu mereka juga mengunjungi Knysna, sebuah kota di sebelah laguna yang dihiasi hutan-hutan kuno indah dan pegunungan yang mengelilinginya. Di sana mereka berkunjung ke Taman Nasional Tsitsikamma.Upington yang berada di tepi Sungai Orange tak ketinggalan didatangi juga
Mendekati perairan Afrika Selatan gelombang lautan semakin tenang, cuaca cerah dan mataharu bersinar terik di siang hari. Jordan dan seisi kapal Fortune Marine sudah tidak memerlukan pakaian rangkap lagi seperti ketika mereka melintasi perairan Antartika."Sebetulnya apa yang membuatmu ingin mengunjungi Afrika, Jordan?" tanya Chantal yang berdiri bersama suaminya di dek kapal. "Afrika Selatan negara yang unik, percayalah ... perjalanan berat kita akan terbayar saat kau melihat-lihat seperti apa Negeri Pelangi itu. Hanya Afrika Selatan yang memiliki 3 ibu kota di seluruh dunia, Pretoria, Cape Town, dan Bloemfonstein. Namun, kota terbesarnya adalah Johannesburg yang menjadi penghasil emas, berlian, nikel, dan logam lainnya. Selain itu hanya di negara ini kita bisa menemukan satwa the big five yang liar paling sulit diburu; macan tutul, badak, kerbau Cape, gajah Afrika, dan singa. Aku akan mengajakmu ke Kruger National Park, itu salah satu game reserve terbesar di dunia. Kita akan kelil
Kapten Andres Fuller ternyata tidak menemukan kerusakan pada bodi maupun mesin kapal Fortune Marine. Maka Jordan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka dengan bertolak dari dermaga di siang hari usai makan siang di salah satu restoran yang ada di pelabuhan. "Aku senang kita bisa berlayar lagi. Suhu udara yang membekukan hingga ke tulang nampaknya tak cocok denganku, Jordan!" ujar Chantal saat kapal sudah mulai melaju dalam kecepatan stabil 21 knots.Gelombang laut Samudera Selatan masih tenang dan Kapten Andres memanfaatkan waktu di mana matahari masih bersinar sekalipun tidak secerah di daerah tropis. "Nampaknya kita akan menghabiskan waktu agak lama di lautan, semoga bahan bakarnya cukup," jawab Jordan yang tidak terlalu optimis dengan perjalanan mereka. "Mungkin akan membosankan, Jordan. Aku rindu menetap di daratan," ujar Chantal dengan nada lesu. Tidur di atas kapal yang terombang-ambing di tengah lautan terkadang membuatnya cemas.Kapal itu melaju setiap hari di saat
"AAARRGHH!" pekik Chantal mencari keseimbangan pada dinding kabin ketika kapal yacht itu terombang-ambing parah karena gelombang lautan yang ganas disertai angin badai. Dia baru saja buang air kecil di kamar mandi karena suhu udara dingin membuatnya sering berkemih."Baby Girl, apa kau baik-baik saja?!" seru Jordan menghampiri Chantal di tengah kabin sambil mendekap erat puteranya yang tumben agak rewel. Chantal pun menjawab, "Aku baik-baik saja, Jordan. Bagaimana dengan Raphael? Dia masih menangis terus!""Coba kau susui dia, Chant. Dia pasti tidak tenang karena goyangan kapal yang terlalu heboh ini," usul Jordan sembari membantu istrinya kembali ke ranjang. Maka Chantal menuruti ide Jordan yang dia pikir tepat. "Aku akan naik ke kokpit sebentar untuk memeriksa keadaan. Pelayaran ini sedikit membuatku kuatir," pamit Jordan sebelum mengenakan jaket anti air di luar sweaternya. Udara di dalam kabin berpenghangat itu saja terasa dingin, apa lagi di luar ruangan.Jordan mengetok pintu
Tangannya berkelana mulai membuka kancing kemeja putih tuxedo Calvin dan juga sabuk celana pria itu. Akhirnya, Calvin membiarkan Jessica mengambil alih kendali atas tubuhnya yang juga mendambakan petualangan seks kilat dan meledak-ledak dengan daun muda yang molek itu.Ketika kain-kain penghalang di tubuh Calvin terlepas, Jessica membenamkan wajahnya di antara pangkal paha pria itu. Batang berurat Calvin memang masih berfungsi normal terasa sangat keras di dalam mulutnya yang sibuk menjilati dan mengurutnya ketat."Ohh ... luar biasa. Kau membuatku merasa muda kembali, Jess!" desis Calvin menahan sensasi kuat yang membuat dirinya ingin tumpah di bawah sana."Artinya kau setuju dengan permintaanku tadi. Jadi jangan protes lagi!" putus Jessica lalu menarik melepas pantiesnya dari balik gaun merahnya yang berbahan ringan longgar. Dia menduduki paha Calvin untuk menyatukan pusat gairah mereka berdua yang saling menginginkan satu sama lain.Jessica menghentakkan bokongnya dengan lincah nai
"Hai, Calvin. Terima kasih sudah bersedia menghadiri pesta ulang tahunku. Apa Jordan masih belum kembali ke LA?" sambut Fernando Alex Guilermo memeluk hangat Calvin Fremantle usai mendapat ucapan selamat.Pria yang nampak lebih muda dibanding usianya yang sebenarnya itu tersenyum lebar sambil menjawab, "Ini hari istimewamu, Nando. Masa aku tak datang ikut merayakannya? Jordan akan lama keliling dunia, mungkin dia sedang berada di Antartika bermain dengan pinguin. HA-HA-HA!"Jawaban Calvin membuat Fernando menggeleng-gelengkan kepalanya dengan emosi bercampur aduk, antara bingung dan juga kesal. Mungkin ada baiknya dia melupakan dendam mendiang puteranya sepenuhnya, pikir Fernando Guilermo diam-diam."Oke, nikmati pestanya, Calvin. Banyak wanita muda yang menarik bila kau butuh teman!" ujar Fernando Guilermo mendorong punggung kawannya ke lautan manusia yang memadati lantai ballroom salah satu hotel bintang 5 di Los Angeles.Di antara kerumunan tamu undangan yang hadir, sosok cantik it