Share

Bab 50. Apa yang Kamu Pikirkan?

Penulis: Rich Mama
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-16 18:07:40
Naura menelan ludah, berusaha mengolah informasi yang baru saja ia terima. Wanita tersebut merasa resah. Justru hal itu yang ia takutkan. Naura tidak mau menjadi sekretaris sekaligus asisten pribadi Reval. Itu hanya akan membuatnya semakin terjerat dalam rasa yang terlalu sulit untuk ia definisikan.

“Bapak harus ingat. Saya wanita yang sudah berkeluarga.”

Naura menarik napas dalam-dalam setelah menyelesaikan kalimatnya, mencoba mengembalikan kontrol atas perasaannya yang mulai goyah.

Tangannya gemetar di bawah meja, tetapi wajahnya tetap tegas, seperti mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia telah mengambil langkah yang benar.

Keheningan menggantung di antara mereka, terasa berat, seolah setiap detiknya membawa beban tak terlihat.

Reval tidak langsung menjawab. Ia menatap Naura dengan sorot mata yang sulit diartikan.

Tangan kanannya terangkat, jari-jarinya bermain dengan tepi gelas air di depannya, menciptakan suara kecil yang hampir tak terdengar. Ia menundukkan sedikit k
Rich Mama

.......,,,,,

| 3
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Arsi Quthie
up nya yg banyak kakak ......... utk nemenin aq yg lg istirahat d rmh gak enak bdn 🫶🫰...️‍🩹
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 51. Geli

    Naura tertegun. “T-tidak ada,” jawabnya buru-buru, meskipun ia tahu jawabannya sama sekali tidak meyakinkan. Ia menundukkan kepala, memindahkan pandangannya ke piringnya yang kini setengah kosong. Reval tidak langsung merespon. Ia hanya menatap Naura dalam diam, menciptakan tekanan yang membuat wanita itu semakin gelisah. Ia mengetukkan garpunya pelan ke piring, bunyinya nyaris seperti dentingan lembut, tetapi cukup untuk membuat Naura semakin merasa terpojok. “Aku tahu ada sesuatu,” ucap Reval akhirnya, nada bicaranya lebih lembut, tetapi tetap saja membuat Naura merasa terjebak. “Sepertinya kamu tidak pernah merasa nyaman berada di dekatku.” Naura mendongak, terkejut dengan pernyataan itu. Bagaimana mungkin Reval bisa mengatakan hal itu kepadanya? Tentu ia tahu jawabannya. “Sa–sayaya tidak ...” Naura menghentikan kalimatnya, merasa tidak mampu melanjutkan karena pada kenyataannya, yang dikatakan Reval memang benar. Bukan hanya merasa tidak nyaman. Namun, Naura juga merasa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-16
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 52. Menjemput Seseorang

    Naura mengangguk cepat. “Ya, hanya ... sedikit terkejut.” Ia mengalihkan pandangannya ke lantai lift, berharap Reval tidak melihat wajahnya yang memerah. Tetapi, saat ia menunduk, sesuatu yang kecil tetapi cukup memalukan terjadi. Tali sepatu haknya tiba-tiba longgar. “Aduh ....” gumamnya pelan, mencoba membungkuk untuk mengikat kembali tali sepatu itu. Tetapi karena ruang di lift yang terbatas, ia malah kehilangan keseimbangan dan hampir jatuh. Untungnya, tangannya sempat memegang dinding lift untuk menahan tubuhnya. Reval, yang memperhatikan itu, tidak bisa menahan senyumnya. Senyum yang mengejek. “Kamu selalu ceroboh seperti ini?” tanya Reval sambil mencondongkan tubuh sedikit, jelas-jelas menikmati situasi tersebut. Wajah Naura kembali memerah. Ia buru-buru berdiri tegak kembali, meskipun tali sepatunya masih belum terikat sempurna. “Saya tidak ceroboh. Ini hanya ... kebetulan.” Reval menggeleng pelan, senyumnya tidak hilang. “Kebetulan yang terlalu sering.” Sebelum N

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 53. Menusuk Pelan Tetapi Dalam

    Perjalanan menuju bandara berlangsung dalam keheningan. Hanya suara radio yang terdengar samar-samar mengisi ruang mobil. Naura memandang keluar jendela, memperhatikan pemandangan yang berlalu cepat, tetapi pikirannya terus berputar. Ketika mobil memasuki area parkir bandara, Reval langsung memarkirkan mobilnya di salah satu tempat kosong yang tidak jauh dari pintu kedatangan. Ia mematikan mesin, melepas sabuk pengaman dengan cepat. Sementara itu, Naura, yang duduk di sebelahnya, mencoba melakukan hal yang sama. Jemarinya berusaha menarik pengait sabuk pengaman, tetapi benda itu terasa begitu bandel hari ini. Tidak mau bergerak sedikit pun. “Duh ...,” gumam Naura pelan sambil menggoyangkan sabuk pengaman dengan wajah frustrasi. Tangannya berkali-kali menarik tuas pengait, tetapi nihil. Reval, yang sudah bersiap keluar, mendesah pelan ketika menyadari Naura masih terjebak di kursinya. Ia memutar tubuhnya dan menatap Naura dengan tatapan datar, tetapi ada kilatan lain yang tidak bi

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 54. Bosan

    “Alexa,” ujar Reval sambil melepaskan pelukan gadis itu. “Jangan seperti ini. Kamu sudah besar. Bukan saatnya bermanja-manja lagi.” Alexa hanya tertawa kecil. “Ah, Kak Reval. Aku tetap akan menjadi gadis kesayanganmu, tidak peduli berapapun umurku.” Naura hanya bisa berdiri di samping mereka, merasa seperti orang asing yang tidak diinginkan kehadirannya. Ia berusaha memasang wajah datar, tetapi hatinya terusik melihat kedekatan Alexa dengan Reval. Entah kenapa dadanya terasa sedikit nyeri. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya, meski ia tahu itu tidak masuk akal. Ia mencoba mengabaikan perasaan itu, tetapi matanya tetap terpaku pada adegan di depannya. ‘Apa ini? Kenapa aku harus merasa seperti ini?’ batin Naura sambil menggigit bibirnya. Sementara itu, Alexa melepas pelukannya dan langsung menggamit lengan Reval seperti anak kecil yang enggan jauh dari orang tuanya. “Aku kangen banget sama Kak Reval. Lama banget nggak ketemu!” ujarnya dengan suara manja. “Alexa, kamu selalu be

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 55. Bibir yang Tipis

    “Alexa, aku sibuk. Sudah ada jadwal lain,” jawab Reval tegas, tidak mau dibantah. Mendengar penolakan itu, Alexa langsung berbalik ke arah Naura yang sedang sibuk menunduk, tidak ingin terlibat dalam pembicaraan. “Kalau Kak Reval sibuk karena dia, aku keberatan. Serius, Kak, kenapa harus dia?” Alexa menunjuk ke arah Naura dengan dagunya, nada suaranya jelas penuh kecurigaan. Naura mengangkat wajahnya perlahan, menatap Alexa dengan ragu. Ia membuka mulut untuk menjelaskan, tetapi Reval memotong lebih dulu. “Alexa, cukup!” Nada suaranya tajam, jauh berbeda dari sebelumnya. Alexa tampak terkejut, bibirnya mengerucut seperti anak kecil yang baru dimarahi. “Kak Reval jadi marah cuma karena perempuan ini?” Naura merasa dadanya berdesir, tetapi ia tetap berusaha mempertahankan sikap profesionalnya. Ia tahu bukan tempatnya untuk ikut campur, tetapi suasana ini semakin membuatnya tidak nyaman. “Naura bekerja denganku, Alexa. Itu saja. Jangan membuat masalah yang tidak perlu,” kata Reval

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 56. Menyerah

    Naura menoleh cepat, matanya membelalak. “Apa?” serunya spontan, tetapi tidak cukup keras. Reval tidak menjawab, hanya tersenyum tipis sambil menatap lurus ke depan. Naura mengerutkan kening, merasa kesal sekaligus bingung. Ia memeluk tasnya erat-erat, mencoba menahan diri agar tidak mengatakan sesuatu yang mungkin akan ia sesali. Namun, rasa kesal itu terus menggelitik pikirannya. ‘Apa-apaan maksudnya? Aku jadi berhutang budi kepadanya?’ pikir Naura, bibirnya mengerucut. Suasana di dalam mobil kembali hening. Tetapi kali ini, Naura merasa lebih tidak nyaman. Ia ingin mengatakan sesuatu, tetapi lidahnya terasa kelu. Sementara itu, Reval tetap tenang, seperti tidak ada yang perlu dibahas lagi. Naura mengamati jalan yang mereka lewati dan menyadari sesuatu. Mereka tidak sedang menuju kantor. “Pak, ini bukan arah ke kantor,” katanya ragu. Reval tidak langsung menjawab. Ia hanya melirik Naura sekilas, sebelum kembali fokus menyetir. “Ikut saja Naura,” ucap Reval singkat, tanpa p

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 57. Apa Maksudnya?

    Ruangan itu masih sunyi, hanya ditemani suara pelan dari pendingin udara yang berhembus lembut. Naura terbangun perlahan, matanya berusaha menyesuaikan dengan cahaya yang masuk. Sebentar, di mana ini? pikirnya, sebelum menyadari bahwa ia masih berada di kamar apartemen Reval. Tubuhnya terasa kaku, tetapi yang lebih mengganggunya adalah sesuatu yang berat di pinggangnya. Perlahan, ia menoleh ke samping dan langsung membeku. Tangan Reval bertengger di pinggangnya, menjaganya tetap dekat dengan tubuh pria itu. Jantung Naura langsung berdegup kencang. Ia menelan ludah, menatap wajah Reval yang tampak begitu damai dalam tidurnya. Kedua mata pria itu masih terpejam, napasnya terdengar tenang, dan rambutnya sedikit berantakan, membuatnya terlihat lebih santai dibandingkan citra dingin yang biasa ditampilkan di kantor. Namun, ini bukan saatnya untuk mengagumi. Naura tahu ia harus segera bergerak. Ia tidak bisa terus berada di sini, terperangkap dalam situasi yang membuatnya gelisah.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 58. Salah Tingkah

    Naura duduk di ujung ranjang, tangannya menggenggam ujung roknya dengan gelisah. Ia memandang ke arah pintu kamar mandi yang tertutup rapat, di mana suara gemericik air terdengar samar dari dalam. “Apa yang dilakukan Pak Reval? Kenapa lama sekali?” gumam Naura. Waktu terasa berjalan lambat. Keheningan yang menyelimuti kamar membuat pikirannya berlarian ke berbagai arah. Setelah beberapa menit berlalu, suara dari dalam kamar mandi memecah keheningan. “Naura, ambilkan handukku!” Suara Reval terdengar jelas, tegas, namun tetap rendah seperti biasa. Naura terlonjak sedikit. “Ba–baik, Pak,” jawabnya gugup. Wanita itu segera berdiri, mencari-cari handuk di lemari yang terletak di sudut ruangan. Setelah menemukannya, ia berjalan ke arah pintu kamar mandi dengan langkah ragu. Tangannya terulur untuk mengetuk pintu, tetapi sebelum sempat melakukannya, suara Reval terdengar lagi dari dalam. “Masuk saja.” Naura menelan ludah, jantungnya berdegup lebih cepat. Ia memutar ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19

Bab terbaru

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 148. Setelah Dia Pergi

    Jari-jarinya mencengkeram kertas itu lebih erat. Perasaannya campur aduk antara keterkejutan, luka, dan amarah yang tak terbendung. Setiap kata yang ia baca terasa seperti belati yang menusuk ke dalam jantungnya. Surat itu penuh dengan pengakuan, kehangatan, dan cinta yang begitu dalam. Cinta yang Naura pikir hanya miliknya.Tetapi satu kalimat membuat seluruh tubuhnya menegang.“Aku hanya bisa berharap kita bertemu di waktu yang tepat, ketika aku bisa memilihmu tanpa ragu, tanpa batasan.”Napas Naura memburu. Siapa wanita yang dimaksud oleh Reval? Jantungnya terasa seperti ingin melompat keluar dari dadanya. Ia memandang surat itu dengan tatapan kosong sebelum menurunkannya perlahan. Tidak mungkin ini untuknya. Surat ini tidak mungkin ditujukan untuknya.Suara langkah kaki terdengar mendekat dari arah lorong. Naura buru-buru menyembunyikan surat itu di balik tumpukan amplop lain. Jantungnya berdetak begitu keras sampai ia takut Reval bisa mendengarnya dari kejauhan. Ketika sosok pr

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 147. Menjeritkan Namamu

    Naura menatap layar komputernya dengan tatapan kosong. Dokumen yang seharusnya ia revisi sudah terbuka sejak tadi, tetapi tidak satu pun kata yang berhasil ia pahami. Jemarinya menggenggam mouse, tetapi tidak ada perintah yang ia jalankan.Fokusnya sepenuhnya terganggu.Pikirannya terus kembali ke satu hal. Siapa yang menemui Reval tadi?Yang membuat Naura resah adalah karena lelaki itu sama sekali tidak menyebutkan apa pun kepadanya.Naura menghela napas panjang, lalu melirik ponselnya yang tergeletak di meja. Layar masih gelap, tidak ada notifikasi dari Reval. Tidak ada pesan yang mengingatkan tentang makan siang atau menyelipkan kata-kata manis yang mungkin berhasil membuatnya tersenyum.Ia menggigit bibir, berusaha menepis kegelisahannya.“Naura.”Suara Dinda membuatnya tersentak. Ia buru-buru menoleh ke arah sahabatnya yang berdiri dengan kedua tangan menyilang.“Apa yang sedang kamu pikirkan?” Dinda mengangkat alis. “Sejak tadi aku melihatmu cuma duduk diam menatap layar. Bah

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 146. Begitu Besar

    Reval tersenyum miring. “Karena itu membuatku ingin melakukan sesuatu.”Jantung Naura hampir meloncat keluar dari dadanya. Ia tahu ia harus menjauh, harus menghentikan ini sebelum semuanya semakin lepas kendali. Tapi tubuhnya seolah membangkang, terpaku di tempat.Dan dalam sekejap, Reval menariknya ke dalam pelukan.Naura tersentak. Kedua tangannya otomatis terangkat, tapi sebelum ia bisa melakukan apa pun, Reval sudah menundukkan wajahnya.“Aku hanya ingin memastikan sesuatu,” bisiknya tepat di telinga Naura, membuat bulu kuduk wanita itu berdiri.“Me-memastikan apa?” suara Naura bergetar.Reval menatapnya dalam. “Bahwa kamu benar-benar milikku.”Sebelum Naura bisa memproses kata-kata itu, Reval sudah mendekatkan wajahnya. Napas hangat pria itu menyapu kulitnya, dan dalam sepersekian detik, bibirnya hampir menyentuh bibir Naura—Tok! Tok! Tok!Suara ketukan pintu membuat mereka berdua tersentak. Naura langsung melangkah mundur dengan wajah memerah, sementara Reval mengumpat pelan.“

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 145. Berpikir Jernih

    Naura menggeleng cepat. “Tidak apa-apa.” “Tadi lama sekali di depan. Kamu habis bertemu siapa?” bisik Dinda sambil meliriknya penuh selidik. “Tidak ada. Aku hanya ...” Naura menggigit bibirnya, mencari alasan. “Membaca pesan.” Dinda mengerutkan kening. “Pesan dari siapa?” Sebelum Naura bisa menjawab, rapat sudah dimulai. Namun, baru beberapa menit berjalan, ponsel Naura kembali bergetar. [Kamu tidak akan melirikku sekali saja?] Naura menegang. Ia mengangkat wajah dan melirik ke arah Reval sekilas. Pria itu tersenyum tipis. Naura langsung menunduk, merasakan panas di wajahnya. Sementara Reval masih menatapnya dengan ekspresi jahil. Rapat pun dimulai, tetapi Naura kesulitan berkonsentrasi. Reval sesekali meliriknya, bahkan pernah pura-pura mengatur dasinya hanya untuk menarik perhatiannya. Saat seorang kepala divisi sedang berbicara panjang lebar, Naura merasakan ponselnya bergetar lagi. Ia melirik layar. Tentu saja pesan dari Reval. [Kamu terlihat cantik hari ini.] Naura

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 144. Menatap Curiga

    Naura berjalan cepat menuju ruangannya, langkahnya masih terasa ragu setelah percakapan pagi tadi dengan Reval di dalam mobil. Rasa hangat yang pria itu tinggalkan di bibirnya masih membekas, tetapi pikirannya dipenuhi banyak pertanyaan yang belum terjawab. Saat hendak membuka pintu ruangan, suara seorang wanita terdengar tergesa-gesa dari belakangnya. “Naura! Ke mana saja kamu? Bukankah seharusnya kamu sudah mulai bekerja lebih awal?” Langkah Naura terhenti. Ia menoleh dan mendapati Dinda berjalan cepat ke arahnya. Wajah sahabatnya itu dipenuhi ekspresi khawatir, kedua alisnya bertaut rapat. Naura menarik napas dalam, mencoba memasang senyum santai. “Hai, Dinda. Maaf ya? Aku jadi merepotkanmu.” Dinda berhenti tepat di depannya, masih dengan tatapan menyelidik. “Apakah kamu tahu, aku sampai nekat bertanya kepada Pak Reval?” Naura menegang seketika. “Kamu bertanya pada Pak Reval?” ulangnya, berusaha terdengar santai meskipun dadanya mulai berdebar. Dinda mengangguk. “Tentu saja

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 143. Menjauh

    Naura berusaha melepaskan diri, tetapi Reval mempererat pelukannya. “Saya sudah menyiapkan sarapan,” ujar Naura, berharap bisa mengalihkan perhatian pria itu. Namun, bukannya melepaskan, Reval malah menariknya lebih dekat. “Aku sudah mendapatkan sarapan yang lebih manis,” gumam Reval seraya mencium pipi Naura lebih lama. Naura memutar bola matanya. “Kalau Bapak tidak segera bangun, saya akan makan sendiri.” Reval tertawa kecil, akhirnya melepas Naura dengan enggan. “Baiklah, baiklah. Aku akan bangun.” Beberapa menit kemudian, keduanya duduk di meja makan. Naura meletakkan piring di hadapan Reval, menunggu reaksi pria itu saat mencicipi masakannya. Reval mengambil sesendok nasi goreng, mengunyahnya perlahan. Alisnya terangkat sedikit, lalu ia mengangguk. “Hmm, enak.” Naura tersenyum lega. “Terima kasih.” Reval menatapnya dengan mata berbinar. “Kalau setiap pagi dimasakkan seperti ini, aku tidak keberatan untuk selalu bangun lebih pagi.” Naura terkekeh. “Saya tidak janji, Pak.”

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 142. Manja

    Naura menatapnya dengan mata berkabut. Napasnya masih tersengal, tetapi ia berhasil mengangguk. “Saya percaya.” Jemari Reval membelai pipi Naura. “Aku harus tahu, Naura ... apa kamu merasakan hal yang sama seperti aku?” tanya Reval, tatapannya begitu dalam hingga membuat Naura tidak bisa menghindar. Naura menatap mata Reval yang begitu dekat, dan bibirnya sedikit terbuka, namun tidak ada suara yang keluar. Jantungnya berdetak begitu cepat, seakan seluruh ruangan dipenuhi dengan ketegangan yang tidak terucapkan. “Saya ....” Naura menggigit bibirnya, mencoba mengumpulkan keberanian. “Saya tidak tahu, Pak Reval.” Suaranya terdengar ragu, tetapi ada kejujuran di sana, sebuah pengakuan yang bahkan membuat dirinya terkejut. Reval tersenyum kecil, tatapannya melunak. “Tidak tahu?” gumamnya sambil mengangkat satu alis. Jemarinya dengan lembut menyentuh dagu Naura, mengangkatnya sedikit agar wanita itu tetap menatapnya. “Apa yang kamu rasakan, Naura? Jangan takut untuk jujur.” Naura

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 141. Semakin Cepat

    Reval mengerutkan kening, menatap wanita itu dengan seksama. “Apa itu?” Naura menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya mengangkat kepalanya, menatap langsung ke mata Reval. “Katakanlah.” Alis Reval semakin bertaut, tetapi ia tetap diam, menunggu kelanjutan ucapan Naura. “Saya ingin tahu … sebenarnya siapa Kirana itu? Apakah benar, Bapak sangat mencintainya?” Hening. Wajah Reval yang sebelumnya tenang berubah drastis. Matanya menajam, rahangnya mengeras. Udara di antara mereka seketika menjadi berat, seperti ada sesuatu yang menekan. Dalam sekejap, langkah Reval menghantam lantai, mendekati Naura dengan tatapan gelap. Sebelum wanita itu sempat mundur, tubuhnya sudah terdorong hingga punggungnya membentur dinding. “Tidak seharusnya kamu menanyakan hal itu kepadaku, Naura.” Suara Reval rendah, tetapi penuh tekanan. Napasnya terdengar berat, emosinya seperti bergejolak di dalam dadanya. Naura terkejut. Dadanya naik-turun cepat, tubuhnya membeku di tempat. Matanya membesar ketik

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 140. Hal Penting

    Adelia meletakkan sendoknya dengan perlahan, tatapannya tajam menusuk ke arah putranya. Ruang makan yang sebelumnya dipenuhi suara alat makan kini mendadak sunyi. “Reval, apakah kamu serius?” suaranya datar, tetapi ada nada kekecewaan yang terselip di sana. Reval mengangguk mantap. “Aku tidak pernah seyakin ini dalam hidupku, Ma. Aku memilih Naura.” Adelia menghela napas panjang, tatapannya beralih ke arah Naura yang masih diam di tempatnya. “Wanita ini? Kamu yakin? Apa yang bisa dia berikan padamu?” Naura menelan ludah, merasakan tekanan dari tatapan wanita itu. Namun, sebelum ia sempat menjawab, Reval lebih dulu berbicara. “Mama selalu melihat segalanya dari status dan latar belakang keluarga, tapi Mama lupa … perasaan dan kebahagiaan tidak bisa diukur dengan itu semua,” ujar Reval tegas. “Aku mencintai Naura bukan karena siapa dia di masa lalu, tetapi karena siapa dia di sisiku sekarang.” Adelia menatap putranya dalam diam. Wajahnya tetap dingin, tetapi ada kilatan emosi yan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status