Share

Bab 46. Suara Ribut-ribut

Author: Rich Mama
last update Last Updated: 2024-12-15 06:48:36
Setelah pintu tertutup, suasana ruangan kembali hening. Reval menghela napas panjang, memijat pelipisnya sejenak sebelum mengambil tempat di kursinya. Pikirannya melayang pada Naura yang tadi meninggalkan ruangan dengan ekspresi yang sulit diterjemahkan.

Matanya melirik ke arah dokumen di atas meja, tetapi fokusnya terganggu oleh bayangan wajah Naura.

Reval menggelengkan kepala, mencoba mengusir pikiran itu. Tangannya tanpa sadar mengepal, seolah berusaha menahan sesuatu yang tidak ingin ia akui.

Di luar ruangan, Callista berjalan dengan langkah cepat, sepatu hak tingginya beradu keras dengan lantai. Amarah membara di dadanya, tetapi di balik itu, ada rasa sakit yang menusuk. Untuk pertama kalinya, ia merasa benar-benar ditolak oleh pria yang selalu ia anggap sebagai tantangan.

“Aku tidak akan membiarkan hal ini begitu saja,” gumam Callista pelan, matanya menyipit dengan tekad. “Reval, kamu akan menyesal telah meremehkan aku.”

Callista berhenti di lorong kantor, mengeluarkan pons
Rich Mama

Pagi..... Selamat weekend. Ayo, bantu kasih gems dan ulasan positifnya dong. ;D

| 2
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 47. Tak Tenang

    Dinda mendongak, menatap Naura dengan tatapan yang sulit diartikan. Perpaduan antara rasa kesal, simpati, dan sedikit keraguan. “Kamu belum dengar gosip terbaru, Naura?” tanyanya balik dengan suara yang bergetar. Naura menggeleng lemah, tidak tahu apa yang sedang terjadi. “Gosip apaan?” Dinda mendesah berat, tampak mencoba menenangkan dirinya sebelum berbicara lebih lanjut. “Sheila dan yang lain … mereka sedang membicarakan sesuatu tentang kamu,” ujar Dinda akhirnya, nadanya rendah tetapi penuh tekanan. Naura merasakan darahnya mengalir dingin. “Membicarakan aku?” ulangnya, memastikan ia tidak salah dengar. Dinda mengangguk tegas. “Ya, mereka menyebarkan gosip di pantry. Sheila bilang kamu itu ... simpanan Pak Reval.” Kata-kata itu seperti petir yang menyambar kepala Naura. Ia terdiam, tubuhnya kaku, dan pikirannya seolah berhenti bekerja. “Apa?” suara Naura nyaris tak terdengar, lebih mirip bisikan. Dinda melangkah mendekat, meletakkan tangan di bahu Naura dengan gerakan

    Last Updated : 2024-12-15
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 48. Gugup banget

    Seketika udara di dalam ruangan terasa sesak, seperti menindih pundaknya dengan beban yang tak terlihat. Naura membiarkan keheningan menyelimutinya. Namun, pikiran-pikiran itu tak bisa dibungkam. Kata-kata dalam pesan tadi masih bergema di kepalanya, mengusik kedamaiannya. “Apakah aku harus menceritakan hal ini kepada Pak Reval?” gumam Naura sendirian. “Ya, mungkin besok saat melakukan perjalanan ke luar kota. Hari ini sebaiknya aku fokus mempersiapkan semuanya.” Naura menghembuskan napas panjang. Pandangannya tertuju pada layar komputer di depannya. Ketukan di pintu cukup mengejutkan Naura. Ia terlonjak, lalu buru-buru membetulkan posisi duduk. “Masuk,” ucap Naura dengan suara setenang mungkin. Seorang rekan kerja laki-laki, Hendra, masuk dengan membawa berkas. Ia tersenyum, tetapi ada sesuatu di balik senyumnya yang membuat Naura merasa tidak nyaman. Apakah ia sudah mendengar gosip itu? “Naura, ini dokumen untuk revisi laporan kemarin. Bisa kamu cek lagi? Deadline-nya hari in

    Last Updated : 2024-12-15
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 49. Melampaui Batas

    “Dinda, jangan mulai,” potong Naura dengan suara pelan tetapi tegas. “Dia hanya atasan. Tidak lebih dari itu.” “Iyalah, lagi pula kamu sudah punya suami. Mana mungkin kamu mengkhianatinya.” DEG ! Kata-kata itu benar-benar menghantam hati Naura. Bagaimana jika Dinda tahu yang sebenarnya? Apakah ia akan menjauhi Naura? Naura hanya memiliki Dinda sebagai sahabat. Ia tidak mau kehilangan Dinda. Naura mengalihkan pandangannya ke arah lain, berusaha menyembunyikan kegelisahan yang kian menggerogoti. Tangan-tangannya bergerak resah, memainkan ujung rambut panjangnya. Ia tidak ingin Dinda melihat perubahan ekspresi di wajahnya, tetapi Dinda tetap memperhatikannya dengan saksama. “Naura,” Dinda mencondongkan tubuhnya ke depan, menatap Naura lekat-lekat. “Kamu baik-baik aja, kan? Kok tiba-tiba mukamu jadi tegang gitu?” “Aku nggak apa-apa, Din,” jawab Naura cepat, terlalu cepat hingga terdengar seperti bantahan. “Oh, ya aku belum pesan makanan. Sebentar, ya?” Naura bangkit dari kursinya

    Last Updated : 2024-12-16
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 50. Apa yang Kamu Pikirkan?

    Naura menelan ludah, berusaha mengolah informasi yang baru saja ia terima. Wanita tersebut merasa resah. Justru hal itu yang ia takutkan. Naura tidak mau menjadi sekretaris sekaligus asisten pribadi Reval. Itu hanya akan membuatnya semakin terjerat dalam rasa yang terlalu sulit untuk ia definisikan. “Bapak harus ingat. Saya wanita yang sudah berkeluarga.” Naura menarik napas dalam-dalam setelah menyelesaikan kalimatnya, mencoba mengembalikan kontrol atas perasaannya yang mulai goyah. Tangannya gemetar di bawah meja, tetapi wajahnya tetap tegas, seperti mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia telah mengambil langkah yang benar. Keheningan menggantung di antara mereka, terasa berat, seolah setiap detiknya membawa beban tak terlihat. Reval tidak langsung menjawab. Ia menatap Naura dengan sorot mata yang sulit diartikan. Tangan kanannya terangkat, jari-jarinya bermain dengan tepi gelas air di depannya, menciptakan suara kecil yang hampir tak terdengar. Ia menundukkan sedikit k

    Last Updated : 2024-12-16
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 51. Geli

    Naura tertegun. “T-tidak ada,” jawabnya buru-buru, meskipun ia tahu jawabannya sama sekali tidak meyakinkan. Ia menundukkan kepala, memindahkan pandangannya ke piringnya yang kini setengah kosong. Reval tidak langsung merespon. Ia hanya menatap Naura dalam diam, menciptakan tekanan yang membuat wanita itu semakin gelisah. Ia mengetukkan garpunya pelan ke piring, bunyinya nyaris seperti dentingan lembut, tetapi cukup untuk membuat Naura semakin merasa terpojok. “Aku tahu ada sesuatu,” ucap Reval akhirnya, nada bicaranya lebih lembut, tetapi tetap saja membuat Naura merasa terjebak. “Sepertinya kamu tidak pernah merasa nyaman berada di dekatku.” Naura mendongak, terkejut dengan pernyataan itu. Bagaimana mungkin Reval bisa mengatakan hal itu kepadanya? Tentu ia tahu jawabannya. “Sa–sayaya tidak ...” Naura menghentikan kalimatnya, merasa tidak mampu melanjutkan karena pada kenyataannya, yang dikatakan Reval memang benar. Bukan hanya merasa tidak nyaman. Namun, Naura juga merasa

    Last Updated : 2024-12-16
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 52. Menjemput Seseorang

    Naura mengangguk cepat. “Ya, hanya ... sedikit terkejut.” Ia mengalihkan pandangannya ke lantai lift, berharap Reval tidak melihat wajahnya yang memerah. Tetapi, saat ia menunduk, sesuatu yang kecil tetapi cukup memalukan terjadi. Tali sepatu haknya tiba-tiba longgar. “Aduh ....” gumamnya pelan, mencoba membungkuk untuk mengikat kembali tali sepatu itu. Tetapi karena ruang di lift yang terbatas, ia malah kehilangan keseimbangan dan hampir jatuh. Untungnya, tangannya sempat memegang dinding lift untuk menahan tubuhnya. Reval, yang memperhatikan itu, tidak bisa menahan senyumnya. Senyum yang mengejek. “Kamu selalu ceroboh seperti ini?” tanya Reval sambil mencondongkan tubuh sedikit, jelas-jelas menikmati situasi tersebut. Wajah Naura kembali memerah. Ia buru-buru berdiri tegak kembali, meskipun tali sepatunya masih belum terikat sempurna. “Saya tidak ceroboh. Ini hanya ... kebetulan.” Reval menggeleng pelan, senyumnya tidak hilang. “Kebetulan yang terlalu sering.” Sebelum N

    Last Updated : 2024-12-17
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 53. Menusuk Pelan Tetapi Dalam

    Perjalanan menuju bandara berlangsung dalam keheningan. Hanya suara radio yang terdengar samar-samar mengisi ruang mobil. Naura memandang keluar jendela, memperhatikan pemandangan yang berlalu cepat, tetapi pikirannya terus berputar. Ketika mobil memasuki area parkir bandara, Reval langsung memarkirkan mobilnya di salah satu tempat kosong yang tidak jauh dari pintu kedatangan. Ia mematikan mesin, melepas sabuk pengaman dengan cepat. Sementara itu, Naura, yang duduk di sebelahnya, mencoba melakukan hal yang sama. Jemarinya berusaha menarik pengait sabuk pengaman, tetapi benda itu terasa begitu bandel hari ini. Tidak mau bergerak sedikit pun. “Duh ...,” gumam Naura pelan sambil menggoyangkan sabuk pengaman dengan wajah frustrasi. Tangannya berkali-kali menarik tuas pengait, tetapi nihil. Reval, yang sudah bersiap keluar, mendesah pelan ketika menyadari Naura masih terjebak di kursinya. Ia memutar tubuhnya dan menatap Naura dengan tatapan datar, tetapi ada kilatan lain yang tidak bi

    Last Updated : 2024-12-17
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 54. Bosan

    “Alexa,” ujar Reval sambil melepaskan pelukan gadis itu. “Jangan seperti ini. Kamu sudah besar. Bukan saatnya bermanja-manja lagi.” Alexa hanya tertawa kecil. “Ah, Kak Reval. Aku tetap akan menjadi gadis kesayanganmu, tidak peduli berapapun umurku.” Naura hanya bisa berdiri di samping mereka, merasa seperti orang asing yang tidak diinginkan kehadirannya. Ia berusaha memasang wajah datar, tetapi hatinya terusik melihat kedekatan Alexa dengan Reval. Entah kenapa dadanya terasa sedikit nyeri. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya, meski ia tahu itu tidak masuk akal. Ia mencoba mengabaikan perasaan itu, tetapi matanya tetap terpaku pada adegan di depannya. ‘Apa ini? Kenapa aku harus merasa seperti ini?’ batin Naura sambil menggigit bibirnya. Sementara itu, Alexa melepas pelukannya dan langsung menggamit lengan Reval seperti anak kecil yang enggan jauh dari orang tuanya. “Aku kangen banget sama Kak Reval. Lama banget nggak ketemu!” ujarnya dengan suara manja. “Alexa, kamu selalu be

    Last Updated : 2024-12-17

Latest chapter

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 193. Menutup Lembaran Lama

    Beberapa minggu telah berlalu.Naura berdiri di depan pintu rumah yang dulu ia tinggali sebagai istri Dion.Pintu rumah itu masih sama seperti terakhir kali Naura melihatnya. Cat cokelat tua yang mulai memudar, gagang pintu berwarna perak yang kini tampak lebih kusam. Namun, bagi Naura, rumah ini sudah kehilangan maknanya sejak lama.Tangannya menggenggam erat amplop cokelat berisi surat cerai. Dalam hati, ia menguatkan dirinya. Ia harus menyelesaikan semuanya. Tidak ada lagi alasan untuk bertahan di dalam pernikahan yang telah hancur sejak lama.Dengan napas panjang, Naura mengetuk pintu. Dadanya berdebar, bukan karena ragu, tetapi karena ia ingin semua ini segera berakhir.Tak butuh waktu lama, suara langkah kaki terdengar dari dalam, lalu pintu terbuka.“Naura!”Suara itu begitu akrab. Hangat. Seakan tidak ada luka yang pernah mengisi kehidupan mereka.Bu Lastri berdiri di ambang pintu dengan mata berbinar, seolah-olah kehadiran Naura adalah sesuatu yang ia rindukan sejak lama.Tan

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 192. Jadi Milikmu

    Reval menghela napas, lalu menangkup wajah Naura dengan kedua tangannya. “Aku mencintaimu, Naura,” ucapnya serius. “Aku tidak akan menikahimu hanya karena tanggung jawab. Aku ingin bersamamu karena aku memang menginginkannya. Lebih dari apapun.” Naura menatap mata Reval, mencari kepastian di sana. Dan ia menemukannya. Kejujuran. Ketulusan. Tapi tetap saja... “Tidak semudah itu, Pak Reval,” bisiknya. “Ada banyak hal yang harus saya pikirkan.” Reval melepaskan tangannya dari wajah Naura, kemudian menghela napas panjang. “Lalu berapa lama lagi kamu mau berpikir?” tanya Reval dengan nada frustrasi. Naura menunduk, mengusap perutnya yang masih datar. “Apa kamu takut?” tanya Reval lagi. Naura mengangkat wajahnya, menatap Reval dengan mata yang mulai berkaca-kaca. “Ya,” jawabnya jujur. Reval terdiam. Naura menghela napas berat, suaranya lirih ketika berkata, “Saya takut mengambil keputusan yang salah. Takut jika perasaan ini hanya sesaat. Takut jika nanti saya justru menyakiti B

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 191. Bertanggung Jawab

    Naura mengangguk cepat. Reval mendesah, lalu melambai pada pelayan. “Pesan satu es krim cokelat.” “Tunggu, Pak Reval! Saya maunya yang stroberi.” Reval terdiam sejenak, lalu tersenyum tipis. “Oke, stroberi.” Tak butuh waktu lama, es krim datang. Naura langsung menyendoknya dengan bahagia, tapi tiba-tiba ia mengernyit. Reval memperhatikan ekspresinya dengan waspada. “Kenapa lagi?” Naura menggigit bibirnya. “Sepertinya saya ingin yang cokelat.” Reval menatapnya selama beberapa detik sebelum akhirnya tertawa lepas. Naura menatapnya kesal. “Bapak kenapa tertawa?” “Kamu mulai bertingkah seperti ibu hamil pada umumnya.” Naura mendelik. “Saya memang hamil, kan?” Reval mengangkat bahu dengan senyum lebar. “Ya, tapi sekarang kamu benar-benar kelihatan seperti bumil yang sering ngidam aneh-aneh.” Naura mendengkus, tapi diam-diam pipinya merona. Reval memperhatikannya, lalu tanpa sadar mengulurkan tangan dan menyentuh jemari Naura di atas meja. “Apa?” tanya Naura bingung. Reval te

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 190. Ingin Makan Es Krim

    Naura menggeleng cepat. “Tidak. Saya sudah ganti baju yang lebih nyaman. Masa Bapak tetap dengan pakaian basah seperti itu? Saya tidak bisa membiarkan itu.” Reval menatapnya lama, menyadari bahwa wanita di depannya ini benar-benar keras kepala. “Jadi kalau aku tidak ganti baju, kamu tidak mau makan?” tanya Reval sekali lagi untuk memastikan. Naura mengangguk mantap. Reval mendesah panjang. “Baiklah,” ujar Reval pasrah. Naura tersenyum puas. “Ayo kita cari baju untuk Bapak.” Mereka kembali berkeliling dan kali ini, Naura yang mengambil alih pencarian. Ia dengan serius memilihkan pakaian untuk Reval, membandingkan warna dan bahan dengan ekspresi sangat fokus, seolah sedang mengambil keputusan penting dalam hidupnya. Reval hanya bisa mengamati dari belakang, tersenyum kecil melihat keseriusan Naura. “Bagaimana dengan ini?” Naura mengangkat sebuah kaus berwarna hitam dengan gambar kelapa dan tulisan besar Life’s a Beach. Reval melirik kaus itu, lalu menaikkan satu alisnya. “Aku t

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 189. Aku mencintaimu, Naura.

    Reval masih menatap Naura setelah ciuman panjang mereka terhenti. Napas keduanya masih tersengal, dan mata mereka tetap terkunci dalam keheningan yang berbicara lebih dari seribu kata. Perlahan, Reval mengangkat tangannya, membelai lembut pipi Naura dengan ujung jemarinya. Jari-jarinya menyusuri pipi halus itu dengan penuh kelembutan, lalu bergerak menyelipkan helai rambut yang tertiup angin ke belakang telinga Naura. “Aku mencintaimu, Naura.” Suaranya rendah, dalam, namun tegas. Tidak ada keraguan di sana. Naura membeku. Bibirnya sedikit terbuka, seolah ingin berkata sesuatu, tetapi tidak ada suara yang keluar. Kata-kata Reval begitu tiba-tiba, begitu nyata, hingga Naura tidak siap untuk menghadapinya. Reval memiringkan kepalanya sedikit, memperhatikan ekspresi Naura yang kebingungan. “Apakah kamu juga merasakan hal yang sama?” tanyanya lagi, suaranya lebih lembut kali ini. Naura menunduk. Jemarinya saling meremas di atas pangkuannya. Jantungnya berdegup begitu cepat hingga ia

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 188. Milik Mereka Berdua

    Ekspresi Reval mengeras. “Itu bukan urusan kita, Naura.” “Tapi dia masih tak sadarkan diri—” “Dia akan baik-baik saja. Ada dokter dan perawat di sini. Naura, kamu tidak perlu merasa bertanggung jawab atas seseorang yang tidak pernah memikirkan perasaanmu.” Naura terdiam. Ada sesuatu dalam nada suara Reval yang membuat hatinya bergetar. Seakan pria itu bukan hanya berbicara tentang Callista, tetapi juga tentang Dion. Ia tahu Reval benar. Callista bukan tanggung jawabnya. Dion juga bukan. Namun, rasa iba itu tetap ada, menggantung di sudut hatinya. “Saya tidak ingin pergi dalam keadaan seperti ini,” gumamnya. Reval menghembuskan napas panjang. “Naura.” Ia meraih bahu gadis itu, menatapnya dalam-dalam. “Kalau kamu tetap di sini, apa yang akan berubah?” Naura menggigit bibir. Ia tidak bisa menjawab. “Kamu hanya akan terus terjebak dalam rasa sakit dan keraguan.” Suara Reval melembut. Kini Naura merasa ada seseorang yang benar-benar mengerti perasaannya. Reval berbicara dengan n

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 187. Menggeleng Lemah

    Sebuah tepuk tangan nyaring terdengar di ruangan itu. “Jadi ini semua perbuatan Mama?” ujar Reval, suaranya rendah tetapi penuh tekanan. Wanita paruh baya yang masih duduk itu tersentak. Wajahnya yang semula tenang kini dipenuhi keterkejutan. “Reval! Ka–kamu ...” “Kenapa, Ma?” Reval melangkah maju, ekspresinya dingin. “Terkejut karena aku dan Naura mendengar pembicaraan kalian?” Di belakang Reval, Naura berdiri dengan tubuh menegang. Jantungnya berdetak kencang, sulit mempercayai apa yang baru saja ia dengar. Kata-kata dokter dan mama Reval masih terngiang di telinganya. Dion dan Callista memang berselingkuh. Bukan jebakan. Mereka benar-benar mengkhianati dirinya. Mama Reval hanya berusaha menutupi fakta itu dengan kebohongan lain. Ruangan itu terasa semakin menyempit. Napas Naura tersengal, seakan udara mendadak menipis. Dadanya berdenyut, bukan hanya karena kekecewaan, tetapi juga karena rasa bodoh yang terus menyergap. “Jadi ...” Suara Naura bergetar. “Tidak ada yang menj

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 186. Licik

    Naura tertawa kecil, getir. Matanya kembali menatap Dion. “Bukankah saya bodoh?” Suaranya bergetar. “Saya berusaha percaya bahwa dia pria yang baik, bahwa dia adalah orang yang bisa saya cintai tanpa takut dikhianati lagi. Tapi lihat sekarang ... ternyata saya tidak lebih dari seorang wanita bodoh yang terus saja berharap pada sesuatu yang sia-sia.” Suara Naura pecah di akhir kalimat. Dan saat itu, pertahanannya runtuh. Tangannya menutup wajahnya, tubuhnya bergetar hebat menahan isakan. Reval tak bisa lagi hanya diam. Tanpa ragu, ia menarik Naura ke dalam pelukannya. Naura semula memberontak, kedua tangannya mendorong dada Reval, tetapi pria itu tak goyah. “Lepaskan,” ucapnya lirih, suaranya teredam di dada Reval. “Tangismu tidak akan membuat semua ini berubah, Naura.” Reval semakin mengeratkan pelukannya. Naura kembali mencoba melawan, tetapi kekuatannya sudah habis. Ia akhirnya menyerah. Tangannya mengepal di dada Reval, lalu tanpa bisa ditahan lagi, ia menangis sejadi-jad

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 185. Menyakitkan

    Koper milik Naura tergeletak begitu saja. Wanita itu tidak lagi peduli. Tangannya gemetar saat memasukkan ponselnya kembali ke dalam tas, napasnya tersengal. Ia baru saja menerima sebuah kabar yang menghantamnya lebih keras dari apa pun. Dion. Ditemukan di kamar hotel. Bersama seorang wanita. Tak sadarkan diri. Keadaannya … tak berbusana. Perut Naura terasa seperti dipukul keras. Otaknya berusaha mencerna, tapi semuanya terasa begitu absurd, begitu menyakitkan. Tangannya melambai, menghentikan taksi yang melintas. Tanpa ragu, ia masuk dan menyebutkan satu tujuan. Rumah sakit. Sepanjang perjalanan, bayangan Dion berputar di pikirannya. Pria yang selama ini menjadi harapan terakhirnya, tempatnya berpulang setelah semua yang terjadi dengan Reval. Namun sekarang, seolah takdir kembali menertawakannya. Air mata sudah berlinang di pipinya. Ia tak peduli. Taksi berhenti dengan rem mendadak di depan rumah sakit. Naura bergegas keluar, hampir tersandung karena langkahnya yang terbu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status