Share

Bab 39. Tanda Merah dari Reval

Penulis: Rich Mama
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-12 14:45:27
Tatapan Naura tajam namun penuh kebingungan, menunggu penjelasan lebih lanjut.

Ibu Lastri menghela napas panjang. Matanya, yang biasanya tegas, kini terlihat sendu. Ia menatap menantunya dengan rasa bersalah yang begitu nyata, meski tidak diucapkannya secara langsung.

“Ibu yang terlalu memanjakan Dion, membuat dia berubah seperti itu. Ibu salah karena menjadi beban untuk kamu.”

“Ibu, jangan berkata seperti itu. Semua ini bukan salah ibu.” Suara Naura terdengar putus asa, seperti mencoba meyakinkan bukan hanya Ibu Lastri, tetapi juga dirinya sendiri.

Namun, wanita paruh baya itu menggeleng lemah. Ia duduk di samping Naura, tangannya yang sedikit gemetar menggenggam tangan menantunya.

“Dari awal kamu menikah dengan Dion, ibu tahu kamu bukan orang yang Dion pilih. Tapi ibu tetap memaksa. Ibu hanya berpikir ... kamu akan membawa kebaikan untuk keluarga ini. Dan sekarang, lihat apa yang terjadi.”

Kata-kata itu menggelayut di udara, berat, penuh penyesalan. Naura menunduk, mena
Rich Mama

Ketahuan nggak nih, kira-kira???

| 1
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
mia
Dion benar-benar ya....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 40. Minta Dibuatin Kopi

    “Mas, kamu istirahat saja dulu, ya. Kamu terlihat sangat lelah,” ucap Naura pelan, mencoba mengalihkan perhatian Dion. Ia menunduk, berharap Dion tidak menyadari perubahan ekspresinya. Dion tidak melepaskan genggamannya. Sebaliknya, ia menarik Naura lebih dekat. Wajahnya semakin mendekat ke wajah Naura, membuat wanita itu semakin merasa terpojok. “Aku tidak terlalu lelah untuk ... sesuatu,” bisiknya, senyuman licik tersungging di bibirnya. Naura memundurkan kepalanya, tetapi cengkeraman Dion di tangannya terlalu kuat. “Mas, aku lagi nggak enak badan,” ucapnya terbata. Dion terdiam sejenak, tatapannya berubah, menyisir wajah Naura dengan penuh selidik. Lalu, matanya jatuh pada leher Naura. Kerutan tipis muncul di dahinya. “Itu kenapa? Kamu beneran sakit?” tanya Dion, menunjuk tanda merah di leher Naura. Naura mengangguk lemah. Ia berharap jika Dion segera melepaskannya. Dion memiringkan kepala, alisnya terangkat. Tatapannya penuh kecurigaan, tetapi ia tidak mengatakan apa-apa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 41. Ronde Kedua

    “Kenapa dia tiba-tiba minta saya?” gumam Naura pelan sambil berdiri dari kursinya. Naura berjalan menuju pantry kecil di sudut ruangan kantor. Tangannya cekatan mengambil cangkir putih bersih dengan logo perusahaan, lalu mulai menakar bubuk kopi. Pikiran Naura melayang. Sejak kapan seorang CEO memintanya untuk membuatkan kopi? Biasanya, Sheila yang mengurus urusan remeh-temeh seperti ini. Saat menuangkan air panas ke dalam cangkir, Naura teringat dengan ucapan Sheila tadi. “Pak Reval nggak suka yang terlalu manis.” Dengan hati-hati, ia mengambil sendok kecil dan menakar gula. Satu sendok saja, pikirnya. Ia mengaduk perlahan, aroma kopi menguar, memenuhi ruang kecil itu. “Naura, cepat! Pak Reval nggak suka nunggu lama-lama!” Suara Sheila tiba-tiba terdengar dari belakang, membuat Naura hampir menjatuhkan sendok. “Iya, iya, ini sudah selesai,” balas Naura sambil membawa cangkir kopi itu di atas nampan kecil. Napasnya terasa sedikit berat ketika ia berjalan menuju ruangan Reva

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 42. Kamu Bisa

    “Pak .…” Suara Naura bergetar, mencoba mencari celah untuk keluar dari percakapan ini. “Pak Reval, saya rasa kita harus fokus pada pekerjaan saja. Saya … akan mempersiapkan laporan mingguan seperti yang Bapak minta.” “Laporan bisa menunggu,” potong Reval dengan nada rendah namun mengintimidasi. “Tapi aku belum selesai dengan urusan kita kemarin.” Naura melangkah mundur, menjauh dari aura dominasi pria itu. Namun Reval tidak memberinya kesempatan. Dengan langkah tenang, ia terus mendekat hingga punggung Naura bersandar pada dinding. Napas Naura memburu, matanya menatap Reval dengan campuran rasa takut dan marah. “Pak Reval,” Naura akhirnya memberanikan diri untuk bicara. “Saya rasa kita sudah terlalu jauh. Saya mohon, jangan buat semuanya menjadi lebih rumit.” Reval tertawa kecil, namun tawa itu tidak terdengar menyenangkan di telinga Naura. “Rumit? Menurutku semuanya sederhana, Naura. Kau hanya perlu menurut, dan semuanya akan baik-baik saja.” Naura menelan ludah, mencoba meredam

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-13
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 43. Nikmati Saja

    Naura mencoba mengatur napasnya yang mulai tidak beraturan. Tangannya mengepal di dadanya, berusaha menenangkan degup jantung yang terasa semakin kencang. Ia tidak tahu harus berkata apa atau bagaimana harus bersikap. “Kamu tahu aku tidak suka ditolak, Naura.” Kata-kata itu mengunci gerakan Naura. Perlahan, ia mulai bergerak, meski dengan ragu dan kikuk. Reval tidak mengalihkan pandangannya sedikit pun, seolah mengawasi setiap gerakan Naura dengan penuh perhatian. “Lihat aku,” ucap Reval. Naura mendongak, matanya bertemu dengan mata Reval yang gelap. Ia merasa seolah-olah terperangkap dalam tatapan itu, tidak mampu berpaling meski keinginannya berkata lain. Reval tersenyum tipis, sebuah senyum yang tidak sepenuhnya ramah. Tangannya terangkat, menyentuh pinggang Naura untuk mengarahkan gerakannya. “Kamu mulai mengerti,” gumamnya pelan. Pikiran Naura bergejolak. Ia ingin menolak, ingin berhenti, tetapi tubuhnya tidak mendengarkan. Ia terjebak dalam situasi yang tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 44. Mengejutkan

    Naura membuka matanya perlahan, wajahnya masih memerah. Ia ingin mengatakan sesuatu, tetapi kata-kata tidak kunjung keluar. Tangannya gemetar saat ia mencoba untuk menutupi wajahnya. Melihat Naura terkulai lemas, Reval menarik napas panjang dan mulai merapikan pakaian Naura dengan tenang, memastikan tidak ada yang terlihat berantakan. Lelaki itu tidak berkata apa-apa, hanya menatap Naura yang masih memejamkan mata dengan wajah memerah. Setelah memastikan semuanya rapi, Reval berdiri, mengenakan jasnya kembali, dan melangkah keluar dari ruangan pribadinya. Pintu tertutup perlahan, meninggalkan Naura yang masih berusaha mengatur napas dan menenangkan debaran jantungnya. Beberapa waktu telah berlalu, Naura bangkit dengan langkah pelan. Tubuhnya terasa ringan, tetapi pikirannya penuh dengan berbagai emosi yang bercampur aduk. Rasa malu, bingung, dan sesuatu yang ia sendiri tidak tahu bagaimana menggambarkannya. “Aku harus segera kembali ke ruanganku,” lirih Naura berusaha menguatka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 45. Makan Malam Berdua

    Reval tidak menjawab langsung. Sebaliknya, ia melirik sekilas ke arah Naura, memberikan isyarat yang jelas. “Naura, kamu boleh pergi sekarang.” Kalimat itu seperti belati yang menembus hati Naura. Suara Reval dingin dan datar, tidak seperti tadi saat berbicara dengannya. Ada sesuatu yang berubah dan Naura tidak tahu apa. Perintah itu cukup jelas. Naura menunduk sopan. “Baik, Pak.” Naura berbalik dengan langkah perlahan, mencoba meninggalkan ruangan dengan tenang meski hatinya bergemuruh. Namun, sebelum mencapai pintu, ia tak bisa menahan diri untuk melirik ke belakang. Callista sudah berdiri sangat dekat dengan Reval, tangannya dengan santai menyentuh bahu pria itu. Sementara itu, Reval sudah duduk kembali di kursi kebesarannya dengan sikap dingin, tidak menunjukkan ketertarikan maupun penolakan. Setelah berjalan keluar dari ruangan Reval, langkah Naura melambat. Ada ribuan pikiran yang berputar di kepalanya. Siapa Callista? Kenapa dia memanggil Reval dengan nada akrab seper

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 46. Suara Ribut-ribut

    Setelah pintu tertutup, suasana ruangan kembali hening. Reval menghela napas panjang, memijat pelipisnya sejenak sebelum mengambil tempat di kursinya. Pikirannya melayang pada Naura yang tadi meninggalkan ruangan dengan ekspresi yang sulit diterjemahkan. Matanya melirik ke arah dokumen di atas meja, tetapi fokusnya terganggu oleh bayangan wajah Naura. Reval menggelengkan kepala, mencoba mengusir pikiran itu. Tangannya tanpa sadar mengepal, seolah berusaha menahan sesuatu yang tidak ingin ia akui. Di luar ruangan, Callista berjalan dengan langkah cepat, sepatu hak tingginya beradu keras dengan lantai. Amarah membara di dadanya, tetapi di balik itu, ada rasa sakit yang menusuk. Untuk pertama kalinya, ia merasa benar-benar ditolak oleh pria yang selalu ia anggap sebagai tantangan. “Aku tidak akan membiarkan hal ini begitu saja,” gumam Callista pelan, matanya menyipit dengan tekad. “Reval, kamu akan menyesal telah meremehkan aku.” Callista berhenti di lorong kantor, mengeluarkan pons

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 47. Tak Tenang

    Dinda mendongak, menatap Naura dengan tatapan yang sulit diartikan. Perpaduan antara rasa kesal, simpati, dan sedikit keraguan. “Kamu belum dengar gosip terbaru, Naura?” tanyanya balik dengan suara yang bergetar. Naura menggeleng lemah, tidak tahu apa yang sedang terjadi. “Gosip apaan?” Dinda mendesah berat, tampak mencoba menenangkan dirinya sebelum berbicara lebih lanjut. “Sheila dan yang lain … mereka sedang membicarakan sesuatu tentang kamu,” ujar Dinda akhirnya, nadanya rendah tetapi penuh tekanan. Naura merasakan darahnya mengalir dingin. “Membicarakan aku?” ulangnya, memastikan ia tidak salah dengar. Dinda mengangguk tegas. “Ya, mereka menyebarkan gosip di pantry. Sheila bilang kamu itu ... simpanan Pak Reval.” Kata-kata itu seperti petir yang menyambar kepala Naura. Ia terdiam, tubuhnya kaku, dan pikirannya seolah berhenti bekerja. “Apa?” suara Naura nyaris tak terdengar, lebih mirip bisikan. Dinda melangkah mendekat, meletakkan tangan di bahu Naura dengan gerakan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15

Bab terbaru

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 199. Gelap

    Naura duduk di sudut ruangan, kepalanya bersandar pada dinding kayu yang mulai lapuk. Tangannya masih terikat, tapi ia tak mau menyerah begitu saja. Pikirannya terus berputar mencari celah. Ia harus keluar dari sini sebelum Dion benar-benar menghancurkan segalanya. Dari luar, terdengar suara langkah kaki mendekat. Pintu terbuka, dan pria bertopeng yang tadi datang kembali, kali ini tanpa nampan makanan. “Hari ini kau akan dipindahkan,” katanya singkat. Naura menelan ludah. Dipindahkan? Ke mana? Pria itu berjalan mendekat, menarik tali yang mengikat tangannya, lalu menyeretnya berdiri. “Ayo.” Naura tahu ia tak bisa melawan dalam kondisi seperti ini. Tapi, jika dia dipindahkan ke tempat yang lebih jauh, peluangnya untuk selamat akan semakin kecil. ‘Tuhan, bantu aku…’ Saat mereka melewati lorong sempit yang gelap, Naura memperhatikan sekelilingnya. Matanya menangkap sebilah pisau kecil tergeletak di atas meja kayu di sudut ruangan. Tanpa berpikir panjang, ia menjatuhkan tubuhnya

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 198. Istri dan Hartaku

    “Paman Riko?” Reval merasakan amarah membakar seluruh tubuhnya. Ia mengepalkan tangan, nyaris melayangkan pukulan ke wajah Dion, tetapi pria itu dengan santai menjauh, mengangkat ponselnya lebih tinggi. “Tenang, Reval. Kalau kau menyentuhku, aku bisa saja menyuruh Riko melakukan sesuatu yang lebih buruk pada Naura,” katanya dengan seringai puas. Reval mengertakkan giginya. “Apa yang kau inginkan?” Dion menoleh ke Callista dan tertawa kecil. “Gampang. Akui bahwa anak dalam kandungan Callista adalah milikmu, nikahi dia, dan aku akan melepaskan Naura,” katanya santai. Reval mencibir. “Mimpi.” Callista mendekat dengan tatapan penuh kemenangan. “Reval, kau tahu kau tidak punya pilihan, kan?” ujarnya manja, tangannya berusaha menyentuh dada Reval. Reval menepisnya kasar. “Kalian pikir aku bisa percaya pada kalian? Bahkan jika aku menuruti permintaan kalian, tidak ada jaminan Naura akan selamat.” Dion terkekeh. “Tentu saja ada jaminannya. Tapi kalau kau membangkang…” Ia memutar vide

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 197. Terdengar Jelas

    “Sebenarnya ... ini bukan hal yang penting.” Naura tidak tahu harus menjawab apa. “Naura, ada apa? Apapun itu, aku akan mendengarkannya.” Naura menatap Reval, lalu mengambil secarik kertas. “Surat cerai saya sudah resmi. Saya dan Mas Dion … bukan suami-istri lagi.” Reval menatap surat itu. Rasanya seperti beban besar terangkat dari dadanya. Ia merasa lega dan informasi itu adalah sesuatu yang sangat ditunggu-tunggu olehnya. Bagaimana mungkin Naura mengatakan bahwa itu tidak penting? Namun, ekspresi Naura masih terlihat berat dan seolah sedang dilanda gelisah yang mendalam. “Ada apa lagi?” tanya Reval lembut. Naura menggigit bibirnya. “Saya mendengar sesuatu dari Bu Lastri belakangan ini.” Reval mengernyit. “Apa?” Naura menghela napas, lalu menatap Reval dalam-dalam. “Callista. Sebenarnya dia tidak benar-benar tinggal di rumah Mas Dion. Waktu itu dia hanya kebetulan ada di sana saat saya mengajukan cerai dan dia sengaja memanas-manasi saya.” Reval menegang. “Dan

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 196. Aku di sini untukmu

    Reval berjalan mondar-mandir di koridor rumah sakit. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya, sesuatu yang membuatnya merasa tidak tenang. Firasat buruk terus menghantui pikirannya. Ponselnya di saku bergetar. Dengan malas, ia meraihnya dan melihat nama yang tertera di layar. Dahi Reval mengernyit. Setelah beberapa detik ragu, ia akhirnya masuk ke dalam sebuah ruangan. Di sana ia melihat Callista duduk di atas ranjang dengan wajah pucat. Mata wanita itu tampak merah seolah habis menangis. Reval menutup pintu dan berjalan mendekat. “Apa yang terjadi? Kenapa kamu yang ada di sini?” Callista menundukkan kepalanya, menggenggam ujung selimut dengan erat. “Aku … aku hamil, Reval.” Jantung Reval seperti berhenti berdetak sejenak. Ia menatap Callista dengan tatapan tajam. “Apa hubungannya denganku? Lalu di mana Naura? Aku ingin bertemu dengannya.” “Tentu saja ada hubungannya denganmu, Reval.” Callista mengangkat kepalanya, menatapnya dengan mata penuh harap. “Ini adalah anakmu.” Reval m

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 195. Rumah Sakit?

    Ruang tamu dipenuhi keheningan yang menegangkan. Adelia duduk di sofa dengan tatapan dingin, sementara Reval berdiri di depannya, menatapnya dengan penuh ketegasan. “Apa kamu bilang?” suara Adelia meninggi, ekspresi wajahnya menunjukkan ketidaksenangan. Reval menarik napas panjang, berusaha menahan emosinya. “Aku ingin mama meminta maaf kepada Naura.” Adelia tertawa kecil, namun tidak ada kehangatan dalam tawanya. “Kenapa tiba-tiba kamu meminta hal itu, Reval? Mama tidak merasa punya urusan dengan perempuan itu.” Reval mengepalkan tangan, berusaha tetap tenang. “Karena mama telah menyakitinya.” Adelia menyipitkan mata. “Jangan membesar-besarkan masalah, Reval. Lagipula, perempuan itu bukan siapa-siapa bagi mama.” Reval mendekat, menatap ibunya dengan tajam. “Bukan siapa-siapa? Dia adalah wanita yang sedang mengandung anakku, Ma!” Adelia terdiam sesaat. Matanya membulat, tapi ia segera menyembunyikan keterkejutannya dengan tawa sinis. “Jadi, itu alasan kamu membelanya mati-matian

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 194. Sentuhan Dion

    PLAK! Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Dion, meninggalkan jejak kemerahan yang jelas. Kepala pria itu sedikit tergeleng, namun bukan karena sakitnya tamparan itu, melainkan karena keterkejutannya. Callista berdiri di hadapannya dengan mata membelalak, napasnya memburu penuh amarah. “Ini semua gara-gara kamu, Dion!” suara Callista menggema di seluruh ruangan. Dion mengusap pipinya yang perih, ekspresinya berubah dingin. “Kenapa kamu menamparku, Callista? Kita melakukannya atas dasar suka sama suka.” Callista mendengkus kasar. Ia memeluk tubuhnya sendiri, seakan merasa jijik dengan situasi yang sedang terjadi. “Sial! Aku hanya ingin bersenang-senang, bukan mendapatkan ini!” Suaranya bergetar, dan matanya menatap Dion dengan kebencian. Dion menyipitkan mata. “Maksudmu?” “Aku hamil, Dion! Aku mengandung anak sialan ini gara-gara kamu!” Callista berteriak frustrasi, tangannya terkepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Dion terdiam sejenak. Pikirannya berputar cepat, menc

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 193. Menutup Lembaran Lama

    Beberapa minggu telah berlalu. Naura berdiri di depan pintu rumah yang dulu ia tinggali sebagai istri Dion. Pintu rumah itu masih sama seperti terakhir kali Naura melihatnya. Cat cokelat tua yang mulai memudar, gagang pintu berwarna perak yang kini tampak lebih kusam. Namun, bagi Naura, rumah ini sudah kehilangan maknanya sejak lama. Tangannya menggenggam erat amplop cokelat berisi surat cerai. Dalam hati, ia menguatkan dirinya. Ia harus menyelesaikan semuanya. Tidak ada lagi alasan untuk bertahan di dalam pernikahan yang telah hancur sejak lama. Dengan napas panjang, Naura mengetuk pintu. Dadanya berdebar, bukan karena ragu, tetapi karena ia ingin semua ini segera berakhir. Tak butuh waktu lama, suara langkah kaki terdengar dari dalam, lalu pintu terbuka. “Naura!” Suara itu begitu akrab. Hangat. Seakan tidak ada luka yang pernah mengisi kehidupan mereka. Bu Lastri berdiri di ambang pintu dengan mata berbinar, seolah-olah kehadiran Naura adalah sesuatu yang ia rindukan sejak la

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 192. Jadi Milikmu

    Reval menghela napas, lalu menangkup wajah Naura dengan kedua tangannya. “Aku mencintaimu, Naura,” ucapnya serius. “Aku tidak akan menikahimu hanya karena tanggung jawab. Aku ingin bersamamu karena aku memang menginginkannya. Lebih dari apapun.” Naura menatap mata Reval, mencari kepastian di sana. Dan ia menemukannya. Kejujuran. Ketulusan. Tapi tetap saja... “Tidak semudah itu, Pak Reval,” bisiknya. “Ada banyak hal yang harus saya pikirkan.” Reval melepaskan tangannya dari wajah Naura, kemudian menghela napas panjang. “Lalu berapa lama lagi kamu mau berpikir?” tanya Reval dengan nada frustrasi. Naura menunduk, mengusap perutnya yang masih datar. “Apa kamu takut?” tanya Reval lagi. Naura mengangkat wajahnya, menatap Reval dengan mata yang mulai berkaca-kaca. “Ya,” jawabnya jujur. Reval terdiam. Naura menghela napas berat, suaranya lirih ketika berkata, “Saya takut mengambil keputusan yang salah. Takut jika perasaan ini hanya sesaat. Takut jika nanti saya justru menyakiti B

  • Gairah Terlarang: Menjadi Boneka Pemuas sang Presdir   Bab 191. Bertanggung Jawab

    Naura mengangguk cepat. Reval mendesah, lalu melambai pada pelayan. “Pesan satu es krim cokelat.” “Tunggu, Pak Reval! Saya maunya yang stroberi.” Reval terdiam sejenak, lalu tersenyum tipis. “Oke, stroberi.” Tak butuh waktu lama, es krim datang. Naura langsung menyendoknya dengan bahagia, tapi tiba-tiba ia mengernyit. Reval memperhatikan ekspresinya dengan waspada. “Kenapa lagi?” Naura menggigit bibirnya. “Sepertinya saya ingin yang cokelat.” Reval menatapnya selama beberapa detik sebelum akhirnya tertawa lepas. Naura menatapnya kesal. “Bapak kenapa tertawa?” “Kamu mulai bertingkah seperti ibu hamil pada umumnya.” Naura mendelik. “Saya memang hamil, kan?” Reval mengangkat bahu dengan senyum lebar. “Ya, tapi sekarang kamu benar-benar kelihatan seperti bumil yang sering ngidam aneh-aneh.” Naura mendengkus, tapi diam-diam pipinya merona. Reval memperhatikannya, lalu tanpa sadar mengulurkan tangan dan menyentuh jemari Naura di atas meja. “Apa?” tanya Naura bingung. Reval te

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status