Share

5. Sleep anxiety

Penulis: Tari suhendri
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-30 14:26:59

James menyambut diatas kasur. Dengan sedikit enggan aku ikut bersamanya. Menutupi rasa bersemangat karena bisa berduaan dengannya semalaman.

"Kau sudah gila!" gerutuku setelah naik ke atas kasur. James memelukku.

"Mereka juga butuh istirahat," sergah James seolah sudah melakukan hal yang baik.

"Apa kau akan menginap malam ini?" aku bertanya dengan acuh.

"Tentu saja sayang, untuk apa obat tidur itu?" sergah James mengerling nakal padaku.

"Baiklah," kataku pasrah.

"Boleh aku katakan sesuatu?" tanya James sedikit serius. Aku bersiap.

"Boleh, katakan saja,"

"Apakah kau sudah tau kalau temanmu, Cici sudah memanipulasi keuangan toko kalian?" James bertanya lagi dengan kaku.

"Oh, aku sudah tau," jawabku santai dan singkat.

"Kenapa kau tidak menegurnya?"

"Entahlah James, aku takut dia tersinggung dan hubungan kami renggang,"

"Hei," James mengambil daguku, "dalam bisnis, tidak mengenal teman atau keluarga. Uang itu bersifat objektif,"

Aku berpikir sebentar, lalu menatap James heran, "dari mana kau tau kalau Cici korupsi?"

James mengabaikan pertanyaan ku, "dengarkan aku! Jika kau memang sahabat yang baik. Cici harus di tegur. Demi kebaikannya, sayang. Kalau kau diam saja, dia akan terjerumus lebih dalam,"

"Kau benar," gumamku sambil menggigiti buku jariku.

"Lakukanlah saat kau siap. Jangan biarkan dia mengendalikan semuanya. Bisnis bukan hanya tentang kepercayaan. Tapi juga kerjasama tim."

Aku mengangguk paham. Yang dikatakan James ada benarnya.

Malam semakin larut saat kami asyik berbincang. James tidak melepaskan pelukannya selama itu pula. Setelah aku menguap-nguap, James memutuskan kami harus segera tidur.

Tidak!

Jangan lakukan itu! Aaaa sakiitt...

Tolong aku ibu...

Aku terbangun, melihat jam menunjukkan pukul 02.00. Suara gumaman dengan teriakan tertahan membuatku terjaga.

James mengigau. Keningnya basah karena keringat, kepalanya menoleh kekanan dan ke kiri dengan gelisah. Sesekali tubuhnya terlonjak seperti ditusuk sesuatu yang menyakitinya.

Aku memeluk James yang bertelanjang dada. Menyentuh pipinya dengan ujung jariku.

"James," panggilku lembut. Aku takut dia terkejut dan itu akan membuat kepalanya pusing.

James belum bangun juga, aku mencoba memanggilnya hingga tiga kali dan dia pun terbangun.

"Alice!" James cukup terkejut saat wajahku tepat diatas wajahnya.

Aku menempelkan hidungku di pipinya, "kau mengigau, James."

"Itu sudah biasa sayang. Mimpi itu selalu datang," kata James santai, dia sudah bisa menguasai diri.

"Bagaimana kalau aku memelukmu sepanjang malam. Apakah itu akan membantu?" ujarku menawarkan diri.

"Terima kasih sayang, tapi kau harus melakukannya karena kau mau. Bukan karena aku,"

"Tentu, memelukmu seperti ini nyaman sekali," gumamku menelusup kedalam pelukannya.

James terkekeh senang, "baiklah kalau begitu. Semoga saja aku masih bisa menahan diri,"

Aku memukul dadanya, "jangan macam-macam!" geramku mengancamnya.

Entah sudah berapa tarikan nafas berlalu, kami tertidur pulas kembali. Perasaan nyaman saat kulitku menyentuh kulit James, membuatku terlelap dengan perasaan yang sulit dijelaskan.

***

07.00

"Alice!"

Tubuhku berguncang keras dengan suara cempreng memekakkan gendang telinga. Ketika membuka mata, hal pertama yang aku lihat adalah hidung lebar kembang kempis milik Sinta.

Aku mengeluh sebentar, menutupi wajahku dengan bantal. Kemudian teringat kenapa Sinta sudah marah pagi hari begini. Jangan-jangan?

Oh syukurlah

James sudah tidak ada di sebelahku. Aku bisa bernafas lega. Sementara Sinta, masih berdiri berkacak pinggang sambil menatap tajam kearahku.

"Apa?" tanyaku polos.

"Kita sudah berjanji akan membereskan rumah ini, dan kau masih ngorok!" gerutu Sinta kesal.

"Aku tidak ngorok!" Sergahku menyangkal.

Sinta menaikkan sebelah alisnya dengan skeptis. Dua menunjukkan rekaman aku sedang ngorok dengan mulut terbuka. Itu sangat memalukan.

"Baiklah," aku akhirnya percaya. Sinta tertawa saat mengulang rekaman itu.

Kami mulai membersihkan rumah Oliv yang sebenarnya tidak terlalu berantakan. Karena asisten rumah tangganya sedang pulang kampung. Dan rumah ini sudah kosong selama Oliv berada di rumah sakit.

Oliv cinta kebersihan. Selain mengidap Leukimia, dia juga pengidap OCD. Dan dia dilarang keras banyak pikiran. Itu akan menggangu proses pemulihannya.

Mencuci baju hal yang mudah, karena sudah dikerjakan oleh mesin. Satu-satunya masalah kami adalah menyapu dan mengelap secara manual. Karena mesin vakum Cleaner Oliv sedang rewel. Dan rumah Oliv besar layaknya istana presiden.

Butuh waktu setengah hari untuk menyelesaikan semua kekacauan di dalam rumah Oliv. Setelah itu, aku dan Cici berencana akan berbelanja untuk kebutuhan dapur Oliv yang kosong melompong.

Sinta bertugas menjaga Oliv dirumah, meskipun sebenarnya sudah ada perawat khusus yang di pekerjakan oleh ayahnya Oliv.

Tapi tugas perawat itu tidak termasuk menghibur Oliv. Sedangkan Sinta, adalah ahli menghibur. Meskipun hanya dengan bergosip ria.

"Ci, boleh aku bicara sesuatu?" tanyaku ragu saat kami dalam perjalanan ke pasar.

"Tentu, katakan saja,"

"Apa kau punya masalah?" pertanyaan simpati adalah hal bagus untuk memahami kenapa seseorang berbuat curang.

"Bagaimana kau tau?" tanya Cici terkejut. Aku hanya menunggu jawaban.

"Sebenarnya, papa sedang dalam ambang ke bangkrutan. Dan dia sedang berusaha mencari pinjaman,"

"Apa itu alasanmu memanipulasi keuangan toko kita?"

Cici langsung menepikan mobilnya. Dia masih melihat lurus kedepan. Aku bisa melihat bibirnya sedikit bergetar. Dia tidak tau mau mengatakan apa.

"Maafkan aku, Alice," katanya menunduk malu.

"Hei, aku bukan ingin menghakimi mu. Aku hanya ingin tau alasannya dan mungkin aku bisa membantu?" tukasku mengelus pundak Cici yang bergetar, dia sedang menangis.

Akhirnya, Cici tidak tahan lagi lalu memelukku sambil tersedu.

"Aku kalut, dan kau tau saat-saat seperti itu pelarian ku hanyalah berbelanja. Tapi keuangan keluargaku sedang kacau. Terpaksa aku melakukannya. Maafkan aku."

Aku Menepuk-nepuk pundaknya, "aku tau Cici. Tapi kau tidak bisa terus seperti ini."

Cici melepas pelukannya dan menunduk kembali, dia terlalu malu hanya untuk melihat mataku. Aku pun memegang pundaknya untuk melihat kedalam matanya.

"Seharusnya ini menjadi pelajaran. Bahwa menghamburkan uang untuk suatu hal yang tidak terlalu penting itu tidak bagus. Akhirnya kau terjerumus kedalam perilaku tidak baik bukan?" kataku menghindari kata korupsi.

Cici hanya mampu menunduk sambil menangis. Tapi aku terus meyakinkannya kalau semuanya baik-baik saja setelah kejadian itu. Kami bisa memulai lagi dan belajar mengelola keuangan lebih baik. Dia setuju dan sedikit bisa mengulas senyumnya.

Acara berbelanja ke pasar tidak cukup menyenangkan. Karena Cici heboh dan terus menggerutu tentang pasar yang lengket, basah, licin dan tidak higienis. Aku hanya bisa menanggapinya dengan tertawa.

Ikan dipasar justru lebih segar dari pada ikan dalam freezer. Kebanyakan pedagang menjual ikan hidup, kecuali ikan laut. Lagi pula, kami bisa menghemat hingga setengah harga super market.

Jika bukan karena iming-iming uang lebih yang bisa kami pakai untuk membeli camilan, Cici tidak mau ikut bersamaku ke pasar. Maklum saja, dia sudah kaya sejak lahir. Sedangkan aku? Sudah terbiasa hidup sederhana.

Saat sampai di rumah Oliv. Kami harus mengendap-endap berjalan ke halaman belakang. Karena di depan terdapat beberapa mobil mewah terparkir rapi. Jadi kami putus kan langsung masuk ke dapur.

Aku terlalu memperhatikan langkahku, dan ketika mendongak jantungku benar-benar melompat kaget. Aku hanya sempat melihat kaki yang dibalut sepatu hitam. Selanjutnya mulutku dibekap.

Bab terkait

  • Gairah Paman Sahabatku   6. Menantu idaman

    EmmphhhEmmphhhHanya itu yang keluar dari mulutku. Aku ingin melawan tapi tenaganya kuat sekali. Sedangkan tubuhku meskipun cukup tinggi dan sintal, tetap saja hanya seorang wanita biasa. "James!" mataku membelalak saat kami sudah masuk ke dalam kamar mandi dekat dapur.Aku menggeser tubuhnya yang bongsor dan hendak membuka pintu. Tapi dengan mudahnya dia mengangkat tubuhku kembali ketempat semula."Minggir! Aku mau masak!" aku menghardiknya. Tapi wajahnya benar-benar kelihatan marah, "apa?""Kemana saja kau seharian ini?" tanyanya frustasi."Beres-beres rumah Oliv terus kepasar sama Cici,""Lalu apakah kau tidak sempat mengangkat teleponku?" Aku lupa, dimana ku letakkan ponselku? Kucoba meraba tas kecilku. Tapi James sudah menemukannya lebih dulu. Entah dimana. Dia memberikannya padaku."Jangan pernah tinggalkan ponselmu, aku bisa gila jika tidak tau kabarmu barang sedetik. Ingat itu!" Aku menatap James tak percaya. Kenapa dia jadi begitu posesif? Lihat sekarang. Dia malah mening

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-30
  • Gairah Paman Sahabatku   7. Ciuman pertama

    "Mau nonton film?" James bertanya sambil menyalakan tv, dia menghubungkannya ke ponsel.Saat ini, kami sudah berada di dalam apartemen James yang super mewah."Aku gerah," kataku sambil menciumi bajuku yang terasa lengket. Banyak pekerjaan yang aku lakukan sejak pagi dan belum mandi.James memandangku dengan binar cerah dimatanya, aku melihat dia berharap." Ayo, di kamarku ada bathtub besar yang bisa kita pakai berdua," kata James santai sambil naik kelantai atas, aku tidak bisa protes karena dia mendadak jadi tuli."Aku mau mandi sendirian, James!" keluhku sambil mengikutinya, langkahnya lebar sekali. Hah! Dia benar-benar jadi tuli sungguhan. Aku menghentakkan kaki dengan jengkel."Apa kau bawa baju ganti sayang?" James bertanya, aku mengabaikannya. "Tidak, mungkin bisa pakai pengering handuk?" tanyaku sambil berjalan melewatinya. Satu persatu pakaian yang aku kenakan kulepaskan."Ada mesin cuci dry clean," jawabnya sambil memunguti pakaianku yang berserakan dilantai. Aku hanya

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-30
  • Gairah Paman Sahabatku   8. Kisah sedih

    "Ya, ibuku sebenarnya tidak punya tipe menantu idaman. Dia hanya ingin melihatku bahagia, bahkan dia sering menangis memikirkan aku yang masih sendiri. Dia takut aku tidak bisa menikah karena trauma yang aku alami,""Trauma? jelaskan padaku James," aku menekan setiap kata-kataku."Sebenarnya aku anak angkat," kata james sambil memutar-mutar ujung rambutku. Aku terkejut dan memandangi matanya. Dia tidak mau melihatku."Tapi ibumu terlihat menyayangimu seperti anak kandung," kataku heran dengan fakta itu."Ya, bagiku dia malaikat. Dia mengadopsiku saat usiaku tujuh tahun. Saat itu dia masih aktif sebagai dokter spesalis anak, dan mereka menemukan aku di sebuah hotel bersama ibu kandungku yang sudah meninggal."Mataku membulat, lalu aku memeluk erat James. Mengusap-usap punggungnya dengan lembut. Tak terasa mataku basah. James melanjutkan kisahnya."Kata mama, saat dia menemukanku saat itu diketahui bahwa kami turis. Ibu kandungku meninggal karena overdosis. Di tanda pengenal nya, dia

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-30
  • Gairah Paman Sahabatku   9. Kutu rambut dan mie pedas thailand

    James berang mendengar aku di tuduh murahan oleh wanita murahan itu. Dia menutupiku dengan selimut, sementara dia memakai celana boxernya. James berjalan perlahan ke arah Clarisa."Apa kamu pikir kamu berharga?" wajah James menyeringai muak."Tapi... James," ucap Clarisa terbata-bata."Kita hanya sebatas teman ranjang, dan aku menyesal pernah melakukannya dengan kamu. Pergi dari sini atau perlu aku tarik kamu keluar!" "Dia masih anak ingusan James, apa dia bisa memuaskan hasrat liar kamu itu,""Diam! Dia wanita yang aku cintai. Bahkan dia jauh lebih dewasa dibanding kamu!""Hah? Cinta? Sejak kapan kamu main cinta James? Kamu itu hanya butuh pelampiasan. Dan aku bisa jadi apapun buat kamu. Bahkan aku bawa mainan baru untuk kamu,"Aku melihat Clarisa mengeluarkan cambuk kecil dari tasnya. Ujung cambuk itu ada bola kristal kecil yang menggantung bersama bulu. Dia juga mengeluarkan sepasang apa itu? Lato-lato?. Aku tidak tau apa gunanya semua itu. James mengerang frustasi. Dia melempar

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-30
  • Gairah Paman Sahabatku   10. Permintaan calon keponakan

    "Alice!" Oliv melotot padaku saat pagi harinya aku baru pulang kerumahnya. Aku merasa sedang dimarahi ibuku. "Maafkan aku Liv, aku ketiduran dirumahku," kataku mengarang cerita agar mereka tidak curiga padaku. Hanya Cici yang tau dan dia sedang berpura-pura memarahi aku juga. "Mana camilan yang kau janjikan padaku!" Cici menagih janjiku dengan wajah datar yang dingin.Hampir saja aku melempar sepatuku ke wajahnya. Pandai sekali dia bersandiwara.Aku menunjuk ke meja makan. James memberikan aku uang untuk membeli semua belanjaan itu. Aku pergi sendiri ke supermarket. Cici bertepuk tangan dengan riang setelah melihat aku menepati janji. Oliv melotot sesaat lalu dia juga tersenyum. Sebenarnya, Oliv tidak bisa sembarang makan camilan, tapi kami kasihan padanya. Jadi aku berinisiatif membawa camilan yang sangat rendah gula dan pewarna makanan. Uang yang diberikan James cukup untuk uang bensinku selama sebulan. Aku sempat berbelanja bahan dapur supaya tidak perlu bolak-balik lagi,

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-30
  • Gairah Paman Sahabatku   11. Baron si rentenir kesepian.

    James berkendara dengan kecepatan yang lumayan tinggi Beberapa kali melakukan panggilan telepon kepada bawahannya. Dia terus memasang wajah sangar, aku takut melihat ekspresinya yang seakan ingin membunuh seseorang. Sekitar satu jam perjalanan,kami sampai dirumahku. Aku penasaran bagaimana James tau alamat orang tuaku, padahal aku belum memberitahunya. Bahkan dia tidak bertanya. Aku langsung membuka sabuk pengaman dan turun dari mobil. Rumahku tampak ramai dikunjungi tetangga. Aku menerobos barisan tetangga yang sedang membicarakan ayahku. "Ibu!" aku langsung menghampiri ibuku yang sedang duduk dilantai dengan wajah lesu. Dia langsung memelukku erat, hanya bisa menangis tanpa bisa berkata apa-apa. Aku merasa bersalah kepada mereka."Ayah bagaimana buk?""Dibawa baron kerumahnya nak, katanya kalau mau jemput ayah harus lunasi hutangnya hari ini," Ibu menjelaskan sambil menangis. Aku tidak bisa menenangkan nya lagi.James menunggu. Dia sedang berdiri didekat pintu menyaksikan tangi

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-30
  • Gairah Paman Sahabatku   12. Tidak direstui

    " Apa kamu duda?" tanya ayah lagi saat aku tidak menjawabnya"Belum pernah menikah pak," James menjawab dengan santai."Begini james," ayah mencondongkan tubuhnya ke depan. "siapapun pasti curiga saat ada pria mapan yang kaya raya dan juga tampan seperti kamu belum pernah menikah," ayah melanjutkan kata-katanya dengan iris mata yang menggelap dan sangar."Anda meragukan saya?" James masih bersikap santai, sementara kepalaku sudah panas."Ayah, James memang masih bujangan. Dia adik papanya oliv. Tidak mungkin kan aku tidak tau latar belakangnya," aku mencoba menengahi mereka. "Putriku, kamu memang sudah pandai. Tak sia-sia kamu kuliah di kota besar," pujian ayah mengandung sarkasme yang tepat pada sasarannya. Aku hanya bisa menunduk, itu sebuah sindiran keras bagiku."Mungkin benar kamu jujur tentang statusmu. Jika kamu bukan orang kaya dan tidak tampan mungkin saya tidak curiga James.""Ayah, kok bicara seperti itu? " Ibu keluar dari dapur dengan tersenyum, lalu duduk mendekat

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-01
  • Gairah Paman Sahabatku   13. Menghindar

    "Bisakah kau menjemputku hari ini?" aku mengirim pesan pada James, menunggu dengan harap-harap cemas. Lama sekali aku menunggu."Bisa, tunggu satu jam lagi," hanya itu balasan dari James. Aku berusaha berpikir positif,dia pasti sedang sibuk.Sambil menunggu James, aku bersiap-siap. Saat sudah hampir satu jam, aku berpamitan dengan ibu. Ayah sudah berangkat bekerja. Aku sengaja menghindarinya, dan berencana pergi sebelum dia pulang.Tak lama kemudian, sebuah mobil berwarna hitam datang. Aku sudah sumringah sampai saat membuka pintu depan, kekecewaan menerpa. Bukan James yang menjemputku, tapi salah satu bawahannya. Dia berpakaian rapi dengan jas hitam yang mewah. Dengan lesu aku duduk dikursi belakang.Mobil langsung melaju pelan. Aku tidak berminat berbicara atau membuka ponsel. Jadi kami diam selama perjalanan. Pikiranku melayang entah kemana , sesekali menyeka air mata diujung mataku. Ada dengan James? Aku tau perkataan ayah pasti menyakiti hatinya, tapi bukankah dia cinta padaku?

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-01

Bab terbaru

  • Gairah Paman Sahabatku   93. past

    "jangan, tolong jangan Jamesku" raunganku semakin lemah, lebih berupa bisikan putus asa. Sementara James sedang melakukan pertukaran dengan Roran, tim medis datang untuk menjemput wanita hamil itu. Tapi Roran tidak punya belas kasih, bukannya memberikan wanita hamil itu, dia malah menembak James. Dia berteriak kesakitan, membuatku mati rasa. Pandanganku jadi kabur . Setengah mati aku menahan diri agar tetap terjaga, tapi pikiranku tak mampu menahan rasa sakit yang bergejolak. James yang tertembak, tapi aku yang lumpuh. Ingin rasanya aku berlari, tapi aku hanya dapat merangkak. Mencoba menggapai cintaku yang sedang kesakitan.***Hening dan gelap. Rasanya dingin sekali. Aku berdiri di persimpangan jalan yang suram dan dipenuhi daun berguguran. Terkejut saat sekelebatan orang-orang mulai berlarian. Aku dimana? Entahlah, pikirku lelah. James! Dimana James?Aku dengan panik berlarian kesana kemari mencari jejaknya. Berteriak sekuat tenaga memanggil namanya, tapi aku menjadi bisu.

  • Gairah Paman Sahabatku   92. Pembajak

    "sial!" James mengumpat dan berlari kebawah badan pesawat. Sontak semua pembajak keluar dari pesawat sambil membawa senjata mereka. Thomas bergegas masuk kedalam kabin kembali dan mengevakuasi para penumpang. Hatiku mencelos saat James terus dikejar-kejar para pembajak itu. Aku mengerti kenapa Thomas sengaja menyebut nama James, karena hal itu memancing para pembajak mengejarnya dan mengabaikan penumpang lain. Untungnya, tim SWAT yang sudah siap siaga segera berlari mengejar James dan membentuk barikade untuk menghalangi para pembajak itu. Tapi mereta tak gentar, seakan tak takut mati atau mereka tau petugas itu tidak akan langsung menembak mereka.James malah lebih dulu menyelamatkan wanita tua yang sedang bersamanya. Aku ketar-ketir memikirkan siapa gerangan wanita itu. Tiba-tiba saja seseorang berlari menghampiri James, dan kusadari itu adalah Scott. Dia langsung menutupi wanita tua dengan jaket dan memeluknya erat. Sebuah mobil SUV yang tadi menguntitku menghampiri mereka dan

  • Gairah Paman Sahabatku   91. Insiden

    Scott tidak mau bertutur sapa dengan Thomas. Dia bilang, hal itu akan lebih baik bagiku. Dia hanya ingin bertindak dibelakang layar. Tidak secara terang-terangan mendukung rencanaku. Aku manut saja dengan apa yang dikatakan Scott. Dia lebih berpengalaman soal ini dibanding aku. Setidaknya Scott mau menerima tekadku untuk bekerja sama dengan Thomas. "Kau harus memikirkan cara yang bagus untuk membujuk James. Dia akan pulang sekitar jam sepuluh malam""Oke," Dengan bekal arahan dari Scott, aku mengatur rencana agar James mau menerima pendapatku. Dan dengan beberapa bumbu tambahan berupa bujuk rayuan. Aku tau ini tidak akan mudah. ***Jam sembilan malam, aku berangkat ke bandara internasional untuk menjemput James. Ini akan menjadi kejutan, karena James meminta Scott yang menjemputnya. Keadaan sangat kondusif sampai aku berhenti di lampu merah. Sebuah mobil SUV mencurigakan yang aku tau sejak dari rumah sakit terus mengikutiku. Kepalaku jadi panas memikirkan kemungkinan adanya ora

  • Gairah Paman Sahabatku   90. Diskusi

    "Olive" bibirku bergetar, tanpa suara menyebut nama gadis yang sedang terbaring lemah disana. Segera kuhampiri dia, untuk memastikan mungkin aku salah lihat. Tapi kekecewaan mengaliri setiap sel di tubuhku. Itu memang Olive, dia sedang tertidur atau entah kenapa. Matanya terpejam dengan lebam disekitar matanya, juga dibeberapa bagian wajahnya. Aku menoleh kebelakang, tempat Scott sedang diam memperhatikan reaksiku. "Apa yang terjadi?" tanyaku singkat, tak mampu mengucap lebih panjang lagi." Kecelakaan, aku tidak bisa menceritakan detailnya padamu," suara Scott dipenuhi perasaan bersalah. Jadi aku hanya mengangguk. Tak ingin membuatnya semakin sedih. "Olive," kucoba memanggilnya, dan dia membuka mata perlahan. Tersenyum, hal pertama yang dia lakukan ketika sadar aku didepan matanya. "Hai," sapa Olive dengan suara parau. Aku memeluk tubuhnya dan menangis disana. Hampir saja mengutuk keadaan yang sedang kami alami. "Hei, tenanglah. Aku baik-baik saja," Olive mengusap lembut kepa

  • Gairah Paman Sahabatku   89. Rumah sakit

    Karena James masih di Arizona, aku mengajak Thomas kembali kerumah sakit. Dia harus sering-sering menjaga Bella. Apalagi disaat kondisi kejiwaan sangat mengkhawatirkan."Terima kasih," ucap Thomas saat kami sedabg duduk berhadapan disisi Bella. "Jangan sering bilang begitu, nanti tidak ada artinya lagi," jawabku tersenyum. "Tentu, akan ku ingat," "Apakah Bella sudah makan?" "Sudah, dan dia terpaksa diberi obat tidur agar bisa istirahat,"Aku hanya bisa mendesah mendengar hal itu. Kasihan sekali Bella, harus merasakan guncangan mental yang begitu hebat. Aku pernah dengar tentang Babyblues. Dan kurasa, Bella sedang mengalaminya. Bukan hanya bayinya, tapi kondisi Bella lebih mengkhawatirkan lagi. Thomas sempat berpikir untuk memberikan bayi Bella pada orang tua yang siap mengambilnya, tapi dia tidak tega jika suatu saat Bella menginginkan bayinya. "Ini memang pilihan sulit, disatu sisi kita menginginkan kehidupan yang layak untuk bayinya, tapi Bella juga membutuhkan waktu untuk se

  • Gairah Paman Sahabatku   88. Tujuan yang sama

    "sayang," "Apa? Siapa ini?" tanya James terkejut diseberang telepon. "Kau sudah lupa aku hah?" kataku bersungut-sungut. "Bukan begitu, tapi Alice tidak memanggilku begitu," jawab James mengelak dengan sok bijak. "Baiklah, Apakah kau sedang sibuk?" "Jelas sekali sayangku, aku sangat santai saat ini""Kau dimana?" "Di Arizona," "APA?" aku memekik di telepon. Dan yakin James sedang menjauhkan ponsel dari telinganya."Ya, aku sedang santai di Arizona. Menikmati sengatan matahari dikulitku sambil melihat pemandangan proyek yang indah sekali," jawab James sarkas. "Lucu sekali," gerutuku kesal. "Ada apa sayang?" tanya James melembutkan nada bicaranya. Aku tersenyum. "Tunggu sebentar, pacarku sedang membutuhkanku. Ya, kau urus saja dulu itu," kata James tak sabar pada seseorang yang sedang bersamanya. "Apa kau pulang malam ini?" tanyaku genit,"Oh tentu aku pulang jika upah yang kudapat setimpal, sayangku," "Jangan banyak berharap sayaang, aku punya rencana yang sangat bagus untuk

  • Gairah Paman Sahabatku   87. Bella

    Aku menyapa kakak Thomas dengan senyuman malu. Matanya menyiratkan keterkejutan, tapi Thomas menggeleng pelan."Oh ku pikir," katanya tertawa kecil. "Hai, aku Alice," kataku mengulurkan tangan. Dia menjabat tanganku lemah. "Bella. Kalian serasi sekali kau tau," Aku tertawa hambar, melirik Thomas yang juga cekikikan. "Dia hanya bisa dijadikan teman, kak," kata Thomas lembut. "Benarkah? Apakah kau sudah menikah ,Alice?" "Belum,""Kalau begitu masih ada kesempatan yang terbuka," "Kau akan mengerti kalau kuberitahu nama kekasihnya, kak," Bella menaikkan satu alisnya. "James Peterson," Satu nama yang membuat air muka Bella berubah. Tapi dia berhasil menguasai dirinya kembali. Menyunggingkan senyuman yang entah artinya apa. "Well, kalau begitu kau harus berhati-hati dik," "Hmmmm... Sedang aku coba lakukan. Tapi gadis ini sulit sekali kutolak," Bella tertawa keras, sambil memegangi dadanya yang terlihat sakit. "Kalian berbicara seolah aku tidak ada disini," kataku memasang waja

  • Gairah Paman Sahabatku   86. pesona

    Pagi ini berlangsung menyenangkan. Karena si pria megalomaniak itu sudah pergi ke kantor lebih dulu. Aku akhirnya bisa mandi dan sarapan dengan tenang. Beberapa pesan tak penting dari James hanya kubaca sekilas tanpa membalasnya. Aku tak ingin mengganggu pagi yang menyenangkan ini. Hari ini, Scott tidak bisa ikut ke kampus. Dia sedang ada tugas rahasia sejak beberapa hari yang lalu bersama Olive. Aku bahkan tidak dapat menghubungi Olive. Kupikir mereka sedang menyelidiki kapal selam perang milik rusia. Aku memutuskan akan mengendarai mobil sendiri saja. James sudah lama memberiku salah satu mobilnya yang sama sekali belum aku sentuh. Mungkin ini saat yang tepat untuk memanfaatkannya. Setelah membuka garasi yang menghabiskan seperempat bangunan itu, aku mencari -cari kunci mobilku yang tergantung apik dalam kotak kaca. Tak disangka, saat menemukan mobilku, sudah ada kertas yang berisi pesan dari James. "Hati-hati sayang. Aku tau kau akan menggunakannya suatu saat," Begitulah p

  • Gairah Paman Sahabatku   85. Thomas

    Meski gayaku percaya diri, tak urung lutut ku lemas juga. James masuk lebih dulu, sementara aku duduk diruang tunggu. Agensi ini memiliki nama besar. Menaungi banyak artis ternama. Aku merasa bagai semut berjalan dibawah kaki gajah. Tapi jika dipikir, bagus juga jadi semut kan?"Nona Alice?" "Ya?" aku langsung berdiri dengan gugup. Menahan kaki yang semakin gemetar habat. "Silahkan naik kelantai 3," kata seorang resepsionis berambut pirang yang cantik. "Baik," Aku masuk lift, lalu berhenti di lantai 2. Ada seorang pria jangkung, putih dengan garis wajah petak yang tegas. Hidung bagai dipahat dari pualam. Aku berpura-pura memerhatikan ponsel, tidak ingin bicara dengan siapapun. Dia berdehem, dan ikut bersandar disebelahku, "ke lantai tiga?" tanyanya manis sekali. Tentu aku tidak ingin pingsan. "Ya," jawabku singkat. " Apa kau tidak mengenaliku, Alice?" Aku langsung m

DMCA.com Protection Status