Share

Bab 05

Author: kodav
last update Last Updated: 2025-04-09 16:43:51

Setelah api menyala, Valdi menarik tangannya perlahan, namun posisi mereka masih sangat dekat.

“Nah, begitu caranya. Mudah kan?” tanya Valdi, suaranya terdengar lebih pelan dan dalam.

“Iya, Om. Ternyata gampang,” jawab Mayang, suaranya terdengar sedikit goyah karena posisi intim mereka. Dia bisa merasakan napas Valdi di lehernya, membuat jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya.

Valdi merasa bahwa situasi ini semakin intens. Napasnya berat, dan dia harus menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu yang lebih. Namun, perasaan yang muncul dari sentuhan tadi masih terus menghantui, membuat pikirannya dipenuhi oleh bayangan-bayangan yang tidak seharusnya ada.

“Baguslah kalau kamu sudah paham,” kata Valdi akhirnya, berusaha mengakhiri momen itu sebelum situasi menjadi lebih canggung. Dia melangkah mundur, memberikan ruang bagi Mayang untuk bergerak lebih bebas.

Setelah situasi di dapur yang baru saja terjadi, Valdi merasa perlu melakukan sesuatu untuk mengalihkan pikirannya dari ketegangan yang masih tersisa. Namun, saat dia melangkah keluar dari dapur, dia teringat bahwa salah satu lampu di dapur itu mati dan harus segera diganti.

“Mayang, Om baru ingat kalau lampu dapur ini mati. Om mau ganti sekarang,” katanya, berusaha terdengar biasa saja meski hatinya masih sedikit berdebar. “Om ambil kursi tinggi dulu, kamu bisa bantu pegangin kursinya nanti?”

Mayang mengangguk cepat, senang bisa membantu Valdi. “Iya, Om. Aku bantu pegangin,” jawabnya dengan semangat yang kembali muncul setelah situasi canggung tadi.

Valdi mengambil kursi tinggi dari ruang penyimpanan dan kembali ke dapur. Dia menempatkan kursi itu di bawah lampu yang harus diganti, lalu meletakkan bohlam baru di dekatnya. Mayang berdiri di samping kursi, siap memegangnya agar stabil saat Valdi naik.

“Pegang yang kuat ya, Mayang,” kata Valdi sambil menaiki kursi, mencoba untuk fokus pada tugasnya dan tidak memikirkan hal-hal lain yang tak seharusnya.

Mayang memegang kursi itu dengan erat, memastikan tidak goyang saat Valdi naik. Namun, ketika Valdi berdiri di atas kursi, tubuhnya yang tinggi dan posisi yang lebih tinggi membuat Mayang secara otomatis mendongak. Saat itulah pandangannya tertuju pada tonjolan di celana Valdi, sesuatu yang tak bisa dia hindari. Pandangan itu membuat darah Mayang berdesir, dan wajahnya tiba-tiba memanas.

Mayang berusaha mengalihkan pandangannya, tapi bayangan itu terus membayang di pikirannya. Perasaan aneh yang mulai muncul sejak tadi kembali menyerang, kali ini lebih kuat. Sementara Valdi sibuk mengganti bohlam, Mayang mencoba keras untuk tidak memikirkan apa yang baru saja dilihatnya, namun rasa penasaran dan ketidaknyamanan itu membuat jantungnya berdebar semakin cepat.

Setelah beberapa saat, Valdi berhasil mengganti bohlam dan lampu pun menyala terang kembali. Dia menghela napas lega dan mulai turun dari kursi dengan hati-hati.

“Oke, selesai. Terima kasih sudah bantu pegangin, Mayang,” katanya sambil melompat turun.

Mayang tersenyum canggung, berusaha menyembunyikan perasaan yang masih bergejolak dalam dirinya.

“Sama-sama, Om,” jawabnya, matanya sedikit menghindari pandangan langsung Valdi.

Valdi, yang kini kembali berdiri di lantai, menangkap sekilas wajah Mayang yang tampak sedikit merah dan canggung. Namun, dia memutuskan untuk tidak menanyakan apa-apa, mengira mungkin itu hanya efek dari keintiman yang tadi terjadi.

“Kamu mau mulai masak sekarang?” tanyanya, mencoba mengalihkan topik.

Mayang mengangguk, meskipun pikirannya masih belum sepenuhnya tenang.

“Iya, Om. Aku mulai sekarang aja, biar nanti kita bisa makan siang bareng,” katanya sambil berjalan ke meja dapur dan mulai menyiapkan bahan-bahan.

Valdi menatap Mayang sejenak sebelum akhirnya memutuskan untuk meninggalkan dapur dan memberikan gadis itu ruang untuk bekerja.

“Oke, kalau gitu Om tinggal dulu ya. Om balik ke ruang kerja, ada yang perlu Om selesaikan,” ujarnya sambil berjalan keluar dari dapur.

Mayang terus memotong sayuran dengan tangan yang sedikit gemetar, mencoba mengalihkan pikirannya ke tugas di depannya. Namun, semakin dia mencoba untuk fokus, bayangan tonjolan di celana Valdi yang tak sengaja dilihatnya tadi terus mengganggu pikirannya. Setiap kali dia berkedip, gambar itu kembali muncul, seperti sebuah kilasan yang terus mengusik.

"Apa tadi itu...?" pikirnya, tak bisa menahan rasa penasaran yang mulai membesar. Dia mencoba mengusir pikiran itu, tapi otaknya terus-menerus kembali ke momen tersebut.

"Kenapa aku jadi mikirin hal kayak gitu...? Nggak mungkin... nggak mungkin, kan?" Dia menggigit bibir bawahnya, merasa malu pada dirinya sendiri, tapi sensasi aneh yang muncul dalam tubuhnya justru makin kuat.

"Aku cuma… salah lihat," dia mencoba meyakinkan dirinya sendiri, tapi pikirannya menolak untuk mendengarkan. "Tapi… kalau memang benar… apa maksudnya?"

Mayang menggeleng pelan, berusaha menyingkirkan bayangan itu lagi, tapi hatinya berdebar lebih kencang. Ada bagian dari dirinya yang ingin tahu lebih banyak, yang ingin memahami apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa dia merasa seperti ini.

"Apa yang dirasain Om Valdi tadi? Apa dia juga ngerasain sesuatu yang sama kayak aku?" pikirnya lagi, kali ini sedikit lebih lama, matanya melirik ke arah pintu dapur seolah berharap Valdi kembali.

Perasaan penasaran dan gelisah itu semakin menguasainya, dan dia tahu, meskipun dia tidak menginginkannya, pikirannya tidak akan berhenti memutar pertanyaan-pertanyaan itu sampai dia mendapatkan jawabannya. "Kenapa aku jadi penasaran begini...? Ini aneh… tapi kenapa rasanya aku pengen tahu… lebih?"

Jantungnya berdegup semakin cepat, dan meskipun tangannya tetap memotong sayuran, pikirannya sudah jauh dari dapur itu, terperangkap dalam bayangan dan pertanyaan yang terus berputar tanpa henti.

*****

Malam itu, setelah makan, Valdi duduk di meja makan dengan wajah puas. Masakan Mayang benar-benar enak, lebih dari yang dia harapkan. Valdi tersenyum hangat sambil menatap gadis muda itu, merasa ada sesuatu yang menyenangkan melihat Mayang begitu antusias dalam menyiapkan makanan.

“Masakan kamu enak sekali, Mayang. Jarang sekali Om bisa makan seenak ini,” katanya, suaranya terdengar tulus.

Mayang tersipu malu, pipinya merona merah, merasa senang mendapat pujian.

“Terima kasih, Om… Saya senang kalau Om suka,” jawabnya pelan, matanya sesekali melirik ke arah Valdi, tetapi segera dialihkan lagi.

Valdi mengangguk dengan ekspresi lembut, lalu mengulurkan tangannya untuk menyentuh punggung tangan Mayang, sebuah sentuhan yang lembut namun penuh makna.

“Jujur, sudah lama Om nggak pernah merasa rumah ini jadi lebih hangat. Kamu… bikin suasana jadi beda. Mayang,” ucapnya sambil menatap Mayang dalam-dalam.

Mayang menahan napas sejenak, merasakan kehangatan merambat dari tangan Valdi yang menyentuhnya.

“Makasih, Om…” jawabnya dengan suara bergetar, merasa ada sesuatu yang aneh tapi menyenangkan dalam dadanya.

Setelah makan, dan Mayang selesai membereskan semuanya, Valdi naik ke kamarnya sendiri. Sesampainya di kamar, Valdi menatap bayangannya di cermin. Dia mengeluarkan botol kecil dari laci samping tempat tidur — botol pheromone yang telah lama disimpannya untuk momen-momen seperti ini. Dengan hati-hati, ia menyemprotkan beberapa kali di titik-titik tertentu pada tubuhnya: di pergelangan tangan, di leher, dan sedikit di belakang telinga. Aroma khas yang samar tapi memikat segera tercium, dan dia merasa siap untuk melanjutkan rencananya.

Di bawah, Mayang baru saja selesai dengan semua pekerjaannya. Saat melihat jam, waktu masih menunjukkan pukul 8 malam. Dia berpikir untuk segera beristirahat di kamarnya, namun tiba-tiba Valdi muncul di ambang pintu dapur, tersenyum.

“Mayang, masih pagi. Mau nggak nonton TV sama Om?” ajak Valdi, suaranya terdengar santai namun tegas.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 06

    Mayang terkejut sebentar tapi kemudian mengangguk, merasa sulit untuk menolak permintaan Valdi.“Boleh, Om,” jawabnya.Mereka duduk di ruang keluarga yang bersebelahan dengan kamar mereka. Valdi menyalakan TV, memilih sebuah film yang sedang tayang. Mayang duduk di lantai, agak jauh dari sofa tempat Valdi duduk, merasa agak canggung untuk duduk di dekatnya.Namun, Valdi segera menarik pergelangan tangan Mayang dengan lembut, membuatnya terkejut.“Duduk di sini, Mayang. jangan di lantai,” katanya sambil menepuk sofa di sampingnya.Mayang ragu sejenak, tapi kemudian mengikuti arahannya dan duduk di sebelah Valdi. Dia mencuri-curi pandang ke arah Valdi, menyadari bahwa pria itu memang gagah dan tampan. Wajahnya tegas, rahangnya kuat, dengan sorot mata yang tajam namun lembut.Om Valdi seganteng ini kenapa diceraikan istrinya ya? pikir Mayang, sedikit penasaran. Aroma pheromone yang samar tapi kuat mulai tercium olehnya, membuat perasaannya sedikit bergetar. Ada sesuatu dalam aroma itu ya

    Last Updated : 2025-04-11
  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 07

    Pada suatu pagi, Mayang terbangun lebih awal dari biasanya. Saat dia menuruni tangga, dia melihat Valdi sudah sibuk menyiapkan sesuatu di ruang tamu. Sebuah kotak besar diletakkan di pojok ruangan, dan Valdi tampak memasang label di atasnya."Pagi, Mayang," sapa Valdi dengan senyum hangat. "Hari ini mungkin ada beberapa paket yang datang. Om sudah siapkan kotak ini untuk tempat penyimpanan sementara."Mayang mengangguk sambil tersenyum."Baik, Om," jawabnya lembut. Dia lalu pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan dan secangkir kopi untuk Valdi.Setelah sarapan, Mayang membawa secangkir kopi panas ke ruang kerja Valdi. Ketika dia membuka pintu, dia tertegun. Ruangan itu jauh lebih mengesankan dari yang ia bayangkan.Ruang kerja Valdi tidak terlalu luas, tapi memiliki desain interior yang futuristik. Dindingnya berwarna abu-abu metalik, dengan lampu-lampu LED yang menyoroti sudut-sudut tertentu. Di satu sisi, ada sebuah balkon kecil yang terbuka, memungkinkan udara segar masuk. Namun, y

    Last Updated : 2025-04-11
  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 08

    Mayang mendekat sambil tersenyum polos, memegang baju yang baru saja diterimanya. "Om, ini kayaknya kekecilan, ya?" tanyanya, matanya menatap Valdi dengan rasa ingin tahu yang jujur.Valdi tersenyum tipis, mencoba mengendalikan dirinya meski matanya tak bisa lepas dari sosok Mayang. "Nggak kok, memang modelnya begitu. Kamu malah jadi kelihatan makin cantik," jawabnya dengan suara yang sedikit serak, merasa ada getaran yang tak biasa dalam dadanya.Mayang tertawa kecil, masih dengan senyum di wajahnya. "Om beneran ini bagus dipakai sama aku?" tanyanya lagi, lalu duduk di sebelah Valdi, membuat napasnya tertahan sejenak. Dada Mayang yang masih muda dan montok nyaris menyentuh tubuhnya, dan Valdi merasa detak jantungnya semakin cepat. Valdi mengangguk, berusaha menjaga ekspresinya tetap tenang meskipun hatinya berdebar."Bagus banget, Mayang, bagus," ucapnya dengan suara yang sedikit bergetar, berusaha menahan diri agar tidak menunjukkan betapa terpesonanya dia. Ia tidak bisa menahan dir

    Last Updated : 2025-04-11
  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 09

    Sambil tersenyum, Mayang akhirnya berhasil membuka bungkus paket tersebut. Namun, senyum di wajahnya perlahan memudar dan berubah menjadi ekspresi bingung ketika dia melihat isinya. Dia mengangkat sepasang celana dalam dengan bentuk yang aneh dan sebuah perangkat kecil yang menyertainya.“Ini... apa, Om?” tanyanya dengan suara pelan, matanya beralih dari barang tersebut ke wajah Valdi, yang sekarang tampak lebih tegang.Valdi merasa seluruh tubuhnya membeku sejenak. Pandangannya bertemu dengan mata Mayang yang penuh rasa ingin tahu, dan dia harus berpikir cepat untuk mencari alasan yang masuk akal.“Oh, itu...” Valdi berusaha menenangkan dirinya, tetapi kata-kata terasa seperti tersangkut di tenggorokannya. Dia tidak menyangka situasinya akan menjadi seperti ini, dan kini dia haru

    Last Updated : 2025-04-12
  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 10

    Mayang tersenyum malu sambil menundukkan kepalanya, wajahnya masih memerah."Iya, Om... rasanya aneh, tapi enak," ujarnya sambil menggigit bibir bawahnya. Dia terlihat seperti seorang gadis yang baru saja menemukan sesuatu yang baru dan menarik dalam dirinya.Valdi menatapnya dengan lembut, tangannya perlahan menyentuh pipi Mayang dengan penuh kasih sayang."Memangnya Mayang belum pernah ngerasain sebelumnya?" tanyanya, suaranya lembut, hampir berbisik.Mayang menggeleng perlahan, matanya tetap menunduk."Belum, Om. Nyium cowok juga baru tadi sama Om," jawabnya dengan jujur, meski ada sedikit rasa malu yang terpancar dari wajahnya."Itu namanya orgasme, Mayang. S

    Last Updated : 2025-04-12
  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 11

    "Oke, Om... Mayang coba," ujarnya akhirnya, sambil membawa bra tersebut ke kamar untuk menggantinya.Beberapa menit kemudian, Mayang keluar dari kamar dengan langkah pelan, wajahnya masih merah padam. Bra yang baru saja dipakainya tampak pas dengan tubuhnya, memperlihatkan lekukannya dengan sempurna, namun tetap menyisakan bagian atas payudaranya yang terlihat jelas di balik daster tipis itu. Dia merasa canggung, namun juga ada perasaan aneh yang membuatnya sedikit percaya diri.Valdi menatap Mayang dengan tatapan yang dalam dan penuh kekaguman."Lihat, Om bilang juga apa. Kamu kelihatan cantik banget, Mayang," ujarnya dengan suara serak, matanya tak bisa lepas dari tubuh Mayang yang kini semakin menggoda.Mayang tersenyum malu, namun ada rasa senang yang tak bisa

    Last Updated : 2025-04-12
  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 12

    Valdi menatap Mayang dengan tatapan intens, lalu mulai menjilati bagian dalam pahanya dengan lembut, menciptakan jejak basah yang membuat gadis itu menggeliat dan tertawa kecil karena kegelian. Setiap jilatan yang diberikan Valdi semakin mendalam, menuju ke arah yang lebih sensitif, membuat napas Mayang terputus-putus."Om... geli, tapi enak, Om," desah Mayang, tangannya secara refleks menggenggam bantal sofa di sampingnya, tubuhnya bergoyang mengikuti ritme sentuhan Valdi.Valdi semakin mempercepat tempo, lidahnya bergerak dengan lihai, menciptakan sensasi yang tak pernah dirasakan Mayang sebelumnya."Jangan lawan, Mayang... nikmatin aja..." bisik Valdi, suaranya terdengar menggoda di antara erangan halus Mayang.Tangan Valdi dengan lembut menahan pangkal paha May

    Last Updated : 2025-04-13
  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 13

    Pagi itu, Valdi merasakan sesuatu yang aneh dalam tidurnya. Di tengah mimpinya, ia mulai merasakan sensasi hangat dan basah yang membangkitkan hasratnya. Tubuhnya perlahan-lahan merespons, dan kenikmatan yang merambat di sekujur tubuhnya membuatnya sadar bahwa ini bukan sekadar mimpi. Dengan mata yang masih setengah tertutup, Valdi mulai terbangun, menikmati sensasi yang semakin kuat pada batangnya.Saat matanya terbuka sepenuhnya, Valdi mendapati pemandangan yang membuatnya tersenyum lebar. Di antara seprai yang berantakan, Mayang terlihat begitu asik bermain dengan batangnya, bibirnya yang lembut menyentuh dan menjelajahi dengan penuh keingintahuan. Mulutnya bergerak dengan ritme yang pelan namun penuh gairah, seolah menikmati setiap detik yang ia lalui."Ahh... Mayang... kamu ngapain?" tanya Valdi dengan suara serak yang masih dipenuhi kantuk, tangannya refl

    Last Updated : 2025-04-13

Latest chapter

  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 14

    Tanpa suara, Valdi mendekat, melangkah ke dalam pancuran dengan hati-hati. Tangan dan tubuhnya terasa hangat saat ia perlahan-lahan melingkarkan lengannya di sekitar pinggang Mayang, memeluknya erat dari belakang."Mas Valdiii!!!" pekik Mayang terkejut, tubuhnya menegang seketika saat merasakan pelukan yang tiba-tiba itu. Suara serak Valdi di telinganya, dan pelukan yang erat di tubuhnya, membuat Mayang hampir menangis karena kaget.Valdi segera membalikkan tubuh Mayang agar menghadapnya, tangan besarnya memeluk gadis itu erat-erat, mencoba menenangkan dari keterkejutan. Senyum lembut terlukis di wajahnya saat ia menatap mata Mayang yang basah oleh air, wajahnya terlihat cemas."Kenapa, Sayang?" tanya Valdi dengan nada lembut, sambil mengusap-usap punggung Mayang dengan perlahan.

  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 13

    Pagi itu, Valdi merasakan sesuatu yang aneh dalam tidurnya. Di tengah mimpinya, ia mulai merasakan sensasi hangat dan basah yang membangkitkan hasratnya. Tubuhnya perlahan-lahan merespons, dan kenikmatan yang merambat di sekujur tubuhnya membuatnya sadar bahwa ini bukan sekadar mimpi. Dengan mata yang masih setengah tertutup, Valdi mulai terbangun, menikmati sensasi yang semakin kuat pada batangnya.Saat matanya terbuka sepenuhnya, Valdi mendapati pemandangan yang membuatnya tersenyum lebar. Di antara seprai yang berantakan, Mayang terlihat begitu asik bermain dengan batangnya, bibirnya yang lembut menyentuh dan menjelajahi dengan penuh keingintahuan. Mulutnya bergerak dengan ritme yang pelan namun penuh gairah, seolah menikmati setiap detik yang ia lalui."Ahh... Mayang... kamu ngapain?" tanya Valdi dengan suara serak yang masih dipenuhi kantuk, tangannya refl

  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 12

    Valdi menatap Mayang dengan tatapan intens, lalu mulai menjilati bagian dalam pahanya dengan lembut, menciptakan jejak basah yang membuat gadis itu menggeliat dan tertawa kecil karena kegelian. Setiap jilatan yang diberikan Valdi semakin mendalam, menuju ke arah yang lebih sensitif, membuat napas Mayang terputus-putus."Om... geli, tapi enak, Om," desah Mayang, tangannya secara refleks menggenggam bantal sofa di sampingnya, tubuhnya bergoyang mengikuti ritme sentuhan Valdi.Valdi semakin mempercepat tempo, lidahnya bergerak dengan lihai, menciptakan sensasi yang tak pernah dirasakan Mayang sebelumnya."Jangan lawan, Mayang... nikmatin aja..." bisik Valdi, suaranya terdengar menggoda di antara erangan halus Mayang.Tangan Valdi dengan lembut menahan pangkal paha May

  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 11

    "Oke, Om... Mayang coba," ujarnya akhirnya, sambil membawa bra tersebut ke kamar untuk menggantinya.Beberapa menit kemudian, Mayang keluar dari kamar dengan langkah pelan, wajahnya masih merah padam. Bra yang baru saja dipakainya tampak pas dengan tubuhnya, memperlihatkan lekukannya dengan sempurna, namun tetap menyisakan bagian atas payudaranya yang terlihat jelas di balik daster tipis itu. Dia merasa canggung, namun juga ada perasaan aneh yang membuatnya sedikit percaya diri.Valdi menatap Mayang dengan tatapan yang dalam dan penuh kekaguman."Lihat, Om bilang juga apa. Kamu kelihatan cantik banget, Mayang," ujarnya dengan suara serak, matanya tak bisa lepas dari tubuh Mayang yang kini semakin menggoda.Mayang tersenyum malu, namun ada rasa senang yang tak bisa

  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 10

    Mayang tersenyum malu sambil menundukkan kepalanya, wajahnya masih memerah."Iya, Om... rasanya aneh, tapi enak," ujarnya sambil menggigit bibir bawahnya. Dia terlihat seperti seorang gadis yang baru saja menemukan sesuatu yang baru dan menarik dalam dirinya.Valdi menatapnya dengan lembut, tangannya perlahan menyentuh pipi Mayang dengan penuh kasih sayang."Memangnya Mayang belum pernah ngerasain sebelumnya?" tanyanya, suaranya lembut, hampir berbisik.Mayang menggeleng perlahan, matanya tetap menunduk."Belum, Om. Nyium cowok juga baru tadi sama Om," jawabnya dengan jujur, meski ada sedikit rasa malu yang terpancar dari wajahnya."Itu namanya orgasme, Mayang. S

  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 09

    Sambil tersenyum, Mayang akhirnya berhasil membuka bungkus paket tersebut. Namun, senyum di wajahnya perlahan memudar dan berubah menjadi ekspresi bingung ketika dia melihat isinya. Dia mengangkat sepasang celana dalam dengan bentuk yang aneh dan sebuah perangkat kecil yang menyertainya.“Ini... apa, Om?” tanyanya dengan suara pelan, matanya beralih dari barang tersebut ke wajah Valdi, yang sekarang tampak lebih tegang.Valdi merasa seluruh tubuhnya membeku sejenak. Pandangannya bertemu dengan mata Mayang yang penuh rasa ingin tahu, dan dia harus berpikir cepat untuk mencari alasan yang masuk akal.“Oh, itu...” Valdi berusaha menenangkan dirinya, tetapi kata-kata terasa seperti tersangkut di tenggorokannya. Dia tidak menyangka situasinya akan menjadi seperti ini, dan kini dia haru

  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 08

    Mayang mendekat sambil tersenyum polos, memegang baju yang baru saja diterimanya. "Om, ini kayaknya kekecilan, ya?" tanyanya, matanya menatap Valdi dengan rasa ingin tahu yang jujur.Valdi tersenyum tipis, mencoba mengendalikan dirinya meski matanya tak bisa lepas dari sosok Mayang. "Nggak kok, memang modelnya begitu. Kamu malah jadi kelihatan makin cantik," jawabnya dengan suara yang sedikit serak, merasa ada getaran yang tak biasa dalam dadanya.Mayang tertawa kecil, masih dengan senyum di wajahnya. "Om beneran ini bagus dipakai sama aku?" tanyanya lagi, lalu duduk di sebelah Valdi, membuat napasnya tertahan sejenak. Dada Mayang yang masih muda dan montok nyaris menyentuh tubuhnya, dan Valdi merasa detak jantungnya semakin cepat. Valdi mengangguk, berusaha menjaga ekspresinya tetap tenang meskipun hatinya berdebar."Bagus banget, Mayang, bagus," ucapnya dengan suara yang sedikit bergetar, berusaha menahan diri agar tidak menunjukkan betapa terpesonanya dia. Ia tidak bisa menahan dir

  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 07

    Pada suatu pagi, Mayang terbangun lebih awal dari biasanya. Saat dia menuruni tangga, dia melihat Valdi sudah sibuk menyiapkan sesuatu di ruang tamu. Sebuah kotak besar diletakkan di pojok ruangan, dan Valdi tampak memasang label di atasnya."Pagi, Mayang," sapa Valdi dengan senyum hangat. "Hari ini mungkin ada beberapa paket yang datang. Om sudah siapkan kotak ini untuk tempat penyimpanan sementara."Mayang mengangguk sambil tersenyum."Baik, Om," jawabnya lembut. Dia lalu pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan dan secangkir kopi untuk Valdi.Setelah sarapan, Mayang membawa secangkir kopi panas ke ruang kerja Valdi. Ketika dia membuka pintu, dia tertegun. Ruangan itu jauh lebih mengesankan dari yang ia bayangkan.Ruang kerja Valdi tidak terlalu luas, tapi memiliki desain interior yang futuristik. Dindingnya berwarna abu-abu metalik, dengan lampu-lampu LED yang menyoroti sudut-sudut tertentu. Di satu sisi, ada sebuah balkon kecil yang terbuka, memungkinkan udara segar masuk. Namun, y

  • Gairah Liar Pembantu Lugu   Bab 06

    Mayang terkejut sebentar tapi kemudian mengangguk, merasa sulit untuk menolak permintaan Valdi.“Boleh, Om,” jawabnya.Mereka duduk di ruang keluarga yang bersebelahan dengan kamar mereka. Valdi menyalakan TV, memilih sebuah film yang sedang tayang. Mayang duduk di lantai, agak jauh dari sofa tempat Valdi duduk, merasa agak canggung untuk duduk di dekatnya.Namun, Valdi segera menarik pergelangan tangan Mayang dengan lembut, membuatnya terkejut.“Duduk di sini, Mayang. jangan di lantai,” katanya sambil menepuk sofa di sampingnya.Mayang ragu sejenak, tapi kemudian mengikuti arahannya dan duduk di sebelah Valdi. Dia mencuri-curi pandang ke arah Valdi, menyadari bahwa pria itu memang gagah dan tampan. Wajahnya tegas, rahangnya kuat, dengan sorot mata yang tajam namun lembut.Om Valdi seganteng ini kenapa diceraikan istrinya ya? pikir Mayang, sedikit penasaran. Aroma pheromone yang samar tapi kuat mulai tercium olehnya, membuat perasaannya sedikit bergetar. Ada sesuatu dalam aroma itu ya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status